Anda di halaman 1dari 114

BED SIDE TEACHING

FRAKTUR

R.TANTI WIJAYANTI
ANDRI DARMAWAN
GITA PARAMESWARA
SARAH ISTIQAMAH

KETERANGAN UMUM

Nama
: An. N
Umur
: 5 tahun
Jenis Kelanin
: Laki-laki
Alamat
: Bandung
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Belum Menikah
Pekerjan
: Pelajar
Tanggal pemeriksaan : 13 Mei 2009

KELUHAN UTAMA

BENJOLAN
PADA BAHU KANAN

ANAMNESA KHUSUS
Sejak + 14 hari sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluhkan adanya nyeri pada bahu
sebelah kanan semenjak pasien terjatuh dari
sepeda motor saat dibonceng.
Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan
disertai adanya rasa linu dan kesemutan. Nyeri
menyebar di sekitar bahu depan dan semakin
bertambah saat digerakkan ke atas. Nyeri sedikit
berkurang saat pasien meminum obat pereda rasa
sakit.

Sesaat setelah
kecelakaan
os
langsung di bawa ke dukun tulang dan
os dipijat. Sesudah beberapa hari os
dipijat oleh dukun tulang, os merasa ada
benjolan pada bahu kanannya, lalu os
berobat ke poliklinik bedah orthopaedi
RS Al Islam.

Pasien juga mengeluhkan nyeri jika bahu bagian


depan kanan di sentuh atau sedikit di tekan. Pasien
mengaku bahwa kulit di atas sekitar bahu tidak ada luka
atau pun lecet. Karena nyeri tersebut pasien mengeluh
sulit untuk makan sendiri dan memakai baju.
Kecelakaan terjadi + 14 hari yang lalu pada saat
os dibonceng sepeda motor dengan kecepatan sedang.
helm (+), lalu os terjatuh saat menghindari tabrakan. Os
terjatuh dengan posisi tangan arah ke kepala dan bahu
kanan pertama kali mengenai aspal. Pingsan (-), sakit
kepala (-) muntah (-), bengkak di bahu depan kanan
(+).

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan umum
: Tampak Sakit Ringan
Gizi
: Cukup
BB/TB : 20 kg / 100 cm
Tensi
: 110/70 mmHg
Nadi
: 90 x/m
Suhu
: Afebris
Pernafasan
: 24x / menit
Kepala : Konjungtiva tidak anemis
Sklera tidak ikterik
Leher
: JVP tidak meningkat

KGB (leher/ketiak/inguinal): Tidak ada pembesaran


Kulit
: Tidak ada kelainan
Thorax : Bentuk dan gerak simetris
VBS sinistra = dextra
Abdomen
: Datar lembut, NT(-) & NL (-)
Hati
: Tidak teraba pembesaran
Limpa : Tidak teraba pembesaran
Jantung : Bunyi jantung murni dan
reguler, S1(+), S2 (+)
Postur : Normal
Gait
: Normal

Status lokalis
a/r clavicula dextra :
Look
: Skin : abrasi (-), vulnus (-), hematome (-),
Shape: tumor (+), swelling (-)
Deformity: (+), benjolan di sepertiga tengah ke arah superior
Feel
: Skin : warm and dry,
Tenderness (+) point of maximal a/r 1/3
midclavicle
Pulsasi arteri brachialis (+)
Sensibilitas area distal (+) baik
Capillary refill < 2
Movement : Shoulder & grillder joint
- Abduksi : aktif 45 ; pasif 90 : terbatas karena nyeri. Adduksi, rotasi
- Fleksi
: terbatas karena nyeri
- Ekstensi : terbatas karena nyeri

RESUME
Seorang laki-laki usia 5 tahun datang ke poliklinik
bedah orthopaedi RS Al Islam dengan keluhan
benjolan pada bahu kanan. Sejak + 14 hari SMRS os
mengeluh nyeri pada bahu sebelah kanan semenjak os
terjatuh dari sepeda motor saat dibonceng. Nyeri
seperti ditusuk-tusuk, disertai rasa linu dan kesemutan.
Nyeri menyebar di sekitar bahu depan. Nyeri semakin
bertambah saat digerakkan ke atas dan sedikit
berkurang saat os meminum obat pereda rasa sakit.
Nyeri (+) jika bahu bagian depan di sentuh atau sedikit
di tekan. Luka (-) pada kulit di atas sekitar bahu.
Karena nyeri tersebut pasien mengeluh sulit untuk
makan sendiri dan memakai baju.

