PENDAHULUAN
oleh kelenjar air mata dan berfungsi untuk melindungi lensa mata
Iris, disebut juga selaput pelangi kaena tiap manusia dari ras yang berbeda
memiliki warna iris yang berbeda. Iris mata sendiri memiliki fungsi untuk
1.1.3
1.1.4
mata.
Lensa mata, berfungsi untuk memfokuskan bayangan supaya jatuh diretina
(bintik kuning). Lensa mata bersifat cembung, tapi lensa mata bersifat lentur
bisa berubah menebal atau menipis karena dipengaruhi adanya otot-otot
1.1.5
1.1.6
penglihatan otak. Ada dua macam sel saraf yaitu sel batang dan sel kerucut.
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga
pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina (bintik kuning).Untuk memasukkan sinar
atau bayangan benda ke mata diperlukan suatu system optik. Pada kelainan refraksi,
sinar tidak dibiaskan tepat pada retina akan tetapi dapat didepan atau belakang retina
dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang tajam.Kelainan refraksi dikenal dalam
bentuk myopia, hipermotroia dan astigmatisme. Dalam makalah kami ini kelainan
refraksi yang akan kami bahas adalah myopia dan hipermetropia.
1.2 Rumusan masalah
Dalam bab selanjutnya akan dibahas beberapa hal yang menjadi rumusan masalah
diantaranya ialah:
1
2.1.1
2.1.2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep teori
GANGGUAN REFRAKSI
Gangguan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana penglihatan terganggu karena
terlalu pendek atau teralu panjang bola mata sehingga mencegah cahaya terfokus
dengan jelas pada retina (Timby, Scherer dan Smith, 2000).
Gangguan refraksi mata adalahpembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari
kornea, cairan mata, lensa, badan kara atau panjang bola mata, sehingga bayangan
benda dibiaskan tidak tepat didaerah macula lutea tanpa bantuan akomodasi, keadaan
ini disebut Ametropia (Mansjoer,A:1999).
Gangguan refraksi mata adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara miring dari
satu medium ke medium lain yang berbeda densitasnya. Penyimpangan tersebut terjadi
pada permukaan pembatas kedua medium tersebut yang dikenal sebagai permukaan
refraksi (Dorland,1996).
Kelainan refraksi adalah penurunan ketajaman penglihatan yang dapat dikoreksi dengan
kacamata. Ketajaman penglihatan dikatakan normal apabila mata tanpa akomodasi
dapat dengan jelas melihat gambar/tulisan pada jarak 6 meter dengan sudut pandang 5
derajat (sudut visualis)
Kelainan refraksi adalah suatu kondisis ketika sinar datang sejajar pada sumbu mata
dalam keadaan tidak berakomodasi yang seharusnya direfraksikan oleh mata tepat pada
retina (macula lutea), sehingga tajam penglihatan maksimum tidak direfraksikan oleh
mata tepat pada retina (macula lutea), baik itu didepan, dibelakang maupun tidak
dibiaskan pada satu titik.
Kelainan refraksi menurut Timmby, Scherer dan Smith,E (2000) terbagi 2 yaitu:
2.1.1
Ametropia
adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi dimana mata yang dalam
keadaan tanpa akomodasi atau istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada
focus yang tidak terletak pada retina. Ametropia sendiri dapat ditemukan empat
2.1.2
Dalam pembahasan tugas kelompok ini, kami akan membahas gangguan refraksi
Ametropia pada kelainan miopia.
MIOPIA
2.2 Definisi
Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar
yang sejajar atau datang dari tak terhingga di fokuskan didepan retina.Miopia adalah
suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi
akan dibiaskan didepan retina. Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis minus.Miopia
adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refraksi mata terlalu kuat untuk
panjang antero posterior mata sehingga
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi miopi berdasarkan tingkat dioptrinya (derajat beratnya miopi)adalah
2.3.1
2.3.2
Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri (S -1.00 S -3.00)
Miopia sedang, dimana miopia lebih dari antara 3-6 dioptrinya (S -3.00 S
-6.00)
4
2.3.3
Miopia berat atau tinggi, dimana miopianya lebih besar dari 6 dioptri (lebih S
-6.00)
Klasifikasi miopia berdasarkan bentuk miopianya/penyebabnya adalah
2.1.3 Etiologi
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan timblnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,
herediter, kerja dekat cahaya yang berlebihan seperti lebih banyak didepan computer dan
kekurangan zat kimia (kalsium, vitamin) (Desvianita cit Slone,1997)
Miopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi.Dikatakan pula, semakin
dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan
mengalami miopia.Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun
awal kehidupan. Akibatnya para penderita miopia umumnya merasa bayangan benda yang
dilihatnya jauh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin,2002)
Penyebab miopia menurut Timby, Scherer dan Smith,E (2000) yaitu:
5
Pathway miopi
Gejala subyektif
Kabur bila melihat jauh
Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
Lekas lelah bila membaca, karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi
Astenovergen
Gejala obyektif
Miopia simplek, pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan
pupil yang relative lebar. Kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau disertai
kresen miopia yang ringan disekitar papil saraf optic.
Miopia patolgik:
Gambaran pada segmen anterior sama dengan miopia simplek
Gambaran pada segmen posterior berupa kelainan pada badan kaca terdapat
kekeruhan berupa perdarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters
(benda-bebda yang menngapung pada badan kaca).Kadang ditemukan ablasi
pada badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan miopia.
Terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang
meluasterutama kebagian temporal.Kresen miopia dapat keseluruh lingkaran
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur.
Gambaran pada macula berupa pigmentasi didaerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah macula.
Didaerah retina bagian perifer terdapat degenerasi kista retina bagian
perifer.Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid (Ilyas,2005)
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan refraksi miopia menurut Satino, Ariani dan Lestari (2000) adalah
dengan:
Gangguan refraksi miopia harus diperbaiki agar cahaya dapat terfokus pada
retina.Pada miopia perbaikan ini dapat menggunakan sebuah lensa bentuk konkaf
atau negative. Lensa tersebut dapat digunakan dengan menggunakan kaca mata
atau lensa kontak yang bertujuan untuk mengobati gejala-gejala visual pada
penderita miopia
o Latihan pergerakan mata dan tehnik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternative ini sering merekomendasikan
latihan pergerakan mata dan tehnik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan).
Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan
para praktisi peduli mata dengan peninjauan ilmiah dan bukti-bukti ilmiah
menyatakan bahwa terapi tersebut tidak efektif untuk pengobatan miopia.
Tindakan bedah
Pembedahan dapat
menjadi
alternative
tindakan
pada
gangguan
refraksi
Ada beberapa tindakan pencegahan yang data dilakukan agar tidak sampai terjadi gangguan
refraksi miopia antara lain: tidak membaca dikeadaan kurang terang, tidak menonton televisi
dengan jarak terlalu dekat, jangan membaca terlalu dekat.
2.1.7 Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis miopia dapat ditegagakkan dengan cara refraksi subyektif dan obyektif, setelah
diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organic (Sastrawirya,1989).
Cara subyektif, penderit aktif menyatakan pandangan kabur saat diperksa.Pemeriksaan
dilakukan guna mengetahui derajat lensa negative yang diperlukan untuk memperbaiki
ketajaman penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan yang terbaik.
Alat yang digunakan adala kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba.
9
Cara obyektif, cara ini untuk anomaly refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah
atau kurangnya kejelasaan yang diperiksa, dengan menggunakan alat tertentu yaitu
retinoskop. Cara obyektif ini menilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan
bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat pemeriksaan
retinoskop, pasien harus menatap jauh (Sastrawiria 1989).
10
DS: Pengkajian lingkungan sekitar bertujuan untuk mengetahui apakah klien hidup
dilingkungan yang kadar polusi dan paparan sinar UV nya tinggi. Dilingkungan
Pathway miopi
12
2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
1. Gangguan rasa nyaman pusing (00214)
NOC:
o Tingkat ketidaknyamanan (2109)
o Fungsi sensori penglihatan (2404)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x24 jam, klien akan merasa
lebih nyaman dengan indikasi sebagai berikut
- Klien merasa lebih nyaman dengan kondisinya sekarang
- Klien mengatakan tidak pusing/ berkurang
- Klien dapat melakukan aktifitas sehai-hari
NIC :Manajemen Nyeri (1400)
Aktivitas keperawatan :
dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dan interpersonal).
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
13
pemberian obat.
teratur.
Monitor vital sign seelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali.
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
2. Nyeri akut
NOC:
Tingkat Nyeri (2102)
Kontrol Nyeri (1605)
Efek yang mengganggu (2101), yang dibuktikan dengan indikator sebagai
berikut (1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering/selalu)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x24 jam klien akan mampu
mengontrol nyeri post operasi dengan ditunjukkan dengan kriteria hasil
Mampu
mengontrol
nyeri
(tahu
penyebab
nyeri,
mampu
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
NIC :
Manajemen Nyeri (1400)
14
nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
Aktivitas keperawatan :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
dan interpersonal).
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
pemberian obat.
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Pilih analgesik yang diperlukan atau kominasi dari analgesikketika
teratur.
Monitor vital sign seelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali.
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
15
3. Resiko cedera
NOC:
o Kontrol resiko gangguan penglihatan (1916)
o Perilaku: pecegahan jatuh (1909)
Setelah dilakukan tindakan minimal 3x24 jam, klien dapat mengetahui
tindakan untuk mengontrol resiko cedera. Yang ditandai dengan kriteria
-
kognitif klien
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien
Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
Sediakan ruangan dengan pencahayaan cukup
Minimalkan cahaya silau
Bantu klien untukmeningkatkan stimulasi indera-indera lainnya
Gambarkan lingkungan yang baru kepada klien
Hindara menata ulang ruangan tanpa memberitahu klien
2.2.4
Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar implementasi/pelaksanaan dapat
tepat waktu dan efektif, maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
mamantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilakukan
serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
2.2.5
Evaluasi
Yang perlu dievaluasi pada mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni
apakah terdapat :
Nyeri yang menetap atau bertambah
Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi
Mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan,
tindakan perawatan diri preventif.
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Miopi atau rabun dalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda
pada jarak jauh. Penyebab penyakit miopi yaitu karena kemampuan refraksi mata terlalu kuat
untuk panjang antero posterior mata sehingga
akomodasi difokuskan didepan retina.
17
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10, EGC 2014
Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah vol 3.EGC:Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan Medikal Bedah, EGC:Jakarta
Moorhead Johnson, Maas Swanson : NOC Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima , Elsevier
Bulechek Butcher, Dochterman Wagner : NIC Edisi Bahasa Indonesia Edisi Keenam,
Elsevier
18
19
20
21