Anda di halaman 1dari 13

Gangguan perkemihan non infeksi (keganasan; Ca Bledder)

A. Definisi

Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu kondisi
medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung
kemih.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung kemih).Buli-buli
adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli-
buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang
akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah
terus.Klasifikasi Kanker :
a) Tahap 0 : sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung kemih.
b) Tahap I : sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan kandung
kemih tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih.
c) Tahap II : sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding kandung
kemih tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi kandung kemih.
d) Tahap III : sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar kandung
kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk kelenjar getah
bening atau organ lainnya.
e) Tahap IV : sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding panggul atau
perut, dan organ lainnya.
f) Berulang : kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain setelah
yang telah diobati.

B. Etiologi
Faktor risiko merupakan hal-hal yang dapat memperbesar kemungkinan seseorang untuk mengalami
suatu penyakit tertentu. Faktor risiko terdiri atas faktor yang dapat diubah, seperti merokok, aktivitas
sehari-hari, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, dan riwayat
keluarga. Dengan memiliki faktor risiko tidak berarti bahwa seseorang akan menderita penyakit
tersebut. Menurut American Cancer Society pada tahun 2014, ada beberapa faktor risiko yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita kanker kandung kemih, yaitu:
1. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang penting untuk kanker kandung kemih. Orang yang
merokok memiliki risiko setidaknya 3 kali lebih besar untuk menderita kanker kandung
kemih dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
2. Pekerjaan
Paparan terhadap senyawa kimia amin aromatik, seperti benzidine dan beta-
naphtylamine, yang sering digunakan pada industri cat, dapat menyebabkan kanker
kandung kemih. Orang-orang yang memiliki risiko tinggi adalah pekerja di pabrik
pengolahan karet, kulit, tekstil, cat, dan percetakan. Pekerjaan lain seperti tukang cat,
teknisi mesin, teknisi percetakan, pekerja salon (kemungkinan karena paparan terhadap
cat rambut), dan supir truk (kemungkinan karena paparan asap kendaraan). Orang-orang
yang merokok dan berkerja di tempat yang berisiko seperti ini memiliki risiko tertinggi
untuk menderita kanker kandung kemih.
3. Suku bangsa
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dibandingkan orang
berkulit hitam. Kejadian kanker kandung kemih juga lebih rendah pada orang-orang
Hispanik, Asia Amerika, dan Indian Amerika. Mekanisme mengenai hubungan antara
suku bangsa dengan kejadian kanker kandung kemih juga masih belum begitu
dimengerti.
4. Usia
Risiko kanker kandung kemih meningkat sesuai usia. Sekitar 9 dari 10 orang yang
menderita kanker kandung kemih berusia di atas 55 tahun.
5. Jenis kelamin
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
6. Iritasi kronik dan infeksi kandung kemih
Infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, pemakaian kateter jangka panjang dan penyebab
iritasi kronik kandung kemih lainnya dapat meningkatkan risiko keganasan kandung kemih,
utamanya squamous cell carcinoma. Infeksi oleh parasit Schistosoma hematobium juga
merupakan faktor risiko keganasan kandung kemih pada negara-negara seperti Afrika dan
Timur Tengah, dimana parasit ini sering ditemukan.

7. Riwayat keganasan pada saluran kemih dan kandung kemih.


Orang-orang yang memiliki riwayat keganasan pada sistem saluran kemih memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk menderita kanker kandung kemih. Kanker ini dapat terjadi pada
tempat yang sama seperti sebelumnya ataupun pada tempat lain di sistem saluran kemih.

8. Kelainan kandung kemih kongenital


Orang-orang yang mengalami saluran urachus yang menetap memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk menderita adenokarsinoma yang tersusun atas sel-sel kelenjar yang ganas.
Sekitar satu per tiga kasus adenokarsinoma kandung kemih berasal dari daerah ini.
9. Genetik dan riwayat keluarga
Orang-orang dengan riwayat keluarga penderita kanker kandung kemih memiliki risiko
lebih tinggi untuk menderita kanker kandung kemih di kemudian hari. Mutasi genetik
juga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita kanker kandung kemih, seperti (1)
mutasi gen GST dan NAT dapat menyebabkan tubuh seseorang lebih lambat untuk
memecah toksin tertentu yang menyebabkan kanker kandung kemih, (2) mutasi gen
retinoblastoma (RB1) dapat menyebabkan keganasan pada mata dan peningkatan risiko
kanker kandung kemih, (3) mutasi gen PTEN (Cowden disease) yang berhubungan
dengan keganasan payudara dan tiroid juga meningkatkan risiko seseorang menderita
kanker kandung kemih dan (4) Lynch syndrome yang berhubungan dengan keganasan
kolon dan endometrium juga dapat meningkatkan risiko keganasan kandung kemih dan
ureter.
10. Kemoterapi dan Radioterapi
Penggunaan obat cyclophosphamide jangka panjang dapat menyebabkan iritasi pada
kandung kemih yang pada akhirnya akan meningkatkan risiko keganasan kandung kemih.
11. Obat-obatan tertentu dan suplemen herbal.
Menurut US Food and Drug Administration (FDA), penggunaan obat antidiabetes seperti
pioglitazone selama lebih dari satu tahun dan suplemen herbal yang mengandung
aristolochic acid dapat meningkatkan risiko keganasan kandung kemih.
12. Arsenik pada air minum
Konsumsi air minum yang mengandung arsenik dapat meningkatkan risiko keganasan
kandung kemih.
13. Kurangnya asupan air
Orang-orang yang asupan air hariannya tidak cukup akan lebih jarang berkemih sehingga
pengeluaran senyawa toksin lebih lambat. Akibatnya, terjadi peningkatan risiko
keganasan kandung kemih.