Kecelakaan terjadi + 14 hari yang lalu pada saat os


dibonceng mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan sedang. helm (+), lalu os terjatuh saat
menghindari tabrakan. Os terjatuh dengan posisi tangan
arah kekepala dan bahu pertama kali mengenai aspal.
Pingsan (-), sakit kepala (-) muntah (-), bengkak di bahu
depan (+). Kemudian os dibawa ke dukun tulang oleh
orangtuanya dan dilakukan penarikan pada tulangnya,
setelah beberapa hari os dibawa ke dukun tulang os
merasa ada benjolan pada bahu depan kanan ,lalu os
berobat ke poliklinik bedah orthopaedi RS Al Islam.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis


dalam batas normal kecuali keadaan
umum tampak sakit ringan. Status lokalis
a/r clavicula dextra tampak benjolan (+),
deformity (+). Pada perabaan, NT (+)
dengan point of maximal a/r 1/3 tengah
klavikula. Gerakan abduksi, fleksi, ekstensi
terbatas karena nyeri

USULAN PEMERIKSAAN
X-ray : clavicle AP & cranial 45o / oblique
Lab lengkap

DIAGNOSIS KERJA
Neglected Fractur clavicle dextra 1/3
medial transverse superior angulation

RENCANA TERAPI
ORIF (Open reduction Internal Fixation)
Refracturisasi fiksasi internal n
eksternal

PROGNOSA
Quo ad vitam
Quo ad functionam

: ad bonam
: ad bonam

FRAKTUR
Definisi
Terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epifisis atau
permukaan sendi kartilago, yang disebabkan adanya force
fisik atau kekerasan yang timbul secara mendadak.
Fracture is a break in the structural continuity of bone
(Apleys). Suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang
Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. (smeltzer S.C & Bare B.G,2001)
Setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( reeves
C.J,Roux G & Lockhart R,2001 )

E PIDEMIOLOGI
< 45 tahun
Laki-laki > perempuan
Olahraga
Pekerjaan
Kecelakaan

Usia lanjut
Perempuan > laki-laki
Adanya osteoporosis yang terkait dengan
perubahan hormon.

ETIOLOGI

1.Trauma Tunggal
2.Tekanan yang berulang-ulang
3.Kelemahan Abnormal
(Fraktur Patologis)

FRAKTUR KARENA
TRAUMA
Kekuatan Langsung
Patah pada tempat yang
terkena
Jaringan lunak rusak
Menyebabkan fraktur
melintang & fraktur
kominutif

Kekuatan Tidak
Langsung
Fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat
yang terkena
Kerusakan jaringan
lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada

M EKANISME TRAUMA
Kekuatannya berupa:
Pemuntiran # spiral
Kompresi oblik pendek
Bending / penekukan
triangular butterfly
Tension melintang

Klasifikasi
1. Luas fraktur
Complete/Comminuted Incomplete
- Terpisah secara tak lengkap
- Patah menjadi 2
- Periosteum tetap menyatu
fragmen
- Melintang, Oblik, Spiral, - Greenstickbengkok/melengk
ung yang mengenai satu
kominutif
korteks dengan angulasi
- Umumnya disebabkan
korteks lainnya yang terjadi
karena injuri
pada tulang panjang terutama
berkekuatan tinggi
pd anak
- Garis patah tidak melalui
seluruh penampang tulang
(tulang tidak pecah menjadi
beberapa fragmen),

COMPLETE FRACTURE

INCOMPLETE FRACTURE

Greenstick fracture
Compression
fracture

2. Konfigurasi
Fraktur linier

Fraktur transversal

Fraktur yang arahnya melintang pada tulang


Merupakan akibat trauma angulasi atau langsung
Bila sudut < 30 o

Fraktur oblik

Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut


terhadap sumbu tulang
Merupakan akibat trauma angulasi

bila sudut > 30 o

Fraktur spiral

Fraktur yang arah garis patahnya membentuk spiral


Disebabkan trauma rotasi.

