Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Mata adalah alat optik yang digunakan untuk melihat yang dimiliki oleh manusia
maupun hewan.Mata adalah satu-satunya alat optik yang canggih dan bukan buatan
manusia.Sifat bayangan pada mata adalah nyata, terbalik dan dapat diperkecil.Mata
memiliki bagian-bagian yang sifat dan fungsinya berbeda-beda. Berikut ini adalah
bagian-bagian mata antar lain:
1.1.1 Kornea, bersifat tembus pandang, selalu dibasahi oleh air mata yang dihasilkan
1.1.2

oleh kelenjar air mata dan berfungsi untuk melindungi lensa mata
Iris, disebut juga selaput pelangi kaena tiap manusia dari ras yang berbeda
memiliki warna iris yang berbeda. Iris mata sendiri memiliki fungsi untuk

1.1.3

memberi warna mata.


Pupil, adalah celah lingkaran ditengah-tengah mata yang berfungsi sebagai
shutter yaitu tempat jalan masuk cahaya ke dalam rongga mata. Pupil bisa
melebar dan menyempit yang dipengaruhi intensitas cahaya yang masuk ke

1.1.4

mata.
Lensa mata, berfungsi untuk memfokuskan bayangan supaya jatuh diretina
(bintik kuning). Lensa mata bersifat cembung, tapi lensa mata bersifat lentur
bisa berubah menebal atau menipis karena dipengaruhi adanya otot-otot

1.1.5

akomodasi. Kemampuan menebal dan menipis disebut daya akomodasi.


Retina, berfungsi sebagai tempat jatuhnya bayangan hasil proyeksi lensa mata.
Terdiri atas bintik kuning yang peka terhadap cahaya karena mengandung

1.1.6

jutaan sel syaraf.


Sel saraf, berfungsi menangkap sinyal visual dan mengirimnya kesaraf pusat

penglihatan otak. Ada dua macam sel saraf yaitu sel batang dan sel kerucut.
Kelainan refraksi merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga
pembiasan sinar tidak difokuskan pada retina (bintik kuning).Untuk memasukkan sinar
atau bayangan benda ke mata diperlukan suatu system optik. Pada kelainan refraksi,
sinar tidak dibiaskan tepat pada retina akan tetapi dapat didepan atau belakang retina
dan mungkin tidak terletak pada satu titik yang tajam.Kelainan refraksi dikenal dalam
bentuk myopia, hipermotroia dan astigmatisme. Dalam makalah kami ini kelainan
refraksi yang akan kami bahas adalah myopia dan hipermetropia.
1.2 Rumusan masalah
Dalam bab selanjutnya akan dibahas beberapa hal yang menjadi rumusan masalah
diantaranya ialah:
1

2.1.1
2.1.2

Bagaimana konsep teori kelainan refraksi pada miopi


Bagaimana konsep asuhan keperawatan klien dengan kelainan refraksi miopi

(berdasarkan NIC NOC 2015-2017)


1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I dan untuk menambah pemahaman tentang kelainan refraksi miopi,
baik dipahami oleh penulis maupun pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep teori
GANGGUAN REFRAKSI

Gangguan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana penglihatan terganggu karena
terlalu pendek atau teralu panjang bola mata sehingga mencegah cahaya terfokus
dengan jelas pada retina (Timby, Scherer dan Smith, 2000).
Gangguan refraksi mata adalahpembiasan sinar oleh media penglihatan yang terdiri dari
kornea, cairan mata, lensa, badan kara atau panjang bola mata, sehingga bayangan
benda dibiaskan tidak tepat didaerah macula lutea tanpa bantuan akomodasi, keadaan
ini disebut Ametropia (Mansjoer,A:1999).
Gangguan refraksi mata adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara miring dari
satu medium ke medium lain yang berbeda densitasnya. Penyimpangan tersebut terjadi
pada permukaan pembatas kedua medium tersebut yang dikenal sebagai permukaan
refraksi (Dorland,1996).
Kelainan refraksi adalah penurunan ketajaman penglihatan yang dapat dikoreksi dengan
kacamata. Ketajaman penglihatan dikatakan normal apabila mata tanpa akomodasi
dapat dengan jelas melihat gambar/tulisan pada jarak 6 meter dengan sudut pandang 5
derajat (sudut visualis)
Kelainan refraksi adalah suatu kondisis ketika sinar datang sejajar pada sumbu mata
dalam keadaan tidak berakomodasi yang seharusnya direfraksikan oleh mata tepat pada
retina (macula lutea), sehingga tajam penglihatan maksimum tidak direfraksikan oleh
mata tepat pada retina (macula lutea), baik itu didepan, dibelakang maupun tidak
dibiaskan pada satu titik.
Kelainan refraksi menurut Timmby, Scherer dan Smith,E (2000) terbagi 2 yaitu:
2.1.1

