A. Definisi
Kanker (karsinoma) kandung kemih (buli-buli / vesika urinaria) adalah suatu kondisi
medis yang ditandai dengan pertumbuhan abnormal sel kanker atau tumor pada kandung
kemih.
Kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai organ buli-buli (kandung kemih).Buli-buli
adalah organ yang berfungsi untuk menampung air kemih yang berasal dari ginjal. Jika buli-
buli telah penuh maka air kemih akan dikeluarkan.
Carcinoma buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih yang
akan terjadi gross hematuria tanpa rasa sakit yaitu keluar air kencing warna merah
terus.Klasifikasi Kanker :
a) Tahap 0 : sel-sel kanker ditemukan hanya di atas lapisan dari kandung kemih.
b) Tahap I : sel-sel kanker telah pengkembang untuk lapisan luar lapisan kandung
kemih tetapi tidak untuk otot-otot kandung kemih.
c) Tahap II : sel-sel kanker telah pengkembang untuk otot-otot di dinding kandung
kemih tetapi tidak untuk jaringan lemak yang mengelilingi kandung kemih.
d) Tahap III : sel-sel kanker telah pengkembang untuk jaringan lemak sekitar kandung
kemih dan kelenjar prostat, vagina atau rahim, tetapi tidak untuk kelenjar getah
bening atau organ lainnya.
e) Tahap IV : sel-sel kanker telah pengkembang pada nodus limfa, dinding panggul atau
perut, dan organ lainnya.
f) Berulang : kanker telah terulang di kandung kemih atau di dekat organ lain setelah
yang telah diobati.
B. Etiologi
Faktor risiko merupakan hal-hal yang dapat memperbesar kemungkinan seseorang untuk mengalami
suatu penyakit tertentu. Faktor risiko terdiri atas faktor yang dapat diubah, seperti merokok, aktivitas
sehari-hari, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, dan riwayat
keluarga. Dengan memiliki faktor risiko tidak berarti bahwa seseorang akan menderita penyakit
tersebut. Menurut American Cancer Society pada tahun 2014, ada beberapa faktor risiko yang dapat
meningkatkan risiko seseorang menderita kanker kandung kemih, yaitu:
1. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko yang penting untuk kanker kandung kemih. Orang yang
merokok memiliki risiko setidaknya 3 kali lebih besar untuk menderita kanker kandung
kemih dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
2. Pekerjaan
Paparan terhadap senyawa kimia amin aromatik, seperti benzidine dan beta-
naphtylamine, yang sering digunakan pada industri cat, dapat menyebabkan kanker
kandung kemih. Orang-orang yang memiliki risiko tinggi adalah pekerja di pabrik
pengolahan karet, kulit, tekstil, cat, dan percetakan. Pekerjaan lain seperti tukang cat,
teknisi mesin, teknisi percetakan, pekerja salon (kemungkinan karena paparan terhadap
cat rambut), dan supir truk (kemungkinan karena paparan asap kendaraan). Orang-orang
yang merokok dan berkerja di tempat yang berisiko seperti ini memiliki risiko tertinggi
untuk menderita kanker kandung kemih.
3. Suku bangsa
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada orang berkulit putih dibandingkan orang
berkulit hitam. Kejadian kanker kandung kemih juga lebih rendah pada orang-orang
Hispanik, Asia Amerika, dan Indian Amerika. Mekanisme mengenai hubungan antara
suku bangsa dengan kejadian kanker kandung kemih juga masih belum begitu
dimengerti.
4. Usia
Risiko kanker kandung kemih meningkat sesuai usia. Sekitar 9 dari 10 orang yang
menderita kanker kandung kemih berusia di atas 55 tahun.