Fraktur comminutive
Butterfly
Comminuted

3. Hubungan antara fragmen fraktur yang satu dengan yang lain


Undisplaced
Displacement (dislokasi)
Angulasi
Rotasi
Distraksi
Overriding
Impacted
Displacement dari fragmen disebabkan oleh
Gaya gravitasi
Tarikan otot

4. Hubungan antara fraktur dengan dunia luar


OPEN (COMPOUND)
FRACTURE
CLOSED (SIMPLE)
FRACTURE
tidak menyebabkan
robeknya kulit,
integritas kulit masih
utuh

integritas kulit rusak


Terdapat hubungan antara
tulang dengan dunia luar
karena fragmen tajam
menembus kulit (dari dalam)
karena objek tajam melukai
kulit menembus sampai ke
tulang (dari luar)

Klasifikasi fraktur
terbuka (Gustilo,1990)
Tipe I: Luka kecil, bersih, kerusakan
minimal pada jar. lunak, fraktur tdk
kominutif

Tipe II: Luka >1cm, tdk ada penutup


kulit, moderate crushing/ comminution of
the fracture

Tipe III: Kerusakan yg luas pada kulit, jar. lunak,


dan struktur neurovaskuler
Tipe IIIA: masih dapat ditutupi dgn jar. lunak

Tipe IIIB: terdapat pelepasan periosteum, fraktur


komunitif yg berat

Tipe IIIC: Terdapat kerusakan arteri atau


saraf perifer

KLASIFIKASI FRAKTUR
TERTUTUP (TSCHERNE, 1984)
GRADE 0 : Sedikit/tanpa cedera jaringan lunak
GRADE 1 : Abrasi dangkal atau memar
GRADE 2 : Kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan
GRADE 3 : Kerusakan jaringan lunak yang nyata
dan ancaman sindrom kompartemen

BERDASARKAN KONDISI
TULANG
Fraktur patologi
Fraktur yang disebabkan karena kelemahan tulang,
Misalnya pada tumor tulang primer, metastasis ke
tulang, infeksi tulang, osteoporosis, dan metabolic
bone disease
Fraktur segmental
Fragmen tulang tengah dikelilingi oleh segmen
proksimal dan distal.
Fragmen tengah biasanya mengalami kegagalan
suplai darah

Fraktur stres
Ketika adanya beban berulang.
Fraktur kompresi (impacted),
Fraktur yang terjadi karena trauma
aksial fleksi yang mendorong tulang ke
arah permukaan lain
Fraktur avulasi,
Fraktur yang diakibatkan trauma tarikan
atau traksi otot pada insersinya pada
tulang.

Bagaimana Fraktur
Bergeser?

1. Kekuatan cedera
2. Gravitasi
3. Tarikan otot

PERGESERAN FRAKTUR

GENERAL SIGNS
Tulang yang patah penting untuk melihat
adanya
1.Shock atau perdarahan
2.Kerusakan otak, spinal cord atau viscera
3.Penyebab predisposisi

TANDA LOKAL
LOOK
Edema
Memar
Deformitas
SKIN IS
INTACT??

FEEL
Localized
tenderness
Pulse: pada
bagian distal dari
bag yg fraktur
Test sensasi
Vascular injury:
surgical
emergency

MOVE
Crepitus
Posisi abnormal
?? Apakah pasien
dapat
memindahkan
sendi distal ke
area yang injury

PROSES
PENYEMBUHAN
FRAKTUR TULANG

Fraktur healing Proses reparasi dari


sistem muskuloskeletal untuk
mengembalikan integritas skeletalnya
karena sejumlah peristiwa biologis yang
mengakibatkan pemulihan jaringan tulang,
sehingga muskuloskeletal dapat berfungsi
kembali.

Proses remodeling tulang berlangsung


sepanjang hidup, dan juga terjadi setelah
penyembuhan suatu fraktur. Proses
penyembuhan terutama tergantung dari
resorbsi osteoclast dan diikuti oleh
pembentukan osteoblast.

KOMPOSISI TULANG
>>tulang berupa matriks kolagen yang diisi
mineral dan sel-sel tulang.
Matriks >> kolagen tipe I :mucopolysacharida
<< protein non kolagen : proteoglikan,
osteonectin (bone spesific protein), osteocalsin
(Gla protein) yang dihasilkan oleh osteoblast.
matriks yang tak bermineralosteoid
normalnya sebagai lapisan tipis pada tempat
pembentukan tulang baru

Mineral tulang Ca dan PO4 tersusun


dalam bentuk hydroxyapatite.
Tulang mature proporsi Ca dan PO4
konstan dan molekulnya diikat oleh
kolagen.

