Anda di halaman 1dari 51

Anatomi Mata

Refraksi dan Kelainannya


Disusun Oleh :
Christian Martin Tjiu Ritonga
Lelia Pebriani

Pembimbing :
d r. M a n d a s a r i M a n d a r a n a , S p . M

KEPANITRAAN KLINIK SMF KESEHATAN MATA


RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
MATA

Struktur Mata:
1.Internal
2.Eksternal
STRUKTUR INTERNAL

• Diameter bola mata :


kurang lebih 2,5 cm.
• Terletak pada bagian
anterior orbit.
• Terdiri dari :
1. Lapisan Luar.
2. Lapisan Tengah.
3. Lapisan Dalam.
Lapisan Luar

• Merupakan lapisan fibrous yang


menyangga mata, terdiri dari : Sklera
dan Kornea.

• SKLERA
Jaringan padat, berwarna putih.
Menempati 5/6 bagian posterior
dinding bola mata.
Pada orang dewasa atau lansia,
deposit lemak dapat memberikan
warna kuning pada sklera.
 KORNEA
Lapisan padat, avaskuler dan
transparan yang bersambung
dengan sklera.
Menempati 1/6 bagian anterior
dinding bola mata dengan
diameter kira-kira 11 mm.
Lapisan Tengah

• Uvea, lapisan kedua dari bola


mata, merupakan lapisan
bervaskuler dan berpigmen.
• Lapisan ini berisi : Koroid,
Badan siliar dan Iris.
• KOROID
Membran coklat tua, terletak antara sklera dan retina.
Bagian terbesar dari lapisan tengah, dilapisi oleh sebagian
besar sklera.
Berisi banyak pembuluh darah yang menyuplai nutrien ke retina
dan badan vitreus.
Mencegah refleksi internal cahaya.
• BADAN (KORPUS) SILIARE
Menghubungkan koroid dengan iris.
Pada permukaan dalam korpus siliare terdapat
prosesus siliaris yang menghasilkan akueos humor
melalui proses dialisis dan sekresi.
Prosesus ini banyak mengandung pembuluh darah
dan serabut saraf.
• IRIS
Perpanjangan korpus siliare ke anterior
dan merupakan bagian mata yang
berwarna serta menampakkan
karakteristik biru, hijau, hazel, abu-abu
atau cokelat.
Lapisan Dalam

• RETINA
Struktur tipis, halus dan bening tempat serat-
serat saraf optik didistribusikan.
Melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola
mata.
Secara eksternal dibatasi oleh koroid dan sklera.
• FUNDUS OPTIK
Terletak pada bagian posterior mata.
Didalamnya terdapat diskus optikus yang
merupakan daerah berwarna putih merah
muda-krem pada retina.
Anatomi Mata

Bagian mata yang termasuk Media


Refraksi
• Kornea
• Aqueous humor
• Lensa
• Corpus vitreus
• Retina
STRUKTUR EKSTERNAL
• ORBITA
Struktur tulang yang mengelilingi mata dan memberikan
proteksi paling besar pada mata terutama untuk segmen
posterior.
• KONJUNGTIVA
Membran mukosa tipis dan transparan yang
melapisi bagian posterior kelopak mata dan
melipat ke bola mata untuk melapisi bagian
anterior bola mata sampai limbus tempat
konjungtiva berbatasan dengan kornea.
• KELOPAK MATA • BULU MATA
 Susunan kulit yang halus,  Rambut tipis yang
tipis dan mudah terbentuk dari 2 atau 3
digerakkan. baris rambut ireguler
 Pada saat menutup pada batas kelopak
melindungi mata dari mata.
masuknya benda asing,
 Bulu mata atas lebih
melindungi cahaya selama
tidur dan membantu
panjang dan lebih
pergerakan air mata untuk banyak dari yang
menjaga kelembapan dibawah dan
kornea. melengkung ke atas,
bulu mata bawah
melengkung ke bawah.
• ALIS MATA • APARATUS
 Lipatan kulit yang LAKRIMALIS
menebal pada bagian  Terdiri atas glandula
atas orbita yang lakrimalis dengan
ditutupi rambut duktus-duktusnya,
berbentuk garis. kanalikuli lakrimal,
 Melindungi mata dari sakus lakrimalis dan
perspirasi (keringat) duktus nasolakrimalis.
dahi dan menangkap
partikel organik dan
anorganik.
Refraksi
Refraksi adalah suatu keadaan dimana sekumpulan sinar
melalui satu media transpant ke media lain yang transparant
tetapi berbeda kepadatannya.
Refraksi mata
Perubahan jalannya cahaya akibat media refrakta mata dimana
mata dalam keadaan istirahat.
REFRAKSI

