Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Miopi adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di depan retina,
ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi
refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di
depan retina, tanpa akomodasi. Miopia berasal dari bahasa Yunani “muopia” yang memiliki
arti menutup mata. Miopia merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya
adalah “nearsightedness” (American Optometric Association, 2006).
Miopia atau sering disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang
disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea yang
terlalu cekung (Sidarta, 2007).
Miopi adalah suatu kelainan refraksi di mana cahaya peralet yang memasuki mata
secara keseluruhan dibawa menuju focus didepan retina. Miopia, yang umumnya disebut
sebagai kabur jauh / terang dekat (Syafa, 2010).
Miopi adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk kemata jatuh di
depan retina pada mata yang istirahat ( tanpa akomodasi) gambaran kelainan pemokusanan
cahaya didepan retina. (Yayan A.Israr, 2010).

B. Etiologi
1. Jarak terlalu dekat membaca buku, menonton televisi, bermain videogames, main
komputer, main ponsel, dan lain-lain. Mata yang dipaksakan dapat merusak mata.
Pelajari jarak aman aktivitas mata kita agar selalu terjaga kenormalannya.
2. Terlalu lama beraktifitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan
komputer, di depan layar monitor, di depan mesin, di depan berkas, dan lain-lain. Mata
butuh istirahat yang teratur dan sering agar tidak terus berkontraksi yang monoton.
3. Tinggal di tempat yang sempit penuh sesak karena mata kurang berkontraksi melihat
yang jauh-jauh sehingga otot mata jadi tidak normal. Atur sedemikian rupa ruang rumah
kita agar kita selalu bisa melihat jarak pandang yang jauh.
4. Kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil
tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah sinar matahari
langsung yang silau, menatap sumber cahaya terang langsung, dan lain sebagainya.
5. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok untuk mata dapat
mengganggu kesehatan mata seperti sering kelamaan memakai helm, lama memakai
kacamata yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan sebagainya.
6. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang
mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu diporsir.
Vitamin A, betakaroten, ekstrak billberry, alpukat, dan lain sebagainya bagus untuk mata

C. Patofisiologi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum
diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini,
seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya,
tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya,
tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya.    
Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada
mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua
mekanisme patogenesa terhadap elongasi berlebihan pada miopi.
Menurut perjalanan miopi dikenal bentuk:
1. Miopi stasioner, miopi yang menetap setelah dewasa
2. Miopi progresif, miopi yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah
panjangnya bola mata.
3. Miopi degenertif atau miopi maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai
kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma
postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina.
Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi
rupture membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya
neovaskularisasi subretina. Pada miopi dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi
pigmen epitel dan perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi
degenerasi papil saraf optik (Sidarta, 2005).
D. Manifestasi Klinis
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan
jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat
dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan untuk jauh kabur,
sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum
remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi
kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi
konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat
miopi pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata
yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut
strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005).
Pasien dengan miopi akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan
juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan
mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole
(lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat
jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan
menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka
penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).

E. Pemeriksaan penunjang
1. Foto fundus / retina
2. Pemeriksaan lapang pandang / campimetri / perimetri
3. Pemeriksaan kwalitas retina ( E.R.G = electro retino gram)
4. USG ( ultra – sono – grafi ) bola mata dan keliling organ mata missal pada tumor,panjang
bola mata , kekentalan benda kaca (vitreous)
5. Retinometri ( maksimal kemungkinan tajam penglihatan mata yang tersisa)
6. CT scan dengan kontras / MRI.

F. Komplikasi
Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina,
perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling ke dalam biasanya
mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu
mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi Non-Farmakologi
a. Kacamata
Pada pasien miopi ini diperlukan lensa kaca mata baca tambahan atau lensa eddisi
untuk membaca dekat yang berkuatan tetentu. Pengobatan pasien dengan dengan
miopi adalah memberikan kaca mata sferis negative terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal 33cm. Bila pasien dikoreksi dengan – 3.0 D
memberika tajam penglihatan 6/6, dan demikian memberikan istirahat mata dengan
baik sesudah dikoreksi (Ilyas, 2003)
b. Lensa Kontak
Pengobatan biasanya ditolong dengan kacamata rangkap dan harus melakukan terapi
dengan cara menggunakan lensa eddisi untuk membaca dekat. Untuk jarak baca 33
cm, bila jarak berubah maka pemberian lensa juga berubah. Pada umur 40 tahun lensa
masih dapat mengembang, tetapi sangat menurun. Pada umur 60 tahun, lensa menjadi
sclerosic semua. Jadi pemberian lensa addisi tergantung pada pada jarak baca dan
umur pederita. Bifokus adalah kacamata yang digunakan untuk mengatasi presbiopia.
Kacamata ini memeliki 2 lensa, yaitu untuk membaca dipasang dibawah dan untuk
melihat jarak jauh dipasang diatas. Jika pelihat jarak jauh masih baik, bisa digunakan
kacamata untuk baca yang dijual bebas.
c. Bedah Keratorefraktif
Bedah keratorefraktif mencakup serangkai metode untuk mengubah kelengkungan
permukaan anterior bola mata diantaranya adalah keratomi radial, keratomileusis
keratofikia, epiakerarfikia.

d. Terapi dengan menggunakan laser dengan atau operasi lasik mata.


Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat
miopi dengan menggunakan laser.
e. Photorefractive Keratotomy (PRK)
Terapi ini menggunakan konsep yang sama dengan penggantian kembali kornea mata
tetapi menggunakan prosedur yang berbeda.
f. Operasi orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata
Orang-orang dengan miopi rendah akan lebih baik jika menggunakan teknik ini.
Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian
sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-
bahan plastik yang ditanamkan kedalam kornea mata untuk mengganti kornea yang
rusak.
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi
kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada
penderita myopia

H. Pencegahan
1. Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan gelap dan
menonton TV dengan jarak yang dekat
2. Memegang alat tulis dengan benar
3. Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau melihat TV.
4. Batasi jam membaca dan aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter).
5. Gunakanlah penerangan yang cukup.
6. Jika memungkinkan memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur
tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.

DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/konsep-dasar-miopia.html.
Diakses tanggal 02 Maret 2020.
http://kamuskesehatan.com/arti/rabun-jauh/. Diakses tanggal 02 Maret 2020.
http://www.diwarta.com/pengertian-bagian-bagian-mata-beserta-penjelasannya/. Diakses
tanggal 02 Maret 2020 .
Ilyas, Sidarta. Dasar-Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta: 2000.
Istiqomah, Indriana N. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta: 2005.
http://www.tipsehat.indoinfo.web.id/2012/11/02/penyebab-mata-menjadi-rabun-
jauhmiopimyopia-mata-minus/. Diakses tanggal 02 Maret 2020 .

Anda mungkin juga menyukai