SEL-SEL TULANG
Osteoblast,
Pembentukan tulang
>> alkaline phosphatase dapat merespon produksi maupun
mineralisasi matriks. Akhir siklus remodelling, osteoblast tetap
berada di permukaan tulang baru, atau masuk ke dalam matriks
sebagai osteosit
Osteosit
Osteosit berada di lakunare, F(x) belum jelas. Diduga di bawah
pengaruh (PTH) berperan pada resorbsi tulang (osteositik
osteolisis) dan transportasi ion kalsium. Sensitif terhadap stimulus
mekanik dan meneruskan rangsang ini kepada osteoblast
Osteoclast.
Mediator utama resorbsi tulang, dibentuk prekursor monosit
sumsum tulang stimulus kemotaksisbergerak ke permukaan
tulang. Dengan meresorbsi matriks organ, osteoclast akan
meninggalkan cekungan di permukaan tulang Lakuna Howship.

Remodelling Tulang
Tulang mengalami 2 proses remodelling
atau turn over (tulang diperbarui kembali dan
diperbaiki sepanjang hidup) :
Resorbsi
Pembentukan

Remodelling tulangresorbsi dan


pembentukan berjalan secara bersamaan,
keduanya bekerja saling bergantian.

Resorbsi osteoclast teraktivasi dan taksis ke


permukaan tulang yang bermineralMatriks
organik dan mineral diambilPada trabekula
terbentuk cekungan dan pada korteks
membentuk liang seperti kerucut terpotong
(cutting cone). Setelah 2-3 minggu resorbsi
berhenti osteoclast tak tampak. Sekitar 1-2
minggu kemudiancekungan diliputi
osteoblast3 bulan kemudian pembentukan
dan mineralisasi tulang.

Proses Pembentukan tulang:


Endochondral ossification Osifikasi
jaringan kartilago (epifisial plate dan pada
penyembuhan tulang)
Membraneous ossification Osifikasi
jaringan ikat (pembentukan tulang dari
subperiosteal).

RESPON TERHADAP
FRACTURE HEALING

Sumsum tulang (bone marrow)


Cortex
Periosteum
Jaringan lunak eksternal

PROSES FRACTURE
HEALING
1. Fraktur terjadi bila kekuatan cedera
trauma melampaui sifat kekuatan tulang
2. Tulang mempunyai kemampuan untuk
sembuh sendiri melalui regenerasi.

3 hal yang bertanggungjawab penyembuhan fraktur:


1. Debridement
2. Stabilisasi
3. Remodeling pada tempat fraktur
Penyembuhan:
Primer : Bila ada fiksasi rigid. Terjadi jika ada kontak
langsung yang kuat antar fragmen fraktur. Fiksasi rigid
memerlukan kontak kortikal yang langsung dan pembuluh
darah intrameduler yang terbentuk baru. Tidak terjadi
pembentukan kalus.
Sekunder : Bila tanpa fiksasi rigid. Menunjukkan mineralisasi
dan penggantian tulang dari matriks kartilago
pembentukan kalus.
Jembatan kalus eksternal menambah stabilitas tempat
fraktur dengan bertambah lebarnya tulang. Ini terjadi pada
penggunaan gips dan fiksasi eksternal maupun penggunaan
intramedullary nail.

PENGATURAN TERHADAP
FRACTURE HEALING
Fracture healing melibatkan kompleks
interaksi dari banyak faktor pengaturan
lokal&sistemik.
Diantaranya :
Bone morphogenetic proteins (BMPs)
Transforming growth factor- (TGF-)
Platelet-derived growth factor (PDGF)
Fibroblast growth factor (PGF)

Faktor pertumbuhan menjalankan fungsi


biologinya dengan mengikat reseptor cell-surface
transmembrane pada sel target. Pengikatan
reseptor transmembran ekstraselulerstimulasi
intraseluler pengaktifan protein kinase yang
spesifikpengaktifan transkripsi gen ke dalam
mRNA, diproduksi protein-protein.
Faktor pertumbuhan Dihasilkan dengan cara
autocrine dan paracrine interaksi kompleks dari
mediator lokal sel-sel mesenkim yang
undifferensiasi bermigrasi, berproliferasi dan
berdifferensiasi di tempat fraktur (proliferasi
seluler, differensiasi, kemotaksis dan sintesa
protein)

FASE-FASE BONE HEALING

Fracture Healing (Stage)

