KONSEP DASAR
1.1 Pengertian miopia
1. Mata disebut sebagai mata pelihat dekat, ini disebabkan susunan lensa terlalu kuat
membiaskan sinar atau karena bola mata terlalu lonjong (Ilyas, 2003).
2. Mata miopia disebut pelihat dekat penderita miopia dapat melihat benda dekat dengan
sangat jelas,sedangkan untuk benda yang terletak jauh tidak difokuskan (Guyton, 2000)
3. Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk kemata jatuh di
depan retina pada mata yang istirahat ( tanpa akomodasi) gambaran kelainan
pemokusanan cahaya didepan retina. (Yayan A.Israr, 2010)
4. Miopi adalah suatu kelainan refraksi di mana cahaya peralet yang memasuki mata secara
keseluruhan dibawa menuju focus didepan retina. Miopia, yang umumnya disebut
sebagai kabur jauh / terang dekat (Syafa, 2010).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa miopi adalah : kelainan refraksi mata dimana sinar
sejajar / cahaya peralet yang memasuki mata secara keseluruhan terfokuskan didepan retina.atau
bisa disebut juga rabun jauh.
2.2 Tanda dan Gejala Miopia
Pasien miopi mempunyai pangtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang
dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan
keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan telihat
juling ke dalam atau esotropia (Ilyas, 2003).
Gejala miopi terbagi menjadi dua yaitu :
a.
Gejala subjektif :
1. Akibat sinar dari suatu objek jauh difokuskan di depan retina, maka penderita miopia
hanya dapat melihat jelas pada waktu melihat dekat, sedangkan pengglihatan jauh akan
kabur.
2. Keluhan astenopia, seperti sakit kepala yang dengan sedikit koreksi dari miopinya dapat
disembuhkan.
3. Kecendrungan penderita untuk menyipitkan mata waktu melihat jauh untuk mendapatkan
efek pinhole agar dapat melihat dengan lebih jelas.
1
4. Penderita miopia biasanya suka membaca dekat, sebab mudah melakukannya tanpa usaha
(Slone, 1979).
b.
Gejala objektif :
1. Miopi simplex :
2. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar.
Kadang-kadang bola mata ditemukan agak menonjol.
3. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai
kresen miopi yang ringan disekitar papil saraf optik.
4. Miopi Patologi : Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopi simple.
1) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kalainan-kelainan pada :
a.
b.
c.
d.
e.
Korpus vitreum
Papiler saraf optic
Makula
Retina terutama pada bagian temporal
Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina.
2.3 Etiologi
1. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main
komputer, main ponsel, dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata. Pelajari
jarak aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.
2. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan
komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain. Mata
butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus berkontraksi yang monoton.
3. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat
yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang rumah
kita agar kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.
4. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil
tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari langsung
yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain sebagainya.
5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat
mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai
kacamata yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.
6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang
mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu diporsir.
Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata
2
2.4 Patofiologi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui.
Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi
chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian
perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular
meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang
berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak
ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa terhadap
elongasi berlebihan pada miopi.
Menurut perjalanan miopi dikenal bentuk:
1. Miopi stasioner, miopi yang menetap setelah dewasa
2. Miopi progresif, miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya
bola mata.
3. Miopi degenertif atau miopi maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum
yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan
kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi rupture membran Bruch
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopi
dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris
retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik (Sidarta, 2005).
WOC MIOPI
Penurunan penglihatan
korpus vitroum
menarik
sebagian retina
Menimbulka
n robekan/
lubang
Lensa berakomodasi
terus menerus
Kelelahan otot mata
Nyeri
(pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan
para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek.
Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang
menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.
c. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis (LASIK) atau operasi lasik
mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam
prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan
menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive
Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu
dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu
ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan
jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan
teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian
sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik
yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak( Lee dan Bailey,
www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006).
