Anda di halaman 1dari 17

BED SIDE

TEACHING
APPENDISITIS PERFORASI
Kartini/12100115060

Pembimbing :
Liza, dr., Sp.B
SMF ilmu bedah
RS AL-ISLAM BANDUNG
2016

IDENTITAS PASIEN
Nama
:
Usia
:
Jenis Kelamin:
Alamat
:

ANATOMI VERTEBRA

DEFINISI FRAKTUR
Fracture is a break in the structural
continuity of bone (Apleys).
Fraktur servikal : Diskontinuitas
tulang pada satu segmen servikal /
lebih.

MEKANISME CEDERA
Cedera langsung
cedera langsung tembus cedera tulang belakang,
terutama dari senjata api dan pisau.
Cedera tidak langsung
Cedera tidak langsung ini adalah penyebab paling
umum dari kerusakan tulang belakang yang
signifikan, biasanya terjatuh dari ketinggian ketika
tulang belakang runtuh di sumbu vertikal

klasifikasi
Stabil
komponen vertebral tidak bergeser dengan pergerakan normal,
ligamen

posterior

tidak

rusak

sehingga

medulla

spinalis

tidak

terganggu, fraktur kompresi dan burst fraktur adalah contoh cedera


stabil

Tidak stabil
Cedera tidak stabil artinya cedera yang dapat bergeser dengan
gerakan normal karena ligamen posteriornya rusak atau robek, Fraktur
medulla spinalis disebut tidak stabil jika kehilangan integritas dari
ligamen posterior.

DIAGNOSIS
Anamnesa
Fraktur servikal harus selalu difikirkan terjadi pada pasien dengan
riwayat kecelakaan
- trauma pada wajah dan kepala yang signifikan,
- terdapat defisit neurologis,
- nyeri pada leher,
- Pasien dengan cedera tumpul di atas klavikula,
- cedera kepala atau kehilangan kesadaran
Pemeriksaan fisik

Adanya trauma servikal dapat ditemukan dari pemeriksaan fisik


berupa : spinal shock (paresis flaksid, areflexia, hilangnya tonus
sfingter anus, inkontinensia alvi, priapismus), neurogenic shock
(hipotensi, bradikardi paradoksikal, flushed, kering dan hangat pada
kulit), disfungsi otonom (ileus, retensi urin, poikilotermi). Trauma
servikal yang mengenai medula spinalis dapat berupa lesi yang
komplit atau inkomplit (Davenport, 2009; Kirshblum et al, 2004).

DIAGNOSIS
Pemeriksaan NECK
pasien dapat mendukung nya kepala dengan tangan mereka - peringatan
kepada pemeriksa untuk sama-sama Hati-hati! Kepala dan wajah secara
menyeluruh diperiksa untuk memar atau grazes yang dapat menunjukkan
tidak langsung trauma pada tulang belakang leher. Leher diperiksa untuk
deformitas, memar atau cedera tembus. Tulang dan jaringan lunak leher
yang teraba lembut untuk kelembutan dan daerah 'bogginess', atau
meningkat ruang antara proses spinosus, menunjukkan ketidakstabilan
karena posterior kegagalan kolom. Bagian belakang leher Hal ini juga harus
diperiksa tapi sepanjang seluruh yang Pemeriksaan tulang belakang leher
tidak boleh dipindahkan karena risiko melukai kabel dalam yang tidak stabil
cedera (lihat di bawah). Pasien 'log-rolled' (yaitu diserahkan 'dalam satu
piece ') untuk menghindari pergerakan tulang belakang. kembali diperiksa
untuk deformitas, menembus cedera, hematoma atau memar. Tulang dan
jaringan lunak struktur yang teraba, lagi dengan referensi khusus ke ruang
interspinous. Sebuah hematoma, celah atau langkah adalah tanda-tanda
ketidakstabilan.

Tatalaksana
awal
1. Immobilisasi
Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadian/kecelakaan sampai ke
unit gawat darurat. Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi
normal; dengan menggunakan cervical collar. Cegah agar leher tidak terputar
(rotation). Baringkan penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempat/alas yang
keras. Pasien diangkat/dibawa dengan cara 4 men lift atau menggunakan Robinsons
orthopaedic stretcher.
2. Stabilisasi Medis
Terutama sekali pada penderita tetraparesis/tetraplegia.
Periksa vital signs
Pasang nasogastric tube
Pasang kateter urin
Segera normalkan vital signs. Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi
jaringan yang baik. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu monitor AGDA
(analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock.
Pemberian megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu 6 jam
setelah kecelakaan dapat memperbaiki kontusio medula spinalis.

