PENDAHULUAN
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya
bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh .
Emetropia
Emetropia adalah suatu keadaan di mana sinar yang sejajar atau jauh
dibiaskan atau difokuskan oleh sistem optik mata tepat pada daerah makula lutea
tanpa mata melakukan akomodasi. Pada mata emetropia terdapat keseimbangan
antara kekuatan pembiasan sinar dengan panjangnya bola mata. Keseimbangan
dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan dan kelengkungan
kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya pembiasan sinar
terkuat dibanding media penglihatan mata lainnya. Lensa memegang peranan
terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda yang dekat.
Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan
pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan
panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia atau astigmat.
Kelainan lain pada pembiasan mata normal adalah gangguan perubahan
kecembungan lensa yang dapat berkurang akibat berkurangnya elastisitas lensa
sehingga terjadi gangguan akomodasi. Gangguan akomodasi dapat terlihat pada
usia lanjut sehingga terlihat keadaan yang disebut presbiopia.
Akomodasi
Pada keadaan normal cahaya yang datang dari jarak tidak terhingga akan
terfokus pada retina, demikian pula bila benda jauh didekatkan. Hal ini
diakibatkan adanya daya akomodasi mata yang bila benda didekatkan maka
bayangan benda dapat difokuskan pada retina atau makula lutea. Mata akan
berakomodasi untuk melihat jelas benda pada jarak yang berbeda-beda sehingga
bayangan benda akan tetap terfokus pada retina. Akomodasi adalah kemampuan
lensa untuk mecembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Akibat
akomodasi daya pembiasan lensa bertambah kuat.
Teori akomodasi Hemholtz :
Zonula Zinn kendor akibat kontraksi otot siliar sirkuler lensa yang elastis menjadi
cembung dan diameter menjadi kecil.
Teori akomodasi Tsernig:
Dasarnya adalah bahwa nukleus lensa tidak dapat berubah bentuk sedang yang
dapat berubah bentuk adalah bagian lensa superfisial atau korteks lensa pada
waktu akomodasi terjadi tegangan pada zonula Zinn sehingga nukleus lensa
terjepit dan bagian lensa superfifial di depan nukleus akan mencembung.
Mata akan berakomodasi bila bayangan benda difokuskan di belakang
retina. Bila sinar jauh tidak difokuskan pada retina seperti pada mata dengan
kelainan refraksi hipermetropia maka mata tersebut akan berakomodasi terus
menerus walaupun letak bendanya jauh, dan pada keadaan ini diperlukan fungsi
akomodasi yang baik.
Anak-anak dapat berakomodasi dengankuat sekali sehingga memberikan
kesukaran pada pemeriksaan kelainan refraksi. Daya akomodasi kuat pada anakanak dapat mencapai + 12.0-18.0 D. Akibat daripada ini maka pada anak-anak
yang sedang dilakukan pemeriksaan kelainan refraksinya untuk melihat jauh
mungkin terjadi koreksi miopia yang lebih tinggi akibat akomodasi sehingga mata
tersebut memerlukan lensa negatif yang berlebihan (koreksi lebih). Untuk
pemeriksaan kelainan refraksi anak sebaiknya diberikan sikloplegik yang
melumpuhkan otot akomodasi sehingga pemeriksaan kelainan refraksinya murni,
dilakukan pada mata yang beristirahat. Biasanya untuk ini diberikan sikloplegik
atau sulfas atropin tetes mata selama 3 hari. Sulfas atropin bersifat
parasimpatolitik, yang bekerja selain untuk melumpuhkan otot siliar juga
meiumpuhkan otot sfingter pupil.
Pada keadaan bertambahnya usia, maka akan berkurang pula daya
akomodasi akibat berkurangnya elastisitas lensa sehingga lensa sukar mencembung. Keadaan berkurangnya daya akomodasi pada usia lanjut disebut
presbiopia.