C. Anatomi dan Fisiologi


Sistem perkemihan terdiri dari :
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan berbentuk seperti kacang.
Terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutup atas
ginjal kanan terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutup atas ginjal kiri
terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal pada orang dewasa memiliki panjang
12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120 sampai 150 gram.
Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis mengkilat, terbagi menjadi dua
bagian yaitu: bagian eksternal yang disebut Korteks, dan bagian internal
disebut Medula.
Dilihat dari permukaan anterior, struktur ginjal terdiri dari; arteri dan vena
renalis, saraf dan pembuluh getah bening yang keluar dan masuk melalui
hilus, ureter.Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan
keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta
abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali ke dalam vena kava
inferior.Aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya 25% dari curah
jantung.Dilihat dari potongan longitudinal, struktur ginjal terdiri dari: Kapsula,
Korteks, Piramid medula, nefron (terdiri dari glomerulus dan tubulus:
proksimal, ansa Henle, distal), kaliks (minor dan mayor), pelvis ginjal dan
ureter. Penyakit ginjal dimanifestasikan dengan adanya perubahan struktur
ginjal, yaitu adanya perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5
cm.
b. Ureter
Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri
atas otot polos. Setiap ureter memiliki panjang 10 sampai 12 inci, Organ ini
menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih. Organ ini berfungsi
sebagai pipa untuk menyalurkan urin ke kandung kemih.
c. Vesica Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang sebagian besar dindingnya
terdiri dari otot polos disebut muskulus detrusor yang dapat mengempis,
terletak dibelakang simfisis pubis. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk
mengosongkan kandung kemih pada saat BAK. Organ ini berfungsi sebagai
wadah sementara untuk menampung urin dan mendorong kemih keluar tubuh
dibantu oleh uretra.
d. Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai ke luar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada
laki-laki sekitar 8 inci.
e. Meatus urinarius (Muara uretra)
Fungsi Utama Ginjal Adalah :
1. Fungsi Ekskresi
1) Mempertahankna osmolalitas plasma (285 m Osmol) dengan mengubah-ubah
ekskresi air.
2) Mempertahankan kadar elektrolit plasma.
3) Mempertahankan pH plasma (7,4) dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan
membentuk kembali HCO3.
4) Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (urea, asam urat
dan kreatinin)
2. Fungsi Non Ekskresi
1) Menghasilkan renin untuk pengaturan tekanan darah.
2) Menghasilkan eritropoietin untuk stimulasi produksi sel darah merah oleh
sumsum tulang.
3) Metabolisme vitamin D.
4) Degradasi insulin.
5) Menghasilkan prostaglandin.
Histologi kandungan kemih
Secara histologi, kandung kemih memiliki dinding berotot yang tebal. Dinding ini mirip
dengan yang terdapat di sepertiga bawah ureter, namun dengan ketebalan yang berbeda. Di
dinding ini ditemukan tiga lapisan otot polos yang tersusun longgar, yaitu lapisan longitudinal
dalam, sirkular tengah, dan longitudinal luar. Akan tetapi, sama seperti dengan ureter, ketiga
lapisan otot tersebut sulit dibedakan. Ketiga lapisan tersebut membentuk anastomosis berkas otot
polos dan terdapat jaringan ikat interstisium diantaranya. Mesotelium menutupi jaringan ikat
serosa dan merupakan lapisan terluar. Serosa melapisi permukaan superior kandung kemih,
sedangkan permukaan inferiornya ditutupi oleh jaringan ikat adventisia, yang menyatu dengan
jaringan ikat di sekitarnya (Eroschenko, 2012)
Pada saat kosong, dapat ditemukan banyak lipatan mukosa pada kandung kemih yang
akan menghilang sewaktu kandung kemih meregang. Epitel penyusun mukosa kandung kemih
adalah epitel transisional yang sama seperti pada ureter, tetapi lebih tebal dan memiliki sekitar
enam lapis sel. Di bagian bawah epitel dapat ditemukan lamina propia yang lebih lebar daripada
di ureter. Pada bagian yang lebih dalam mengandung jaringan ikat dengan lebih banyak serat
elastik. Dapat ditemukan banyak pembuluh darah pada bagian serosa, diantara berkas otot polos,
dan di lamina propia (Eroschenko, 2012).
Di bawah mikroskop, sediaan histologi dari kandung kemih akan tampak seperti pada
gambar 2.3. Terdapat 4 lapisan pada dinding kandung kemih, yaitu lapisan yang paling dalam
disusun oleh mukosa dengan urotelium (U) dan lamina propia (LP), lapisan kedua disusun oleh
lapisan submukosa yang tipis (S), lapisan ketiga disusun oleh tiga lapisan otot polos (IL, ML, dan
OL), dan lapisan yang paling luar disusun oleh adventisia (A) (Mescher, 2013).
Gambar 2.3. Penampang histologi dinding kandung kemih
Sumber: Mescher, A.L., 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 13th ed.
USA: Mc Graw-Hill Education, p. 398-401.
Pada saat kandung kemih kosong, lapisan mukosa kandung kemih akan terlihat seperti pada
gambar 2.4. Dapat dijumpai lipatan-lipatan mukosa yang sangat banyak dan urotelium yang
memiliki bulbous umbrella cells. Pada saat kandung kemih terisi, kandung kemih akan teregang,
sehingga lipatan mukosa akan berkurang dan umbrella cells akan menjadi lebih pipih (Mescher,
2013).

Gambar 2.4. Penampang histologi mukosa kandung kemih


Sumber: Mescher, A.L., 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas 13th ed. USA: Mc
Graw-Hill Education, p. 398-401.
Universitas

 Fisiologi

Fungsi utama dari kandung kemih adalah sebagai tempat penampungan urin sementara dan
berperan dalam proses miksi atau berkemih. Urin yang dihasilkan oleh ginjal akan dialirkan oleh
ureter ke kandung kemih oleh karena adanya gaya gravitasi dan gerakan peristaltik yang teratur,
berkisar 1-5 kontraksi per menit oleh otot polos sepanjang pelvis renalis dan ureter. Ureter akan
bergerak secara oblik dan menembus dinding kandung kemih. Pergerakan ureter secara oblik ini
akan mencegah aliran balik urin ke ginjal saat terjadi peningkatan tekanan di dalam kandung
kemih (Barrett et al., 2012).