Tanpa akomodasi, sinar sejajar yang datang ke mata akan


EMETROP
EMETROP dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina

Keadaan dimana terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena


kornea atau adanya perubahan panjang bola mata, sehingga
AMETROPIA sinar normal tidak dapt terfokus ke macula.
Dapat berupa miopia, hipermetropia, presbiopia,
astigmatisma.
REFRAKSI
Terjadi akibat sumbu bola mata lebih panjang atau lebih pendek
AMETROPIA sehingga bayangan benda difokuskan didepan atau dibelakang
AKSIAL
EMETROP
retina

Terjadi akibat kelainan sistem pembiasan sinar dalam mata. Bila


daya bias kuat maka bayangan benda terletak didepan retina
AMETROPIA (miopia) atau bila daya bias kurang maka bayangan benda akan
REFRAKTIF terletak dibelakang retina (hipermetropia refraktif)
Kelainan Refraksi
Kelainan refraksi (ametropia) adalah keadaan bayangan tidak dibentuk pada
retina.
Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang
retina dan tidak terletak pada satu titik fokus.
Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea
dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata.

Kelainan Refraksi
• Miopia
• Hipermetropia
• Astigmatisme
• Presbiopia
MIOPIA
Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung)
dan lensa (kecembungan kuat) berkekuatan
lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga
titik fokus sinar yang dibiaskan akan
terletak di depan retina.
JENIS MIOPIA
Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
Miopia Refraktif cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)

Diameter anteroposterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih


Miopia Aksial panjang

Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
Miopia Indeks mellitus

Miopia karena cth: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi glaukoma
perubahan posisi
KLASIFIKASI MIOPIA

Menurut derajat beratnya Menurut perjalanan penyakitnya


Mipoia ringan (sampai 3 dioptri) Miopia stasioner/simplek : Menetap setelah
dewasa
Miopia sedang (3 - 6 dioptri)
Miopia progresif : miopia yang bertambah terus
Miopia berat ( lebih dari 6 dioptri) pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya
bola mata.
Miopia maligna : miopia berjalan progresif
mengakibatkan ablasio dan kebutaan.
MANIFESTASI KLINIK MIOPIA
Manifestasi klinik
( subjektif )

• Penglihatan jauh kabur, lebih jelas dan nyaman apabila melihat dekat karena
membutuhkan akomodasi yang lebih kecil daripada emetrop.
• Kadang seakan melihat titik-titik seperti lalat terbang karena degenerasi
vitreus.
• Mata lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk (merupakan gejala
asthenophia).
• Memicingkan mata agar melihat lebih jelas agar mendapat efek pin-hole.
MANIFESTASI KLINIK MIOPIA
Manifestasi klinik
(Objective )

• Bilik mata depan dalam karena otot akomodasi tidak dipakai.


• Pupil lebar (midriasis) karena kurang berakomodasi.
• Mata agak menonjol pada miopi tinggi.
• Pada pemeriksaan oftalmoskopi, retina dan koroid tipis disebut
fundus tigroid.
DIAGNOSIS MIOPIA
1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik
Visus dasar untuk melihat jauh
Visus dengan pinhole untuk mengetahui apakah penglihatan yang buram disebabkan kelainan refraksi
atau kelainan anatomi
Metode “trial and error”, snellen chart dan lensa sferis negatif sampai didapatkan visus 6/6

3. Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi
Auto refraktometer
PENATALAKSANAAN
MIOPIA
Koreksi non bedah
Kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan
ketajaman penglihatan maksimal agar memberikan
istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi

Koreksi non bedah


Fotorefraktif Keratektomi (PRK)
Laser in situ Keratomileusis (LASIK)
Keratomi Radikal
KOMPLIKASI MIOPIA
Ablasio retina Strabismus/ mata juling
Hipermetropia
Keadaan mata tak berakomodasi yang
memfokuskan bayangan dibelakang retina.
Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
panjang sumbu atau menurunnya indeks
refraksi.
Hipermetropia Berdasarkan Etiologi

Hipermetropia kelainan refraksiakibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior


aksial yang pendek

Hipermetropia kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan


kurvatur di belakang retina

Terdapat indeks bias yang kurang padasistem optik mata, misalnya


Hipermetropia pada usia lanjut lensa mempunyai indeks refraksiyang berkurang. Hal
Indeks relatif ini juga dapat terjadi pada penderita diabetes.
Hipermetropia Laten
.
Kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia diimbangi
seluruhnya dengan akomodasi

Hipermetropia Manifest
Hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata
BENTUK positif maksimal yang dapat memberikan tajam
penglihatan normal.
HIPERMETROPIA • Hipermetropia Absolut
kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi
• Hipermetropia Fakultatif
kelainan hipermetropia dapat diimbangi dengan
akomodasi

Hipermetropia Total
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan sikloplegia.
Manifestasi Klinik
Hipermetropia
Gejala subyektif Gejala objectif

 Penglihatan kabur bila melihat  Terjadi strabismus


dekat dan jauh  COA dangkal, karena hipertofi
 Astenopia akomodativa : sakit otot-otot siliaris
kepala, mata cepat lelah, cepat  Ambliopia pada mata yang
mengantuk sesudah membaca tanpa akomodasi; tidak pernah
dan menullis melihat obyek dengan baik
DIAGNOSIS HIPERMIOPIA

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan Fisik

Visus dasar dengan snellen chart, visus dengan pinhole


Refraksi subyektif dengan cara trial and error

3. Pemeriksaan Penunjang

Funduskopi
Refraktometer
Tatalaksana Hipermetropia

Non bedah Bedah


 Koreksi dengan lensa sferis  LASIK (Laser in situ
terbesar yang memberikan visus keratomileusis)
terbaik dan dapat melihat dekat  LASEK (Laser sebepithelial
yanpa kelelahan keratomileusis)
 Tidak diperlukan lensa sferis  PRK
positif pada hipermetropia
rinagn, tidak ada astenopia
akomodatif, tidak ada strabismus
KOMPLIKASI HIPERMIOPIA
Strabismus/ mata juling Glaukoma sekunder
Astigmatisme
Astigmatisme merupakan kondisi dimana
sinar cahaya tidak direfraksikan dengan sama
pada semua meridian dan berkas cahaya
difokuskan pada 2 garis titik yang seling
tegak lurus akibat kelainan kelengkungan
kornea.
Miopia
.
Bila kurvatura kornea selalu
melengkung atau jika aksis mata lebih
panjang dari normal. Bayangan terfokus
didepan retina dan menyebabkan objek
Klasifikasi dari jauh terlihat kabur

Astigmatisme
Astigma dapat terjadi dengan kombinasi
kelainan refraksi yang lain termasuk:
Hipermetropia
Terjadi jika kurvatura kornea terlalu
sedikit atau aksis mata lebih pendek
dari normal. Bayangan terfokus
dibelakang retina dan menyebabkan
objek dekat terlihat kabur
.
Astigmatisme reguler
Astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan
pembiasan bertambah atau berkurang
perlahan-lahan secara teratur dari satu
Bentuk meridian ke meridian berikutnya.
Dibedakan atas Astigmat ‘with the rule’ dan
Astigmatisme Astigmat ‘against the rule

Astigmatisme irreguler
Astigmat yang terjadi tidak mempunyai 2
meridian yang saling tegak lurus
Klasifikasi astigmatisme dilihat
dari kondisi optik:
1. Simple hypermetropia astigmatism
2. Simple myopia astigmatism
3. Compound hypermetropia astigmatism
4. Compound miopic astigmatism
5. Mixed astigmatism
P R E S E N TAT I O N T E M P L AT E
Manifestasi Klinik Astigmatisme

