Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan
A. Anatomi Mata
Mata diproteksi oleh tulang rongga mata, alis dan bulu mata, kelopak mata,
refleks mengedip, sel-sel pada permukaan kornea dan konjungtiva (selaput lendir yang
melapisi permukaan dalam kelopak mata) serta air mata. Air mata berfungsi memperbaiki
tajam penglihatan, membersihkan kotoran yang masuk ke mata, lubrikasi (pelumasan),
media transpor bagi oksigen dari atmosfer, nutrisi (glukosa, elektrolit, enzim protein),
serta mengandung antibakteri dan antibodi. Bola mata mempunyai garis menengah kira-
kira 2,5 sentimeter, bagian depannya bening serta terdiri dari tiga lapisan yaitu: (1)
Lapisan luar (fibrus) yang merupakan lapisan penyangga, (2) Lapisan tengah (vaskuler),
dan (3) Lapisan dalam yang merupakan lapisan saraf.

Mata digerakkan oleh enam otot penggerak mata, otot-otot ini dikaitkan pada
pembungkus Sklerotik mata sebelah belakang kornea. Otot-otot ini mengerakkan mata ke
atas, ke bawah, ke dalam dan ke sisi luar bergantian.
Bagian-bagian Mata:
1. Sklera
Merupakan pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata.
Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus, serta membantu
mempertahankan bentuk biji mata.
2. Retina
Merupakan lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut,
yaitu sel-sel saraf
3. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan yang putih
dan tidak tembus cahaya
4. Iris
Merupakan tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos yang
berfungsi untuk mengecilkan dan melebarkan ukuran pupil.
5. Lensa
Merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa
lapisan. Lensa mata berfungsi sebagai organ fokus utama yang membiaskan
berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.
6. Pupil
Merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai
yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki
mata.
B. Alat Visual Mata
Gelombang cahaya dari benda yang diamati memasuki mata melalui lensa mata
dan kemudian jatuh ke retina kemudian disalurkan sampai mencapai otak melalui saraf
optik, sehingga mata secara terus menerus menyesuaikan untuk melihat suatu benda
(Suyatno, 1995). Iris bekeja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
masuk ke dalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada suasana terang
pupil akan mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar kesadaran
kita. Pada saat yang sama ajakan saraf yang lainnya masuk lebih jauh kedalam otak dan
mencapai korteks sehingga memasuki saraf kesadaran.
Sistem yang terdiri dari mata dan alur saraf yang mempunyai peranan penting
dalam melihat disebut alat visual. Ia mengendalikan lebih dari 90% dari kegiatan sehari-
hari. Dalam hampir semua jabatan alat visual ini memainkan peranan yang menentukan.
Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya kelelahan umum.
C. Fungsi Refraksi
Berkas-berkas cahaya yang jatuh di atas mata akan menimbulkan bayangan yang
telah difokuskan pada retina. Bayangan ini menembus dan diubah oleh kornea, lensa,
badan-badan aqueus dan viterus. Pada mata normal berkas-berkas ini bersatu untuk
menangkap sebuah titik pada retina dan pada titik ini bayangan difokuskan.
Cahaya sinar yang melewati kornea aqueus humor dan lensa akan membelok,
suatu proses yang dikenal sebagai proses refraksi. Hal ini memungkinkan cahaya dari
area yang luas difokuskan pada area yang lebih kecil di retina. Berkas cahaya paralel
dibelokkan oleh lensa cembung menuju titik utama di retina. Jika jarak obyek kurang dari
tujuh meter, lengkungan lensa harus ditingkatkan untuk memudahkan fokus pada retina,
hal ini disebut akomodasi (Chambers, 1999).
II. Hipermetropia
A. Definisi
Hipermetropia juga dikenal dengan istilah hyperopia atau rabun dekat.
Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di
belakang retina. Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat
akibat sukarnya berakomodasi. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur
yang diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan
lensa.(1) Pada perubahan usia lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan
bayangan pada selaput jala (retina) sehingga akan lebih terletak di belakangnya. Sehingga
diperlukan penambahan lensa positif atau konveks dengan bertambahnya usia.
B. Etiologi
Kekuatan optik mata terlalu rendah (biasanya karena mata terlalu pendek) dan
sinar cahaya paralel mengalami konvergensi pada titik di belakang retina. Penyebab
utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek. Akibat bola mata
yang lebih pendek bayangan benda akan difokuskan di belakang retina atau selaput jala.
Sebab atau jenis hipermetropia:
- Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan
refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.
- Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.
- Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang 3
pada system optik mata, misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai
indeks refraksi lensa yang berkurang.
Bentuk Hipermetropia Hipermetropia dikenal dalam bentuk:
1) Hipermetropia manifes, ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan
kaca mata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal.
Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolut ditambah dengan
hipermetropia fakultatif.
2) Hipermetropia absolute, dimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan
akomodasi dan memerlukan kaca mata positif untuk melihat jauh.
3) Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi
dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya
mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata.
Bila diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal
maka otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia
manifest yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai
hipermetropia fakultatif.
4) Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia
absolut ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi
sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolut, sehingga jumlah
hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolut adalah
hipermetropia manifest.
5) Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa siklopegia (atau
dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan
akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan
siklopegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten
seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi
sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan
kemudian menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari
diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien
masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
6) Hipermetropia total, hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah
diberikan siklopegia.
C. Patofisiologi
Akibat dari bola mata yang terlalu pendek, yang menyebabkan bayangan terfokus
di belakang retina. (Wong, 2008)
D. Gejala
Hipermetropia Biasanya seseorang dengan hipermetropia tidak menyukai
keramaian dan lebih senang sendiri. Hipermetropia sukar melihat dekat dan tidak sukar
melihat jauh. Melihat dekat akan lebih kabur dibandingkan dengan melihat sedikit lebih
dijauhkan. Biasanya pada usia muda tidak banyak menimbulkan masalah karena dapat
diimbangi dengan melakukan akomodasi.
Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 dioptri maka tajam penglihatan jauh akan
terganggu. Sesungguhnya sewaktu kecil atau baru lahir mata lebih kecil dan
hipermetropia. Dengan bertambahnya usia maka kemampuan berakomodasi untuk
mengatasi hipermetropia ringa berkurang. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 dengan
usia muda atau 20 tahun masih dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan
tidak mendapatkan kesukaran. Pada usia lanjut dengan hipermetropia, terjadi
pengurangan kemampuan untuk berakomodasi pada saat melihat dekat ataupun jauh.
Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah
dan sakit karena terus-menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan
bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan
ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata
bersama-sama melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai
kedudukan esotropia atau juling ke dalam.
Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena
matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas.
Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia
yang telah lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan
tersebut berupasakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.
Keluhan mata yang harus berakomodasi terus untuk dapat melihat jelas adalah:
- Mata lelah
- Sakit kepala
- Penglihatan kabur melihat dekat
Pada usia lanjut seluruh titik fokus akan berada di belakang retina karena
berkurangnya daya akomodasi mata dan penglihatan akan berkurang.
E. Pemeriksaan Hipermetropia
a. Tujuan
Pemeriksaan bertujuan mengetahui derajat lensa positif yang diperlukan untuk
memperbakir tajam penglihatan sehingga tajam penglihatan menjadi normal
atau tercapai tajam penglihatan yang terbaik.
b. Dasar
Mata hipermetropia mempunyai kekuatan lensa positif kurang sehingga sinar
sejajar tanpa akomodasi di fokus di belakang retina. Lensa positif menggeser
bayangan benda ke depan sehingga pada mata hipermetropia lensa positif
dapat diatur derajat kekuatannya untuk mendapatkan bayangan jatuh tepat
pada retina.
c. Alat
 Kartu Snellen
 Gagang lensa coba
 Satu set lensa coba
d. Teknik
 Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter.
 Pada mata dipasang gagang lensa coba.
 Satu mata ditutup, biasanya mata kiri ditutup terlebih dahulu untuk
memeriksa mata kanan.
 Pasien diminta membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar (teratas)
dan diteruskan pada baris bawahnya sampai pada huruf terkecil yang
masih dapat dibaca
 Lensa positif terkecil ditambah pada mata yang diperiksa dan bila
tampak lebih jelas oleh pasien lensa positif tersebut ditambah
kekuatannya perlahan-lahan dan diminta membaca huruf-huruf pada
baris lebih bawah.
 Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf-huruf pada baris 6/6.
 Ditambah lensa positif + 0.25 lagi dan ditanyakan apakah masih dapat
melihat huruf-huruf di atas. Mata yang lain dilakukan dengan cara
yang sama.
e. Nilai
- Bila dengan S + 2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian dengan S +
2.25 tajam penglihatan 6/6 sedang.
- Dengan S + 2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan ini
derajat hipermetropia yang diperiksa S + 2.25 dan kaca mata dengan
ukuran ini diberikan pada pasien.
- Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa sferis positif
terbesar yang memberikan tajam penglihatan terbaik.
F. Pengobatan
Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah system pembiasan
dalam mata. Pada hipermetropia, mata tidak mampu mematahkan sinar terutama untuk
melihat dekat. Mata dengan hipermetropia memerlukan lensa cembung atau konveks
untuk mematah sinar lebih kuat ke dalam mata. Pengobatan hipermetropia adalah
diberikan koreksi hipermetropia manifest dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran
lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal (6/6).
Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia, diberikan kaca mata koreksi
hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka
diberikan kaca mata koreksi positif kurang. Bila terlihat tanda ambliopia diberikan
koreksi hipermetropia total. Mata ambliopia tidak terdapat daya akomodasi.
Koreksi lensa positif kurang berguna untuk mengurangkan berat kaca mata dan
penyesuaian kaca mata. Biasanya resep kaca mata dikurangkan 1-2 dioptri kurang
daripada ukuran yang didapatkan dengan pemberian sikloplegik.
Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis positif
terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan 7 maksimal.
Bila pasien dengan + 3.0 ataupun dengan + 3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6,
maka diberikan kaca mata + 3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata akibat
hipermetropia fakultatifnya diistirahatkan dengan kaca mata (+).
Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka
sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau melumpuhkan
otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan
koreksi kaca matanya dengan mata yang istirahat.
Pada pasien diberikan kaca mata sferis positif terkuat yang memberikan
penglihatan maksimal.

G. Penyulit
Mata dengan hipermetropia sering akan memperlihatkan ambliopia akibat mata
tanpa akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat
perbedaan kekuatan hipermetropia antara kedua mata, maka akan terjadi ambliopia pada
salah satu mata. Mata ambliopia sering menggulir ke arah temporal.
Penyulit lain yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah
esotropia dan glaukoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya
melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan
siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.
III. Presbiopia
D. Definisi

Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.


Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada semua
orang disebut presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan refraksi)
akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda-
benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun.1 Gagal penglihatan
dekat akibat usia, berhubungan dengan penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan
punctum proximum.
E. Epidemiologi Presbiopia
Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang
tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan langsung
dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya
yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 42
hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006 menunjukkan 112 juta orang di
Amerika mempunyai kelainan presbiopia.
F. Etiologi Presbiopia
Yang menjadi etiologi presbiopia adalah
- Terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut dan kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.
G. Patofisiologi Presbiopia
Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus ) yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya
bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan
kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary body
yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya
dapat terfokuskan pada retina.
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa
mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut
bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi berkurang, maka titik dekat
mata makin menjauh.
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga dapat lelah.
Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam tubuh. Derajat
kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya dari suatu
objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu focus di atas retina, bahkan
dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek dapat dibawa ke
fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat penglihatan. Titik dekat berkurang
selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan kemudian secara cepat dengan bertambanya
usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun.
Pengurangan ini terutama karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan
akomodasi karena penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45 tahun,
biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu membaca dan
pekerjaan dekat.
H. Faktor Resiko Presbiopia
Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada kondisi
tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor seperti trauma,
penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.

- Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun


- Hipeporia (Hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak di koreksi
- Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita
- Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot siliar
- Penyakit sistemik : diabetes mellitus, multiple sklerosis, kejadian kardiovaskular,
anemia, Influenza, campak.
- Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efeksamping dari obat nonprescription
dan prescription (contoh : alkohol, klorprozamin, hidroklorotiazid, antidepresan,
antipsikotik, antihistamin, diuretik).
- Lain-lain : Kurang gizi, penyakit dekompresi.
I. Klasifikasi Presbiopia
a) Presbiopia insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau temuan klinis
menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopia insipient
dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya, pasien membutuhkan
tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes dan pasien
lebih memilih untuk menolak diberikan kacamata baca.
b) Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur – angsur
menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan akan
didapatkan kelainan ketika diperiksa.
c) Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus menerus,
dimana presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia absolut. Presbiopia absolut
adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak ada sisa kemampuan akomodatif.
d) Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat menjadi
berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini pada usia sebelum
40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit atau obat – obatan,
hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis dari cristaline lensa, glaukoma
simple kronik.
e) Presbiopia nokturnal
Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk melihat dekat
disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya redup. Peningkatan ukuran
pupil, dan penurunan kedalaman menjadi penyebab berkurangnya jarak penglihatan dekat
dalam cahaya redup.
J. Gejala Presbiopia
Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak mampuan
melihat benda – benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat merupakan gejala
dari presbiopi. Gejala lain yang umumnya terjadi pada presbiopia adalah :
- keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat
- mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas
- sakit kepala
- astenopia karena kelelahan pada otot siliar
- menyipitkan mata saat membaca
- kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat
- membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah atau
mempertahankan fokus disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi. Penggunaan
cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan penyempitan pupil, sehingga
peningkatan kedalaman fokus. Kelelahan dan sakit kepala berhubungan dengan kontraksi
otot orbicularis atau bagian dari otot occipitofrontalis, dan diduga berhubungan dengan
ketegangan dan frustrasi atas ketidakmampuan untuk mempertahankan jelas penglihatan
dekat. Mengantuk dikaitkan dengan upaya fisik dikeluarkan untuk akomodasi selama
beberapa waktu.
K. Diagnosa Presbiopia
a. Anamnesa
Anamnesa gejala – gejala dan tanda presbiopi. Keluhan pasien terkait presbiopi
dapat bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu membaca dalam
waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau ganda, kesulitan
membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat membaca
membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh, saat membaca
merasa sakit kepala dan mengantuk.
b. Pemeriksaan Oftamologi
1) Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen. Cara :
 Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata ditutup
 Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat
dibaca seluruhnya dengan benar.
 Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
 Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien satu
meter.
 Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak
satu meter.
 Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji dengan
arah sinar.
 Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.
Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan tajam
penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m yang oleh orang normal
huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah
jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60. Jari
terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 m. Bila
mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatan
adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian tangan,
maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak
berhingga.
2) Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia. Cara :
 Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan
refraksi bila terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma,
sesuai prosedur di atas.
 Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak
baca).
 Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini
ditentukan.
 Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
L. Penatalaksanaan Presbiopia
a. Kacamata
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya
fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi
diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk membaca
perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu membaca.
Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka – angka di atas tidak merupakan
angka yang tetap.
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata sehingga
kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda jauh
menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata yang
bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata
bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan
refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.
b. Pembedahan
Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi, namun keselamatan,
keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa ditetapkan. Pembedahan
Refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK dan keratektomi
fotorefraktif.

M. Prognosis Presbiopia
Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah satu
pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien presbiopia yang baru
menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki riwayat kesulitan
beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk tindak lanjut mungkin
diperlukan. Selama kunjungan tersebut, dokter mata dapat memberikan anjuran kepada
pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai. Kadang-kadang, perubahan dalam
desain lensa diperlukan.
DAFTAR ISI

Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
2009; 20:392-393
American Academy of Opthalmology. Presbyopia. USA. 2010. Diunduh pada:
Mei 23, 2013. Www. Aao.org
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2010. 1: 3-74
Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International Publishers.
2005. 3: 60-65
Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 1995: 14: 45
Ilyas, S. 2003. Pemeriksaan Hipermetropia dalam Dasar – Teknik Pemeriksaan
dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Penerbit FKUI. hal: 31-34. 5.
Ilyas, S. 2001. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Penerbit FKUI. hal: 6-8.

Anda mungkin juga menyukai