Miksi atau berkemih merupakan proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh dua
mekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih yang secara
keseluruhan merupakan refleks spinal akan terpicu saat adanya rangsangan pada reseptor
regang di dalam dinding kandung kemih. Pada orang dewasa, reseptor regang ini akan
teraktivasi apabila kandung kemih telah terisi urin sebanyak 200-400 mL. Semakin besar
tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serabut saraf aferen
akan membawa impuls dari reseptor regang menuju ke medulla spinalis dan akhirnya, melalui
antar neuron, akan merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat
neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih. Kontraksi kandung kemih ini secara otomatis akan menyebabkan terbukanya
sfingter uretra internus secara mekanis sedangkan sfingter eksternus akan melemas karena
neuron motoriknya dihambat. Setelah kedua sfinger uretra terbuka, maka urin akan terdorong
keluar oleh kontraksi kandung kemih (Sherwood, 2011).

Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih akan menimbulkan kesadaran
seseorang dan memicu keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul
sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan
segera terjadi. Dengan toilet training pada masa anak-anak, kontrol volunter berkemih dapat
mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai
keinginan orang yang bersangkutan. Pada saat seseorang menahan berkemih, impuls eksitatorik
volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke
neuron motorik yang terlibat sehingga otot-otot ini akan tetap berkontraksi dan tidak ada urin
yang keluar. Akan tetapi, berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus
terisi urin, maka sinyal refleks dari reseptor regang akan meningkat seiring waktu. Akibatnya,
sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat sehingga
tidak dapat lagi diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung
kemih secara tak terkontrol mengosongkan isinya (Sherwood, 2011).

Berkemih juga dapat dilakukan dengan sengaja, meskipun kandung kemih sedang tidak
dalam kondisi teregang, yaitu dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan
diafragma pelvis. Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara
simultan menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih.
Akibatnya, terjadi pengaktifan reseptor regang yang kemudian akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja ini juga
dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernafasan, yang akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang kemudian akan menekan kandung
kemih ke bawah untuk mempermudah proses pengosongan (Sherwood, 2011).
Gambar 2.6. Refleks dan kontrol volunter berkemih
Sumber: Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta: EGC, p. 595-
597.

D. Staging dan Grading Kanker Kandung Kemih

Staging dan grading kanker kandung kemih sangat penting untuk menentukan prognosis dan
tata laksana yang sesuai bagi pasien. Staging keganasan pada pasien dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem TNM (Tumour-Nodes-Metastasis). Sistem ini menilai keadaan tumor
primer, kelenjar getah bening dan metastase ke jaringan lain yang pada akhirnya akan
menentukan stadium penyakit pasien. Penilaian tumor primer dapat dilakukan dengan
pemeriksaan bimanual dan konfirmasi histologis. Selain itu, pemeriksaan radiologis untuk
perkembangan tumor primer ke kelenjar getah bening dan organ lainnya juga perlu dilakukan
untuk menilai progresifitas tumor (American Joint Committee on Cancer, 2010).
Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Perkembangan tumor primer kandung kemih


Sumber: American Joint Committee on Cancer, 2010. AJCC Cancer Staging Manual, 7th ed..
New York: Springer, p. 497-502.
Klasifikasi sistem TNM menurut American Joint Committee on Cancer (2010) adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.8. Klasifikasi sistem TNM (Tumour-Nodes-Metastasis)


Sumber: American Joint Committee on Cancer, 2010. AJCC Cancer Staging Manual, 7th ed..
New York: Springer, p. 497-502.