Tatalaksana
awal
3. Mempertahankan posisi normal vertebra (Spinal Alignment)
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong atau
Gardner-Wells tong dengan beban 2.5 kg perdiskus. Bila terjadi dislokasi traksi
diberikan denganbeban yang lebih ringan, beban ditambah setiap 15 menit
sampai terjadi reduksi.
4. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
Bila terjadi realignment artinya terjadi dekompresi. Bila realignment dengan
cara tertutup ini gagal maka dilakukan open reduction dan stabilisasi dengan
approach anterior atau posterior.
Untuk fraktur atlas dan proccesus odontoid tindakan bedah ditujukan untuk
stabilisasi dan imobilisasi dengan menggunakan modifikasi halo treatment.
Indikasi operasi pada cedera medulla spinalis adalah :
Perburukan progresif karena retropulsi tulang diskus atau hematoma epidural
- Untuk restorasi dan realignment kolumna vertebralis
- Dekompresi struktur saraf untuk penyembuhan
- Vertebra yang tidak stabil.

Tatalaksana
awal
Rehabilitasi.
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin. Termasuk dalam
program ini adalah bladder training, bowel training, latihan otot
pernafasan, pencapaian optimal fungsi-fungsi neurologik dan program kursi
roda bagi penderita paraparesis/paraplegia. Rehabilitasi
untuk fraktur
servikal memerlukan waktu yang lama, beberapa bulan sampai tahunan,
tergantung beratnya cedera. Terapi fisik dapat dilakukan latihan untuk
menguatkan kembali daerah leher dan memberikan tindakan pencegahan
untuk melindungi cedera ulang. Selain itu dianjurkan untuk mengubah gaya
hidup yang dapat menyebabkan fraktur servikal. Mandi air hangat dan
kompres hangat dapat digunakan untuk mengurangi rasa tidak enak di
leher. Kadang digunakan kantong es atau ice massage. Setelah penggunaan
neck splint, surgical collaratau spinal brace selama beberapa bulan, fisio
terapist membantu menggerakkan leher kembali , dengan menggunakan
gerakan terbatas dan pijatan yang lembut, ketika dianggap aman untuk itu.
Dianjurkan juga untuk menggunakan bantal yang dapat memberikan
sokongan yang khusus untuk leher.

Patah tulang atlas


Mekanisme traumanya
pembebanan aksial, ex: kejatuhan benda berat dikepala atau jatuh dari ketinggian dengan
kepala lebih dahulu misalnya anak muda yang terjun menukik kesungai yang dangkal.
Mekanisme ini akan mengakibatkan atlas patah berkeping-keping dengan dislokasi fragmen
ke semua jurusan tau menyebar
Pada anamnesis,
di dapatkan keluhan nyeri leher bagian atas atau neuralgia oksipitalis dan mungkin
tertikolis. Kadang penderita merasa tidak dapat mempertahankan kepala dalam posisi tegak
atau adanya perasaan instabilitas sehingga kepala harus ditopang terus menerus dengan
kedua tangan. Sangat jarang terdapat gangguan neurologi karena terdapat disproporsi yang
besar antara medula spinasi dan kanalis spinalispada vertebra servikal bagian atas. Bila
terdapat kelumpuhan, biasanya dalam bentuk pentaplegia yang berakibat fatal sehinggan
penderita tidak sempat masuk rumah sakit.
Terapi
Fraktur atlas umumnya sembuh dengan pengobatan konservatif berupa imobilisasi dengan
gips Minerva atau traksi halo selama tiga bulan. Bila fraktur atlas disertai ruptur ligamentum
transversum, diperlukan tindak bedah untuk stabilisasi prosterior dengan memfusikan os
oksipitale, vertebra C1, dan vertebra C2.

Patah tulang odontoiD


Mekanisme trauma
Patah tulang odontoid (os ontodoideum = aksis= os epistrofeum) dahulu sebagian besar
disebabkan oleh kejatuhan benda berat di kepala, tetapi pada waktu sekarang ini paling sering
disebabkan oleh kecelakaan lalu tintas
Pada annamnesis,
didapati keluhan nyeri pada seriap gerakan leher serta nyeri pada leher bagian belakang
yang dikenal sebagai neuralgia oksipitalis. Gejala lain adalah tortikolis dan instabilitas
oksipitoservikal sehingga, pada setiap pergerakan leher, penderita menggunakan kedua
tangan untuk menyangga kepala. Tidak jarang fraktur odontoid terjadi pada trauma kepala
sehingga Roentgen servikal harus dilakukan pada setiap penderita trauma kepala bahkan, bila
perlu, lakukan foto vertebra yang lain. Gangguan neurologik pada faktur odontoid timbul
akibat terangsangnya saraf oksipital mayor yang menimbulkan neurolgia oksipitalis berupa
rasa tebal atau anastesis pada daerah oksipital. Penyulit yang lebih serius adalah pentaplegia
akubat penekanan batang otak oleh odontoid yang seing berakhir dengan kematian.
Terapi
Terapi konservatif berupa imobilisasi dengan traksi, kepala yang dilanjutkan dengan gips
Minerva selama 2-3 bulan. Tindakan operatif dapat dilakukan dari anterior atau prosterior bila
terdapat instabilitas.