1. Kerusakan jaringan & hematom terjadi


sampai dengan hari ke-5
Pembuluh darah robek hematom
Tulang permukaan fraktur mati 1-2 mm
2. Inflamasi & proliferasi selular (8 jam
pertama)
Reaksi inflamasi akut
Proliferasi sel di bawah periosteum
Ujung fragmen dikelilingi jaringan sel
jembatan
Hematom diabsorpsi
Pembuluh darah baru

Fracture Healing (Stage)


3. Pembentukan Kalus (4minggu)
- Sel yang berpotensi
khondrogenik & osteogenik
Massa selular menebal
Immature bone & kartilago
kalus pemadatan mineral
- Osteoklas membersihkan
tulang yang mati

Pembentukan kalus
Fibroblas yang ada di jaringan granulasi mengalami
metaplasia dan berubah menjadi kolagenoblas
khondroblas, kemudian menjadi osteoblas.
Osteoblas dari jaringan tulang yang sehat juga ikut
partisipasi.
Timbunan jaringan tulang berada di sekitar jaringan
kolagen dan pulau-pulau kartilago woven bone
Kalus fragmen-fragmen bersatu

Kalus dapat dijumpai dalam dua tipe:


kalus keras, dimana berlangsung osifikasi
intramembran
kalus lunak dimana proses osifikasi
endokondral berlangsung

4. Konsolidasi
- Tulang rawan menjadi
tulang lamellar
- Osteoklas membersihkan
debris pada #
- Osteoblas mengisi celah
antar fragmen tulang baru

Fracture Healing (Stage)


5. Remodeling (6-12 bulan)
- Tulang dibentuk ulang oleh
proses resorbsi & formasi

Wolff's law
Terjadi perubahan bentuk di luar dan
dalam tulang sebagai respon terhadap
stres.
Tulang mengalami remodeling sebagai
respon terhadap stres yang dialaminya
sehingga menghasilkan struktur minimal
yang dapat beradaptasi terhadap stres
tersebut.

Contoh:
Pada fraktur akibat beban berat pada tulang panjang yang sembuh
dengan angulasi, setiap langkah yang diambil pasien akan
menghasilkan tekanan pada bagian konveks dan konkaf dari
angulasi tersebut.
Hal ini tidak membuat struktur tulang menjadi lemah, tetapi stres
mekanik yang berulang itu akan menyebabkan terjadinya modeling
dan remodeling tulang dengan pertumbuhan tulang baru pada
bagian konkaf dan resorpsi tulang pada bagian konveks.
Pada orang yang masih muda, pada akhirnya tulang akan menjadi
lurus.

Remodelling bukan dipicu oleh prinsip


terjadinya stress tapi oleh "flexure".
Beban dinamis yang berulang pada tulang
memicu remodelling; tapi beban yang statis
tidak.
Dynamic flexure menyebabkan permukaan
tulang yang sakit menyimpang ke arah
konkavitas yang muncul selama tindakan
dynamic flexure.

Faktor yang mempengaruhi bone healing


Usia
Lokasi dan bentuk fraktur
Fraktur yang dikelilingi banyak otot lebih
cepat sembuh dibandingkan fraktur yang
letaknya subkutan atau sendi
Fraktur berbentuk spiral atau oblique lebih
cepat sembuh dari pada bentuk transversal

Displacement
Undisplace fragmen fracture lebih cepat
sembuh oleh karena periosteum utuh
sehingga periosteal lebih cepat
Vaskularisasi
Makin baik vaskularisasi, makin banyak
aliran darah, proses penyembuhan
makin cepat

Perkiraan penyembuhan
fraktur pada orang dewasa
Lokalisasi

Waktu penyembuhan

Falang/metakarpal/metatarsal/kosta

3-6 minggu

Distal radius

6 minggu

Diafisi ulna dan radius

12 minggu

Humerus

10-12 minggu

Klavikula

6 minggu

Panggul

10-12 minggu

Femur

12-16 minggu

Kondilus femur/tibia

8-10 minggu

Tibia/fibula

12-16 minggu

Vertebra

12 minggu

Penilaian penyembuhan
fraktur
Klinis ; pemeriksaan pada daerah fraktur
dengan melakukan pembengkokan pada
daerah fraktur, pemutaran dan kompresi
untuk mengetahui adanya gerakan atau
perasaan nyeri pada penderita. Keadaan ini
dapat dirasakan oleh pemeriksa atau oleh
penderita sendiri. Apabila tidak ditemukan
adanya gerakan, maka secara klinis telah
terjadi union dari fraktur.