Gambar 2.9. Penentuan stadium tumor kandung kemih


Sumber : American Joint Committee on Cancer, 2010. AJCC Cancer Staging Manual, 7th ed..
New York: Springer, p. 497-502.
Grading merupakan penilaian sel-sel tumor secara mikroskopis. World Health
Organization (WHO) dan International Society of Urologic Pathology (ISUP)
merekomendasikan sistem grading: Low Grade (LG) dan High Grade (HG). Jika sistem grading
tidak spesifik, secara umum digunakan: (1) Grade tidak dapat dinilai (GX), (2) Sel terdiferensiasi
dengan baik (G1), (3) Sel terdiferensiasi secara moderat (G2), (4) Sel terdiferensiasi dengan
buruk (G3), dan (5) Sel tidak terdiferensiasi (G4) (American Joint Committee on Cancer, 2010).

Histopatologi Kanker Kandung Kemih


Secara histopatologi, kanker kandung kemih dapat dibagi menjadi 2, berdasarkan daya
invasinya, menjadi Non-Muscle Invasive Bladder Cancer (NMIBC) dan Muscle Invasive Bladder
Cancer (MIBC). MIBC merupakan penyakit keganasan yang agresif dan berisiko tinggi untuk
menyebar ke organ lainnya dibandingkan dengan NMIBC (Syvänen et al., 2014). Berdasarkan
jenis sel penyusunnya, kanker kandung kemih dapat dibagi menjadi (Konety dan Carroll, 2013) :
a) Papilloma/PUNLMP

E. Manifestasi Klinis
Gejalanya Bisa Berupa yaitu :
a. Hematuria (adanya darah dalam kencing).
b. Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
c. Desakan untuk berkemih.
d. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing.
e. Badan terasa panas dan lemah.
f. Nyeri pinggang karena tekanan saraf. Nyeri pada satu sisi karena
hydronefrosis
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sititis)
dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan
pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang
F. Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang didasarkan
pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local serta ada
tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah tumor tersebut memiliki
banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan
dalam menentukan bentuk terapinya. Reseksi transuretra atau vulgurasi (kauterisasi) dapat
dilakukan pada papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini akan melenyapkan
tumor lewat insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang dimasukkan
melalui uretra.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu pantangan karena
biasanya mudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa kandung kemih.Keseluruhan
lapisan dinding saluran kemih atau urotelium menghadapi resiko mengingat perubahan
karsinoma mukosa bukan hanya ditemukan dalam mukos kandung kemih tetapi juga dalam
mukosa pelvis renal, ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius, kurang
lebih 25 persen hingga 40 persen tumor superficial akan kambuh kembali sesudah dilakukan
vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita piloma benigna harus menjalani tindak lanjut
dengan pemeriksaan sitologi dan sistoskopi secara berkala sepanjang hidupnya karena
kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini. Kemoterapi dengan
menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin (adreamisin) dan cisplatin (M-
VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional kandung
kemih pada sebagian pasien. Kemoterapi intra vena dapat dapat dilakukan bersama dengan
terapi radiasi.
Kemoterapi topical (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan larutan obat
anti neoplastik kedalam kandung kemih yang membuat obat tersebut mengenai dinding
kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang tinggi, jika
terdapat kanker in situ atau jika resksi tumor tidak tuntas.Kemoterapi topical adalah
pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin,
ethoglusid dan Bacilus Calmette – Guerin atau BCG) untuk meningkatkan penghancuran
jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai preparat intravesikal yang paling efektif untuk
kanker kandung kemih yang kambuhan karena preparat ini akan menggalakkan respon imun
tubuh terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur pemasukan
(instilasi) obat dilaksanakan, tetapi kandung kemih terisi penuh, pasien harus menahan
larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum mengalirkannya keluar dengan
berkemih. Pada akhir prosedur, pasien dianjurkan untuk buang air kecil dan meminum cairan
sekehendak hati untuk membilas preparat tersebut dari kandung kemih.
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi
neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya kanker tersebut
didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat sirkulasi darah atau
system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan atau
dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak dapat
dioperasi.
Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal dilakukan
pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi radikal pada pria
meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis dan jaringan vesikal
disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter
bagian bawah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior dan uretra.Operasi ini dapat
mencakup pula limfadenektomis (pengangkatan nodus limfatikus).Pengangkatan kandung
kemih memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan aliran urin dari kandung kemih
ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewata pembedahan
pada kulit (stoma).
Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk terhadap
kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid sudah digunakan dengan berbagai
takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan kombinasi yang paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat sitotoksik melalui
suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai konsentrasi preparat
kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik sistemik yang lebih kecil. Untuk kanker
kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk pasien hematuria yang membandel (setelah
terapi radiasi), sebuah balon besar berisi air yang ditempatkan dalam kandung kemih akan
membuat nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah kedinding kandung kemih (terapi
hidrostatik). Terapi instilasi dengan cara memasukkan larutan formali, fenol atau perak nitrat
dapat meredahkan gejala hematuria dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan nyeri)
pada sebagian pasien.
G.

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Waham
    Askep Waham
    Dokumen26 halaman
    Askep Waham
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Ujian Mater Print
    Ujian Mater Print
    Dokumen9 halaman
    Ujian Mater Print
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Skenario Ronde Keperawatan
    Skenario Ronde Keperawatan
    Dokumen6 halaman
    Skenario Ronde Keperawatan
    Lina Lestari
    Belum ada peringkat
  • Pasien Safety Fixx
    Pasien Safety Fixx
    Dokumen80 halaman
    Pasien Safety Fixx
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • ANALISIS JURNAL Litelatur
    ANALISIS JURNAL Litelatur
    Dokumen62 halaman
    ANALISIS JURNAL Litelatur
    Muhammad Isran
    Belum ada peringkat
  • Anlisis Jurnal Risiko Jatuh
    Anlisis Jurnal Risiko Jatuh
    Dokumen10 halaman
    Anlisis Jurnal Risiko Jatuh
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Diagnosa Pasien
    Diagnosa Pasien
    Dokumen9 halaman
    Diagnosa Pasien
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Bab II Myopia
    Bab II Myopia
    Dokumen6 halaman
    Bab II Myopia
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Anemia Gizi Besi
    Leaflet Anemia Gizi Besi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Anemia Gizi Besi
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Sinusitis
    Leaflet Sinusitis
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Sinusitis
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DBD
    Leaflet DBD
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DBD
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Pengertian
    Pengertian
    Dokumen13 halaman
    Pengertian
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Sinusitis
    Leaflet Sinusitis
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Sinusitis
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Diare
    Leaflet Diare
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Diare
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Pola Gordon Acc Kel 1
    Pola Gordon Acc Kel 1
    Dokumen28 halaman
    Pola Gordon Acc Kel 1
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Sebagai Salah Satu Bahan Baku Utama Produk
    Sebagai Salah Satu Bahan Baku Utama Produk
    Dokumen9 halaman
    Sebagai Salah Satu Bahan Baku Utama Produk
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
    Dokumen10 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Sebagai Salah Satu Bahan Baku Utama Produk
    Sebagai Salah Satu Bahan Baku Utama Produk
    Dokumen9 halaman
    Sebagai Salah Satu Bahan Baku Utama Produk
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Pola Gordon Acc Kel 1
    Pola Gordon Acc Kel 1
    Dokumen28 halaman
    Pola Gordon Acc Kel 1
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Askep Meniere
    Askep Meniere
    Dokumen1 halaman
    Askep Meniere
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Batu Renal
    Batu Renal
    Dokumen32 halaman
    Batu Renal
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • 1 Cover
    1 Cover
    Dokumen2 halaman
    1 Cover
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • 2 Bagian III-xii
    2 Bagian III-xii
    Dokumen9 halaman
    2 Bagian III-xii
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen10 halaman
    Diare
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Story Telling Metode
    Pengertian Story Telling Metode
    Dokumen5 halaman
    Pengertian Story Telling Metode
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Story Telling Metode
    Pengertian Story Telling Metode
    Dokumen5 halaman
    Pengertian Story Telling Metode
    Cenimariani07gmail.com Cenimariani
    Belum ada peringkat