2) Penatalaksanaan Farmakologi:
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi
kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita
myopia (www.allaboutvision.com/conditions/myopia.Htm,2006)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Foto fundus / retina
b. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
c. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)
d. Pemeriksaan kelainan otak / brain berkaitan dengan kelainan mata ( E.E.G = electro ence
falogram
f. EVP (evoked potential examination)
g. USG ( ultra sono grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada tumor,panjang bola
mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
DIAGNOSA
NOC
Diagnosa:
NIC
Risk Kontrol
Environment
Kli
en terbebas dari
cedera
Kli
en mampu menjelask
defensif individu.
an cara/metode untuk
Faktor-faktor risiko :
mencegah
Eksternal
injury/cedera
Fisik (contoh :
(Manajemen lingkungan)
Sediakan lingkungan
yang aman untuk pasien
Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien,
Kli
7
Management
dengan
fisik dan fungsi
sesuai
kondisi
en mampu menjelask
arahan masyarakat,
lingkungan/perilaku
perlengkapan; mode
personal
Menghindarkan lingku
perpindahan; Manusia
ampumemodifikasi
atau penyedia
pelayanan)
alnya
mencegah injury
memindahkan perabotan)
Biologikal ( contoh
: tingkat imunisasi
enggunakan
dalam masyarakat,
fasilitas
mikroorganisme)
Kimia (obat-
Menyediakan
tempat
obatan:agen farmasi,
ampu mengenali
alkohol, kafein,
perubahan status
bersih
nikotin, bahan
kesehatan
Menempatkan saklar
pengawet, kosmetik;
lampu
ditempat
yang
makanan; racun;
polutan)
pengunjung
Internal
Psikolgik (orientasi
afektif)
Mal nutrisi
Bentuk darah
Membatasi
Memberikan
penerangan yang cukup
abnormal, contoh :
Menganjurkan keluarg
a untuk menemani pasien.
leukositosis/leukopeni
Mengontrol lingkunga
n dari kebisingan
Perubahan faktor
pembekuan,
Memindahkan barang-
Trombositopeni
Sickle cell
Thalassemia,
Penurunan Hb,
Imun-autoimum
tidak berfungsi.
Biokimia, fungsi
regulasi (contoh :
tidak berfungsinya
sensoris)
Disfugsi gabungan
Disfungsi efektor
Hipoksia jaringan
Perkembangan usia
(fisiologik,
psikososial)
Fisik (contoh :
kerusakan kulit/tidak
utuh, berhubungan
dengan mobilitas)
ubungan dengan
Anxiety control
Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
Kriteria Hasil :
menenangkan
Nyatakan dengan jelas
Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
pasien
gejala cemas
Mengidentifikasi,
ketidaknyamanan atau
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol
cemas
Vital sign dalam
batas normal
Postur tubuh,
ekspresi wajah,
merupakan peringatan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
memungkinkan individu
kecemasan
selama prosedur
Temani pasien untuk
memberikan keamanan
tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk
menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
tindakan
Ditandai dengan:
kecemasan
Dorong pasien untuk
Gelisah
mengungkapkan perasaan,
Insomnia
Resah
Ketakutan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
mengurangi kecemasan
Cemas
relaksasi
Barikan obat untuk
Control Nyeri
Laporan nyeri : 4
10
Manajemen Nyeri
Definisi : Pengalaman
sensori dan
emosional yg tidak
menyenangkan yg
muncul akibat
kerusakan jaringan
yg aktual/potensial
atau digambarkan
dalam hal kerusakan
sedemikian rupa
(International
Association for the
study of Pain) ;Awitan
yang tiba-tiba atau
lambat dari
intensitas ringan
hingga berat dengan
akhir yang dapat di
antisipasi atau di
prediksi dan
berlangsung <6
bulan
Definisi Karakteristik :
Perubahan
Panjang episode
nyeri : 5
Gesekan yang
mempengaruhi : 4
Mengerang dan
menangis : 5
Ekspresi wajah : 5
Kurang istirahat : 4
Pergerakan tidak
teratur : 4
Iritabilitas : 5
Meringis : 5
Merobek : 4
Diaphoresis : 5
Mondar - mandir : 5
Mempersempit
focus : 5
Ketegangan otot : 5
Kurang nutrisi : 4
Mual : 5
Menolak makanan :
5
Laju pernafasan : 5
Denyut apical
tekanan darah
Perubahan
jantung : 5
Denyut nadi radial :
frekuensi
5
Tekanan darah : 5
selera makan
Perubahan
jantung
Perubahan
Keringat : 5
frekuensi
pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku
distraksi (mis,
11
Lakukan pengkajian
yang komprehensif
tenteng nyeri,
termasuk lokasi,
karakteristik, onset /
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas,
atau beratnya nyeri
dan factor presipitasi.