5. Jenis kelamin
Kanker kandung kemih lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
6. Iritasi kronik dan infeksi kandung kemih
Infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, pemakaian kateter jangka panjang dan penyebab
iritasi kronik kandung kemih lainnya dapat meningkatkan risiko keganasan kandung kemih,
utamanya squamous cell carcinoma. Infeksi oleh parasit Schistosoma hematobium juga
merupakan faktor risiko keganasan kandung kemih pada negara-negara seperti Afrika dan
Timur Tengah, dimana parasit ini sering ditemukan.
Fisiologi
Fungsi utama dari kandung kemih adalah sebagai tempat penampungan urin sementara dan
berperan dalam proses miksi atau berkemih. Urin yang dihasilkan oleh ginjal akan dialirkan oleh
ureter ke kandung kemih oleh karena adanya gaya gravitasi dan gerakan peristaltik yang teratur,
berkisar 1-5 kontraksi per menit oleh otot polos sepanjang pelvis renalis dan ureter. Ureter akan
bergerak secara oblik dan menembus dinding kandung kemih. Pergerakan ureter secara oblik ini
akan mencegah aliran balik urin ke ginjal saat terjadi peningkatan tekanan di dalam kandung
kemih (Barrett et al., 2012).
Miksi atau berkemih merupakan proses pengosongan kandung kemih yang diatur oleh dua
mekanisme, yaitu refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih yang secara
keseluruhan merupakan refleks spinal akan terpicu saat adanya rangsangan pada reseptor
regang di dalam dinding kandung kemih. Pada orang dewasa, reseptor regang ini akan
teraktivasi apabila kandung kemih telah terisi urin sebanyak 200-400 mL. Semakin besar
tegangan melebihi ukuran ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serabut saraf aferen
akan membawa impuls dari reseptor regang menuju ke medulla spinalis dan akhirnya, melalui
antar neuron, akan merangsang saraf parasimpatis untuk kandung kemih dan menghambat
neuron motorik ke sfingter eksternus. Stimulasi saraf parasimpatis akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih. Kontraksi kandung kemih ini secara otomatis akan menyebabkan terbukanya
sfingter uretra internus secara mekanis sedangkan sfingter eksternus akan melemas karena
neuron motoriknya dihambat. Setelah kedua sfinger uretra terbuka, maka urin akan terdorong
keluar oleh kontraksi kandung kemih (Sherwood, 2011).
Selain memicu refleks berkemih, pengisian kandung kemih akan menimbulkan kesadaran
seseorang dan memicu keinginan untuk berkemih. Persepsi penuhnya kandung kemih muncul
sebelum sfingter eksternus secara refleks melemas, memberi peringatan bahwa miksi akan
segera terjadi. Dengan toilet training pada masa anak-anak, kontrol volunter berkemih dapat
mengalahkan refleks berkemih sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai
keinginan orang yang bersangkutan. Pada saat seseorang menahan berkemih, impuls eksitatorik
volunter dari korteks serebri mengalahkan sinyal inhibitorik refleks dari reseptor regang ke
neuron motorik yang terlibat sehingga otot-otot ini akan tetap berkontraksi dan tidak ada urin
yang keluar. Akan tetapi, berkemih tidak dapat ditahan selamanya. Karena kandung kemih terus
terisi urin, maka sinyal refleks dari reseptor regang akan meningkat seiring waktu. Akibatnya,
sinyal inhibitorik refleks ke neuron motorik sfingter eksternus menjadi sedemikian kuat sehingga
tidak dapat lagi diatasi oleh sinyal eksitatorik volunter sehingga sfingter melemas dan kandung
kemih secara tak terkontrol mengosongkan isinya (Sherwood, 2011).
Berkemih juga dapat dilakukan dengan sengaja, meskipun kandung kemih sedang tidak
dalam kondisi teregang, yaitu dengan secara sengaja melemaskan sfingter eksternus dan
diafragma pelvis. Turunnya dasar panggul memungkinkan kandung kemih turun, yang secara
simultan menarik terbuka sfingter uretra internus dan meregangkan dinding kandung kemih.
Akibatnya, terjadi pengaktifan reseptor regang yang kemudian akan menyebabkan kontraksi
kandung kemih melalui refleks berkemih. Pengosongan kandung kemih secara sengaja ini juga
dapat dibantu oleh kontraksi dinding abdomen dan diafragma pernafasan, yang akan
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang kemudian akan menekan kandung
kemih ke bawah untuk mempermudah proses pengosongan (Sherwood, 2011).
Gambar 2.6. Refleks dan kontrol volunter berkemih
Sumber: Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta: EGC, p. 595-
597.
Staging dan grading kanker kandung kemih sangat penting untuk menentukan prognosis dan
tata laksana yang sesuai bagi pasien. Staging keganasan pada pasien dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem TNM (Tumour-Nodes-Metastasis). Sistem ini menilai keadaan tumor
primer, kelenjar getah bening dan metastase ke jaringan lain yang pada akhirnya akan
menentukan stadium penyakit pasien. Penilaian tumor primer dapat dilakukan dengan
pemeriksaan bimanual dan konfirmasi histologis. Selain itu, pemeriksaan radiologis untuk
perkembangan tumor primer ke kelenjar getah bening dan organ lainnya juga perlu dilakukan
untuk menilai progresifitas tumor (American Joint Committee on Cancer, 2010).
Gambar 2.7.
E. Manifestasi Klinis
Gejalanya Bisa Berupa yaitu :
a. Hematuria (adanya darah dalam kencing).
b. Rasa terbakar atau nyeri ketika berkemin.
c. Desakan untuk berkemih.
d. Sering berkemih terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar
kencing.
e. Badan terasa panas dan lemah.
f. Nyeri pinggang karena tekanan saraf. Nyeri pada satu sisi karena
hydronefrosis
Gejala dari kanker vesika uranaria menyerupai gejala infeksi kandung kemih (sititis)
dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan
pengobatan standar untuk infeksi, gejalanya tidak menghilang
F. Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih tergantung pada derajat tumornya (yang didasarkan
pada derajat deferiensi sel), stadium pertumbuhan tumor (derajat invasi local serta ada
tidaknya metastase) dan multisentrisitas tumor tersebut (apakah tumor tersebut memiliki
banyak pusat).Usia pasiaen dan status fisik, mental serta emosional harus dipertimbangkan
dalam menentukan bentuk terapinya. Reseksi transuretra atau vulgurasi (kauterisasi) dapat
dilakukan pada papiloma yang tunggal (tumor epitel benigna) prosedur ini akan melenyapkan
tumor lewat insisi bedah atau arus listrik dengan menggunakan instrument yang dimasukkan
melalui uretra.
Penatalaksanaan kanker kandung kemih superficial merupakan suatu pantangan karena
biasanya mudah terjadi abnormalitas yang meluas pada mukosa kandung kemih.Keseluruhan
lapisan dinding saluran kemih atau urotelium menghadapi resiko mengingat perubahan
karsinoma mukosa bukan hanya ditemukan dalam mukos kandung kemih tetapi juga dalam
mukosa pelvis renal, ureter dan uretra. Kekambuhan merupakan masalah yang serius, kurang
lebih 25 persen hingga 40 persen tumor superficial akan kambuh kembali sesudah dilakukan
vulgerasi atau reseksi transuretra. Penderita piloma benigna harus menjalani tindak lanjut
dengan pemeriksaan sitologi dan sistoskopi secara berkala sepanjang hidupnya karena
kelainan malignansi yang agresif dapat timbul dari tumor ini. Kemoterapi dengan
menggunakan kombinasi metotreksat, vinblastin, doxorubisin (adreamisin) dan cisplatin (M-
VAC) terbukti efektif untuk menghasilkan remisi parsial karsinoma sel transisional kandung
kemih pada sebagian pasien. Kemoterapi intra vena dapat dapat dilakukan bersama dengan
terapi radiasi.