1. Distorsi bagian-bagian lapang pandang


2. Tampak garis vertikal, horizontal atau miring
yang tidak jelas
3. Memegang bahan bacaan dari dekat
4. Sakit kepala, mata berair dan cepat lelah
5. Memiringkan kepala agar dapat melihat jelas
DIAGNOSIS MIOPIA
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Ophthalmology
a. Visus ( snellen chart)
b. Refraksi
Subjektif : kartu astigmatisme
Objektif : keratometer, keratoskop, dan videokeratoskop
3. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi
4. Pemeriksaan Umum Mata
Reflek cahaya pupil, Tes konfrontasi, 27 penglihatan warna, Tekanan
intraokular, Pemeriksaan segmen anterior dan posterior
P R E S E N TAT I O N T E M P L AT E Penatalaksanaan
Astigmatisme
Penatalaksanaan non bedah
Dapat dikoreksi dengan sferis silindris sesuai
aksis yang didapatkan, untuk astigmatisme
yang kecil tidak perlu dikoreksi. Untuk
astigmatisme miopi, diperlukan lensa
silinder negatif, untuk astigma hipermetropi
diguunakan lensa silinder positif.
Astigma juga dapat dikoreksi dengan
keratektomi, fotorefraktif, dan LASEK
PRESBIOPIA

Presentation are communication tools that can be used as demontrations,


lectures, reports, and more. it is mostly presented before an audience.

Presbiopia merupakan gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi
akibat kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
GEJALA PRESBIOPIA
Keluhan pasien berupa mata lelah,berair, dan sering panas setelah membaca
Manifestasi Klinik Presbiopia

Pada pasien presbiopi, kacamata atau


addisi diperlukan untuk membaca Karena jarak baca biasanya 33cm
dekat yang berkekuatan tertentu, maka addisi +3,0 dioptri adalah lensa
biasanya: positif terkuat yang dapat diberikan
o +1,0 D untuk usia 40 tahun pada seseorang, pada keadaan ini
o +1,5 D untuk usia 45 tahun mata tidak melakukan akomodasi bila
o +2,0 D untuk usia 50 tahun membaca pada jarak 33 cm
o +2,5 D untuk usia 55 tahun
o +3,0 D untuk usia 60 tahun
BUTA SENJA
Buta senja atau rabun senja disebut juga night blindess, nyctalopia atau
hemarolopia adalah ketidakmampuan mata untuk beradaptasi dengan
pencahayaan yang kurang, sehingga timbul keluhantidak bisa melihat dengan
baik paa malam hari atau dalam cahya redup atau keadaan gelap.
Buta senja merupakan kelainan pada mata yang terjadi akibat kekurangan
vitamin A
P R E S E N TAT I O N T E M P L AT E

• Buta senja terjadi akibat gangguan


pada sel batang retina.
• Pada keadaan ringan, sel batang
retina sulit beradaptasi diruang yang
Gejala Buta remang-remang setelah lama berada
di cahaya terang
Senja • Penglihatan menurun pada senja hari,
dimana penderita tak dapat melihat di
lingkungan yang kurang cahaya,
sehingga disebut buta senja
DIAGNOSIS BUTA SENJA
1. Anamnesis
Penglihatan menurun pada malam hari atau pada keadaan gelap, sulit beradaptasi pada cahaya
yang redup.

2. Pemeriksaan Fisik
Ditemukan tanda-tanda defiesiensi vitamin A1.
• Kekeringan (xerosis) konjungtiva bilateral
• Terdapat bercak Bitot spot pada konjungtiva sclera
• Xerosis kornea
• Kulit tampak kering dan bersisik
• Nekrosis kornea difus atau keratomalasia

3. Pemeriksaan Penunjang
Tes adaptasi gelap terang
ERG
Slit-biomicroscopy dan opthalmoskopy indirek.
Kadar serum retinol
Xerosis Konjungtiva
Bercak Bitot spot
Xerosis Kornea
• Pada defisiensi vitamin A, diberikan
vitamin A dosis tinggi. Pengobatan dengan
vitamin A dapatmengembalikan fungsi retina
jika diberikan sebelum reseptor rusak.
Vitamin lainnya terutama vitamin B
kompleks juga diperlukan agar retina dan
TATALAKSANA jaringan saraf lainnya bisa berfungsi normal
BUTA SENJA • Lubrikasi kornea
• Pencegahan terhadap infeksi sekunder
dengan tetes mata antibiotic
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai