PENDAHULUAN
Dalam bab selanjutnya akan dibahas beberapa hal yang menjadi rumusan masalah
diantaranya ialah:
a. Bagaimana konsep teori kelainan refraksi pada miopi dan hipermetropi
b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan kelainan refraksi hipermetropi
(berdasarkan NIC NOC 2015-2017)
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
dan untuk menambah pemahaman tentang kelainan refraksi hipermetropi, baik oleh dipahami
oleh penulis maupun pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep teori
2
GANGGUAN REFRAKSI
Gangguan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana penglihatan terganggu karena terlalu
pendek atau teralu panjang bola mata sehingga mencegah cahaya terfokus dengan jelas pada
retina (Timby, Scherer dan Smith, 2000).
Gangguan refraksi mata adalah pembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari kornea,
cairan mata, lensa, badan kara atau panjang bola mata, sehingga bayangan benda dibiaskan tidak
tepat didaerah macula lutea tanpa bantuan akomodasi, keadaan ini disebut Ametropia
(Mansjoer,A:1999).
Gangguan refraksi mata adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara miring dari satu
medium ke medium lain yang berbeda densitasnya. Penyimpangan tersebut terjadi pada
permukaan pembatas kedua medium tersebut yang dikenal sebagai permukaan refraksi
(Dorland,1996).
Kelainan refraksi adalah penurunan ketajaman penglihatan yang dapat dikoreksi dengan
kacamata. Ketajaman penglihatan dikatakan normal apabila mata tanpa akomodasi dapat dengan
jelas melihat gambar/tulisan pada jarak 6 meter dengan sudut pandang 5 derajat (sudut visualis)
Kelainan refraksi adalah suatu kondisis ketika sinar datang sejajar pada sumbu mata dalam
keadaan tidak berakomodasi yang seharusnya direfraksikan oleh mata tepat pada retina (macula
lutea), sehingga tajam penglihatan maksimum tidak direfraksikan oleh mata tepat pada retina
(macula lutea), baik itu didepan, dibelakang maupun tidak dibiaskan pada satu titik.
Kelainan refraksi menurut Timmby, Scherer dan Smith,E (2000) terbagi 2 yaitu:
Ametropia
adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi dimana mata yang dalam keadaan
tanpa akomodasi atau istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada focus yang tidak
terletak pada retina. Ametropia sendiri dapat ditemukan empat kelainan yaitu
Dalam pembahasan tugas kelompok ini, kami akan membahas gangguan refraksi Ametropia pada
kelainan hipermetropi.
2.1.1 Definisi
Gangguan refraksi hipermetropi adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke
mata dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibias membentuk bayangan di belakang
retina.
Hipermetropi atau rabun dekat adalah jenis kelaiinan mata yang menyebabkan penderitanya
dapat melihat obyek dari jarak jauh dengan sempurna, tapi pandangan menjadi kabur bila melihat
obyek berjarak dekat.Rabun dekat disebut juga mata plus atau hyperopia.
Hipermetropia merupakan gangguan penglihatan yang lebih disebabkan menurunnya
kemampuan otot dan saraf mata sehingga pengobatan dengan obat terapi mata alami dapat
menyembuhkan secara total.Mekanismenya adalah meremajakan kembali saraf, otot dan organorgan dimata agar berfungsi normal.
Hipermetropi atau rabun dekat adalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat
melihat benda dari jarak dekat. Titik dekat pederita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi
sebesar 25cm tapi mencapai jarak tertentu yang lebiih jauh.
2.1.2 Klasifikasi
Gangguan refraksi hipermetropi diklasifikasikan berdasarkan kemampuan akomodasi terbagi
menjadi:
Hipermetropia manifest
Adalah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang
memberikan tajam pengihatan normal. Terbagi atas:
o Hipermetropia manifest absolut adalah dimana kelainan refraksi tidak diimbangi
dengan akomodasi dan memerlukan kaca mata positif untuk melihat jauh.
Biasanya hipermetropi laten yang berakhir dengan hpermetropi absolut.
o Hipermetropi manifest fakultatif adalah kelainan hipermetropia dapat diimbangi
dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya
mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata yang
4
bila diberikan kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot
akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropi manifes yang masih
2.1.3 Etiologi
Penyebab hipermetropi adalah sebagai berikut:
Sumbu utama bola mata (antero-posterior) yang terlalu pendek. Biasanya terjadi karena
mikropthalmia, renitisnsentralis, atau ablasio retina (lapisan retina lepas kedepan
sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan)
dibawah normal.
Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat atau berkurang, sehingga bayangan
2.1.4 Patofisiologi
Diameter antero-posterior bola mata yang lebih pendek, kurvatura kornea dan lensa yang
lebih lemah dan perubahan indeks refraktif menyebabkan sinar sejajar yang datang dari
obyek terletak jauh tak terhingga dibiaskan dibelakang retina.
Pathway hipermetropi
Secara obyektif klien sulit melihat pada jarak dekat. Akan mengeluh rabun dan tidak
jelas
Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat jangka
panjang.
Penglihatan tidak nyaman (asthenopia), terjadi ketika harus fokus pada suatu jarak
tertentu untuk waktu yang lama.
Akomodasi akan lebih cepat lelah, terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.
Bila 3 dioptri atau lebih atau pada usia tua, klien akan mengeluh penglihatan kabur.
Penglihatan dekat akan lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan
atau penerangan yang kurang.
Eyestrain
Sensitive terhadap cahaya
Spasme akomodasi, yaitu terjadinya kram muskulus ciliaris diikuti penglihatan buram
intermiten.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksaan pada klien dengan gangguan refraksi hipermetropi adalah sebagai berikut:
Kacamata, dilakukan koreksi dengan lensa sferis positif terkuat yang menghasilkan tajam
penglihatan terbaik
Lensa kontak, diberikan pada anisometropia (hipermetropia tinggi)
10
Pathway hipermetropi
2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
1. Gangguan rasa nyaman pusing (00214)
NOC:
o Tingkat ketidaknyamanan (2109)
o Fungsi sensori penglihatan (2404)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x24 jam, klien akan merasa
lebih nyaman dengan indikasi sebagai berikut
- Klien merasa lebih nyaman dengan kondisinya sekarang
- Klien mengatakan tidak pusing/ berkurang
- Klien dapat melakukan aktifitas sehai-hari
NIC :Manajemen Nyeri (1400)
Aktivitas keperawatan :
nyeri pasien.
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dan interpersonal).
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat
12
tidak berhasil.
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
pemberian obat.
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Pilih analgesik yang diperlukan atau kominasi dari analgesikketika
teratur.
Monitor vital sign seelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali.
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
2. Nyeri akut
NOC:
Tingkat Nyeri (2102)
Kontrol Nyeri (1605)
Efek yang mengganggu (2101), yang dibuktikan dengan indikator sebagai berikut
(1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering/selalu)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x24 jam klien akan mampu
mengontrol nyeri post operasi dengan ditunjukkan dengan kriteria hasil
nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
13
nyeri pasien.
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dan interpersonal).
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
pemberian obat.
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Pilih analgesik yang diperlukan atau kominasi dari analgesikketika
teratur.
Monitor vital sign seelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali.
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
14
3. Resiko cedera
NOC:
o Kontrol resiko gangguan penglihatan (1916)
o Perilaku: pecegahan jatuh (1909)
Setelah dilakukan tindakan minimal 3x24 jam, klien dapat mengetahui tindakan
untuk mengontrol resiko cedera. Yang ditandai dengan kriteria
-
kognitif klien
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien
Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
Sediakan ruangan dengan pencahayaan cukup
Minimalkan cahaya silau
Bantu klien untukmeningkatkan stimulasi indera-indera lainnya
Gambarkan lingkungan yang baru kepada klien
Hindara menata ulang ruangan tanpa memberitahu klien
2.2.4
Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar implementasi/pelaksanaan dapat tepat
waktu dan efektif, maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, mamantau dan
mencatat
respon
pasien
terhadap
setiap
intervensi
yang
dilakukan
serta
Evaluasi
Yang perlu dievaluasi pada mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni apakah
terdapat :
Nyeri yang menetap atau bertambah
Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipermetropi atau rabun dekat dalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang
tidak dapat melihat benda pada jarak dekat.Penyebab penyakit hipermetropi yaitu sumbu
utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah,
kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat, perubahan posisi lensa.Komplikasi yang
dapat terjadi adalah esotropia atau juling ke dalam yang diakibatkan akomodasi yang
terus menerus dan glaucoma.
3.2 Saran
Mata merupakan salah satu panca indera yang sangat penting bagi kehidupan
manusiadan penglihatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan kwalitas
hidup manusia. Tanpa mata manusia mungkin tidak dapat melihat sama sekali apa yang
ada disekitarnya, maka dari itu jagalah mata.
16
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10, EGC 2014
Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah vol 3.EGC:Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan Medikal Bedah, EGC:Jakarta
Moorhead Johnson, Maas Swanson : NOC Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima , Elsevier
Bulechek Butcher, Dochterman Wagner : NIC Edisi Bahasa Indonesia Edisi Keenam, Elsevier
17
18