Radiologi ; pemeriksaan rontgen pada


daerah fraktur dan dilihat adanya garis
fraktur atau kalus dan mingkin dapat
ditemukan adanya trabekulais yang
sudah menyambung pada kedua
fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat
adanya medula atau ruangan dalam
daerah fraktur.

Abnormalitas proses penyembuhan


Delayed union
Proses penyembuhan berjalan dalam waktu lebih
lama daripada yang diperkirakan atau normal
(lebih dari 4 bulan). Gambaran radiologis pada
keadaan ini belum menampakkan deformitas,
sklerosis belum tampak pada ujung fragmen.

Non union
Adalah suatu kegagalan penyembuhan tulang,
terjadi pada masa lebih dari 8 bulan. Semua
proses reparatif sudah berhenti, tetapi
kesinambungan tulang belum atau tidak tercapai.
ditandai dengan nyeri
Penyebab karena imobilisasi maka untuk
mencegah bony ankylosis maka harus mobilisasi.

Mal union
Bila proses penyembuhan berjalan
normal, union terjadi dalam waktu
semestinya namun tidak tercapai bentuk
aslinya atau abnormal.

Terimakasih

TERAPI PADA FRAKTUR


TERTUTUP

TERAPI FRAKTUR
TERTUTUP
Terapi terdiri dari :
1. Manipulasi, memperbaiki posisi fragmen
2. Pembebatan, pertahankan sampai
menyatu
3. Gerakan sendi, harus dipertahankan
4. Weight-Bearing, membantu
penyembuhan

TERAPI FRAKTUR TERTUTUP

REDUKSI

Mencegah dysplacement
METODE :
1. Traksi yang terus-menerus
2. Pembebatan dengan gips
3. Pemakaian penahan fungsional
4. Fiksasi internal
5. Fiksasi eksternal

CONTINUOUS TRACTION
1. Traksi dengan gaya berat
- hanya tungkai atas
- Wrist sling

CONTNUOUS
TRACTION
2. Skin Traction
- Weight 4-5 Kg

CONTNUOUS
TRACTION
3. Skeletal Traction
- Wire/Pin insertion
at behind tibial
tubercle, lower tibia,
or calcaneum

KOMPLIKASI TRAKSI :
1. Menghambat sirkulasi
- Terutama pada anak2
2. Nerve Injury
- Older people predispose of peroneal
nerve injury
3. Compartement syndrome
- Oleh traksi yg berlebihan : kerusakan arteri
iskemi & cedera edema

SPLINTING
Tekan luka terbuka dengan menggunakan kasa
kering dan steril untuk mengontrol perdarahan dan
mencegah kontaminasi agar meminimalisir resiko
infeksi
Splint seharusnya mencakup sendi atas dan
bawah dari tulang yang fraktur
Saat memasang splint, harus tetap dimonitor
fungsi neurovaskular : capilary refill, pulse, gross
sensation dan fungsi motor
Splinting harus sudah dilakukan sebelum
memindahkan pasien
Jika fraktur mengakibatkan deformitas, maka
harus dilakukan traksi sebelumnya

Cast Splintage-Technique

KOMPLIKASI CAST SPLINTAGE :


1. Tight Cast
- Complain : diffuse pain
- Limb should be elevated
- Persisted pain split the cast, and open
2. Pressure Sore
- oleh tekanan berlebih
3. Skin Abrasion
- oleh pelepasan gips

FIKSASI INTERNAL:
- Fixed bone fragment with sekrup, plat logam,
paku intramedullar
- Risiko Infeksi bergantung pada
Pasien
Dokter
Fasilitas

INDIKASI UNTUK FIKSASI INTERNAL :


1. # yg tdk bisa direduksi selain dgn operasi
2. # yg tdk stabil secara bawaan & cenderung
kembali setelah reduksi
3. # yg penyatuannya kurang baik & perlahan
(ec : femoral neck #)
4. # patologis
5. # multipel
6. # pasien yg sulit perawatannya (PASIEN
LANSIA, PARAPLEGI)

Komplikasi fiksasi internal:


1. Infection
2. Non-Union
- jika tulang telah terikat erat dgn ujung2 yg
terpisah
- sering pd kaki/lengan bawah jika satu tulang #
dan lainnya tetap utuh
3. Implant Failure
4. Fraktur ulangan
- jangan lepas implan logam terlalu cepat
- Minimum 1 year, 18-24 months is safer
- Perlu perlindungan/ perawatan setelah
pelepasan implan

EXTERNAL FIXATION

Fraktur dapat dipertahankan dengan sekrup


pengikat atau kawat penekan yang melalui
tulang diatas dan dibawah fraktur, dan
dilekatkan pad asuatu kerangkan luar.