Kemoterapi topical (kemoterapi intravesikal atau terapi dengan memasukkan larutan obat
anti neoplastik kedalam kandung kemih yang membuat obat tersebut mengenai dinding
kandung kemih) dapat dipertimbangkan jika terdapat resiko kekambuhan yang tinggi, jika
terdapat kanker in situ atau jika resksi tumor tidak tuntas.Kemoterapi topical adalah
pemberian medikasi dengan konsentrasi yang tinggi (thiotepa, doxorubisin, mitomisin,
ethoglusid dan Bacilus Calmette – Guerin atau BCG) untuk meningkatkan penghancuran
jaringan tumor. BCG kini dianggap sebagai preparat intravesikal yang paling efektif untuk
kanker kandung kemih yang kambuhan karena preparat ini akan menggalakkan respon imun
tubuh terhadap kanker. Pasien dibolehkan makan dan minum sebelum prosedur pemasukan
(instilasi) obat dilaksanakan, tetapi kandung kemih terisi penuh, pasien harus menahan
larutan preparat intravesikal tersebut selama 2 jam sebelum mengalirkannya keluar dengan
berkemih. Pada akhir prosedur, pasien dianjurkan untuk buang air kecil dan meminum cairan
sekehendak hati untuk membilas preparat tersebut dari kandung kemih.
Radiasi tumor dapat dilakukan sebelum pembedahan untuk mengurangi mikroekstensi
neoplasma dan viabilitas sel-sel tumor sehingga kemungkinan timbulnya kanker tersebut
didaerah sekitarnya atau kemungkinan penyebaran sel-sel kanker lewat sirkulasi darah atau
system infatik dapat dikurangi.Terapi radiasi juga dilakukan bersama pembedahan atau
dilakukan untuk mengendalikan penyakit pada pasien dengan tumor yang tidak dapat
dioperasi.
Sistektomi sederhana (pengangakatan kandung kemih) atau sistektomi radikal dilakukan
pada kanker kandung kemih yang invasive atau multifocal.Sistektomi radikal pada pria
meliputi pengangkatan kandung kemih, prostat serta vesikulus seminalis dan jaringan vesikal
disekitarnya.Pada wanita, sistektomi radikal meliputi pengangkatan kandung kemih, ureter
bagian bawah, uterus, tuba fallopi, ovarium, vagina anterior dan uretra.Operasi ini dapat
mencakup pula limfadenektomis (pengangkatan nodus limfatikus).Pengangkatan kandung
kemih memerlukan prosedur difersi urin (mengalihkan aliran urin dari kandung kemih
ketempat keluar yang baru, yang biasanya melalui lubang yang dibuat lewata pembedahan
pada kulit (stoma).
Kanker kandung kemih varietas sel transitional memiliki respon yang buruk terhadap
kemoterapi.Cisplatin, doxorubisin dan siklofosfamid sudah digunakan dengan berbagai
takaran serta jadwal pemberian dan tampaknya merupakan kombinasi yang paling efektif.
Kanker kandung kemih juga dapat diobati dengan infuse langsung preparat sitotoksik melalui
suplai darah arterial organ yang terkena sehingga bisa tercapai konsentrasi preparat
kemoterapeutik yang lebih tinggi dengan efek toksik sistemik yang lebih kecil. Untuk kanker
kandung kemih yang lebih lanjut atau untuk pasien hematuria yang membandel (setelah
terapi radiasi), sebuah balon besar berisi air yang ditempatkan dalam kandung kemih akan
membuat nekrosis tumor dengan mengurangi suplai darah kedinding kandung kemih (terapi
hidrostatik). Terapi instilasi dengan cara memasukkan larutan formali, fenol atau perak nitrat
dapat meredahkan gejala hematuria dan stranguria (pengeluaran urin yang lambat dan nyeri)
pada sebagian pasien.
G.