Amati perlakuan non
verbal yang
menunjukkan
ketidaknyamanan,
khusunya
ketidakmampuan
komunikasi efektif.
Pastikan masien
menerima alagesic
yang tepat.
Gunakan strategi
komunikasi terapeutik
yang dapat diterima
tentang pengalaman
nyeri dan merasa
menerima respon
pasien terhadap nyeri.
Pertimbangkan
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
Identifikasi dampak
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
kenyamanan hidup.
Eveluasi pasca
mengalami nyeri
termasuk riwayat
individu dan keluarga
mengalami nyeri
kronik atau
menimbulkan
berjalan
mondar-
mandir,
mencari orang
lain dan/
aktifitas lain,
aktifitas yang
berulang)
Mengekspresik
an perilaku
(mis, gelisah,
merengek,
menangis,
waspada,
iritabilitas,
mendesah)
Masker wajah
(mis, mata
kurang
bercahaya,
tampak kacau,
gerakan mata
berpencar,
atau tetap
pada satu
fokus,
meringis)
Sikap
melindungi
area nyeri
Fokus
menyempit
12
ketidakmampuan,
sesuai keperluan.
Eveluasi bersama klien
dan tim pelayanan
kesehatan, keefektifan
pengukuran control
pasca nyeri yang
(mis, gangguan
persepsi nyeri,
hambatan
proses berfikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
Indikasi nyeri
yang dapat
diamati
Perubahan
posisi untuk
menghindari
nyeri
Sikap tubuh
melindungi
Dilatasi pupil
Faktor yang
berhubungan :
Agen Cidera (mis,
Biologis, zat kimia,
fisik, psikologis)
3.Pemeriksaan Diagnostik
13
Kartu snellen mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan):
mungkin terganggu dengan kerusakan kornea lensa aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi atau penyakit syaraf atau penglihatan keretina atau jalan optik.
a.
1)
2)
3)
b.
1)
2)
3)
4)
Alat :
Kartu Snellen.
Bingkai percobaan.
Sebuah set lensa coba.
Teknik:
Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
Pada mata dipasang bingkai percobaan.
Satu mata ditutup.
Minta penderita untuk membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar sampai pada huruf
14
15
Di luar tingkat pendidikan yang diselesaikan, peneliti juga menemukan bahwa orang
yang lebih lama bersekolah cenderung menderita rabun jauh. Peneliti juga memeriksa 45
penanda genetik yang bisa menyebabkan rabun jauh. Namun, bila dibandingkan dengan faktor
genetik, rabun jauh lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
17
DAFTAR PUSTAKA
American Optometric Association.(2000). Care of the Patient with Miopia,
http://nasrulbintang.wordpress.com/definisi-miopia-astigmat-hipermetropy-danpresbiopy/
Hartono. (2007). Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta: Gama Press.
Ilyas Sidarta, (2005). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Fakultas Kedokteran Indonesia,
Jakarta.
Ilyas, HS. (2003). Dasar-dasar Pemeriksaan mata dan penyakit mata, Cetakan I. Balai
Penerbit FKUI, Jakarta.
Ilyas, HS. (2002). Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran
Edisi Dua, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia tahun 2002, Sagung Seto,
Jakarta.
Machfoedz, I, (2007).
18