INDIKASI FIKSASI
EKSTERNAL
1.
2.
3.
4.
5.

# dgn kerusakan jar.lunak


# dgn kerusakan saraf & pembuluh
# yg sangat kominutif & tdk stabil
# yg tdk menyatu
# pelvis, yg sering tdk dpt diatasi dgn
metode lain
6. # terinfeksi
7. Cedera multipel yg berat

Komplikasi fiksasi eksternal


Overdistraksi fragmen
Infeksi di tempat pemasangan pen

FRAKTUR KLAVIKULA

Fraktur pada klavikula biasanya terjadi


pada 1/3 medial klavikula
Fragmen lateral biasanya terdorong ke
inferior dan medial

Proses penyembuhan pada fraktur


klavikula baik karena itu reduksi yang
sempurna tidak dibutuhkan
Kedua shoulder diusahakan untuk
ekstensi maksimal dan mempertahankan
posisi seperti ini selama 3 minggu
Figure of eight

Tujuan dari tindakan pada fraktur


klavikula adalah untuk meluruskan
kembali ujung luar klavikula dengan
acromion pada posisi anatomis.
Berat lengan harus disokong dengan
arah ke atas disertai dengan
penekanan ke bawah pada klavikula.

Terima Kasih

TERAPI FRAKTUR
TERBUKA

TREATMENT FRAKTUR
TERBUKA
Penanganan dini
Debridemen
Penutupan luka
Stabilisasi fraktur

PENGANGANAN DINI
Tutup luka (sementara) mencegah
infeksi lebih lanjut
Profilaksis antibiotik
* kombinasi benzilpenicilin &
flukloksasilin tiap 6 jam selama 48 jam
(jika luka terkontaminasi >>>)
Antitetanus

Debridemen
Tujuan: membersihkan luka dari benda
asing dan jaringan mati, serta
memberikan vaskularisasi yang baik pada
daerah luka.
Dilakukan dalam anestesi umum
Irigasi dengan garam fisiologis
Eksisi luka: sesedikit mungkin, tepi
lukanya sehat

Debridemen
Ekstensi pada luka: lakukan dengan hatihati
Pembersihan luka: dicuci dengan saline,
jangan gunakan syringe memperburuk
kontaminasi
Pembuangan jaringan mati
Tendon dan saraf: secara umum dibiarkan
saja

Penutupan Luka
Luka Tipe I yang kecil dan tidak
terkontaminasi dapat ditutup, asal
dilakukan tanpa tegangan
Luka yang lain dibiarkan terbuka hingga
bahaya infeksi telah lewat, balut dengan
kasa steril, lihat setelah 2 hari, kalau
bersih dapat dijahit atau dilakukan
pencangkokan kulit

Stabilisasi Fraktur
Penting untuk mengurangi infeksi dan
membantu perbaikan jar. lunak.
Fiksasi tergantung dari: derajat
kontaminasi, jarak waktu dari kejadian
sampai operasi, dan banyaknya
kerusakan jaringan lunak.

Stabilisasi Fraktur
Bila kontaminasi minimal dan jarak waktu
<8jam, untuk fraktur sampai Tipe IIIA
dapat dilaku-kan: cast splintage,
intermedul-lary nailing dan fiksasi
eksterna.
Untuk luka yang lebih parah perlu
pertimbangan yang baik dari ahli ortopedi
dan bedah plastik

Stabilisasi Fraktur
Kebanyakan dapat dilakukan fiksasi
eksterna. Atau juga locked nailing dan
pemasangan plates and screws.