Ametropia
adalah suatu keadaan mata dengan kelainan refraksi dimana mata yang dalam
keadaan tanpa akomodasi atau istirahat memberikan bayangan sinar sejajar pada
focus yang tidak terletak pada retina. Ametropia sendiri dapat ditemukan empat

2.1.2

kelainan yaitu miopia, hipermetropia, afakia dan astigmatisme.


Presbiopia
Adalah gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi akibat
kelemahan otot akomodasi, lensa meta tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya akibat sclerosis lensa.

Dalam pembahasan tugas kelompok ini, kami akan membahas gangguan refraksi
Ametropia pada kelainan miopia.
MIOPIA

2.2 Definisi
Miopia adalah mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar
yang sejajar atau datang dari tak terhingga di fokuskan didepan retina.Miopia adalah
suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar masuk ke bola mata tanpa akomodasi
akan dibiaskan didepan retina. Untuk mengoreksinya dipakai lensa sferis minus.Miopia
adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refraksi mata terlalu kuat untuk
panjang antero posterior mata sehingga

sinar datang sejajar sumbu mata tanpa

akomodasi difokuskan didepan retina.

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi miopi berdasarkan tingkat dioptrinya (derajat beratnya miopi)adalah
2.3.1
2.3.2

Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri (S -1.00 S -3.00)
Miopia sedang, dimana miopia lebih dari antara 3-6 dioptrinya (S -3.00 S
-6.00)
4

2.3.3

Miopia berat atau tinggi, dimana miopianya lebih besar dari 6 dioptri (lebih S
-6.00)
Klasifikasi miopia berdasarkan bentuk miopianya/penyebabnya adalah

Miopia refraktif, diakibatkan peningkatan indeks refraksi daripada lensa,


berhubungan dengan permulaan dini atau moderate dari katarak nuclear sklerotik,
merupakan penyebab umum terjadinya miopia pada usia tua. Perubahan

kekerasan lensa meningkatkan indeks refraksi, membuat mata menjadi miopik.


Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan

lensa mata dan kornea yang normal.


Miopia kurvatura, mata memiliki diameter antero-posterior normaltetapi

kelengkungan dari kornea lebih curam dari rata-rata.


Miopia yang dsebabkan pergerakan lensa ke anterior, sering terlihat setelah
operasi glaucoma dan akan meningkatkan miopia pada mata.

Klasifikasi miopia berdasarkan perjalanan terjadinya miopia adalah

Miopia stasioner, adalah miopia yang menetap setelah dewasa


Miopia progresif, adalah miopia yang bertambah terus menerus pada usia dewasa

akibat bertambah panjangnya bola mata.


Miopia maligna/degenerative, adalah miopia yang dapat mengakibatkan ablasi retina
dan kebutaan. Miopia maligna sama dengan miopia pernisiosa, ditemukan pada semua
umur dan terjadi sejak lahir.

2.1.3 Etiologi
Etiologi miopia belum diketahui secara pasti. Ada beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan timblnya miopia seperti alergi, gangguan endokrin, kekurangan makanan,
herediter, kerja dekat cahaya yang berlebihan seperti lebih banyak didepan computer dan
kekurangan zat kimia (kalsium, vitamin) (Desvianita cit Slone,1997)
Miopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi.Dikatakan pula, semakin
dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan
mengalami miopia.Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun
awal kehidupan. Akibatnya para penderita miopia umumnya merasa bayangan benda yang
dilihatnya jauh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin,2002)
Penyebab miopia menurut Timby, Scherer dan Smith,E (2000) yaitu:
5