BAB II
PEMBAHASAN
MIOPIA
Definisi
Miopi adalah defek refraksi
terletak jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi. Miopi
merupakan istilah medis untuk penglihatan dekat. Orang dengan miopi melihat
benda lebih jelas bila benda tersebut jaraknya dekat dengan matanya, sedangkan
benda yang jauh nampak buram. Membaca dan melihat dalam jarak dekat
barangkali jelas, namun penglihatan jauhnya buram.
Klasifikasi
Miopi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologinya, yaitu :
Miopi aksial, miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
Miopi ringan
Miopi sedang
Simple myopia, paling sering terjadi daripada tipe miopia yang lain dan
terjadi bila aksis bola mata terlalu terlalu panjang untuk kekuatan optiknya
(ditentukan oleh kornea dan lensa). Faktor genetik dan lingkungan sangat
berpengaruh untuk terjadinya simple myopia.
Miopi konginetal, timbul saat lahir dan terus berlangsung selama masa
pertumbuhan.
sekolah.
tahun.
Epidemiologi
Prevalensi global untuk kelainan refraksi telah diperkirakan sekitar 800
juta sampai 2,3 milyar. Insidensi miopi pada populasi sampel bervariasi dengan
usia, negara, jenis kelamin, ras, etnik, pekerjaan, lingkungan dan faktor-faktor
lain.
Pada beberapa negara, seperti Jepang, Singapura, dan Taiwan, lebih dari
44 % populasi dewasa adalah miopi.
Di Australia, prevalensi miopi (lebih dari -0,5 dioptri) telah diperkirakan
sekitar 17 %. Sedangkan di Yunani, prevalensi miopi diantara usia 15-18 tahun
murid sekolah kira-kira 36,8 %.
Di Indonesia, kelainan refraksi merupakan penyakit mata dengan
prevalensi tertinggi diantara penyakit-penyakit mata yang lain, yaitu sekitar 22,1
%. Kelainan refraksi merupakan urutan ketiga sebagai penyebab kebutaan dengan
prevalensi 9,5 %. Sebenarnya kelainan refraksi merupakan penyebab kebutaan
yang dapat dihindari, sehingga dengan upaya-upaya promotif, prefentif, kuratif
dan rehabilitatif, kebutaan akibat kelainan refraksi ini dapat dikurangi angka
prevalensinya.
Gejala Klinis
Tanda Obyektif
Oleh karena orang miopia jarang melakukan akomodasi, maka jarang
miosis, jadi pupilnya midriasis. Mm. Siliarisnya pun menjadi atrofi menyebabkan
iris letaknya kebih kedalam, sehingga bilik mata depan menjadi lebih dalam.
Pada miopia tinggi, badan kaca mencair, disertai kekeruhan didalamnya,
yang disebut vitreus floaters atau obscurasio corpori vitrei. Karena itu irisnya
tremulans. Juga didapat kekeruhan pada polus posterior lensa. Pada pemeriksaan
oftalmoskop, dilihat papil melebar. Oleh karena pada miop tinggi terdapat
stafiloma sklera posterior, yang terletak dipolus posterior, maka retina harus
meliputi permukaan yang lebih luas, sehingga teregang dan menimbulkan fundus
tigroid pada tempat ini, dimana pigmen tak terbagi rata, tetapi berkelompokkelompok menyerupai kulit harimau. Disebelah temporal dari papil terdapat
kresen miopia (myopic cresent) yamg berupa bercak atrofi dari koroid, akibat
regangan. Kadang-kadang atrofi ini mengelilingi papil dan disebut annular patch.
Daerah atrofi ini berwarna putih. Adanya pigmen yang memisahkannya dari
koroid yang masih baik menunjukkan bahwa prosesnya sudah tenang. Kadangkadang didapat ploriferasi dari epitel pigmen daidaerah makula, yang disebut
Forster-Fuchs black spot. Akibat regangan, mungkin menyebabkan ruptur dri
pembuluh darah retina mengakibatkan
masuk ke dalam badan kaca. Mungkin juga terjadi ablasio retina akibat timbulnya
robekan, karena tarikan. Jadi pada miopia tinggi (miopia > 6 dioptri), didapatkan :
Atrofi koroid berupa kresen miopia atau annular patch, disekitar papil,
berwarna putih dengan pigmentasi dipinggirnya
Proliferasi sel epitel pigmen di daerah makula (Foster Fuchs black spot)
depan yang dalam, pupil yang relatif lebih lebar, tetapi tidak disertai kelainan di
bagian posterior mata. Mungkin hanya terlihat kresen miopia yang tmpak putih di
sebelah temporal papil, sedikit atrofi dari koroid yang superfisialis, sehingga
pembuluh darah koroid yang lebih besar tampak lebih jelas membayang.
Tanda Subyektif
Oleh karena orang miopia kurang berakomodasi, dibanding yang
emetropia, maka ia senang melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat, tetapi mengeluh
tentang penglihatan jauh yang kabur. Pada miopia tinggi, terutama bila disertai
astigmatisme, penderita tak saja mengeluh pada penglihatan jauh, tetapi juga pada
penglihatan dekat, oleh karena harus melakukan konvergensi berlebihan, sebab
pungtum rotundum, yaitu batas titik yang terjauh yang dapat dilihat tanpa
akomodasi, letaknya dekat sekali, pada miopia S(-)6 dioptri, titik ini terletak pada
jarak 100/6 = 16 cm. Pada titik ini ia tidak berakomodasi, tetapi berkonvergensi
kuat sekali sehingga pada mata timbul astenovergens dengan keluhan : lekas
capai, pusing, silau, ngantuk, melihat kilatan cahaya. Pada miopia tinggi, disertai
mata menonjol, bilik mata yang dalam dan pupil yang lebar, penderita mencoba
menutup sebagian kelopak matanya, untuk megurangi cahaya yang masuk,
sehingga ketajaman penglihatannya diperbaiki. Kadang-kadang astenovergens
menimbulkan rasa sakit, sehingga penderita tak mencobanya lagi, dengan
mengakibatkan strabismua divergens. Strabismus divergens dapat pula timbul
akibat penderita sedikit melakukan akomodasi, sehingga kurang pula melakukan
konvergensi.
memanjang.
Namun
pada
pertengan
1900-an,
sebagian
besar
Teori-teori
Faktor genetik
Dari suatu penelitian menunjukkan bahwa gen memiliki peranan pada
terjadinya miopi. Suatu defek pada gen PAX6 diduga bertanggung jawab
terhadap terjadinya miopi. Akibat defek tersebut, maka akan terjadi
perubahan ukuran antero-posterior bola mata selama fase perkembangan
yang menyebabkan bayangan jatuh pada fokus di depan retina. Faktor
genetik menyebabkan perubahan jalur biokimia yang menimnbulkan
kelainan pada pembentukan jaringan ikat termasuk pada mata.
Faktor lingkungan
Selain faktor genetik, ternyata lingkungan juga memiliki peranan yang
penting dalam menyebabkan terjadinya miopi. Miopi disebabkan oleh
kelemahan pada otot-otot silier bola mata yang mengontrol bentuk lensa
mata. Kelemahan otot silier bola mata mengakibatkan lensa tidak mampu
memfokuskan objek yang jauh, sehingga objek terlihat kabur. Terjadinya
kelemahan otot ini, akibat dari banyaknya kerja mata pada jarak dekat,
Diagnosis
Diagnosis miopi ditegakkan berdasarkan tanda subjektif dan objektif
pasien,
dan
dikonfirmasi
selama
pemeriksaan
ketajaman
penglihatan
menggunakan kartu Snellen, bagi yang buta huruf menggunakan E chart. Selain
itu dapat juga digunakan pemeriksaan refraksi objektif menggunakan retinoskop,
oftalmoskop dan refraktometer.
Penyulit/Komplikasi
Strabismus divergens
Ablasio retina
Prognosis
Miopia simpleks, dengan koreksi yang baik, disertai dengan pemeliharaan
kesehatan mata dan badan yang baik, prognosisnya baik. Miopia progresif, yang
disertai penyulit yang gawat, kadang-kadang membutuhkan pengurangan, bahkan
penghentian dari pekerjaan dekat. Miopia maligna, prognosisnya buruk.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita miopi dapat dilakukan dengan cara non
bedah dan bedah, hal ini juga tergantung dari berat-ringannya miopi penderita
tersebut.
1. Koreksi non bedah :
Koreksi dengan metode non bedah dapat dilakukan dengan :
Kaca Mata
Lensa kontak
Nyeri.
ii.
iii.
HIPERMETROPIA
Definisi
Hipermetropia adalah kelainan refraksi di mana dalam keadaan mata
istirahat atau tanpa akomodasi, sinar-sinar sejajar yang datang ke mata dari bendabenda jarak tak terhingga difokuskan ke belakang retina. Sinar-sinar divergen
yang datang dari benda-benda pada jarak dekat dibiaskan lebih jauh lagi di
belakang retina. Pada hipermetrop, untuk dapat melihat benda yang terletak pada
jarak tak terhingga (5-6 m atau lcbih), dengan baik, penderita harus
berakomodasi, supaya bayangan dari benda tersebut yang difokuskan dibelakang
retina, .dapat dipindahkan tepat diretina. Untuk melihat benda yang lebih dekat
Klasifikasi
Secara klinik. Hipermetropia dapat dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
-
fisiologis
ini
didukung
dengan
faktor
lingkungan
yang
Manifestasi Klinik
Terdapat berbagai gambaran klinik hipermetropia seperti :
manifes
disebut
sebagai
hipermetropia
laten
atau
S(+)1............................................ 5/5
Sampai di sini, baru dikoreksi hipermetop manifes absolut. Visus menjadi 5/5
karena ada akomodasi.
S(+)1,25........................................ 5/5
S(+)1,5.......................................... 5/5
S(+)1,75........................................ 5/7,5
Yang diambil sebagai koreksi S(+)1,5, lensa. sferis (+) yang terbesar yang
mernberi visus yang sebaik-baiknya. Jadi koreksi hipennetropi rnanifes, dengan
lensa S(+), yang terbesar yang memberikan visus yang rnaksimal.
Pada pernberian lensa S(+)1,25 juga visus sudah 5/5, tetapi dengan
akomodasi, karenanya lensa. harus diperbesar lagi, sampai fokusnya jatuh tepat di
retina, yang ditunjukkan oleh lensaS (+) terbesar, yang memberikan visus yang
maksirnal. Pada contoh ini S(+)1,5. Selama pemerlk.saan yang terakhir yang
dikoreksi adaIah hipermetrop manifes fakultatif, yaitu bagian hipernetrop manifes
yang dapat diatasi dengan akomodasi. Pada contoh, besarnya S (+) 1,5 S(+)1 =
S(+)0,5. Pada-pemberian S(+)1,75 , fokus terletak didepan retina, karena itu
rnenjadi kabur.
Bila kernudian akomodasi dilumpuhkan dengan sikloplegi, tonus dari mrn.
siliaris lenyap dan ternyata dibutuhkan lensa sferis positif yang lebih besar untuk
mendapatkan visus 5/5. Inilah besamya hipermetrop total. Selisili antara
hipermetrop tatal dan hipermetrop manifes, adalah derajat hipermetrop laten,
rnerupakan kekuatan tonus mm. siliaris.
Epidemiologi
Prevelansi hipermetropia berhubungan dengan usia. Pada bayi yang lahir cukup
bulan memiliki hipermetropia ringan ( +2,00 D) sementara bayi prematur dan
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki hipermetropia yang lebih
ringan ( 0,24 D) atau bahkan miopia. Kira-kira 6-9 % bayi berusia 6-8 bulan
memiliki hipermetropia lebih besar dari + 3,25 dioptri dan menurun sekitar 3,6 %
pada usia 1 tahun. Setelah usia 10-15 tahun terjadi penurunan lagi dari prevelensi
hipermetropia dan terjadi peningkatan myopia. Pada usia tua, terjadi peningkayan
hipermetropia kembali karena hipermetropia laten yang menjadi manifes.
Bayi dengan hipermetrop sedang dan berat ( > +3,5 D ) memiliki
kemungkinan 13 kali lebih besar untuk menderita strabismus samapi usia 4 tahun
dan 6 kali untuk memiliki ketajaman penglihatan yang kurang daripada bayi
dengan hipermetropia yang rendah dan normal. Hipermetropia yang tinggi
berhubungan erat dengan meningkatnya resiko amblyopia dan strabismus dan
dijadikan sebagai dasar untuk menilai penglihatan pada anak-anak. Hipermetropia
tinggi juga sangat berkaitan dengan infantile esotropia.
Prevelensi hipermetropia juga dipengaruhi etnis. Etnis Amerika asli,
African American, dan Kepulauan Pasifik memiliki prevelensi tertinggi
hipermetropia.
Diagnosis
Apabila hipermetropnya tinggi, atau didapatkan pada orang tua, pada
umumnya tak ada keluhan, pada penglihatan jauh. Terutama bila didapat pada
orang muda yang sehat. Gejata astenopia akomodatif timbul" setelah melakukan
pekerjaan dekat seperti menulis, membaca, menjahit dan sebagainya karena untuk
mengerjakan pekerjaan tersebut dibutuhkan akomodasi yang banyak. Keluhannya
terdiri dari sakit disekitar mata, sakit kepala margo palpebra dan konjungtiva
merah, lakrimasi, fotofobi ringan, mata merasa panas, berat, mengantuk dan kabur
pada penglihatan dekat. Tanda-tandai ni menghebat, bila keadaan umum buruk.
Penglihatan jauh menjadi terganggu, bila derajat hipermetropnya tinggi,melebihi
daya akomodasi nya, jadi merupakan hipermetrop manifes absolut. Dalam hat ini
gejala astenopi akomodatif dapat timbul baik untuk penglihatan dekat maupun
jauh. Dengan bertambahnya umur, timbul kesulitan meombaca bila tak memakai
kacamata.
Beberapa tes yang dilakukan untuk menentukan adanya hipermetropia
antara lain visual aquity dan refraction, binocular vison dan akomodasi.
Penatalaksanaan
1. Koreksi non bedah :
Koreksi dengan metode non bedah dapat dilakukan dengan :
Kaca Mata
Lensa kontak
Prognosis
Prognosis hipermetropia fisiogis umumnya baik kecuali bagi mereka yang
memiliki hipermetropia dengan amblyopia dan strabismus. Koreksi yang sesuai
akan memberikan penglihatan yang baik dan single binocular vision yang
nyaman. Anak-anak kecil yang memiliki hipermtropia dengan amblyopia,
ASTIGMATISME
Definisi
Astigmatisme, merupakan kelainan refraksi mata, dimana didapatkan
bermacam-macam derajat refraksi pada bermacam-macam meridian, sehingga
sinar sejajar yang datang pada mata itu akan difokuskan pada macam-macam
fokus pula. Setiap meridian mata mempunyai titik fokus tersendiri. Apabila
letaknya teratur disebut astigmatisme regularis sedangkan apabila letaknya tidak
teratur disebut astigmatisme iregularis.
Normal
Astigmatisme
Klasifikasi
1. Berdasarkan struktur asimerinya:
a. Corneal astigmatism : astigmatisme karena bentuk kelainan bentuk di
kornea (90%)
b. Lenticular astigmatism : astigmatisme karena bentuk kelainan bentuk
di lensa (10 %)
2. Berdasarkan axisnya
a. Reguler astigmatism : apabila letak titik fokusnya teratur
Pada astigmatisme regularis, meskipun setiap meridian mempunyai
daya bias tersendiri, tetapi perbedaan itu teratur dari meridian dengan
daya bias yang terlemah kemudian membesar sampai meridian dengan
daya bias yang terkuat. Meridian dengan daya bias yang terlemah ini
tegak lurus terhadap meridian dengan daya bias yang terkuat.
Kemudian disusul dengan meridian-meridian yang sedikit demi sedikit
daya biasnya menjadi lemah dengan teratur sampai meridian dengan
daya bias terlemah dan seterusnya, daya biasnya bertambah kuat lagi
sampai meridian dengan daya bias yang terkuat. Astigmatisme reguler
dibagi menjadi :
o Against the rule astigmatism : bila meridiannya lebih kuat pada
horisontal
o With the rule astigmatism: bila meridiannya lebih kuat pada
vertikal
o Oblique astigmatism bila meridiannya lebih dari 30 derajat dari
3. Berdasarkan fokusnya
a. Simple astigmatism
- Simple hypermeropia astigmatism
- Simple myopia astigmatism
b. Compund astigmatism
- Compound hypermeropia astigmatism
- Compound myopic astigmatism
c. Mixed astigmatism
Ast. M. Simplex
Ast. M
Compositium
Ast. H. Simplex
Ast. H Compositium
Ast. Mixtus
Epidemiologi
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 3 dari 10 anak-anak yang
berusia atara 5 sampai 17 tahun memiliki astigmatisme. Sebuah penelitian di
Brazilmenemukan bahwa 34 % dari anak sekolah di sebuah kota memiliki
astigmatisme. Penelitian di Bangladesh menemukan 1 dari 3 (32,4 %) orang-orang
yang berusia di atas 30 tahun memiliki astigmatisme.
Diagnosis
Walaupun astigmatisme ringan tidak bergejala, sebagian besar astigmatisme dapat
menimbulkan gejala seperti blur vision, juling, astenopia, lelah dan sakit kepala.
Beberapa alat yang digunakan untuk menentukan adanya astigmatisme, kekuatan
dan axis dari astigmatism antara lain keratometer, corneal trophographer,
autorefractor, Jackson cross cylinder, clock diat atau sunburst.
Penatalaksanaan
1. Koreksi non bedah :
Koreksi dengan metode non bedah dapat dilakukan dengan :
Kaca Mata
Lensa kontak
PRESBIOPIA
Definisi
Presbiopi yang berasal dari bahasa Yunani presbyteros yang artinya tua,
adalah hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan
yang pada semua orang. Merupakan suatu keadaan dimana pungtum maksimum,
yaitu titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang maksimal, telah
begitu jauh, sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, menjahit sukar
dilakukan.
Seseorang
dengan
mata
emetrop
akan
mulai
merasakan
Mekanisme
Pada mata, lensa terletak dibelakang iris dan pupil. Otot siliaris yang kecil
menarik dan mendorong lensa, mengatur kurvatura, dengan demikian mengatur
kekuatan lensa untuk membawa objek ke fokus. Seiring bertambahnya usia , lensa
menjadi kurang fleksibel dan elastis, dan otot siliaris menjadi berkurang
kekuatannya. Karena perubahan ini menyebabkan pengeturan lensa yang
inadekuat pada berbagai jarak, benda yang dekat menjadi tampak buram.
Penyebab utama presbiopi adalah hilangnya elastisitas lensa. Hilangnya kekuatan
otot siliaris, juga dipercaya menambah masalah pada penyebab utama.
Gejala
Gejala yang timbul akibat gangguan akomodasi ini adalah keluhan saat
membaca atau melihat dekat menjadi kabur dan membaca harus dibantu dengan
penerangan yang lebih kuat (pupil mengecil), serta mata menjadi cepat lelah pada
pasien berusia di atas 40 tahun.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan dari gejala-gejala yang ditemukan dan dikonfirmasi
pada pemeriksaan mata.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita presbiopia adalah dengan menggunakan
kacamata sferis positif (S+), yang kekuatannya sesuai dengan umur pasien. Pada
kacamata baca diperlukan koreksi atau penambahan sesuai dengan bertambahnya
usia pasien biasanya adalah :