Perawatan Selanjutnya
Tungkai ditinggikan, perhatikan
sirkulasinya.
Pada luka yang dibiarkan terbuka, lihat
dalam 2-3 hari, dan lakukan delayed
primary suture atau pencangkokan kulit.
Bila terjadi toksemia atau septikemia (stlh
pemberian kemoterapi) lakukan drainase

Sekuele pada Fraktur


Terbuka
Kehilangan kulit dan kontraktur
Pada tulang infeksi squester dan
sinus evakuasi
Delayed union terjadi setelah infeksi
kendalikan infeksi

KOMPLIKASI FRAKTUR
Komplikasi Umum
24 jam pertama setelah cedera :

Syok
Koagulopati difus
Fungsi pernafasan

Crush syndrome
Trombosis vena dan emboli paru-paru
Tetanus
Gas Gangren
Emboli lemak

Komplikasi Lokal
DINI:
Infeksi
Robekan serabut
otot
Cedera pembuluh
darah, saraf,
visceral, ligamen

LANJUT:
Nekrosis
avaskuler
Ulkus
dekubitus
Tendinitis,
ruptur tendon
Non-union
Malunion
Kekakuan
sendi

Sumsum Tulang
Setelah frakturkehilangan arsitektur normal unsur
sum2 tulang,hilangnya pembuluh darah diregio dgn
fracture callus clot & reorganisasi komplemen seluler
dari sum tulang kedalam regio yang mempunyai
kepadatan seluler tinggi dan rendah.
Regio kepadatan seluler tinggitransformasi sel
endotelsel polymorfiwaktu 24jam setelah fraktur
akan mengeluarkan osteoblastik fenotipmulai
membentuk tulang baru.
Aktivitas pada sumsum tulang selama terjadi fraktur
healing tidak tergantung pada pengaruh mekanis

Cortex
Penyembuhan primer/cortical healing upaya langsung yang
dilakukan cortex memantapkan kembali begitu terkoyak.
Proses berlangsung bila terdapat pemulihan anatomi dari fragmen
fraktur yang menggunakan fiksasi internal rigid.
sel peresorbsi tulang satu sisi fraktur mengalami tunnelling
resoptive response, dimana akan memantapkan kembali sistem
Haversi yang baru dengan jalan memberikan jalur (pathway)
untuk penetrasi pembuluh-pembuluh darah. Pembuluh darah
tersebut disertai sel endotel dan sel mesenkim perivaskuler yang
menjadi sel osteoprogenitor untuk osteoblast. Peristiwa tersebut
akan mengakibatkan pembentukan unit-unit remodelling yang
berlainan dan disebut sebagai cutting cones.
Penyembuhan sekunder menyangkut respon pada periosteum
dan jaringan lunak luar yang berakhir dengan pembentukan kalus.

Periosteum

Seperti telah disebutkan di muka, salah satu respon penyembuhan yang


terpenting terjadi di sepanjang periosteum. Sel-sel osteoprogenitor yang
berperan dan sel mesenkim undiferensiasi yang tidak berperan
mendorong proses fracture healing dengan jalan rekapitulasi osifikasi
embrionik dan pembentukan tulang endokondral.
Periosteal healing diketahui mampu menjembatani celah selebar
setengah diameter tulang, dan tidak bergantung pada jaringan lunak
eksternal. Proses ini diperbesar oleh gerakan dan dihambat oleh fiksasi
rigid yang berlebihan.
Tulang yang terbentuk melalui osifikasi intramembran ditemui di tempat
yang lebih jauh dari tempat fraktur, sehingga mengakibatkan
pembentukan kalus keras yang membentuk tulang secara langsung tanpa
terlebih dahulu membentuk kartilago. Protein struktural yang
mengakibatkan matriks tulang terlihat awal pada jaringan tersebut. Tulang
yang terbentuk melalui osifikasi endokondral dan dekat dengan tempat
fraktur menyangkut timbulnya cartilage anlage yang mengapur dan diganti
oleh tulang. Hal ini ditandai dengan produksi molekul-molekul yang ada
kaitannya dengan berbagai tipe jaringan muskuloskeletal.

Jaringan Lunak
Eksternal
Jaringan lunak eksternal memainkan peranan
penting pada reparasi tulang dengan timbulnya
jembatan kalus baru yang akan menstabilkan
fragmen-fragmen fraktur. Tipe jaringan yang
terbentuk dari jaringan lunak eksternal tersusun
melalui sebuah proses osifikasi endokondral
dimana sel-sel mesenkim undiferensiasi didapat,
dilekatkan, berproliferasi, dan akhirnya
berdiferensiasi menjadi sel-sel pembentuk
kartilago.

Anda mungkin juga menyukai