Sumbu optic bola mata lebih panjang/kornea mata terlalu cembung


Pembiasan media penglihatankornea lensa yang terlalu kuat
Pertengahan tahun 1900SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata (ahli kaca mata)
percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama.Mereka mengatakan bahwa bahwa miopia
sekarang telah menjadi sebuah kombinasi genetik dan merupakan salah satu faktor
lingkungan. Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab miopia yaitu:
Hilangnya bentuk mata/ hilangnya pola mata. Terjadi ketika kwalitas gambar dalam
retina berkurang.
Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada didepan atau
belakang retina.
2.1.4 Patofisiologi
Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada miopia patologi masih belum
diketahui.Sama halnya terhadap hubungan elongasi dan kommplikasi penyakit ini.Seperti
degenerasi chorioretina, ablasio retina, dan glaucoma.
Miopia/rabun jauh yang berjalan progresif akan mengakibatkan kebutaan dan hiperplasi
pigmen epitel dan perdarahan, kebutaan dapat terjadikarena digenari macula dan retina
perifer mengakibatkan atrofi lapis sensori retina dan degenerasi saraf optic. Hiperplasi
pigmen epitel dan perdarahan terjadi karena neovaskularisasi sub retina akibat rupture
membrane bruch (Ilyas:1998).

Pathway miopi

2.1.5 Manifestasi klinis


Pandangan kabur atau mata berkedip ketka mata mencoba melihat obyek dengan jarak
jauh.Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas.Jika derajat miopinya terlalu
tinggi sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua selalu harus
melihat dalam posisi kovergensi, dan dalam hal ini mungkin menimbulkan keluhan
(astenovergen). Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap sehingga menyebabkan
strabismus konvergen (estropia) (Ilyas,2005)
Pasien dengan miopia akan mengeluh sakit kepala, sering disertai juling dan celah kelopak
mata sempit. Orang dengan miopia akan sering mengernyitkan matanya untuk mencegah
aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil) (Sidarta,2005).
Gejala-gejala miopia terdiri dari:

Gejala subyektif
Kabur bila melihat jauh
Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
Lekas lelah bila membaca, karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi
Astenovergen
Gejala obyektif
Miopia simplek, pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan
pupil yang relative lebar. Kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau disertai
kresen miopia yang ringan disekitar papil saraf optic.
Miopia patolgik:
Gambaran pada segmen anterior sama dengan miopia simplek
Gambaran pada segmen posterior berupa kelainan pada badan kaca terdapat
kekeruhan berupa perdarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters
(benda-bebda yang menngapung pada badan kaca).Kadang ditemukan ablasi
pada badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan miopia.
Terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang
meluasterutama kebagian temporal.Kresen miopia dapat keseluruh lingkaran
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur.
Gambaran pada macula berupa pigmentasi didaerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah macula.
Didaerah retina bagian perifer terdapat degenerasi kista retina bagian
perifer.Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid (Ilyas,2005)

2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan refraksi miopia menurut Satino, Ariani dan Lestari (2000) adalah
dengan:

Tindakan non bedah


o Kaca mata dan kontak lensa

Gangguan refraksi miopia harus diperbaiki agar cahaya dapat terfokus pada
retina.Pada miopia perbaikan ini dapat menggunakan sebuah lensa bentuk konkaf
atau negative. Lensa tersebut dapat digunakan dengan menggunakan kaca mata
atau lensa kontak yang bertujuan untuk mengobati gejala-gejala visual pada
penderita miopia
o Latihan pergerakan mata dan tehnik relaksasi
Para pelaksana dan penganjur terapi alternative ini sering merekomendasikan
latihan pergerakan mata dan tehnik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan).
Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan
para praktisi peduli mata dengan peninjauan ilmiah dan bukti-bukti ilmiah
menyatakan bahwa terapi tersebut tidak efektif untuk pengobatan miopia.

Tindakan bedah
Pembedahan dapat

menjadi

alternative

tindakan

pada

gangguan

refraksi

miopia.Tindakan yang dilakukan adalah operasi laser yang bertujuan untuk


mengkoreksi masalah penglihatan.Tindakan ini sudah dilakukan sejak tahun 1990 an.
Photorefractive Keratotomy (PRK) adalah salah satu tindakan yang dilakukan untuk
mengkoreksi miopia ringan sampai sedang.Untuk miopia tinggi digunakan metode

Laser in-situ Keratomileusis (LASIK).


Penatalaksanaan farmakologi
Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk
mensterilisasi kotoran yang masuk kedalam mata.

Ada beberapa tindakan pencegahan yang data dilakukan agar tidak sampai terjadi gangguan
refraksi miopia antara lain: tidak membaca dikeadaan kurang terang, tidak menonton televisi
dengan jarak terlalu dekat, jangan membaca terlalu dekat.
2.1.7 Pemeriksaan diagnostic
Diagnosis miopia dapat ditegagakkan dengan cara refraksi subyektif dan obyektif, setelah
diperiksa adanya visus yang kurang dari normal tanpa kelainan organic (Sastrawirya,1989).
Cara subyektif, penderit aktif menyatakan pandangan kabur saat diperksa.Pemeriksaan
dilakukan guna mengetahui derajat lensa negative yang diperlukan untuk memperbaiki
ketajaman penglihatan sehingga menjadi normal atau tercapai tajam penglihatan yang terbaik.
Alat yang digunakan adala kartu Snellen, bingkai percobaan dan sebuah set lensa coba.
9

Cara obyektif, cara ini untuk anomaly refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah
atau kurangnya kejelasaan yang diperiksa, dengan menggunakan alat tertentu yaitu
retinoskop. Cara obyektif ini menilai keadaan refraksi mata dengan cara mengamati gerakan
bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh retina. Pada saat pemeriksaan
retinoskop, pasien harus menatap jauh (Sastrawiria 1989).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


Klien dengan gangguan refraksi miopi
2.2.1 Pengkajian

Identitas klien, meliputi:


o Nama
o Umur,
Pada gangguan refraksi miopia bisa terjadi pada usia anak2
o Jenis kelamin
o Agama
o Pendidikan
o Alamat
o Pekerjaan,
Pada klen dengan gangguan refraksi miopia riwayat pekerjaan yang lebih
banyak didepan cahaya terang terus lebih banyak didepan computer sangat

beresiko terjadi kelainan refraksi miopia


o Status perkawinan
Riwayat kesehatan
o Diagnose medis
o Keluhan utama, terjadi penurunan ketajaman penglihatan terutama saat melihat
jarak jauh
o Riwayat penyakit saat ini, penyakit kronis yang diderita saat ini bisa
berpengaruh pada terjadnya gangguan refraksi miopi.
o Riwayat penyakit terdahulu, untuk mengetahui riwayat penyakit yang diderita
o Riwayat pennyakit keluarga, bila ada penyakit herediter yang diderita
o Genogram

Riwayat kesehatan lingkungan

10

DS: Pengkajian lingkungan sekitar bertujuan untuk mengetahui apakah klien hidup
dilingkungan yang kadar polusi dan paparan sinar UV nya tinggi. Dilingkungan

seperti tersebut akan beresiko tinggi terjadinya kelainan refraksi miopi


Pengkajian pola aktifitas
DS/DO:Dalam aktifitas sehari-hari terganggu dikarenakan keluhan dari mata yang
kabur saat melihat dekat seperti aktifitas membaca
Pengkajian pola nutrisi
Pola eliminasi
Pola istirahat tidur, saat timbul gejala miopi akan tersa pusing yang frontal dan akan
bertambah ketika keluhan miopi yang parah
Pola kebersihan diri
Pola toleransi-koping stress
DS: Kadang klien akan terganggu pola pikirnya akibat keluhan/penyakit yang diderita
dikarenakan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita.
Pengkajian konsep diri
Pengkajian pola peran dan hubungan
Pola komunikasi
Pemeriksaan fisik, meliputi:
o Keadaan umum klien, meliputi:
- kesadaran diukur menggunakan skala GCS
- tensi, apakah didapatkan hipertensi/tidak
- nadi, didapatkan nadi normal/tachicardi/bradicardi
- suhu, didapatkan suhu normal/hipotermi/hipertermi
- respirasi, didapatkan respirasi normal/tachipneu
- tinggi badan
- berat badan, didapatkan BB normal/kurang/obesitas
o Kepala
o Mata
o Hidung
o Mulut dan tenggorokan
o Telinga
o Leher
o Jantung
o Paru-paru
o Payudara dan ketiak
o Punggung dan tulang belakang
o Abdomen
o Genetalia dan anus
o Extremitas
o System neurologi
o Kulit dan kuku
Pemeriksaan penunjang
o Pemeriksaan kartu mata snellen/mesin teebinokuler
o Lapang penglihatan, terjadi penurunan penglihatan
o Oftalmoskopi
11

o Darah lengkap dan LED


o Tes toleransi glukosa

Pathway miopi

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada kasus miopi adalah

Gangguan rasa nyaman pusing (00214)


Nyeri akut (00132)
Resiko cidera (00035)

12

2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:
1. Gangguan rasa nyaman pusing (00214)
NOC:
o Tingkat ketidaknyamanan (2109)
o Fungsi sensori penglihatan (2404)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x24 jam, klien akan merasa
lebih nyaman dengan indikasi sebagai berikut
- Klien merasa lebih nyaman dengan kondisinya sekarang
- Klien mengatakan tidak pusing/ berkurang
- Klien dapat melakukan aktifitas sehai-hari
NIC :Manajemen Nyeri (1400)
Aktivitas keperawatan :

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.


Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.


Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan.


Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi

dan interpersonal).
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil.
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.

13

Analgesic Administration (2210)


Aktivitas keperawatan :
Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat.

Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.


Cek riwayat alergi.
Pilih analgesik yang diperlukan atau kominasi dari analgesikketika

pemberian lebih dari satu.


Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,dan dosis optimal.
Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara

teratur.
Monitor vital sign seelum dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali.
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).

2. Nyeri akut
NOC:
Tingkat Nyeri (2102)
Kontrol Nyeri (1605)
Efek yang mengganggu (2101), yang dibuktikan dengan indikator sebagai
berikut (1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering/selalu)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan minimal 3x24 jam klien akan mampu
mengontrol nyeri post operasi dengan ditunjukkan dengan kriteria hasil

Mampu

mengontrol

nyeri

(tahu

penyebab

nyeri,

mampu

menggunakan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)
Melaporkan bahwa

manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal

NIC :
Manajemen Nyeri (1400)
14

nyeri

berkurang

dengan

menggunakan

Aktivitas keperawatan :
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.


Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.


Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan kebisingan.


Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi

dan interpersonal).
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri

tidak berhasil.
Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.

Analgesic Administration (2210)


Aktivitas keperawatan :
Tentukan lokasi,karakteristik,kualitas dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat.
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Pilih analgesik yang diperlukan atau kominasi dari analgesikketika

pemberian lebih dari satu.


Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,dan dosis optimal.
Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk pengobatan nyeri secara

teratur.
Monitor vital sign seelum dan sesudah pemberian analgesik

pertama kali.
Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping).
15

3. Resiko cedera
NOC:
o Kontrol resiko gangguan penglihatan (1916)
o Perilaku: pecegahan jatuh (1909)
Setelah dilakukan tindakan minimal 3x24 jam, klien dapat mengetahui
tindakan untuk mengontrol resiko cedera. Yang ditandai dengan kriteria
-

Klien mampu mengatasi resiko jatuh


Mampu mengenali perubahan status kesehatan

NIC: Peningkatan komunikasi: kurang penglihatan (4974)


o Identifikasi kebutuhan keamanan klien sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
o
o
o
o
o
o
o

kognitif klien
Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien
Menganjurkan keluarga untuk menemani klien
Sediakan ruangan dengan pencahayaan cukup
Minimalkan cahaya silau
Bantu klien untukmeningkatkan stimulasi indera-indera lainnya
Gambarkan lingkungan yang baru kepada klien
Hindara menata ulang ruangan tanpa memberitahu klien

2.2.4

Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar implementasi/pelaksanaan dapat
tepat waktu dan efektif, maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
mamantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilakukan
serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
2.2.5

Evaluasi

Yang perlu dievaluasi pada mengacu pada tujuan yang hendak dicapai yakni
apakah terdapat :
Nyeri yang menetap atau bertambah
Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi
Mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan,
tindakan perawatan diri preventif.

16

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Miopi atau rabun dalah cacat mata yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda
pada jarak jauh. Penyebab penyakit miopi yaitu karena kemampuan refraksi mata terlalu kuat
untuk panjang antero posterior mata sehingga
akomodasi difokuskan didepan retina.

17

sinar datang sejajar sumbu mata tanpa

DAFTAR PUSTAKA

Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10, EGC 2014
Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah vol 3.EGC:Jakarta
Barbara C, Long.(1996). Perawatan Medikal Bedah, EGC:Jakarta
Moorhead Johnson, Maas Swanson : NOC Edisi Bahasa Indonesia Edisi Kelima , Elsevier
Bulechek Butcher, Dochterman Wagner : NIC Edisi Bahasa Indonesia Edisi Keenam,
Elsevier

18

19

20

21

Anda mungkin juga menyukai