Spondilolistesis aksis traumatik


Spondilolistesis traumatik antara C2 dan C3 atau patah tulang
pada penggantungan (hukuman mati) adalah fraktur dislokasi
pedikel vertebra C2 sehingga terdapat sublukasi anterior
vertebra C1 dan korpus vertebra C2 terhadap vertebra C3.
Mekanisme trauma
Jenis fraktur ini diakibatkan oleh beban gaya aksial
pada
posisi ekstensi servikal. Gaya ini kan memutus pars
interartikularis tulang odontoid dan ligamentum longitudinal
anterior, merobek diskus anterior vertebra C2 dan C3, serta
menimbulkan pelebaran pers interartikularis antara C2 dan C3
dan pergeseran ke posterior.
Pada patah tulang yang stabil, penatalaksanaannya konservatif
dengan imobilisasi gips Minerva selama 8-12 minggu,
sedangkan fraktur yang tidak stabil memerlukan tindak bedah.

Patah tulang vertebra servikal


bawah
Cedera tulang servikal bagian bawah, yang kebanyakan disebabkan
oleh kecelakan lalulintas, paling sering terjadi karena vertebra C4, 5 dan
6 adalah vertebra servikal yang paling banyak bergerak. Penyebab
tersering kedua dalah jatuh dari ketinggian.
Berbagai macam mekanisme trauma yang dapat menimbulkan cedera
pada tulang servikal ialah trauma pembebanan gaya aksial, trauma
hiperfleksi, dan trauma cambuk (whiplash injury). Mekanisme trauma
tersebut dapat menyebabkan berbagai patologi, yaitu tipe vertikal, tipe
kompresi, dislokasi faset sendiri intervertebral unilateral atau bilateral.
Keluhan utama penderita biasanya adalah nyeri leher pascatrauma
disertai kaku leher dan gangguan gerak karena spasme otot
paravertebral. Cedera medula spinalis dapat berupa sindrom medula
anterior, sindrom Brown Sequard, jejas lintang komplet, atau sindrom
medula sentral, yang masing-masing memberikan gejala klinis yang
berbeda (lihat 41-3-3 Gambaran klinis cedera tulang belakang dan
medula spinalis).

Patah tulang vertebra servikal


bawah
Bila ada kecurigaan fraktur servikal, harus dibuat foto Roentgen dalam
proyeksi anterior-prosterior dan lateral, dan bila tidak tampak kelainan
yang jelas, dibuat foto dinamik vertebra servikal dengan leher dalam
posisi fleksi dan posisi ekstensi. Dengan cara ini dapat dipastikan ada
tidaknya pergeseran yang menandakan adanya instabilitas.
Penanganan cedera vertebra servikal bawah bergantung pada
stabilitasnya. Faktur stabil, misalnya tipe kompresi dapat ditangani
secara konservatif, yaitu imobilisasi dengan gips atau penguat leher
selama 8-12 minggu. Setelah terjadi penyembuhan mungkin terjadi
penyatuan tulang dengan vertebra dalm posisi kifosis yang dapat
menyebabkan masalah statik dan masalah neurologik. Pada cedera
yang tidak stabil dan disertai dislokasi, mutlak perlu dilakukan
pembedahan untuk stabilisasi, berupa operasi fusi anterior atau
prosterior. Pada dislokasi tersebut sering didapatkan gangguan
neurologik akibat kompresi medula spinalis sehingga juga perlu
dilakukan diskompresi dengan mereposisi fragmen fraktur.

prognosis

cedera servikal tipe stabil tanpa gangguan neurologik :


baik, demikian pula, pada yang disertai gangguan
neorologik inkomplet.

Sindrom Brown Sequard dan sindrom medula sentral


mempunyai prognosis yang paling baik.

Prognosis jelek didapati pada jejas lintang komplet serta


sindrom medula anterior.

Anda mungkin juga menyukai