Anda di halaman 1dari 15

Sistem

Persepsi
Sensori
(Miopia)
Mukharoma Nur Annisa
(201902030006)
Amelia Dian Ferdianti
(201902030091)
Definisi Miopia
Miopia adalah suatu kerusakan refraksi mata. Kondisi ini
membuat daya lensa positif mata lebih kuat sehingga sinar yang
sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan
retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negative sehingga
bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur serta
tepatjatuh di retina (Mansjoer,2002).
Etiologi

Penyebab miopia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan timbulnya seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,
herediter, kerja dekat yang berlebihan, serta kekurangan kalsium dan vitamin A. Beberapa
factor penyebab miopia (Sidarta,2005) diantaranya adalah:

1. Bola mata Panjang pada posterior anterior axialis


2. Lensa membesar pada katarak stadium II
3. Kornea lebih cembung daripada kondisi normal (miopia carvatur)
4. Pada penderita DM dimana corpus vitreus mengandung kadar gula tinggi
5. Miopia merupakan kondisi yang bisa disebabkan oleh genetic atau factor lingkungan, dan
bisa jadi kombinasi keduanya
Klasifikasi
Berdasarkan jenis kelainannya, miopia diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori, yaitu:

01 02 03
Miopia Axial Miopa Kurvatura Miopia Refraktif

04 05
Miopia Akibat Perubahan Posisi Lensa Miopia indeks
Lanjutan
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, miopia dibagi menjadi:
1. Miopia stasioner
2. Miopia progresif
3. Miopia maligna

Berdasarkan sifat kelainan, miopia dibagi menjadi:


4. Miopia Simpleks. Miopa yang sering dijumpai pada usia muda dan bersifat menetap,
serta tidak menimbulkan kelainan pada fundus.
5. Miopia Progresif. Minus terus bertambah sehingga bisa terjadi gangguan pada choroid.
Miopia ini disebut juga miopia degenerasi dan tidak bisa mencapai 6/6.
6. Miopia Maligna. Miopia dimana gangguan choroid lebih cepat terjadi daripada miopia
degenerasi.

Berdasarkan tingkatnya, miopia dibagi menjadi:


7. Miopia sangat ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata -0.25 sampai dengan -
1.0 D.
8. Miopia ringan, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata -1.0 sampai dengan -3.0 D.
9. Miopia sedang, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata -3.0 sampai dengan -6.0 D.
10.Miopia tinggi, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata -6.0 sampai dengan -10.0
11.Miopia berat, apabila dapat dikoreksi dengan kaca mata > -10.0 D
Patofisiologi

Terdapat dua teori utama tentang terjadinya


pemanjangan sumbu bola mata pada miopia yaitu:

1. Teori biologis
Teori ini menganggap pemanjangan sumbu bola
mata sebagai akibat kelainan pertumbuhan retina
(overgrowth)

2. Teori mekanisme
Teori ini mengemukakan penekanan (stress) sklera
sebagai penyebab pemanjangan tersebut.
Tanda dan
gejala
01 Sering menyipitkan mata, mata tegang, dan sakit kepala.

02 Miopia terjadi saat bola mata terlalu panjang.

Miopia biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan seseorang mungkin


03
memiliki risiko lebih tinggi jika orang tuanya juga menderita rabun jauh.
Komplikasi
Komplikasi mungkin terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi
tersebut bisa berupa ablasio retina, perdarahan vitreous,
katarak, perdarahan koroid, dan esotropia (juling ke dalam)
sehingga mata berkonvergensi terus menerus. Bila terjadi
juling ke luar, mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau
terdapat amblyopia.
Faktor resiko
Beberapa factor risiko miopia, antara lain:
• Riwayat keluarga. Kondisi ini cenderung
menurun dalam keluarga. Seseorang memiliki
risiko miopia lebih besar jika salah satu atau
kedua orangtua menderita rabun jauh.
• Penderita gangguan kesehatan tertentu,
misalnya diabetes melitus
• Stress visual akibat mata terlalu lelah sesudah
melakukan kegiatan tertentu dalam waktu
lama dan juga sering. Misalnya membaca,
menggunakan computer, telepon genggam,
atau menonton televisi terlalu dekat.
Pemeriksaan penunjang
● Foto fundus/retina
● Pemeriksaan lapang pandang/campimetry/perimetri
● Pemeriksaan kualitas retina (Electro Retino Gram/ERG)
● Pemeriksaan kelainan otak berkaitan dengan kelainan mata
(Electro Ence Falogram/EEG)
● Pemeriksaan Evoked Potential Examination (EVP)
● Pemeriksaan ultrasonografi (USG) bola mata dan keliling
organ mata. Misalnya pada tumor, panjang bola mata,
kekentalan benda kaca (vitreous) dan lain lain
● Pemeriksaan retinometri (kemungkinan tajam penglihatan
mata maksimal yang tersisa;
● Pemeriksaan CT scan atau MRI
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nonfarmakologi:
1. Kacamata
2. Terapi laser dengan bantuan
keratomilesis (LASIK)
3. Terapi photorefractive keratotomy
(PRK) untuk pengobatan jangka
pendek
4. Ortokeratologi
Penatalaksanaan farmakologi
● Obat yang digunakan untuk
penderita miopia adalah obat tetes
mata untuk mensterilisasi kotoran
yang masuk ke dalam mata.
Komplikasi
Pengkajian fisik penglihatan

1. Pengkajian ketajaman penglihatan


2. Pengkajian gerakan bola mata
3. Pengkajian lapang pandang

Pengkajian fisik penglihatan


● Kelopak mata, harus terletak merata pada permukaan mata
● Buku mata, posisi dan distribusinya
● Sistem lakrimal, struktur dan fungsi pembentuka dan drainase air mata
● Pemeriksaan mata anterior, sclera dan konjungtiva bulbaris diinpeksi secara
bersama
● Pemeriksaan kornea, normalnya kornea tampak halus dengan pantulan
cahaya seperti cermin, terang, simetris dan tuggal.
Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
Lanjutan
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai