Anda di halaman 1dari 206

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK

PENENTUAN KASUS STUNTING PADA ANAK BERBASIS WEB

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Komputer

Program Studi : Teknik Informatika

Jenjang Pendidikan : Strata 1

Diajukan Oleh:

ALDHY ERWIN
19101152630042

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” PADANG

PADANG 2023
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Aldhy Erwin

No. BP : 19101152630042

Fakultas : Ilmu Komputer

Jurusan : Teknik Informatika

Menyatakan Bahwa :

1. Sesungguhnya skripsi yang saya susun ini merupakan hasil karya tulis saya

sendiri, adapun bagian-bagian tertentu dalam skripsi yang saya peroleh dari

hasil karya orang lain, telah saya tuliskan sumbernya dengan jelas, sesuai

dengan kaidah penulisan ilmiah.

2. Jika dalam pembuatan skripsi secara keseluruhan ternyata terbukti dibuatkan

oleh orang lain, maka saya bersedia menerima saksi yang diberikan akademik,

berupa pembatalan skripsi dan mengulang penelitian serta mengajukan judul

baru.

Demikian surat ini saya buat dengan sungguh-sungguh tanpa adanya paksaan dari pihak

manapun.

Padang, Februari 2023

ALDHY ERWIN
19101152630042

ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK

PENENTUAN KASUS STUNTING PADA ANAK BERBASIS WEB

Yang dipersipakan dan disusun oleh

ALDHY ERWIN

19101152630042

Telah Memenuhi Persyaratan Untuk Dipertahankan Didepan Dewan Penguji

Pada Ujian Komprehensif

Padang, Januari 2023

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Yuhandri, S.Kom., M.Kom,) (Musli Yanto, S.Kom., M.Kom,)

NIDN: 1015057301 NIDN : 1007078901

iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG SKRIPSI

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK


PENENTUAN KASUS STUNTING PADA ANAK BERBASIS WEB
Yang dipersiapkan dan disusun oleh

ALDHY ERWIN
19101152630042

Skripsi ini ini telah dinyatakan LULUS oleh


Penguji Materi Pada Sidang Skripsi Program Studi Strata 1 Ilmu Komputer
Program Studi Sistem Informasi
Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang
Pada Hari/Tgl : Selasa/28 Februari 2023

TIM PENGUJI :

1. Eka Praja Wiyata Mandala, S.Kom, M.Kom ………………….


NIDN. 1014088502

2. Deby Erdriani, S.Si, M.Pd ………………….


NIDN. 1002068501

Padang, Maret 2023


Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

(Dr. Yuhandri, S.Kom, M.Kom)


NIDN : 1015057301

iv
LEMBAR PENGESAHAN LULUS SIDANG SKRIPSI

ARTIFICIAL NEURAL NETWORK MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK


PENENTUAN KASUS STUNTING PADA ANAK BERBASIS WEB

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

ALDHY ERWIN

19101152630042

Yang telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 28 Februari 2023

Dan dinyatakan telah lulus

Memenuhi syarat

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr. Yuhandri, S.Kom., M.Kom,) (Musli Yanto, S.Kom., M.Kom,)


NIDN: 1015057301 NIDN : 1007078901

Padang, Maret 2023


Dekan Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

(Dr. Yuhandri, S.Kom, M.Kom)


NIDN. 1015057301

v
ABSTRACT

Artificial intelligence is a field of computer science that is able to imitate and


apply intelligence found in humans to solve existing problems. Artificial intelligence
has been proven to be able to solve various problems from various fields, including
the health sector. Stunting (short children) is one of the health problems that arise
as a result of nutritional problems, where Indonesia is the country with the fifth
largest prevalence in the world at 36% of the total children in Indonesia. District
Health Kab. Lima Puluh Kota face difficulties when they have to analyze thousands
or even tens of thousands of children in a certain period using manual calculations
based on WHO calculations. This research will apply an Artificial Neural Network
using the Multilayer Perceptron method to be able to classify Stunting cases that
occur based on existing historical data. This method is implemented by building a
website using the PHP programming language and MySQL database. This study
shows that the Artificial Neural Network with the MLP method is able to classify
stunting cases in children that occur in Kab. Lima Puluh Kota.

Keywords: Artificial Neural Network, Stunting, Multilayer Perceptron, PHP,


MySQL

vi
ABSTRAK

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence merupakan suatu bidang ilmu


komputer yang mampu menirukan dan menerapkan kecerdasan yang terdapat pada
manusia untuk memecahkan permasalahan yang ada. Kecerdasan buatan telah
terbukti dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dari berbagai bidang, termasuk
bidang kesehatan. Stunting (anak pendek) merupakan salah satu permasalahan
kesehatan yang muncul akibat dari permasalahan gizi, dimana Indonesia merupakan
negara dengan prevalensi terbesar kelima di dunia sebesar 36% dari total anak di
Indonesia. Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota menghadapi kesulitan saat harus
menganalisa ribuan atau bahkan puluhan ribu anak dalam satu periode tertentu
dengan menggunakan perhitungan manual yang didasarkan pada perhitungan WHO.
Penelitian ini akan menerapkan Jaringan Syaraf Tiruan dengan menggunakan
metode Multilayer Perceptron untuk dapat mengklasifikasikan kasus Stunting yang
terjadi berdasarkan data historical yang ada. Metode ini diimplementasikan dengan
membangun sebuah website menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database
MySQL. Penelitian ini menunjukan bahwa Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode
MLP mampu mengklasifikasikan kasus Stunting pada anak yang terjadi di Kab.
Lima Puluh Kota.

Kata Kunci : Jaringan Syaraf Tiruan, Stunting, Multilayer Perceptron, PHP,


MySQL

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur bagi Allah S.W.T, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad S.A.W,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ARTIFICIAL

NEURAL NETWORK MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK

PENETUAN KASUS STUNTING PADA ANAK BERBASIS WEB“ Hasil

penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk tulisan, dan diharapkan dapat membantu

pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer

pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang. Dan

tentu tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan baik materil maupun

spritual dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Zerni Melmusi, S.E, M.M, Ak, CA, selaku Ketua Yayasan

Perguruan Tinggi Komputer (YPTK) Padang.

2. Bapak Prof. Dr. H. Sarjon Defit, S.Kom, M.sc. selaku Rektor Universitas

Putra Indonesia “YPTK” Padang.

3. Bapak Dr. Yuhandri, S.Kom, M.Kom. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Komputer Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang dan selaku dosen

Pembimbing I yang telah begitu banyak memberikan pengetahuan dan arahan

serta meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Eka Praja Wiyata Mandala, S.Kom, M.Kom. selaku Ketua Program

Studi Teknik Informatika Universitas Putra Indonesia “YPTK” Padang.

viii
5. Bapak Musli Yanto, S.Kom, M.Kom, selaku

6. dosen Pembimbing II yang telah begitu banyak memberikan pengetahuan dan

arahan serta berkenan meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan dan Karyawati Universitas Putra

Indonesia “YPTK” Padang.

8. Bapak dan Ibu Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota yang sudah

membantu penulis dalam melakukan penelitian ini serta sudah bersedia

membimbing saya dan menjadi responden saya dalam melakukan penelitian

ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan

dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi perbaikan laporan skripsi ini untuk masa datang. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita semua dan mendapat berkah dari Allah SWT, Amin.

Padang, Februari 2023

Aldhy Erwin

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN....................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG SKRIPSI..................................iv

LEMBAR PENGESAHAN LULUS SIDANG SKRIPSI........................................v

ABSTRACT...............................................................................................................vi

ABSTRAK................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR.............................................................................................viii

DAFTAR ISI...............................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xvi

DAFTAR TABEL.....................................................................................................xx

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah........................................................................................10

1.3 Hipotesis.........................................................................................................11

1.4 Batasan Masalah.............................................................................................12

1.5 Tujuan Penelitian............................................................................................12

1.6 Manfaat Penelitian..........................................................................................13

1.7 Gambaran Umum Objek Penelitian................................................................13

1.7.1 Sekilas Tentang Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota.......................14

1.7.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota...........................14

x
1.7.2.1 Visi...................................................................................................15

1.7.2.2 Misi...................................................................................................15

1.7.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota..................16

1.7.4 Tugas dan Tanggung Jawab.....................................................................16

1.7.4.1 Kepala Dinas....................................................................................17

1.7.4.2 Sekretaris..........................................................................................18

1.7.4.3 Bidang Kesehatan Masyarakat.........................................................18

1.7.4.4 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit..............................19

1.7.4.5 Bidang Pelayanan Kesehatan...........................................................19

1.7.4.6 Bidang Sumber Daya Kesehatan......................................................20

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................21

2.1 Rekayasa Perangkat Lunak..............................................................................21

2.1.1 Definisi Rekayasa Perangkat Lunak........................................................21

2.1.2 Wilayah Cakupan Rekayasa Perangkat Lunak........................................22

2.1.3 Masalah Dalam Rekayasa Perangkat Lunak............................................25

2.1.4 Model Rekayasa Perangkat Lunak...........................................................27

2.1.4.1 Model Sekuensial Linier (Waterfall)................................................27

2.1.4.2 Model Prototipe................................................................................28

2.1.4.3 Model RAD......................................................................................30

2.1.4.4 Model Spiral.....................................................................................31

2.1.5 Software Development Life Cycle (SDLC)..............................................32

2.1.5.1 Definisi Software Development Life Cycle (SDLC)........................32

2.1.5.2 Tahapan Dalam Software Development Life Cycle (SDLC)............32

xi
2.2 Unified Modeling Language............................................................................34

2.2.1 Use Case Diagram...................................................................................34

2.2.2 Activity Diagram......................................................................................36

2.2.3 Class Diagram.........................................................................................37

2.2.4 Sequence Diagram...................................................................................39

2.3 Artificial Intelligence.......................................................................................41

2.3.1 Perkembangan Artificial Intelligence.......................................................42

2.4 Machine Learning............................................................................................43

2.5 Deep Learning.................................................................................................44

2.6 Artificial Neural Network................................................................................45

2.6.1 Komponen Artificial Neural Network......................................................46

2.6.1.1 Neuron..............................................................................................47

2.6.1.2 Bobot (Weight).................................................................................48

2.6.1.3 Fungsi Aktivasi................................................................................48

2.6.2 Arsitektur Artificial Intelligence..............................................................51

2.7 Metode Multilayer Perceptron........................................................................53

2.7.1 Proses Pelatihan Multilayer Perceptron..................................................54

2.7.2 Prinsip Kerja Multilayer Perceptron.......................................................54

2.7.3 Langkah-Langkah Metode Multilayer Perceptron..................................55

2.8 Normalisasi......................................................................................................56

2.9 Evaluasi Performa............................................................................................57

2.10 Stunting..........................................................................................................60

2.11 Konsep Website.............................................................................................60

xii
2.11.1 Definisi Website.....................................................................................61

2.11.2 HTML....................................................................................................62

2.11.3 CSS........................................................................................................62

2.11.4 PHP........................................................................................................62

2.12 MATLAB......................................................................................................63

2.13 Basis Data......................................................................................................63

2.14 MySQL..........................................................................................................63

2.15 XAMPP..........................................................................................................67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................................68

3.1 Kerangka Penelitian.........................................................................................68

3.2 Tahapan Penelitian...........................................................................................69

3.2.1 Penelitian Pendahuluan............................................................................69

3.2.2 Pengumpulan Data...................................................................................70

3.2.3 Analisa.....................................................................................................73

3.2.4 Perancangan.............................................................................................74

3.2.5 Implementasi............................................................................................75

3.2.6 Pengujian..................................................................................................75

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN.........................................................77

4.1 Tahapan Analisa dan Perancangan..................................................................77

4.2 Analisa Data.....................................................................................................78

4.3 Analisa Sistem.................................................................................................83

4.3.1 Analisa Sistem yang Sedang Berjalan.....................................................84

4.3.2 Analisa Sistem Baru.................................................................................85

xiii
4.3.3 Metode Multilayer Perceptron (MLP).....................................................86

4.3.3.1 Mengumpulkan Data Kasus Stunting...............................................87

4.3.3.2 Melakukan Normalisasi....................................................................90

4.3.3.3 Merancang Arsitektur Jaringan........................................................92

4.3.3.4 Menentukan Bobot dan Bias............................................................93

4.3.3.5 Penentuan Learning Rate.................................................................95

4.3.3.6 Melakukan Propagasi Maju..............................................................96

4.3.3.7 Melakukan Propagasi Mundur.........................................................98

4.3.3.8 Hasil Perhitungan...........................................................................106

4.4 Perancangan Sistem.......................................................................................107

4.4.1 UML (Unified Model Language)...........................................................107

4.4.1.1 Use Case Diagram.........................................................................107

4.4.1.2 Class Diagram................................................................................108

4.4.1.3 Activity Diagram............................................................................109

4.4.1.4 Sequence Diagram.........................................................................111

4.4.2 Desain Terinci........................................................................................117

4.4.2.1 Desain Output.................................................................................118

4.4.2.2 Desain Input...................................................................................125

4.4.3 Desain File.........................................................................................129

4.4.4 Rancangan Modul Program...............................................................133

4.4.4.1 Flow Chart.....................................................................................133

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN...................................................136

5.1 Implementasi Sistem......................................................................................136

xiv
5.1.1 Implementasi pada Software MATLAB.....................................................137

5.1.2 Implementasi pada Excel............................................................................145

5.1.3 Perbandingan MSE (Mean Squared Error)...........................................147

5.2 Pengujian.......................................................................................................149

BAB IV PENUTUP................................................................................................163

6.1 Kesimpulan....................................................................................................163

6.2 Keterbatasan Sistem.......................................................................................164

6.3 Saran..............................................................................................................164

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota................16

Gambar 2.1 Wilayah Operasional Rekayasa Perangkat Lunak..................................22

Gambar 2.2 Model Sekuensial Linier.........................................................................27

Gambar 2.3 Model Prototipe.......................................................................................29

Gambar 2.4 Model RAD.............................................................................................30

Gambar 2.5 Model Spiral............................................................................................31

Gambar 2.6 Tahapan SDLC........................................................................................33

Gambar 2.7 Map Cakupan Machine Learning............................................................44

Gambar 2.8 Ilustrasi Arsitektur pada Deep Learning.................................................45

Gambar 2.9 Hubungan Komponen Jaringan Syaraf Tiruan........................................47

Gambar 2.10 Artificial Neural Network Single Layer................................................52

Gambar 2.11 Artificial Neural Network Multi Layer.................................................52

Gambar 2.12 Arsitektur Multilayer Perceptron..........................................................53

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian................................................................................68

Gambar 4.1 Tahapan Analisa dan Perancangan.........................................................77

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Anak Periode Agustus...............................................84

Gambar 4.3 Flowchart Multilayer Perceptron............................................................87

Gambar 4.4 Arsitektur Jaringan..................................................................................92

Gambar 4.5 Use Case Diagram.................................................................................108

Gambar 4.6 Class Diagram.......................................................................................109

Gambar 4.7 Activity Diagram Admin......................................................................110

Gambar 4.8 Activity Diagram Pengunjung Umum..................................................111

xvi
Gambar 4.9 Sequence Diagram Umum Melihat Home............................................112

Gambar 4.10 Sequence Diagram Admin Kelola Rekap Data Kecamatan................113

Gambar 4.11 Sequence Diagram Admin Kelola Profile...........................................113

Gambar 4.12 Sequence Diagram Admin Kelola Data Administrator.......................114

Gambar 4.13 Sequence Diagram Admin Kelola Kasus Stunting.............................115

Gambar 4.14 Sequence Diagram Admin Melihat Data Hasil Klasifikasi................115

Gambar 4.15 Sequence Diagram Admin Melihat Normalisasi................................116

Gambar 4.16 Sequence Diagram Admin Melihat Report.........................................117

Gambar 4.17 Desain Halaman Awal........................................................................118

Gambar 4,18 Desain Halaman Home Admin...........................................................119

Gambar 4.19 Desain Halaman Rekap Data Kecamatan...........................................120

Gambar 4.20 Desain Halaman Profil........................................................................121

Gambar 4.21 Desain Halaman Data Administrator..................................................122

Gambar 4.22 Desain Halaman Data Stunting...........................................................123

Gambar 4.23 Desain Halaman Klasifikasi................................................................124

Gambar 4.24 Desain Laporan Data Kasus Stunting.................................................125

Gambar 4.25 Desain Login Admin...........................................................................126

Gambar 4.26 Update Rekap Data.............................................................................127

Gambar 4.27 Update Data Profile.............................................................................127

Gambar 4.28 Tambah Data Administrator................................................................128

Gambar 4.29 Tambah Data Stunting........................................................................129

Gambar 4.30 Flowchart Admin................................................................................134

Gambar 4.31 Flowchart Umum................................................................................135

Gambar 5.1 Tampilan MATLAB.............................................................................137

xvii
Gambar 5.2 Tampilan Input Data Set.......................................................................138

Gambar 5.3 Tampilan Perintah nntool......................................................................139

Gambar 5.4 Tampilan Import...................................................................................140

Gambar 5.5 Tampilan Pembuatan Jaringan..............................................................141

Gambar 5.6 Tampilan Jaringan 3-6-1.......................................................................142

Gambar 5.7 Tampilan Jaringan 3-7-1.......................................................................143

Gambar 5.8 Tampilan Jaringan 3-8-1.......................................................................144

Gambar 5.9 Tampilan Training Parameter...............................................................145

Gambar 5.10 Tampilan Implementasi Excel............................................................146

Gambar 5.11 Tampilan Perhitungan MSE................................................................147

Gambar 5.12 Home Pengunjung Umum...................................................................150

Gambar 5.13 Form Login.........................................................................................150

Gambar 5.14 Halaman Dashboard Admin................................................................151

Gambar 5.15 Halaman Rekap Data..........................................................................152

Gambar 5.16 Update Rekap Data.............................................................................152

Gambar 5.17 Data Profile.........................................................................................153

Gambar 5.18 Ubah Data Profile................................................................................154

Gambar 5.19 Data Administrator..............................................................................155

Gambar 5.20 Tambah Data Administrator................................................................155

Gambar 5.21 Edit Data Administrator......................................................................156

Gambar 5.22 Stunting Status Data............................................................................157

Gambar 5.23 Tambah Data Stunting Status Data.....................................................157

Gambar 5.24 Edit Data Stunting...............................................................................158

Gambar 5.25 Stunting Normalisasi Status Data.......................................................159

xviii
Gambar 5.26 Klasifikasi...........................................................................................160

Gambar 5.27 Report..................................................................................................160

Gambar 5.28 Cetak...................................................................................................161

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Simbol pada Use Case Diagram.................................................................35

Tabel 2.2 Simbol pada Activity Diagram...................................................................36

Tabel 2.3 Simbol pada Class Diagram........................................................................38

Tabel 2.4 Simbol pada Sequence Diagram.................................................................39

Tabel 2.5 Confusion Matrix........................................................................................57

Tabel 2.6 Tipe Data pada MySQL..............................................................................64

Tabel 3.1 Waktu Penelitian.........................................................................................70

Tabel 3.2 Spesifikasi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras.....................................73

Tabel 4.1 Klasifikasi Kasus Stunting..........................................................................78

Tabel 4.2 Sampel Data................................................................................................80

Tabel 4.3 Data Latih Penentuan Kasus Stunting........................................................88

Tabel 4.4 Data Normalisasi.........................................................................................90

Tabel 4.5 Rancangan Arsitektur Artificial Neural Network.......................................95

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Output Neuron ke-J pada Hidden Layer.......................97

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Suku Perubahan Bobot pada Hidden ke Output..........100

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Faktor Kesalahan Zj....................................................101

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Suku Perubahan Bobot Input ke Hidden.....................102

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Suku Perubahan Bias Input ke Hidden.....................103

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Perubahan Bobot Input ke Hidden............................104

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Perubahan Bias Input ke Hidden...............................105

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Perubahan Bobot Hidden ke Output.........................105

Tabel 4.14 Desain File Admin..................................................................................130

xx
Tabel 4.15 Desain File Profile..................................................................................131

Tabel 4.16 Desain File Rekap...................................................................................132

Tabel 4.17 Desain File Stunting................................................................................132

Tabel 5.1 Perbandingan Mean Square Error.............................................................148

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan salah satu sumber daya manusia berpotensi yang dimiliki

oleh sebuah bangsa untuk melanjutkan kehendak bangsa tersebut. Berdasarkan

undang-undang No 35 Tahun 2014 Pasal 1 angka 1 yang merupakan perubahan

undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak, dijelaskan bahwa,

anak merupakan seseorang belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan tidak
(Pravitria, 2018)
terkecuali anak yang masih berada dalam kandungan . Selaras

dengan hal tersebut, Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak No. 4 tahun 2017 juga menyebutkan bahwa anak adalah

seseorang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak yang masih di dalam
(Ni et al., 2019)
kandungan . Anak dapat diartikan pula sebagai seseorang yang berada

pada masa perkembangan tertentu dan memiliki kesempatan untuk tumbuh menjadi

dewasa. Namun, bukan berarti anak adalah manusia dalam bentuk kecil ataupun
(Firmansyah, 2020)
manusia dewasa yang masih kurang dalam beberapa hal .

Sehingga, anak dapat diartikan sebagai generasi muda yang berada pada masa

pertumbuhan dan memiliki kesempatan menjadi manusia dewasa, yang belum berusia

18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih berada di dalam kandungan.

Anak adalah pemberian dari Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga hak agar

seorang anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan ketentuan dan kadarnya
2

harus dilindungi. Pasal 24 angka 1 Konvensi Hak Anak menjelaskan bahwa setiap

anak diakui haknya untuk mendapatkan status kesehatan dengan standar paling tinggi

dan memperoleh sarana-sarana kesehatan. Salah satu dari sekian banyak hak anak

yang harus dilindungi dari seorang anak, hak kesehatan merupakan hak yang menjadi

prioritas, karena anak harus diberikan gizi yang seimbang dan perawatan kesehatan

yang baik agar kemudian anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
(Fadlyansyah, 2020)
. Pemantauan tumbuh kembang seorang anak harus dilakukan

sejak usia dini sebagai bentuk usaha untuk mendapatkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Adapun usia dini yang dimaksud adalah 5 (lima) tahun pertama

kehidupan seorang anak yang kemudian dikenal sebagai masa keemasan atau Golden
(Oktaviani et al., 2021)
Age . Golden Age Period merupakan masa dimana otak

seorang anak berkembang sangat pesat. Periode emas adalah suatu periode yang
(Ditauli Lubis, 2020)
sangat penting dan vital dalam masa kehidupan manusia . Masa

keemasan pada 5 (lima) tahun pertama kehidupan seorang anak adalah sesuatu yang

krusial, sehingga sangat penting untuk dilakukan pemantauan terhadap tumbuh

kembang, dimana hal ini adalah sesuatu yang penting dan menjadi bagian dari hak

seorang anak yang harus diberikan.

Tumbuh kembang anak yang berusia di bawah 5 (lima) tahun adalah sesuatu

yang penting, sehingga pada periode ini seorang anak harus mendapatkan asupan gizi
(Adyatama et al., 2020)
dan disertai dengan pola makan yang baik . Sebutan tumbuh

kembang anak merujuk kepada perkembangan anak yang berhubungan dengan

seluruh hal mengenai perkembangan anak, seperti tinggi, lebar, dan perkembangan
3

organ-organ lainnya. Perkembangan menitikberatkan pada perspektif perubahan

bentuk atau pematangan organ tubuh individu, termasuk pada transformasi sosial dan
(Julizal et al., 2019)
emosional yang diakibatkan oleh lingkungan . Tumbuh kembang

anak juga dapat diartikan sebagai 2 (dua) hal yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan berkaitan erat dengan ukuran atau pada anak yang dapat dihitung

dengan satuan panjang dan berat. Sedangkan, perkembangan dapat didefinisikan

sebagai bertambahnya susunan dan fungsi tubuh yang jauh lebih kompleks dalam

kemampuan gerak kasar, bicara, gerak halus, dan bahasa, juga termasuk sosialisasi
(Mujiastuti et al., 2018)
dan kemandirian . Artinya, tumbuh kembang pada dasarnya

merujuk pada 2 (dua) hal yang berbeda yaitu nya pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan berarti meningkatnya ukuran fisik dan struktur badan yang dapat diukur

dengan satuan berat dan panjang, sedangkan perkembangan merujuk pada

bertambahnya susunan dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, yang mana

pertumbuhan maupun perkembangan sama pentingnya.

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini sangat dipengaruhi oleh

gizi/nutrisi. Gizi atau nutrisi adalah hal yang harus ada dan tercukupi karena

keberadaannya sangat dibutuhkan oleh tubuh terutama dalam proses tumbuh

kembang fisik, otak, dan sistem saraf, bahkan kecerdasan dan tingkat intelektualitas
(Mayar et al., 2021)
manusia . Sebenarnya ada banyak faktor yang mempengaruhi

tumbuh kembang seorang anak dan salah satu tersebut adalah nutrisi/gizi. Kebutuhan

gizi pada anak usia dini sangat vital terhadap pertumbuhan serta perkembangannya,

terutama perkembangan otaknya, hal tersebut sangat tergantung kepada asupan gizi
4

yang diperoleh (Rahmi, 2019) . Kebutuhan gizi sejak dini sangat penting,

terpenuhinya kebutuhan gizi yang seimbang dapat membuat anak tumbuh sehat dan

cerdas. Apabila kebutuhan asupan ini tidak terpenuhi, akan berdampak pada

pertumbuhan dan perkembangan anak. Melambat nya pertumbuhan fisik, kurang

cekatan, dan kurang cerdas serta daya imun tubuh yang rendah merupakan akibat dari
(Amirullah et al., 2020)
tidak terpenuhinya kebutuhan gizi seorang anak . Terdapat

hubungan antara tumbuh kembang anak dan kebutuhan serta asupan gizi, dimana

ketika seorang anak mendapatkan asupan gizi yang cukup dan terpenuhi, maka

tumbuh kembang nya akan berlangsung secara optimal. Ketika asupan gizi anak tidak

terpenuhi maka tumbuh kembang nya akan terganggu. Bahkan, kekurangan asupan

gizi atau nutrisi dapat mengakibatkan hal-hal negatif atau bahkan penyakit yang lebih

mudah menyerang anak karena sistem kekebalan tubuhnya yang menurun.

Stunting (anak pendek) adalah salah satu permasalahan yang muncul akibat

dari permasalahan gizi. Stunting merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks

Panjang Badan (PB)/Umur (U) atau Tinggi Badan (TB)/Umur (U), dimana pada

standar penilaian antropometri penilaian status gizi anak, pengukuran yang

menghasilkan nilai ambang batas (Z-score) di bawah -2 SD sampai dengan -3 SD

akan dikategorikan sebagai stunting pendek dan yang penilaian di bawah -3 SD akan

dikategorikan sebagai stunting sangat pendek. Stunting merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang dapat meningkatkan resiko kesakitan, kematian, serta hambatan


(Husada & Rahmadhita, 2020)
pada pertumbuhan baik motorik maupun mental .

Menurut data terbaru WHO pada 2014, tercatat sekitar 24,5% anak di dunia yang
5

mengalami stunting dan 80% nya tersebar di 14 negara dunia. Prevalensi stunting

terbesar terdapat di India sebesar 48% (61.723 anak menderita stunting) sedangkan

Indonesia menempati posisi kelima bersama dengan China sebesar 36% pada 2014

(7547 anak stunting). Stunting merupakan akibat dari masalah kurang gizi yang

berlangsung dalam kurun waktu yang lama sehingga membuat pertumbuhan pada

anak yaitu nya tinggi badan menjadi terhambat dan lebih rendah (kerdil) daripada
(Masitha Arsyati, 2019)
seharusnya . Dalam usaha pencegahan stunting pemerintah

Indonesia telah menetapkan 8 (delapan) aksi konvergensi yang kemudian harus

dilakukan oleh pemerintah yaitu Analisis Situasi, Rencana Kegiatan, Rembuk

stunting, Pembuatan Peraturan, Pembinaan Kader, Sistem Manajemen stunting,

Pengukuran dan Publikasi Data stunting, dan Review Kinerja Tahunan


(Yayuk Sri Rahayu, 2020)
. Stunting menjadi ancaman yang sangat menakutkan bagi seluruh

dunia, terutama negara-negara dengan prevalensi yang cukup tinggi. Tidak hanya

mengancam secara fisik, namun stunting mengancam keberlangsungan hidup

manusia yang akan datang, sehingga diperlukan tindakan-tindakan untuk

mempercepat pendekatan angka stunting di dunia.

Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota merupakan unsur pelaksana otonomi

daerah pada bidang kesehatan di Kab. Lima Puluh Kota. Dinas Kesehatan

berkedudukan di bawah Bupati dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui

Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan memiliki tanggung jawab untuk mengurus segala

hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kesehatan di daerah otonomi tertentu.

Salah satu seksi yang ada pada bagian di Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota
6

adalah Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat yang bertanggung jawab

untuk menjaga serta meningkatkan kualitas mutu kesehatan keluarga dan gizi

masyarakat Kab. Lima Puluh Kota. Dalam pelaksanaan tanggung jawab tersebut,

salah satunya, Dinas Kesehatan melalui Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi telah

melakukan pendataan secara berkala dan berkelanjutan untuk mengetahui status

stunting pada anak di Kab. Lima Puluh Kota. Kegiatan pendataan ini dapat

memberikan informasi berkaitan dengan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat di

setiap Kecamatan di Kab. Lima Puluh Kota. Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota

dalam menentukan status stunting pada anak akan menggunakan data yang diperoleh,

kemudian membagi tinggi badan atau panjang badan dengan umur, kemudian hasil

pembagian tersebut akan dibandingkan dengan standar deviasi yang ada berdasarkan

paduan dari WHO. Meski telah memiliki sistem penyimpanan data yang

terkomputerisasi, namun dalam penentuan status stunting anak di Kab. Lima Puluh

Kota, Dinas Kesehatan masih menggunakan cara konvensional dengan perhitungan

manual. Hal ini membuat Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota kesulitan dan

dirasa kurang efektif ketika harus menghitung dan menganalisa ribuan data anak di

Kab. Lima Puluh Kota. Hal ini juga menyebabkan lambatnya pengambilan keputusan

oleh Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam melakukan percepatan penurunan

angka stunting di Kab. Lima Puluh Kota. Sehingga, Dinas Kesehatan Kab. Lima

Puluh Kota dirasa membutuhkan suatu sistem ter komputasi yang dapat

mempermudah dan memberikan efektifitas dalam menentukan status stunting pada

anak di Kab. Lima Puluh Kota. Adapun salah satu sistem ter komputasi yang dapat

dibangun untuk mempermudah Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam
7

menentukan kasus stunting adalah sistem yang berbasis kecerdasan buatan yaitu

Artificial Neural Network.

Artificial Neural Network (ANN) atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

merupakan sebuah sistem yang memproses informasi dengan sebuah karakteristik

menyerupai sistem saraf pada manusia yang mampu memecahkan permasalahan

dengan melakukan training terhadap data dalam jumlah besar, ANN memiliki

kemampuan untuk men toleransi kesalahan sehingga dapat memperoleh prediksi yang

baik, dan Artificial Neural Network termasuk kedalam metode yang sangat baik

dalam melakukan prediksi atau penentuan berdasarkan data yang ada


(H. Putra & Walmi, 2020)
. Artificial Neural Network dapat dianalogikan sebagaimana seorang

manusia belajar dengan diberikan sebuah contoh atau yang dapat dikenal dengan
(Prambudi & Febrianti, 2022)
supervised learning . Artificial Neural Network

mempunyai unit-unit pemrosesan yang disebut sebagai Neuron yang mana tersusun di

dalam beberapa lapisan tertentu dan saling berhubungan melalui asosiasi bobot
(Nugraha et al., 2021)
. Tiap-tiap neuron pada jaringan syaraf tiruan dapat

memperoleh signal input, untuk memproses mereka, dan mengirimkan signal output
(Arditanti et al., 2022)
. Artificial Neural Network telah diimplementasikan untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan pada penelitian sebelumnya.

Penelitian sebelumnya yang membahas tentang penerapan Artificial Neural

Network dalam menentukan status gizi pada balita menunjukan penggunaan model

klasifikasi jaringan syaraf tiruan membuat penentuan status gizi pada balita menjadi
(Hidayat, 2020)
lebih optimal dan lebih mudah . Penelitian tentang penggunaan
8

Artificial Neural Network pada analisa pengaruh gizi buruk terhadap perkembangan

balita menemukan bahwa ANN mampu melakukan analisa dengan baik berdasarkan

variabel input berupa usia, berat badan, tinggi badan, lingkar otot, lingkar kepala, dan
(Sovia & Yanto, 2018)
juga lingkar lengan . Penelitian lain, Artificial Neural

Network juga terbukti dapat digunakan untuk melakukan prediksi suatu kondisi yang

dimana kondisi tersebut sulit untuk dilakukan oleh manusia secara cepat, yaitu

melakukan identifikasi pada genre sebuah lagu


(Victorious Ermanto & Wahyuningsih, 2020)
. Artificial Neural Network dapat melakukan peramalan yang optimum dalam

meramalkan curah hujan di daerah Bandara Internasional Minangkabau dengan


(M. J. Ramadhan et al., 2022)
persentase hingga 72.27% . Model klasifikasi Jaringan

Syaraf Tiruan dapat digunakan sebagai alat klasifikasi untuk memprediksi penyakit
(Purwono et al., 2022)
Hipertensi dengan ketepatan prediksi sebesar 85% . Jaringan

Syaraf Tiruan juga dapat meramalkan data berupa kenaikan dan penurunan harga
(Mahfuzh & Yuliantari, 2022)
saham dengan persentase 99.98% . Penerapan Artificial

Neural Network juga berhasil memprediksi Indeks Massa Tubuh Balita yang
(Simbolon et al., 2019)
mengalami peningkatan setiap tahunnya . Artificial Neural

Network atau Jaringan Syaraf Tiruan adalah sebuah sistem yang memproses

informasi yang mengadopsi proses pemrosesan otak manusia, dimana dari berbagai

penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan terlihat bahwa ANN dapat

menyelesaikan berbagai kasus yang berkaitan dengan prediksi, penemuan pola, dan

juga peramalan, mulai dari bidang kesehatan, cuaca, bahkan sampai dengan

penentuan genre musik. Ada beberapa model Artificial Neural Network yang dapat
9

digunakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, salah satunya adalah

Multilayer Perceptron.

Multilayer Perceptron merupakan salah satu dari model Artificial Neural

Network, metode ini akan memperbaharui bobot (wight) menggunakan Teknik


(Sabilla et al., 2022a)
Backpropagation . Multilayer Perceptron atau kemudian dapat

disebut MLP adalah model jaringan perceptron yang mana pada arsitekturnya

digunakan kerangka multilayer, artinya model ini memiliki satu atau lebih lapisan

tambahan yang menghubungkan input dan output atau biasa dikenal dengan hidden
(Novandra et al., 2018)
layer . Multilayer Perceptron merupakan topologi yang paling

umum pada Artificial Neural Network, dimana pada topologi ini perceptron

dihubungkan oleh beberapa lapisan, lapisan tersebut terdiri dari lapisan input,
(Pintauli, 2020)
minimal satu lapisan tersembunyi, dan lapisan output . Multilayer

Perceptron disebut juga dengan multilayer feedforward neural network adalah

algoritma yang paling banyak digunakan dimana sekitar 95% aplikasi bisnis

menggunakan algoritma ini karena dapat menangani data yang mengandung noise
(Riyanto, 2018a)
. Berbagai penelitian terdahulu dari bidang yang berbeda-beda telah

membuktikan seberapa baiknya algoritma ini menyelesaikan permasalahan.

Penelitian sebelumnya yang membahas tentang penerapan metode Multilayer

Perceptron menunjukan bahwa metode ini secara ampuh dapat mengetahui gejala-
(Manihuruk & Syahrizal, 2020a)
gejala dari penyakit gastritis pada anjing . Penelitian

lainnya juga membuktikan bahwa Multilayer Perceptron sangat efisien dalam

mengetahui produktivitas buruh pabrik dan mampu mempercepat proses pada tahun-
10

tahun selanjutnya (Silitonga, 2020) . Penelitian lain juga disebutkan bahwa model

pengetahuan dengan MLP berbasis android untuk mendiagnosis penyakit kucing


(Fauzan, 2020)
berhasil dibangun secara baik . Penelitian yang membahas tentang

analisis sentimentasi menunjukan bahwa dengan metode MLP penelitian ini


(Munasatya et al., 2020)
mendapatkan akurasi sebesar 95,36% . Penggunaan metode

Multilayer Perceptron juga dapat menangani masalah mengenai klasifikasi topik


(Tika et al., 2019)
berbahasa Indonesia dengan akurasi tertinggi sebesar 77,44% .

Metode Multilayer Perceptron juga ampuh digunakan dalam menganalisa nilai

produksi barang dan juga dapat digunakan sebagai alat prediksi selanjutnya sampai
(Priyatna & Syahputra, 2021)
pada batas yang diinginkan . Dari berbagai penelitian

terdahulu, dapat diketahui bahwa Multilayer Perceptron mampu melakukan

klasifikasi secara ampuh pada kumpulan data untuk memprediksi kan, mendiagnosis,

dan menyelesaikan berbagai masalah dengan baik dan efisien, sehingga tepat

digunakan untuk penentuan kasus stunting pada anak di Kab. Lima Puluh Kota. Dari

pembahasan tersebut, maka diangkatlah judul penelitian ini, yaitu “ARTIFICIAL

NEURAL NETWORK MULTILAYER PERCEPTRON UNTUK PENENTUAN

KASUS STUNTING PADA ANAK BERBASIS WEB”.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang hendak dijawab

melalui penelitian yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
11

diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang akan dibahas

pada penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang dan membangun model Jaringan Syaraf Tiruan dalam

penentuan kasus Stunting pada anak di Kab. Lima Puluh Kota?

2. Bagaimana Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode Multilayer Perceptron

(MLP) mampu menentukan kasus Stunting pada anak di Kab. Lima Puluh

Kota?

3. Bagaimana Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode Multilayer Perceptron

(MLP) dapat diimplementasikan pada sebuah sistem yang dibangun dengan

pemrograman berbasis web untuk mempermudah Dinas Kesehatan Kab. Lima

Puluh Kota dalam membuat keputusan untuk menekan angka kasus Stunting?

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dimana nantinya akan dibuktikan

dengan hasil penelitian yang dilakukan. Berdasarkan permasalahan yang ada dapat

dikemukakan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Model Jaringan Syaraf Tiruan diharapkan dapat dirancang dan dibangun

dalam penentuan kasus Stunting pada anak di Kab. Lima Puluh Kota.

2. Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode Multilayer Perceptron (MLP)

diharapkan mampu menentukan kasus Stunting pada anak di Kab. Lima Puluh

Kota.
12

3. Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode Multilayer Perceptron (MLP)

diharapkan dapat diimplementasikan pada sebuah sistem yang dibangun

dengan pemrograman berbasis web untuk mempermudah Dinas Kesehatan

Kab. Lima Puluh Kota dalam membuat keputusan untuk menekan angka

kasus Stunting.

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah yang ingin dibatasi agar

penelitian ini tidak terlalu luas dan fokus pada masalah yang akan dibahas. Agar

penyusunan laporan penelitian ini menjadi sistematis dan mudah dimengerti, maka

akan diterapkan beberapa batasan masalah. Batasan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kab. Lima Puluh Kota sebanyak 50 sampel kasus Stunting pada tahun 2022.

2. Metode yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah Multilayer

Perceptron Jaringan Syaraf Tiruan.

3. Sistem ini dibangun menggunakan Bahasa pemrograman PHP sebagai server-

side dan MySql sebagai database server

4. Keluaran sistem dapat menentukan kasus Stunting (sangat pendek, pendek,

dan normal) di Kab. Lima Puluh Kota.

1.5 Tujuan Penelitian


13

Tujuan penelitian merupakan hal-hal yang ingin dicapai atau diperoleh setelah

penelitian selesai dilakukan. Hal-hal yang ingin dicapai dan diperoleh melalui

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membantu Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota mengetahui kasus

Stunting pada anak dengan menggunakan Artificial Neural Network

Multilayer Perceptron.

2. Membantu Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota meningkatkan efektivitas

berdasarkan keluaran yang dijadikan informasi dalam penentuan kasus

Stunting.

3. Mempermudah Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam mengambil

keputusan untuk menekan angka kasus Stunting.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat didefinisikan sebagai potensi hasil dari sebuah

penelitian setelah tujuan dari penelitian itu tercapai. Berikut ini adalah beberapa

manfaat yang dapat diperoleh ketika tujuan dari penelitian telah tercapai:

1. Jaringan Syaraf Tiruan ini dapat mendorong percepatan penurunan kasus

Stunting di Kab. Lima Puluh Kota.

2. Jaringan Syaraf Tiruan menggunakan Multilayer Perceptron, Dinas Kesehatan

Kab. Lima Puluh Kota dapat mengetahui apakah seorang anak mengalami

Stunting atau tidak, mulai dari Stunting Sangat Pendek, Stunting Pendek,

hingga Normal.
14

3. Jaringan Syaraf Tiruan menggunakan Multilayer Perceptron akan

mempersingkat waktu yang dibutuhkan oleh Dinas Kesehatan Kab. Lima

Puluh Kota dalam penentuan kasus Stunting.

1.7 Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan himpunan elemen yang dapat berupa orang,

organisasi atau barang yang akan diteliti yang secara umum akan memetakan atau

menggambarkan wilayah penelitian maupun sasaran penelitian secara komprehensif.

Berikut merupakan gambaran secara umum tentang objek pada penelitian ini.

1.7.1 Sekilas Tentang Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota

Kesehatan keluarga dan gizi masyarakat adalah salah satu dari sekian banyak

hal yang menjadi fokus pemerintah baik di tingkat nasional maupun daerah pada

bidang kesehatan. Kesehatan keluarga dan gizi masyarakat sangat tergantung kepada

kebiasaan masyarakat dan juga program-program yang pemerintah hadir kan bagi

masyarakat. Setiap program yang dihadirkan oleh pemerintah tentu tergantung pada

kebutuhan masyarakatnya. Dalam tingkat pemerintahan daerah hal ini berada di

bawah tanggung jawab Dinas Kesehatan.

Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota merupakan unsur pelaksana otonomi

daerah pada bidang Kesehatan di Kab. Lima Puluh Kota. Dinas Kesehatan

berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui sekretaris

daerah. Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota memiliki 4 bidang dimana setiap

bidang memiliki fokus masing-masing untuk dipertanggungjawabkan. Dinas


15

Kesehatan dalam melaksanakan tanggung jawabnya melakukan berbagai program

diantaranya seperti pendataan status Stunting pada anak demi menjaga kualitas masa

depan bangsa.

1.7.2 Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota

Visi menjadi gambaran secara umum, target utama, serta cita-cita suatu

perusahaan maupun organisasi, sedangkan misi merupakan serangkaian hal yang

dapat dilakukan untuk mencapai visi. Berikut merupakan visi dan misi Dinas

Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota.

1.7.2.1 Visi

Sebagai sebuah lembaga pemerintahan yang tanggung jawab untuk mengurus

segala hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas kesehatan di daerah Kab. Lima

Puluh Kota, Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota memiliki visi yaitu

“Mewujudkan Lima Puluh Kota yang madani, beradab, dan berbudaya dalam

kerangka adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.

1.7.2.2 Misi

Visi sebagai tujuan utama sebuah lembaga ataupun organisasi harus diikuti

oleh misi sebagai langkah-langkah yang jelas dan menjadi acuan dalam setiap

keputusan yang diambil. Misi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota adalah sebagai

berikut:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbudaya dan berdaya

saing berlandaskan nilai-nilai keagamaan.


16

2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lintas sektoral yang

memiliki keunggulan di tingkat lokal dan regional.

3. Meningkatkan potensi nagari dalam pembangunan daerah.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan public melalui reformasi birokrasi.

5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur secara terpadu dan berkelanjutan.

1.7.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota

Dengan adanya struktur organisasi diharapkan akan dapat diketahui dengan

jelas mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab di Dinas Kesehatan Kab. Lima

Puluh Kota. Adapun struktur organisasi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota

dapat dilihat pada Gambar 1.1 sebagai berikut:


17

Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota.

1.7.4 Tugas dan Tanggung Jawab

Tugas merupakan sesuatu yang harus dikerjakan oleh seseorang atau

sekelompok orang baik sebagai akibat dari jabatan yang dimiliki ataupun tugas yang

diberikan orang lain. Sedangkan, Tanggung jawab dapat diartikan sebagai satau atau

beberapa kegiatan yang bersifat mengikat dan wajib terkait jabatan yang dimiliki.

Berikut adalah uraian pekerjaan pada Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota.

1.7.4.1 Kepala Dinas

Kepala Dinas merupakan jabatan tertinggi di Dinas Kesehatan Kab. Lima

Puluh Kota yang bertanggung jawab secara langsung kepada Bupati sebagai Kepala

Daerah melalui Sekretaris Daerah. Berikut merupakan tugas dan tanggung jawab

Kepala Dinas:
18

1. Menetapkan program kerja Dinas Kesehatan berdasarkan Rencana Strategis

Dinas Kesehatan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di lingkungan Dinas Kesehatan sesuai

dengan program yang telah ditetapkan dan kebijakan pimpinan agar target

kinerja tercapai sesuai rencana.

3. Membina bawahan di lingkungan Dinas Kesehatan dengan cara mengadakan

rapat/pertemuan dan bimbingan secara berkala agar diperoleh kinerja yang

diharapkan.

1.7.4.2 Sekretaris

Tugas utama dari sekretaris adalah untuk membantu Kepala Dinas dalam

melaksanakan rumusan rencana program dan kegiatan, mengkoordinasikan,

monitoring, urusan administrasi umum dan kepegawaian. Berikut ini adalah tugas dan

tanggung jawab sekretaris:

1. Menyusun rencana operasional di lingkungan Sekretariat berdasarkan rencana

program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan sebagai pedoman

pelaksanaan tugas.

2. Mendistribusikan tugas kepada Kepala Sub Bagian di lingkungan Sekretariat

sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas

yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien.

3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Sub Bagian di

lingkungan Sekretariat sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku agar tidak

terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas.


19

1.7.4.3 Bidang Kesehatan Masyarakat

Bidang Kesehatan Masyarakat atau yang biasa dikenal dengan Kesmas adalah

bidang yang menyusun program dan bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang

berhubungan dengan peningkatan kualitas dan mutu kesehatan masyarakat. Berikut

ini adalah tugas dan tanggung jawab Bidang Kesehatan Masyarakat:

1. Menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat

berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

2. Mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Kesehatan

Masyarakat sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan

agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien.

3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan

Bidang Kesehatan Masyarakat sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku

agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas.

1.7.4.4 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Secara umum Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit bertanggung

jawab untuk menyusun dan melaksanakan program yang berkaitan dengan

pencegahan dan pengendalian penyakit. Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit:


20

1. Menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta

petunjuk pimpinan sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

2. Mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sesuai dengan tugas pokok dan

tanggung jawab yang ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan

efektif dan efisien.

3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sesuai peraturan dan prosedur

yang berlaku agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas.

1.7.4.5 Bidang Pelayanan Kesehatan

Bidang Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab secara umum untuk

memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas

kesehatan di tengah masyarakat. Berikut adalah tugas dan tanggung jawab Bidang

Pelayanan Kesehatan:

1. Menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Pelayanan Kesehatan

berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

2. Mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Pelayanan

Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang ditetapkan

agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien.


21

3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan

Bidang Pelayanan Kesehatan sesuai peraturan dan prosedur yang berlaku agar

tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan tugas.

1.7.4.6 Bidang Sumber Daya Kesehatan

Bidang Sumber Daya Kesehatan bertanggung jawab secara umum untuk

menentukan persebaran sumber daya kesehatan yang tersedia. Berikut adalah tugas

dan tanggung jawab Bidang Sumber Daya Kesehatan:

1. Menyusun rencana operasional di lingkungan Bidang Sumber Daya Kesehatan

berdasarkan rencana program Dinas Kesehatan serta petunjuk pimpinan

sebagai pedoman pelaksanaan tugas.

2. Mendistribusikan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan Bidang Sumber

Daya Kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan tanggung jawab yang

ditetapkan agar tugas yang diberikan dapat dijalankan efektif dan efisien.

3. Memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada Kepala Seksi di lingkungan

bidang.
BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Rekayasa Perangkat Lunak

Bagian pertama penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan

Rekayasa Perangkat Lunak. Sebagai sebuah disiplin managerial dan teknis yang

berkaitan dengan pembuatan serta pemeliharaan produk perangkat lunak, Rekayasa

Perangkat Lunak tentu penting dibahas dalam tulisan ini. Berikut ini adalah
(Ali, 2019)
penjabaran hal-hal yang berkaitan dengan Rekayasa Perangkat Lunak .

II.1.1 Definisi Rekayasa Perangkat Lunak

Secara sederhana Rekayasa Perangkat Lunak dapat diartikan sebagai suatu

proses yang dilakukan dalam upaya menghasilkan suatu software yang baik dan

berkualitas. Rekayasa Perangkat Lunak juga dapat didefinisikan sebagai suatu

disiplin ilmu yang membahas segala aspek produksi perangkat lunak, mulai dari

tahapan awal yaitu communication sampai dengan tahap maintenance setelah produk

telah sukses dibangun. Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) merupakan serangkaian

proses yang amat panjang demi membangun atau menciptakan suatu perangkat lunak

yang baik dan berkualitas. Rekayasa Perangkat Lunak bukanlah cabang Ilmu
(Ali, 2019)
Komputer yang mempelajari tentang teknikal pengkodean .
22

II.1.2 Wilayah Cakupan Rekayasa Perangkat Lunak

Rekayasa Perangkat Lunak sebagai serangkaian proses tentu memiliki ruang

lingkup atau wilayah cakupan. Jika dilihat dari sudut pandang wilayah cakupannya,

Rekayasa Perangkat Lunak memiliki beberapa wilayah operasional. Wilayah

operasional Rekayasa Perangkat Lunak dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut
(Ali, 2019)
:

Sumber: Ali, 2019

Gambar 2.1 Wilayah Operasional Rekayasa Perangkat Lunak

1. Software Requirements

Fase ini merupakan fase yang paling pertama dalam RPL. Fase ini didominasi

oleh peran pengguna dalam menerjemahkan ide ataupun sudut pandangnya


23

pada sebuah dokumen persyaratan. Mendefinisikan serta mendokumentasikan

kebutuhan pengguna secara singkat dan tidak ambigu adalah langkah besar

pertama agar dapat diciptakan sebuah perangkat lunak yang baik.

2. Software Design

Umumnya proses ini meliputi proses penampilan arsitektur, komponen, dan

antar muka serta karakteristik lain dari sebuah perangkat lunak. Proses ini

merupakan salah satu fase dalam Rekayasa Perangkat Lunak, di mana terdapat

cetak biru yang dikembangkan untuk memberikan layanan sebagai dasar

untuk membangun sistem perangkat lunak. Software Design juga dapat

didefinisikan sebagai aktifitas mendefinisikan arsitektur, komponen,

antarmuka, dan karakteristik lain dari suatu komponen dan hasil dari proses

tersebut.

3. Software Construction

Kegiatan ini meliputi aktifitas yang berhubungan dengan hal-hal yang detil.

Dalam proses ini juga dilakukan pengembangan perangkat lunak termasuk

algoritma, pengkodean, dan pencarian kesalahan serta pengujian. Tahapan ini

menjadi sangat penting dalam penentuan apakah sebuah perangkat lunak akan

menjadi baik atau tidak.

4. Software Testing

Kegiatan ini pada umumnya meliputi pengujian pada kinerja perangkat lunak

secara keseluruhan. Pengujian perangkat lunak bertujuan untuk menentukan

kebenaran, kelengkapan, dan kualitas dari perangkat lunak yang dibangun.

Pengujian ini juga dapat diartikan sebagai proses melaksanakan atau


24

mengevaluasi sistem atau komponen sistem dengan cara manual ataupun

otomatis untuk memverifikasi bahwa hal itu telah memenuhi persyaratan

perangkat lunak yang dibangun.

5. Software Maintenance

Secara umum aktifitas pada tahapan ini mencakup upaya-upaya perawatan

ketika perangkat lunak telah beroperasi. Perangkat lunak memang tidak

pernah usang. Namun, perlu adanya peningkatan untuk memenuhi persyaratan

dan kebutuhan yang berubah secara dinamis.

6. Software Configuration Management

Proses ini adalah suatu disiplin yang secara teratur dan sistematis

mengendalikan perubahan yang terjadi selama proses pengembangan. SCM

juga dapat diartikan sebagai proses pengembangan karena umumnya model

pengembangan karena sebagian besar model pengembangan tidak dapat

mengakomodasi perubahan. Proses ini sangat krusial dalam proses Rekayasa

Perangkat Lunak.

7. Software Engineering Management

Proses selanjutnya adalah proses yang juga memiliki dampak yang besar

dalam Rekayasa Perangkat Lunak yaitu nya software engineering

management. Proses ini adalah segala proses yang berkaitan dengan

pengelolaan dan pengukuran Rekayasa Perangkat Lunak. Proses ini juga

termasuk perencanaan proyek perangkat lunak.


25

8. Software Engineering Tools and Methods

Bagian ini adalah bagian yang menitik beratkan pada kajian teoritis tentang

alat bantu RPL. Bagian ini juga membahas tentang metode dalam proses

Rekayasa Perangkat Lunak. Jadi berbeda dari bagian sebelumnya, pada bagian

ini lebih menitik beratkan pada peralatan dan metode apa saja yang akan

digunakan dalam pembangunan perangkat lunak

9. Software Quality

Jika sebelumnya terdapat proses maintenance yang menitik beratkan pada

pengembangan perangkat lunak berdasarkan kebutuhan yang berubah pada

bagian ini berbeda. Bagian ini lebih menitik beratkan pada kualitas hidup

perangkat lunak. Selain itu bagian ini juga menitik beratkan pada daur hidup

perangkat lunak.

10. Software Engineering Process

Proses ini merupakan proses yang tidak kalah pentingnya dengan proses yang

sebelumnya telah diuraikan. Proses ini juga sangat mempengaruhi bagaimana

perangkat lunak yang akan dibangun. Proses ini berhubungan dengan

implementasi, definisi, pengukuran, pengelolaan, perubahan, dan perbaikan

proses Rekayasa Perangkat Lunak.

II.1.3 Masalah Dalam Rekayasa Perangkat Lunak

Rekayasa Perangkat Lunak merupakan pendekatan yang ter sistematis untuk

pengembangan, pemeliharaan, operasi, dan penghentian suatu perangkat lunak.


26

Bagian ini akan menjelaskan bahwa dalam Rekayasa Perangkat Lunak terdapat hal-

hal yang menjadi permasalahan. Adapun beberapa masalah dalam Rekayasa


(Ali, 2019)
Perangkat Lunak antara lain :

1. Masalah Ruang Lingkup (cakupan)

Masalah yang paling mendasar pada Rekayasa Perangkat Lunak adalah

masalah ruang lingkup. Pengembangan sistem yang sangat besar akan

membutuhkan metode yang jauh lebih kompleks dibandingkan sistem yang

berskala kecil. Jika melakukan pengembangan sistem yang besar maka perlu

untuk dikaji setidaknya 2 hal yaitu metode yang digunakan dan manajemen

proyek pembangunan yang juga harus lebih formal.

2. Biaya, Jadwal, dan Kualitas

Biaya pengembangan sebuah sistem adalah biasa sumber daya yang

digunakan untuk sistem, yang dalam sudut pandang perangkat lunak, adalah

tenaga kerja, perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya pendukung

lainnya. Tenaga kerja akan menjadi sangat dominan pada bagian ini karena

akan digaji per orang perbulan.

3. Konsistensi

Meskipun sebuah proyek pengembangan telah memiliki kualitas yang baik

dengan harga yang relatif rendah, namun di sisi lain sesuatu yang diharapkan

dari sebuah proyek adalah konsistensi. Hal ini akan semakin sulit didapatkan

dengan perubahan dari waktu ke waktu. Misal hari ini pengembangan bisa

memperoleh dana sedikit namun belum tentu beberapa saat selanjutnya.


27

II.1.4 Model Rekayasa Perangkat Lunak

Bagian ini akan membahas berbagai model proses yang berbeda pada

pengembangan perangkat lunak. Model proses untuk rekayasa perangkat lunak dipilih

berdasarkan sifat dari aplikasi dan proyek yang akan dibangun. Setiap model pada

dasarnya menunjukan karakteristik yang berbeda antara satu dan yang lainnya
(Ali, 2019)
.

II.1.4.1 Model Sekuensial Linier (Waterfall)

Model Waterfall atau yang sering disebut dengan model air terjun merupakan

model proses pertama yang dikenalkan. Model ini merupakan pendekatan SDLC

paling awal yang digunakan untuk pengembangan perangkat lunak. Dalam

pendekatan ini, seluruh proses pengembangan perangkat lunak dibagi menjadi fase-

fase yang terpisah dimana hasil satu fase akan menjadi masukan bagi fase

selanjutnya. Model Sekuensial Linier ini dapat digambarkan seperti Gambar 2.2
(Ali, 2019)
berikut :
28

Sumber: Ali, 2019

Gambar 2.2 Model Sekuensial Linier


Proses pertama yaitu proses analisis, dimana pada proses ini akan dilakukan

analisis terhadap kebutuhan dari perangkat yang akan dibangun. Berdasarkan hasil

analisis tersebut pengembang selanjutnya akan melakukan pemodelan atau desain

perangkat lunak. Selanjutnya untuk mengimplementasikan hasil pada proses desain,

hasil desain akan dikodekan untuk membangun perangkat lunak yang diinginkan.

Proses terakhir pada model ini adalah testing, dimana proses ini akan menguji

apakah sistem yang dibangun sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.

II.1.4.2 Model Prototipe

Prototipe merupakan versi sistem ataupun bagian dari sistem yang

dikembangkan dengan cepat untuk memeriksa kelayakan dari beberapa keputusan

desain yang diharapkan. Model ini dapat diterapkan ketika informasi detail yang

terkait dengan persyaratan masukan dan keluaran sistem tidak tersedia. Model ini

akan mengasumsikan bahwa semua persyaratan tidak diketahui pada awal

pengembangan sistem. Model ini merupakan bentuk model sistem yang utuh menjadi

sebuah hasil desain. Model ini berguna ketika pengembang tidak yakin dengan
29

persyaratan atau algoritma, efisiensi, waktu respon, dan hal sebagainya dalam

pengembangan sebuah sistem. Dalam prototipe, klien akan terlibat dalam proses

pengembangan, yang meningkatkan kemungkinan sistem yang dihasilkan sesuai

dengan keinginan klien. Adapun proses pada model ini dapat dilihat pada Gambar 2.3
(Ali, 2019)
berikut :

Sumber: Ali, 2019

Gambar 2.3 Model Prototipe

Tahapan awal yaitu nya “Listen to Costumer” merupakan tahapan dimana

komunikasi awal pengguna dengan pengembang yang kemudian dapat langsung

diterapkan sesuai keinginan pengguna. Kemudian, tahapan kedua yaitu “Build/revise

Mock-up” merupakan tahapan pembuatan model setengah jadi dari sistem yang akan

dibangun. Tahapan akan di lanjutkan kepada tahapan “Costumers Test Drives Mock-
30

up” merupakan proses diana pengguna akan melakukan pengujian terhadap sistem

yang dibangun. Jika ada hal-hal yang belum tercapai sesuai keinginan pengguna

maka tahapan akan kembali pada tahapan awal.

II.1.4.3 Model RAD

RAD merupakan singkatan dari Rapid Application Development yang

merupakan sebuah model proses perkembangan perangkat lunak sekuensial linear.

RAD menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek. Model ini merupakan

sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model waterfall. Perkembangan cepat

tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis

komponen. Jika kebutuhan sistem sudah diketahui secara baik, maka dengan model

ini sangat memungkinkan dalam waktu 60 sampai dengan 90 menit untuk

menciptakan sistem fungsional yang utuh. Adapun proses dari RAD dapat dilihat
(Ali, 2019)
melalui Gambar 2.4 berikut :

Sumber: Ali, 2019

Gambar 2.4 Model RAD


31

Model ini menjadi jauh lebih efektif karena memberikan model secara

langsung kepada pengguna. Pengguna dapat melihat dengan cepat meninjau prototipe

dan perubahan dapat lebih mudah dilakukan oleh pengembang. Namun tentu model

ini akan tepat digunakan sesuai dengan kebutuhannya.

II.1.4.4 Model Spiral

Model ini merupakan model proses perangkat lunak yang evolusioner yang

merangkai sifat iteratif dari prototipe dengan kontrol dan aspek sistematis dari model

sekuensial linear. Tujuan dari model ini adalah menekankan kepada manajemen

untuk mengevaluasi dan menyelesaikan resiko dalam proyek perangkat lunak.

Berbagai aspek resiko dalam proyek perangkat lunak adalah penyimpangan proyek,

perubahan persyaratan, kehilangan personil, dan terobosan teknologi yang usang.


(Ali, 2019)
Adapun model proses spiral ini dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut :

Sumber: Ali, 2019

Gambar 2.5 Model Spiral


32

Model ini menjadi model yang realistis bagi perkembangan sistem dan

perangkat lunak skala besar. Karen perangkat lunak terus bekerja selama proses juga

terus bergerak. Model spiral memungkinkan pengembang menggunakan pendekatan


(Ali, 2019)
prototipe pada setiap keadaan di dalam evaluasi produk .

II.1.5 Software Development Life Cycle

Praktik dan metode untuk mengembangkan perangkat lunak terus berevolusi

dalam beberapa dekade sejak penemuan komputer. Metode-metode tersebut pun

beradaptasi dengan kondisi yang ada. Bagian ini akan menjelaskan apa yang

dimaksud dengan Software Development Life Cycle (SDLC) dan tahapan-tahapan


(Ali, 2019)
yang terjadi di dalamnya .

II.1.5.1 Definisi Software Development Life Cycle (SDLC)

SDLC merupakan tahapan-tahapan pekerjaan yang terdefinisi dan juga

terstruktur dengan baik yang dilakukan oleh analis sistem dan programer dalam

membangun sebuah perangkat. SDLC juga dapat diartikan sebagai urutan langkah-

langkah yang digunakan pada sebuah metode pengembangan perangkat lunak. SDLC

yang digunakan dan diproses secara tepat dapat memungkinkan tingkat kontrol dan
(Ali, 2019)
dokumentasi manajemen yang tinggi .

II.1.5.2 Tahapan dalam Software Development Life Cycle (SDLC)

Bagian ini akan menjelaskan tahapan-tahapan yang terdapat dalam SDLC.

Sesuai dengan definisinya SDLC merupakan tahapan-tahapan yang terdefinisi dan


33

terstruktur. Ada berbagai tahapan yang terdapat dalam SDLC, seperti

communication, requirement gathering, feasibility study, system analysis, software

design, coding, testing, integration, implementation, operation and maintenance,

hingga tahapan terakhir yaitu disposition Adapun tahapan-tahapan dalam SDLC dapat
(Ali, 2019)
dilihat pada Gambar 2.6 berikut :

Sumber: Ali, 2019

Gambar 2.6 Tahapan SDLC

Tahapan SDLC dimulai dengan communication dimana pengguna

mengungkapkan keinginannya atas sebuah produk perangkat lunak. Selanjutnya

proses akan dilanjutkan dengan Requirement Gathering untuk mendapatkan data


34

yang menunjukan sistem seperti apa yang akan dibangun. Setelah mengumpulkan

data kebutuhan proses pun dilanjutkan dengan Feasibility Study, dimana pada tahap

ini tim akan menganalisa jika sebuah perangkat lunak dapat didesain untuk memenuhi

seluruh kebutuhan pengguna. Tahapan selanjutnya merupakan tahap analisis sistem,

dimana pada tahapan ini pengembang akan menetapkan sebuah roadmap dari

perencanaan nya. Berdasarkan hasil dari analisis sistem tersebut kemudian

pengembang akan melakukan tahapan Software Design dengan menuangkan segala

pengetahuan tentang kebutuhan dan hasil analisis kedalam sebuah desain. Hasil dari

desain kemudian akan diwujudkan dengan melakukan pengkodean dan dilanjutkan

dengan proses percobaan. Setelah melalui proses percobaan perangkat lunak akan

diintegrasikan dengan entitas eksternal. Tahapan selanjutnya adalah tahapan

implementasi yang berarti perangkat lunak yang telah dibangun akan dipasang pada

mesin pengguna. Proses terakhir adalah proses Operation and Maintenance yaitu nya
(Ali, 2019)
proses perawatan perangkat lunak .

II.2 Unified Modeling Language

UML atau Unified Modeling Language merupakan sebuah bahasa yang

digunakan untuk memodelkan sebuah sistem yang akan dirancang dengan

menggunakan notasi-notasi pada bahasa ini. UML juga didefinisikan sebagai sebuah

bahasa pemodelan ter padu yang menyediakan notasi grafis untuk memodelkan

sistem komputer yang sedang dikembangkan dengan Rekayasa Perangkat Lunak.

UML tidak hanya sebuah metodologi, namun adalah sebuah gambaran menggunakan
35

notasi-notasi yang dapat menjelaskan bagaimana sebuah sistem akan di bangun


(Aliman, 2021)

II.2.1 Use Case Diagram

Use case adalah langkah yang paling pertama dalam memodelkan sebuah

sistem. Use case adalah pemodelan untuk kebutuhan fungsional sistem. Diagram ini

digambarkan sebagai sebuah kunci dari suatu skenario yang dilakukan oleh aktor dan

diringkas dalam batasan sistem. Use case dan actor dihubungkan dengan sebuah
(Aliman, 2021).
notasi garis

Tabel 2.1 Simbol pada Use Case Diagram

No
Simbol Nama Keterangan
.

Fungsionalitas yang disediakan

1 Use Case sistem sebagai unit-unit yang saling

bertukar pesan antar unit atau aktor.

Orang, proses, atau sistem lain yang

berinteraksi dengan sistem

2 Actor informasi yang akan dibuat di luar

sistem informasi yang akan dibuat

itu sendiri.

3 Asosiasi Komunikasi antara aktor dan

usecase yang berpartisipasi pada use


36

case atau usecase memiliki interaksi

dengan aktor.

Relasi usecase tambahan ke sebuah

usecase yang ditambahkan dapat


4 <<Ekstend>>
berdiri sendiri walau tanpa use case

tambahan itu.

Sumber : A.S. dan Shalahuddin 2018

Tabel diatas menjelaskan bahwa terdapat empat simbol pada Use Case

Diagram. Simbol tersebut terdiri dari use case, aktor, asosiasi, dan ekstend. Simbol-

simbol tersebut yang nantinya akan digunakan untuk menjelaskan apa saja yang bisa

aktor lakukan pada sistema yang akan dibangun. Dari use case nantinya juga akan

tergambar batasan-batasan apa saja yang dimiliki oleh seorang aktor.

II.2.2 Activity Diagram

Activity Diagram adalah pemodelan yang mengilustrasikan sebuah sistem

kerja dari sebuah objek atau pun sistem. Diagram ini digambarkan dengan sebuah

alur secara terstruktur dari use case yang sedang diproses dari titik awal hingga di
(Aliman, 2021)
titik akhir .

Tabel 2.2 Simbol pada Activity Diagram

No
Gambar Nama Keterangan
.
37

Aktivitas yang dilakukan

sistem, aktifitas biasanya


1. Aktifitas
diawali dengan kata

kerja

Status awal aktivitas

sistem, sebuah diagram


2. Status Awal
aktivitas memiliki

sebuah status awal

Status akhir yang

dilakukan sistem, sebuah

3. Status Akhir diagram aktivitas

memiliki sebuah status

akhir

No
Nama
. Gambar Keterangan

Asosiasi penggabungan

Penggabungan dimana lebih dari satu


4.
Atau Join aktivitas digabungkan

menjadi satu

Asosiasi percabangan
Percabangan atau
5 dimana jika ada pilihan
decision
aktivitas lebih dari satu

Sumber : A.S. dan Shalahuddin 2018


38

Tabel diatas menjelaskan bahwa terdapat lima simbol pada Activity Diagram.

Simbol tersebut terdiri dari aktifitas, status awal, status akhir, penggabungan, dan

percabangan. Simbol-simbol tersebut yang nantinya akan digunakan untuk

menjelaskan bagaimana aktifitas dalam sebuah sistem akan bergerak atau dengan kata

lain diagram ini menjelaskan alur terstruktur dari use case.

II.2.3 Class Diagram

Class Diagram adalah pemodelan pada UML yang berfungsi untuk membuat

sebuah logika model dari sistem yang akan dibangun. Class Diagram akan

menunjukan bagaimana skema dari arsitektur sistem yang dirancang. Diagram ini

digambarkan dengan class yang berisi atribut dan metode dimana setiap class
(Aliman, 2021)
dihubungkan dengan garis asosiasi .

Tabel 2.3 Simbol pada Class Diagram

No. Simbol Deskripsi

1 Kelas Kelas pada struktur sistem.

2 antarmuka/interface Sama dengan konsep interface dalam

pemrograman berorientasi objek.

nama_interface

3 asosiasi/association Relasi antar kelas dengan makna

umum, dan juga disertai dengan


39

multiplicity.

4 asosiasi berarah/ directed Relasi antar kelas bermakna umum,

association asosiasi biasanya disertai dengan

multiplicity.

5 Generalisasi Relasi antar kelas yang bermakna

generalisasi-spesialisasi (umum-khusus).

6 Kebergantungan/ Relasi antar kelas yang bermakna

dependency kebergantungan antar kelas.

7 agregasi/aggregation Relasi antar kelas dengan makna semua-

bagian (whole-part).

Sumber : A.S. dan Shalahuddin 2018

Class Diagram digambarkan dengan kelas-kelas yang memiliki atribut

masing-masing. Setiap kelas akan dihubungkan dengan garis asosiasi. Tujuh simbol

pada tabel diatas dapat digunakan untuk menggambarkan skema arsitektur dari sistem

yang dibangun.

II.2.4 Sequence Diagram

Sequence Diagram adalah diagram yang menggambarkan kelakuan objek

yang terdapat pada use case dengan mendeskripsikan waktu dari objek dan pesan

yang dikirimkan nya. Oleh karena nya untuk menggambarkan Sequence Diagram

penting untuk diketahui actor apa saja yang terdapat di dalam use case diagram
(Affandi & Syahputra, 2018)
.
40

Tabel 2.4 Simbol pada Sequence Diagram

No. Gambar Keterangan

Aktor
Orang, proses atau sistem lain yang berinteraksi

dengan sistem informasi akan dibuat diluar

sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri,


Nama aktor
1. jadi walaupun simbol dari aktor adalah gambar

orang, tapi aktor belum tentu merupakan orang;


atau
Nama aktor biasanya dinyatakan menggunakan kata benda di

awal frase nama aktor


tanpa waktu aktif

Garis hidup / lifeline


2. Menyatakan kehidupan suatu objek

No. Gambar Keterangan

Objek Menyatakan objek yang berinteraksi pesan


3. Nama objek : nama kelas

Waktu aktif Menyatakan objek dalam keadaan aktif dan

berinteraksi, semua yang terhubung dengan


4.
waktu aktif ini adalah sebuah tahapan yang

dilakukan di dalamnya
41

Menyatakan suatu objek membuat objek yang


Pesan tipe create
5. lain, arah panah mengarahkan pada objek yang
<<create>>
dibuat

Menyatakan suatu objek memanggil


Pesan tipe call
6. operasi/metode yang ada pada objek lain atau
1: nama_metode()
dirinya sendiri

Pesan tipe send Menyatakan bahwa suatu objek mengirimkan

7. 1: masukan data/masukan/informasi ke objek lainnya, arah

panah mengarahkan pada objek yang dikirim

Pesan tipe return Menyatakan bahwa suatu objek yang telah

1: keluaran menjalankan suatu operasi atau metode

8. menghasilkan suatu kembalian ke objek tertentu,

arah panah mengarahkan pada objek yang

menerima kembalian

No. Gambar Keterangan

Pesan tipe destroy Menyatakan suatu objek mengakhiri hidup objek

yang lain, arah panah mengarahkan pada objek


9.
yang diakhiri, sebaiknya jika ada create maka ada

destroy

Sumber : A.S. dan Shalahuddin 2018

Sembilan simbol yang terdapat dalam tabel diatas dapat digunakan untuk

menjelaskan objek yang ada pada Use Case Diagram. Sequence Diagram akan
42

menjelaskan secara detail berapa waktu yang dikirim objek pada use case. Diagram

ini juga menjelaskan pesan yang dikirimkan oleh objek.

II.3 Artificial Intelligence

Artificial Intelligence (AI) atau dalam Bahasa Indonesia yang berarti

kecerdasan buatan merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang

mempelajari bagaimana komputer dapat melakukan sesuatu seperti yang dilakukan


(Aldo, 2019)
oleh manusia . Artificial Intelligence juga dapat didefinisikan sebagai

cabang ilmu komputer yang lebih banyak menggunakan bentuk dan simbol-simbol

dari pada angka dan memproses data yang tersedia berdasarkan pada sejumlah aturan

dengan kata lain AI mencoba memahami pola dan perilaku suatu entitas
(Devianto & Dwiasnati, 2020)
. Dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan, komputer dapat

melakukan kegiatan sedemikian rupa seperti yang dilakukan oleh manusia


(Ayunda & Rusdianto, 2021)
.

Artificial Intelligence juga dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah sistem

untuk dapat menafsirkan data eksternal dengan tepat, untuk mempelajari data

tersebut, dan menggunakan hasil pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan dan
(Siahaan et al., 2020)
tugas tertentu dengan adaptasi yang fleksibel . Kecerdasan ini

dibentuk dan dimasukan ke dalam komputer (mesin) agar nantinya dapat melakukan
(D. F. Ramadhan et al., 2020)
pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia .

Artificial Intelligence merupakan bidang penelitian yang sangat dinamis dalam

berbagai topik riset Adapun perkembangan Artificial Intelligence diantaranya neural


(Habibie & Aldo, 2019a)
network, machine learning, dan object oriented programing
43

. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Artificial Intelligence adalah

sebuah teknik yang membuat komputer menjadi mampu untuk berpikir dan dapat

memiliki kemampuan berperilaku, berpikir, dan mengambil keputusan layaknya

manusia.

II.3.1 Perkembangan Artificial Intelligence

Layaknya teknologi lain, artificial intelligence juga mengalami perkembangan

secara terus menerus. Artificial Intelligence dalam perjalanannya mengalami

perkembangan dari satu tingkat ke tingkatan yang lainnya. Tingkatan perkembangan

atau evolusi yang terjadi pada teknologi kecerdasan buatan dapat dibagi kedalam 3
(Sihombing et al., 2020)
poin perkembangan yaitu :

1. Artificial Narrow Intelligence

Artificial Narrow Intelligence atau yang dapat disebut ANI adalah AI lemah

yang dibangun demi menyelesaikan tugas-tugas yang sederhana dan

cenderung tidak terlalu rumit. Adapun contoh ANI ini adalah kecerdasan

buatan yang dapat dilihat pada permainan catur atau pada AI lemah

pengendara mobil.

2. Artificial General Intelligence

Artificial General Intelligence (AGI) merupakan AI kuat dimana teknologi ini

memiliki kecerdasan yang setara dengan kecerdasan yang dimiliki oleh

manusia. Perkembangan AI ini membuat mesin dapat belajar dan tampil


44

sesuai dengan tata cara yang manusia lakukan sehingga sulit bahkan tidak bisa

dibedakan dengan manusia.

3. Artificial Super intelligence

Artificial Super intelligence atau ASI yaitu sebuah kecerdasan buatan yang

super. Kecerdasan buatan ini dapat melebihi dan melampaui kemampuan

manusia. ASI bisa diartikan sebagai kecerdasan apapun yang melebihi kinerja

kognitif manusia.

II.4 Machine Learning

Machine Learning (ML) merupakan cabang dari Artificial Intelligence yang

memiliki fokus belajar dari data yakni pengembangan sistem yang mampu belajar

mandiri tanpa harus berulang kali di program oleh manusia. Machine Learning

membutuhkan data valid yang kemudian akan dijadikan sebagai bahan untuk belajar

(proses pelatihan) sebelum pada akhirnya akan digunakan sebagai penguji (testing)

untuk menentukan hasil keluaran yang optimal. Adapun Map cakupan Machine
(Soebroto, 2019)
Learning dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut :
45

Sumber : Soebroto A., 2019

Gambar 2.7 Map Cakupan Machine Learning

Gambar di atas merupakan cabang-cabang ilmu yang terdapat di dalam

Machine Learning. Unsupervised Learning dan Supervised Learning termasuk di

dalamnya. Gambar juga menjelaskan bahwa di cabang ilmu dari Machine Learning

juga masing memiliki cabangnya masing-masing.

II.5 Deep Learning

Deep Learning atau pembelajaran mendalam merupakan salah satu cabang

dari Machine Learning yang terdiri dari algoritma pemodelan abstraksi tingkat tinggi

pada data dengan menggunakan sekumpulan fungsi transformasi non-linear yang di

tata berlapis dan mendalam. Model Deep Learning pada dasarnya dibangun

berdasarkan Artificial Neural Network (Artificial Neural Network). Deep Learning

sangat baik untuk digunakan pada supervised learning, unsupervised learning, dan

reinforcement learning dalam berbagai aplikasi misalnya pengenalan citra,

klasifikasi, dan lainnya. Adapun arsitektur pada Deep Learning dapat dilihat pada
(Soebroto, 2019)
Gambar 2.8 berikut :
46

Sumber : Soebroto A., 2019

Gambar 2.8 Ilustrasi Arsitektur pada Deep Learning

Gambar menunjukan bagaimana arsitektur Deep Leraning. Arsitektur

menunjukan Deep Learning memiliki lapisan-lapisan yang mendalam. Deep

Learning juga memungkinkan pengolahan data dengan menggunakan beberapa

lapisan pengolahan data.

II.6 Artificial Neural Network

Artificial Neural Network atau dalam Bahasa Indonesia yang berarti Artificial

Neural Network merupakan sistem ter komputasi untuk memproses informasi yang

mempunyai karakter hamper sama dengan jaringan syaraf biologi di saat menangkap
(Pamungkas et al., 2022)
informasi .Artificial Neural Network merupakan salah satu

metode berbasis kecerdasan buatan, yang mampu mengidentifikasi pola, memproses

sinyal dan sistem prediksi dengan metode pembelajaran. Dalam jaringan saraf tiruan,

ada konsep bahwa semua pola informasi input dan output yang diumpankan ke

Artificial Neural Network diproses di neuron. Neuron ini dikelompokkan ke dalam

lapisan yang disebut lapisan saraf. Lapisan-lapisan yang membentuk Artificial Neural
(Habibie & Aldo, 2019b)
Network dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
47

1. Lapisan Input, unit-unit di dalam lapisan input disebut unit-unit input. Unit-

unit input tersebut menerima pola inputan data dari luar yang menggambarkan

suatu permasalahan.

2. Lapisan tersembunyi, unit - unit di dalam lapisan tersembunyi disebut unit –

unit tersembunyi.

3. Lapisan output, unit – unit di dalam lapisan output disebut unit - unit output.

Artificial Intelligence adalah sebuah konsep yang mensimulasikan cara kerja

jaringan saraf di otak manusia dan dapat dilatih untuk mempelajari apa saja.

Kelebihan metode Artificial Neural Network adalah dapat mengkonstruksi fungsi non

linier dan hanya membutuhkan data input dan output tanpa mengetahui secara
(Muddin et al., 2019)
eksplisit proses dalam jaringan .

II.6.1 Komponen Artificial Neural Network

Komponen Artificial Neural Network terdiri dari beberapa neuron dan

terdapat hubungan antar neuron tersebut. Hubungan antara satu neuron dengan

neuron lainnya disebut bobot. Adapun hubungan antar komponen Artificial Neural
(Aprianto et al., 2018)
Network tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.9 berikut :
48

Sumber : Aprianto, 2018

Gambar 2.9 Hubungan Komponen Jaringan Syaraf Tiruan

Gambar diatas menunjukan bahwa informasi (input) akan dikirimkan ke

neuron dengan bobot masuk tertentu. Input ini akan diproses oleh fungsi transfer

yang akan menjumlahkan nilai semua bobot yang masuk. Hasil penjumlahan ini

kemudian akan dibandingkan dengan nilai ambang yang diberikan oleh fungsi

aktivasi masing-masing neuron. Jika input melebihi nilai ambang tertentu, neuron

diaktifkan, tetapi jika sebaliknya, neuron tidak diaktifkan. Jika neuron diaktifkan,

maka neuron mengirimkan output melalui bobot outputnya ke semua neuron yang

terkait dengannya.

II.6.1.1 Neuron

Neuron adalah prosesor terkecil dalam jaringan neuron buatan yang saling

berhubungan. Neuron ini mengubah informasi yang diterima melalui koneksi yang

terbentuk dengan neuron lain. Dalam Jaringan Syaraf Tiruan, neuron-neuron akan

dikumpulkan pada satu lapisan yang kemudian akan disebut dengan neuron layer
(Aprianto et al., 2018)
.
49

II.6.1.2 Bobot (Weight)

Elemen kunci dari Artificial Neural Network adalah bobot. Bobot mewakili

kekuatan relatif atau nilai matematis dari data input, atau jumlah koneksi yang

memindahkan data dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Fakta bahwa bobot adalah

suatu nilai menunjukkan tingkat konektivitas antara neuron dari satu lapisan ke
(Aprianto et al., 2018)
lapisan lainnya .

II.6.1.3 Fungsi Aktivasi

Mengaktifkan atau menonaktifkan transmisi sinyal dari neuron, neuron

membutuhkan sinyal aktivasi. Sinyal aktivasi jaringan syaraf ditentukan oleh fungsi

aktivasi. Fungsi aktivasi digunakan untuk menentukan keluaran suatu neuron. Ini

mewakili hubungan antara derajat aktivasi internal linier atau non-linier (fungsi
(Lubis, 2018)
penjumlahan). Fungsi aktivasi jaringan saraf tiruan antara lain &
(Pamungkas et al., 2022)
:

1. Fungsi Summation

Fungsi yang digunakan untuk mencari bobot rata-rata semua elemen masukan.

Bentuk paling sederhana adalah mengalikan setiap nilai input (Xj) dengan

bobotnya (Wij) dan menjumlahkannya. Ini disebut penambahan berbobot atau

Si. Fungsi Summation dapat dilihat pada rumus berikut:


N
Si=∑ W ij ⋅ x j (1)
j=i
50

Rumus diatas merupakan rumus yang digunakan untuk mencari bobot rata-

rata dari semua elemen masukan. Rumus diatas digunakan untuk fungsi

Summation. Setiap nilai masukan akan dikalikan dengan bobotnya dan

kemudian seluruhnya dijumlahkan.

2. Sum Square Error (SSE) dan Root Mean Square Error (RMSE)

Perhitungan error merupakan ukuran kemampuan belajar jaringan, sehingga

mudah dikenali berdasarkan pola baru. Error pada keluaran jaringan adalah

selisih antara keluaran aktual (current output) dengan keluaran yang

diinginkan (desired output). Selisih yang dihasilkan antara dua hasil biasanya

ditentukan dengan perhitungan menggunakan persamaan. Adapun rumus Sum

Square Error dapat dilihat pada rumus berikut:

SSE=Σ −p Σ− j (Tjp−Xjp) (2)

Rumus diatas merupakan rumus untuk menghitung SSE. Sum Square Error

menunjukan seberapa besar kemampuan jaringan untuk belajar. SSE akan

diperoleh dengan mengalikan total –p dan –j kemudian mengalikannya

dengan hasil pengurangan Tjp dan Xjp. Sedangkan Root Mean Square Error

dapat dilihat pada rumus dibawah ini:

RMESError=
√ Σ p Σ j (Tjp−Xjp )
npno (3)
51

Root Mean Square Error merupakan perhitungan yang akan menunjukan

besarnya hasil prediksi. RMSE dapat diartikan juga sebagai simpangan rata-

rata. RSME diperoleh dari penarikan akar jumlah p dan j yang dikalikan

dengan hasil pengurangan Tjp dengan Xjp dan terakhir dibagi dengan npno.

3. Fungsi Sigmoid Biner

Merupakan fungsi aktivasi yang memiliki rentangan antara 0 sampai dengan 1

sehingga keluarannya terdapat di dalam interval tersebut. Pada aplikasi

MATLAB fungsi aktivasi ini dikenal dengan logsig. Adapun fungsi sigmoid

biner dapat dilihat pada rumus berikut:

1 (4)
y=f ( x )= −x
1+ ⅇ

'
f ( x )=f ( x ) [1−f ( x ) ] (5)

Fungsi diatas merupakan fungsi aktivasi sigmoid binner. Fungsi tersebut

merupakan hasil perhitungan 1 dibagi dengan penjumlahan 1 dan konstata

berpangkat –x. Sedangkan turunan fungsinya adalah fungsi asal dikalikan

dengan pengurangan 1 dengan fungsi asal.

4. Fungsi Sigmoid Bipolar

Fungsi aktivasi ini sebenarnya hampir serupa dengan fungsi aktivasi sigmoid

biner namun keluaran dari fungsi aktivasi ini memiliki nilai dengan rentangan
52

antara -1 sampai dengan 1. Fungsi aktivasi ini juga dikenal dengan tansig di

MATLAB. Adapun fungsi sigmoid bipolar dapat dilihat rumus berikut:

−x
1−ⅇ (6)
y=f ( x )= −x
1+ ⅇ

a (7)
'
f ( x )=
2
[1+ f ( x ) ] [1−f ( x ) ]

Fungsi diatas merupakan fungsi aktivasi sigmoid bipolar. Fungsi tersebut

merupakan hasil pembagian anatar 1 dikurang dengan konstanta berpangkat –

x dan 1 ditambah konstanta berpangkat -x. Sedangkan turunan fungsinya

adalah a/2 dikalikan dengan penjumlahan 1 dan fungsi asal kemudian

dikalikan lagi dengan pengurangan 1 dengan fungsi asal.

II.6.2 Arsitektur Artificial Neural Network

Artificial Neural Network memiliki dua arsitektur yaitu jaringan single-layer

dan multi-layer. Jaringan lapisan tunggal memiliki lapisan bobot koneksi yang terdiri

dari unit input yang menerima sinyal eksternal dan unit output yang dapat membaca

respons dari Artificial Neural Network. Adapun arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan

Single-Layer adalah seperti Gambar 2.10 berikut:


53

Sumber : Fitrianingsih Hasan & al Fatta, 2019

Gambar 2.1 Artificial Neural Network Single Layer

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ANN single layer hanya memiliki

lapisan masukan dan lapisan keluaran. Nilai masukan akan diolah pada lapisan

tersebut. Terlihat pula dari gambar diatas bahwa perhitungan dan pengolahan data

dipengaruhi oleh matrik bobot.

Jaringan multi-layer, di sisi lain, adalah jaringan dengan satu atau lebih

lapisan tersembunyi. Dalam proses pelatihan, jaringan multi-layer jauh lebih

kompleks. Adapun arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Multi-Layer dapat dilihat pada

Gambar 2.11 berikut :

Sumber : Fitrianingsih Hasan & al Fatta, 2019

Gambar 2.2 Artificial Neural Network Multi Layer


54

Berbeda dengan ANN singel layer, pada multilayer terlihat bahwa ada lapisan

lain selain lapisan keluaran dan masukan. Lapisan lain tersebut adalah lapisan

tersembunyi atau hidden layer. Selain itu terlihat juga bahwa matriks bobot yang

mempengaruhinya tidak hanya satu namun terdapat dua matriks bobot.

II.7 Metode Multilayer Perceptron

Multilayer Perceptron (MLP) adalah Artificial Neuron Network yang paling

banyak dan umum untuk digunakan dalam bidang Pendidikan dan pembangunan

aplikasi. Arsitektur dari MLP yang sederhana memudahkan metode ini untuk
(Manihuruk & Syahrizal, 2020b)
dipelajari . MLP terdiri dari 3 lapisan dimana yang

pertama adalah lapisan masukan, kedua adalah lapisan tersembunyi, dan lapisan

terakhir adalah lapisan keluaran. MLP memiliki setidaknya satu lapisan tersembunyi
(Sabilla et al., 2022b)
yang kemudian bisa ditambahkan jika hal tersebut dibutuhkan .

Adapun arsitektur MLP dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.12 dibawah ini:

Sumber : Manihuruk & Syahrizal, 2020

Gambar 2.3 Arsitektur Multilayer Perceptron


55

Secara umum arsitektur metode perceptron banyak lapisan dapat digambarkan

sesuai gambar diatas. Selain lapisan masukan dan keluaran terdapat pula lapisan

tersembunyi diantara keduanya. Lapisan tersembunyi ini dapat berjumlah lebih dari 1

lapisan.

II.7.1 Proses pelatihan Multilayer Perceptron

Terdapat tiga langkah atau tiga proses yang harus dilakukan dalam pelatihan

Multilayer Perceptron. Proses penentuan nilai dari bobot-bobot yang berpasangan

dengan tiap-tiap neuron di setiap lapisan dinamakan dengan proses pelatihan atau
(Silitonga, 2020b)
training. Ada pun proses pelatihan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Melakukan inisialisasi bobot awal dengan satu nilai yang cukup kecil atau

bahkan bisa ditetapkan sebagai nol.

2. Runut maju (forward propagation)

3. Runut mundur (backward propagation)

II.7.2 Prinsip kerja Multilayer Perceptron

Terdapat beberapa prinsip kerja pada metode Multilayer Perceptron. Prinsip

kerja merupakan aturan, ketentuan, ataupun standar yang dijadikan sebagai sebuah

pedoman dalam melakukan sesuatu. Adapun, prinsip kerja metode Multilayer


(Riyanto, 2018b)
Perceptron adalah sebagai berikut :

1. Setiap neuron yang dimiliki jaringan memiliki fungsi aktivasi non linear dari

kelas.

2. Multilayer Perceptron terdiri dari satu atau lebih lapisan tersembunyi.


56

3. Sinyal menembus melalui jaringan dan masukan ke keluaran dengan arah arus

dari satu lapisan ke lapisan lainnya.

4. Jaringan memiliki keterkaitan yang tinggi (synaptic).

II.7.3 Langkah-langkah metode Multilayer Perceptron

Bagian ini akan menjelaskan tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang

harus dilakukan pada metode Multilayer Perceptron. Langkah-langkah dapat

diartikan sebagai prosedur ataupun tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam sebuah

proses. Adapun langkah-langkah yang terdapat pada metode Multilayer Perceptron


(Sabilla et al., 2022b)
adalah sebagai berikut :

1. Berikan nilai awal bobot menggunakan bilangan yang kecil.

2. Hitung output aktual dari neuron pada hidden layer dan output layer

menggunakan fungsi aktifasi pada persamaan pada rumus dibawah ini:

Y j ( p)=sigmoid ¿
(8)

Rumus diatas menjelaskan bagaimana keluaran aktual pada lapisan

tersembunyi dan lapisan keluaran dapat diperoleh. Fungsi aktivasi sigmoid

akan dikalikan dengan penjumlahan seluruh masukan di input layer dikali

dengan bobot pada masing-masing masukan yang masuk pada lapisan

tersembunyi dan dijumlahkan dengan nilai bias. Melalui perhitungan diatas


57

maka akan diperoleh keluaran aktual pada lapisan tersembunyi dan lapisan

keluaran.

3. Hitung nilai aktivasi output layer

Adapun perhitungan output layer dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus pada rumus berikut:

Y k ( p)=sigmoid ¿
(9)

Rumus diatas menjelaskan bagaimana nilai keluaran diperoleh. Dimana

dengan fungsi aktivasi sigmoid akan dikalikan dengan penjumlahan seluruh

masukan di input layer dikali dengan bobot pada masing-masing masukan

yang masuk pada lapisan tersembunyi dan dijumlahkan dengan nilai bias.

Melalui perhitungan diatas maka akan diperoleh nilai keluaran.

4. Lakukan pembuatan model menggunakan data latih dengan menggunakan

algoritma backpropagation.

5. Perbaharui nilai bobot mulai dari output layer berlanjut ke layer di depannya

yaitu hidden layer. Nilai bobot baru pada output layer digunakan untuk

menghitung bobot baru pada hidden layer.

II.8 Normalisasi

Tahap normalisasi data memiliki tujuan untuk mempermudah proses pada

jaringan. Normalisasi dilakukan dengan tujuan agar output hasil pelatihan sesuai
58

dengan fungsi aktivasi yang digunakan. Adapun rumus yang digunakan untuk me

normalisasi data dengan metode ini dapat dilihat pada rumus berikut
(Mukhtar et al., 2021)
:

0 , 8 ( x−a )
X '= +0 , 1
( b−a ) (10)

Rumus diatas merupakan proses normalisasi data. Data lama atau data asal

akan dikurangi dengan data paling rendah dari seluruh set data. Kemudian hasil

pengurangan tersebut akan dibagi dengan hasil pengurangan nilai tertinggi pada data

set dengan nilai terendah pada data set.

II.9 Evaluasi Performa

Melakukan evaluasi performa pada metode klasifikasi merupakan tahapan

yang penting dalam pembangunan sistem prediksi. Matrik tersebut dihitung dengan
(Sabilla et al., 2022b)
menggunakan confusion matrix . Adapun Confusion Matrix

dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut:

Tabel 2.5 Confusion Matrix

Prediksi
Aktual
Positif Negatif
Positif True Positif False Negatif
Negatif False Negatif True Positif
Sumber : Sabilla, 2022

Evaluasi performa yang pertama adalah menghitung akurasi. Akurasi

menunjukan performa klasifikasi yang di identifikasikan sebagai perbandingan data


59

yang benar dengan keseluruhan data. Adapun rumus menghitung akurasi dapat dilihat

pada rumus berikut:

TP+TN
akurasi=
TP+ FP+ FN +TN (11)

Dengan menganalisa hasil pelatihan terhadap confusion matrix maka akan

diketahui berapa yang benar dan salah. Setelah mengetahui hal tersebut barulah

kemudian data tersebut dihitung akurasinya. Perhitungan akurasi dilakukan dengan

membandingkan penjumlahan antara true positif dan true negatif dengan

penjumlahan seluruh data.

Evaluasi performa yang kedua adalah menghitung presisi. Precision

merupakan perbandingan antara jumlah data positif yang benar dengan seluruh data

yang diprediksi positif. Adapun rumus menghitung precision dapat dilihat pada

rumus berikut:

TP
Precision=
TP+ FP (12)

Dengan menganalisa hasil pelatihan terhadap confusion matrix maka akan

diketahui berapa yang benar dan salah. Setelah mengetahui hal tersebut barulah

kemudian data tersebut dihitung precision nya. Perhitungan precision dilakukan

dengan membandingkan antara true positif dengan penjumlahan true positif dan false

positif.
60

Perhitungan evaluasi ketiga adalah recall. Recall adalah perbandingan data

positif yang diklasifikasikan secara benar dengan jumlah data positif. Adapun rumus

menghitung recall dapat dilihat pada rumus berikut:

TP
Recall=
TP+ FN (13)

Dengan menganalisa hasil pelatihan terhadap confusion matrix maka akan

diketahui berapa yang benar dan salah. Setelah mengetahui hal tersebut barulah

kemudian data tersebut dihitung recall nya. Perhitungan recall dilakukan dengan

membandingkan penjumlahan antar true positif dengan penjumlahan true positif dan

false negatif.

Perhitungan evaluasi yang terakhir adalah F-measure. F-measure merupakan

hasil perhitungan dari perbandingan antara nilai precision dan recall. Adapun rumus

menghitung f-measure dapat dilihat pada rumus berikut:

precision. recall
F 1=2⋅
precision+recall (14)

Dengan menganalisa hasil pelatihan terhadap confusion matrix maka akan

diketahui berapa yang benar dan salah. Pada proses ini sebelumnya perlu diketahui

berapa precision dan recall dari data. Precision akan dikalikan dengan recall

kemudian dibandingkan dengan precision ditambah recall dan hasilnya akan

dikalikan dengan dua.


61

II.10 Stunting

Stunting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi yang terjadi pada saat

periode kritis dari tumbuh dan kembang janin. Stunting didefinisikan sebagai kondisi

anak usia 0-59 bulan yang mana tinggi badan anak tersebut dibandingkan umur

berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar rata-rata yang telah
(Ramdhani et al., 2021)
ditetapkan WHO . Sedangkan menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, seorang balita dikatakan stunting apabila

nilai ambang batasnya adalah -3SD sampai dengan kurang dari -2SD dan
(Daracantika et al., 2021)
dikategorikan sangat pendek jika kurang dari -3SD .

Stunting juga bisa didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak yang

berusia dibawah lima tahun sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak

tumbuh sangat pendek untuk ukuran pada usianya. Kekurangan gizi kronis ini terjadi

semenjak anak berada dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi dilahirkan

sedangkan ciri-cirinya akan jelas terlihat Ketika anak telah menginjak usia 2 tahun.

Stunting dapat dikategorikan secara umum menjadi 2 yaitu stunting pendek dan

stunting sangat pendek dengan perhitungan yang didasarkan pada tinggi dan usia

yang kemudian di bandingan dengan standar yang telah ditetapkan oleh WHO
(Tupriliany Danefi, 2020)
.

II.11 Konsep Website

Website merupakan sebutan bagi sekelompok halaman web, yang umumnya

adalah bagian dari sebuah nama domain di World Wide Web di Internet. Sebuah
62

halaman web merupakan sebuah dokumen yang ditulis dalam format HTML (Hyper
(Supangat et al., 2020)
Text Markup Language), yang bisa diakses melalui HTTP .

Sub bab ini akan memaparkan sekilas tentang konsep website seperti definisi website,

HTML, CSS, dan PHP.

II.11.1 Definisi Website

Website adalah kumpulan halaman yang dimulai dengan halaman beranda


(Khozin Yuliana & Azizah, 2019)
yang berisi informasi, iklan, dan program aplikasi .

WWW atau world wide web atau web saja merupakan sebuah sistem yang saling

terkait dalam sebuah dokumen yang berformat hypertext yang berisi beragam

informasi, baik tulisan, gambar, suara, video, dan informasi multimedia lainnya dan

dapat diakses melalui sebuah perangkat yang disebut web browser. Dalam

penerjemahan dokumen dalam bentuk hypertext ke dalam bentuk dokumen yang bisa

dipahami, maka web browser melalui web client akan membaca halaman web yang

tersimpan di sebuah web server melalui protocol yang biasa disebut HTTP atau
(Siregar & Sari, 2018)
Hypertext Transfer Protocol .

Dari definisi ini, kita dapat menyimpulkan bahwa Website adalah situs yang

saling berhubungan, biasanya pada server yang sama, dan berisi kumpulan informasi

yang disediakan oleh individu, kelompok, atau organisasi. Situs web biasanya terletak

di setidaknya satu server web.


63

II.11.2 HTML

HTML adalah bahasa markup standar untuk mengekspresikan konten di Web

dan didefinisikan hingga HTML 5.2. Dokumen HTML semakin penting dalam

lingkungan seluler. Dokumen HTML dengan kemampuan web responsif memberikan

pengalaman pengguna yang lebih baik dalam format yang sesuai untuk lingkungan
(Hwang & Kim, 2021)
PC seluler dan umum .

II.11.3 CSS

Cascading Style Sheets (CSS) adalah standar inti W3C yang mengatur

presentasi dokumen Web yang ditulis dalam Hypertext Markup Language (HTML),

Extensible HTML (XHTML), dan setiap Extensible Markup Language (XML) untuk
(Ndia et al., 2019)
menciptakan dokumen yang estetis dan ramah pengguna .

II.11.4 PHP

PHP diimplementasikan dan digunakan dalam proyek ini untuk menulis dan

mengembangkan program. Kode ditulis sebagai pemrograman terstruktur, sehingga

memungkinkan untuk mengimplementasikan kode tanpa dampak negatif yang

signifikan pada program. Program ini berbasis web karena bahasa scripting yang

digunakan dalam penelitian ini adalah PHP. Selain itu, web juga dianggap user

friendly karena dapat diakses dimana saja melalui internet (jaringan komersial yang

menghubungkan satu sama lain).

PHP (Hypertext Preprocessor) adalah bahasa pemrograman yang berjalan di

web server dan bertindak sebagai pengolah data di server. Data yang dikirimkan oleh

klien pengguna diproses dan disimpan di database server web dan dapat ditampilkan
64

kembali saat diakses. Dalam menjalankan kode program PHP, file harus diupload ke

server. Upload adalah proses mentransfer data atau file dari komputer klien ke server
(Mubarak, 2019)
web .

II.12 MATLAB

MATLAB merupakan bahasa pemrograman dengan fungsi dan fitur yang

berbeda dengan bahasa pemrograman lain seperti Delphi, Basic dan C++. MATLAB

juga dikenal sebagai perangkat lunak dengan bahasa pemrograman tingkat tinggi

untuk kebutuhan perhitungan teknis, visualisasi pemrograman dan dapat digunakan

untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi matematika, elemen


(Simarmata et al., 2022)
matrik, optimasi, aproksimasi dan lain-lain .

II.13 Basis Data

Basis data atau yang bisa juga disebut dengan pangkalan data merupakan

sekumpulan data yang terorganisir, yang biasanya disimpan dan diakses secara

elektronik. Saat basis data berubah semakin kompleks, maka basis data pun

dikembangkan dengan perancangan dan pemodelan secara formal. Adapun perangkat

lunak yang digunakan dalam mengelola basis data disebut dengan manajemen basis
(Fitri, 2022)
data .

II.14 MySQL

MySQL adalah perangkat lunak RDMS (Relational Database Management

System) yang dapat mengelola database dengan sangat cepat, dapat menampung data
65

dalam jumlah yang sangat besar, dapat diakses oleh banyak pengguna, dan dapat
(Rahmasari, 2019)
melakukan proses sinkron atau konkuren .

MySQL adalah perangkat lunak untuk sistem manajemen basis data, karena

bersifat open source dan memiliki kemampuan untuk menampung volume yang

sangat besar. MySQL memberikan hasil yang optimal dalam hal kecepatan dan

keandalan pengelolaan data, sifat open source MySQL berarti MySQL berkembang

pesat dan digunakan oleh banyak pengguna yang tidak ingin menghabiskan banyak

uang untuk database sistem, jika mereka menggunakan sistem database komersial
(Guzmaliza, 2019)
. MySQL memiliki berbagai tipe data yaitu nya sebagai berikut
(Amin, 2022)
:

Tabel 2.6 Tipe Data pada MySQL

Tipe Data Deskripsi

TINYINT Ukuran 1 byte, bilangan bulat terkecil dengan jangkauan

untuk bilangan -128 sampai dengan 127 dan untuk yang

tidak berada pada rentang 0 sampai dengan 255

SMALLINT Ukuran 2 byte, dengan range -32768 sampai dengan 32676

dan yang tidak dalam rentang 0 sampai 65535

MEDIUMINT Ukuran 3 byte, merupakan bilangan bulat dengan range -

8388608 sampai dengan 8388607 dan tidak dalam rentang


66

0 sampai dengan 16777215

Tipe Data Deskripsi

INT Ukuran 4 byte, bilangan bulat dengan rentang -214783648

sampai dengan 214783647 dan tidak dalam rentang 0

sampai dengan 4294967295

INTEGER Ukuran 4 byte, hamper sama dengan INT

BIGINT Ukuran 8 byte, bilangan bulat dengan rentang

9223372036854775808 sampai dengan -

9223372036854775807 dan tidak dalam rentang 0 sampai

dengan 18446744073709551615

FLOAT(4) Ukuran 4 byte, merupakan bilangan pecahan

FLOAT(8) Ukuran 8 byte, merupakan bilangan pecahan

FLOAT Ukuran 4 byte, merupakan bilangan pecahan

DOUBLE Ukuran 8 byte, merupakan bilangan pecahan

DOUBLE Ukuran 8 byte, merupakan bilangan pecahan presisi ganda

PRECISION

REAL Ukuran 8 byte, merupakan bilangan pecahan

DECIMAL(M,D) Ukuran M byte (D+2, jika M<D), merupakan bilangan

pecahan

NUMERIN(M,D) Ukuran M byte (D+2, jika M<D), merupakan bilangan

pecahan

DATETIME Ukuran 8 byte, merupakan kombinasi tanggal dan jam


67

Tipe Data Deskripsi

DATE Ukuran 3 byte, merupakan tanggal

Tipe Data Deskripsi

TIMESTAMP Ukuran 4 byte, merupakan kombinasi tanggal dan jam

TIME Ukuran 3 byte, merupakan bentuk waktu

YEAR Ukuran 1 byte

CHAR Ukuran M byte dengan rentang 1<=M<=255, merupakan

tipe data string dengan panjang yang tetap

VARCHAR(M) Ukuran L+1 byte dengan rentang L<=M dan 1<=M<=255,

merupakan tipe data string dengan panjang yang bervariasi

TINYBLOB, Merupakan tipe TEXT atau BLOB dengan panjang

TINYTEXT maksimum 255 karakter

BLOB, TEXT Merupakan tipe TEXT atau BLOB dengan panjang

maksimum 65535 karakter

MEDIUMBLOB, Merupakan tipe TEXT atau BLOB dengan panjang

MEDIUMTEXT maksimum 16777215 karakter

LONGBLOB, Merupakan tipe TEXT atau BLOB dengan panjang

LONGTEXT maksimum 4294967295 karakter

ENUM Ukuran 1 byte atau 2 byte tergantung jumlah enumerasi

nya

SET 1, 2, 3, 4, atau 8 byte tergantung jumlah anggota himpunan

Sumber : Amin, 2022


68

Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam MySQL terdapat banyak jenis atau

tipe data. Setiap tipe data memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda. Penggunaan dari

setiap tipe pun bergantung kepada kebutuhan penggunanya.

II.15 XAMPP

Xampp merupakan sebuah perangkat lunak yang didalamnya terdapat server

MySQL dan didukung oleh Bahasa pemrograman PHP sebagai Bahasa pembangun

website. Dalam XAMPP terdapat pula web server apache yang dapat dijalankan di

berbagai sistem operasi. XAMPP merupakan sebuah software server apache

memberikan berbagai keuntungan bagi penggunanya, seperti mudah untuk

digunakan, tidak mengeluarkan biaya, dan didukung untuk di install di berbagai


(A. B. Putra, 2019)
sistem operasi .
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian atau kerangka kerja memiliki tujuan agar mendapat hasil

seperti yang diharapkan dan mudah untuk menyelesaikan permasalahan serta mudah

dipahami. Langkah-langkah yang akan dibuat pada penelitian ini disusun secara

sistematis. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian


69

Kerangka penelitian pada Gambar 3.1 telah mengilustrasikan tahapan-tahapan

yang penulis lakukan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan tersebut kemudian dibagi

menjadi sub tahapan untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian. Bagian

selanjutnya akan menjelaskan secara terperinci tahapan-tahapan yang penulis lakukan

dalam penelitian ini.

3.2 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dapat diartikan sebagai tingkatan-tingkatan atau level-

level dari langkah-langkah-langkah yang terdapat dalam sebuah aktivitas penelitian.

Tahapan tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa sub tahapan sehingga

memudahkan penulis untuk melakukan penelitian ini secara terstruktur. Adapun

tahapan penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini akan dijabarkan pada

bagian ini.

3.2.1 Penelitian Pendahuluan

Tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian adalah terlebih dahulu

melakukan penganalisaan pada objek yang akan diolah. Mempelajari bagaimana

permasalahan yang terdapat pada objek yang telah ditentukan. Selanjutnya,

mempelajari bagaimana objek tersebut bisa melakukan pemecahan permasalahannya,

faktor sekeliling, dan dampak yang diberikan oleh objek penelitian. Penelitian

pendahuluan memberikan bukti dan pembenaran bahwa masalah yang akan diteliti

benar-benar terdapat pada objek yang akan diteliti. Oleh sebab itu, maka dibutuhkan

waktu untuk proses pengambilan data, proses penelitian, tempat penelitian, metode

penelitian, penelitian lapangan, riset perpustakaan, dan penelitian laboratorium.


70

3.2.2 Pengumpulan Data

Penulis mendapatkan data-data dalam penelitian ini dari berbagai sumber,

seperti penelitian terdahulu yang penulis dapatkan dari artikel-artikel jurnal yang

tersedia. Data penelitian ini juga diperoleh melalui wawancara secara terperinci. Data

yang digunakan pada penelitian ini juga bersumber dari data set yang dimiliki oleh

objek penelitian. Terdapat beberapa hal yang berkaitan dalam melakukan penelitian.

Adapun hal-hal yang berkaitan dalam melakukan pengumpulan data pada metodologi

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan waktu yang peneliti gunakan untuk melakukan

penelitian ini. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan September 2022.

Adapun waktu penelitian yang telah dilakukan dapat dijelaskan pada Tabel

3.1 berikut:

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

September Oktober November Desember Januari


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penelitian

Pendahuluan

Pengumpulan Data

Analisa

Perancangan
71

September Oktober November Desember Januari


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Implementasi

Pengujian

Pembuatan Laporan

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu empat bulan. Penelitian dimulai

pada bulan September dan ditargetkan akan berakhir pada bulan Desember

pada tahun 2022. Tabel 3.1 menunjukan bagaimana penulis memberikan

waktu untuk masing-masing tahapan penelitian

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat dimana proses penelitian dilakukan

untuk dapat memecahkan permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini

dilakukan di Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Dinas Kesehatan Kab.

Lima Puluh Kota beralamatkan di Koto Baru, Kec. Payakumbuh Utara, Kota

Payakumbuh, Sumatera Barat.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk dapat

memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan untuk kepentingan penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode penelitian.

Adapun metode-metode yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:


72

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan untuk membuat sebuah website Penentuan

Kasus Stunting pada Anak di Kab. Lima Puluh Kota dengan menggunakan

metode Multilayer Perceptron. Penulis juga turun langsung mengambil data

yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini. Pengambilan data

dilakukan dengan memperoleh data yang tersimpan pada gudang data objek

dan juga melakukan wawancara dengan pihak yang bersangkutan.

b. Penelitian Perpustakaan (Library Research)

Penelitian yang dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder. Pengumpulan

data sekunder dilakukan dengan membaca buku-buku, artikel jurnal, dan

literatur-literatur yang ada kaitannya dengan penelitian. Data sekunder

kemudian akan digunakan sebagai data yang dapat mendukung hasil dari

penelitian ini.

c. Penelitian Laboratorium (Laboratory Research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara research laboratorium komputer guna

mempraktekkan langsung hasil dari analisa yang bertujuan untuk menguji

kebenaran sistem yang dirancang. Setiap perangkat keras dan perangkat lunak

yang digunakan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi yang berbeda-beda.

Adapun spesifikasi dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

(software) yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Spesifikasi Perangkat Lunak dan Perangkat Keras

Perangkat Keras Perangkat Lunak


73

Laptop Asus VivoBook 14 Sistem Operasi Windows 10

Processor AMD Ryzen 3 3200U with


Microsoft Office 2019
Radeon Vega Mobile Gfx 2.60 GHz

Memory 4 GB Xampp Version 7.3.24

Printer Epson L3210 Visual Studio Code 1.66.2

Keyboard eksternal dan mouse


Google Chrome
eksternal

Dalam penelitian tentu penulis membutuhkan perangkat keras dan perangkat

lunak untuk menunjang proses penelitian yang penulis lakukan. Tabel 3.2 merupakan

rincian dari perangkat keras dan perangkat lunak yang penulis gunakan selama proses

penelitian. Perangkat keras dan perangkat lunak diatas penulis pilih untuk digunakan

berdasarkan kebutuhan penulis dalam melakukan penelitian.

3.2.3 Analisa

Tahap analisa merupakan salah satu tahapan yang penting dalam penelitian

ini, karena pada tahap inilah nantinya dilakukan identifikasi terhadap masalah yang

ada dalam menentukan kasus Stunting pada anak di Kab. Lima Puluh Kota,

melakukan penganalisis an terhadap data yang diperoleh, serta langkah-langkah yang

dibutuhkan untuk perancangan yang diinginkan sampai pada analisis yang

diharapkan. Analisa data pada penelitian ini akan menggunakan software MATLAB
74

untuk melakukan pelatihan terhadap data yang telah diperoleh untuk kemudian

ditemukan hasil yang diharapkan dari proses analisis data tersebut.

3.2.4 Perancangan

Tahapan perancangan ini, peneliti menggunakan Unified Modelling Language

(UML) sebagai tools dalam menjelaskan alur analisa program, dimana UML yang

digunakan yaitu :

1. Use Case Diagram

Use Case Diagram mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih

actor. Use Case Diagram digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang

ada didalam sebuah aplikasi berbasis web. Use Case Diagram terdiri atas

diagram use case dan actor.

2. Class Diagram

Diagram kelas atau Class Diagram menggambarkan struktur sistem dari segi

pendefinisian kelas-kelas yang akan dibuat untuk membangun sistem. Kelas

memiliki atribut (variabel-variabel yang dimiliki suatu kelas) dan operasi atau

metode (fungsi yang dimiliki suatu kelas).

3. Activity Diagram

Activity Diagram menggambarkan dan memungkinkan siapapun yang

melakukan proses pemilihan suatu urutan, dalam hal ini diagram hanya

menyebutkan aturan-aturan rangkaian dasar yang harus diikuti. Activity

Diagram memberikan gambaran aktifitas apa saja yang akan dilakukan actor.
75

Activity Diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin

terjadi pada beberapa eksekusi.

4. Sequence Diagram

Sequence Diagram digunakan untuk menggambarkan kegiatan Use Case

dengan mendeskripsikan waktu hidup objek dan message yang dikirimkan dan

diterima antar objek.

3.2.5 Implementasi

Implementasi sistem merupakan tahap meletakkan sistem sehingga siap untuk

dioperasikan. Implementasi bertujuan untuk mengkonfirmasi modul-modul

perancangan, sehingga pengguna dapat memberi masukan kepada pengembangan

sistem yang dibangun. Perancangan aplikasi penentuan kasus Stunting pada anak

berbasis web dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan

MySQL, pada tahap ini.

3.2.6 Pengujian

Pengujian ini difokuskan pada fungsionalitas dari aplikasi penentuan kasus

Stunting pada anak berbasis web yang meliputi kesalahan fungsi, interface dan

database. Pengujian dilakukan secara langsung dengan menggunakan program Web

Browser Google Chrome dan program Web Server Xampp sehingga dapat

mengetahui apakah hasil yang diharapkan. Tahap uji coba ini dilakukan dengan

menggunakan server localhost yang merupakan server virtual untuk pengujian

program berbasis Web Programming dengan bahasa pemrograman PHP. Pengujian


76

pada penelitian ini juga akan menggunakan software MATLAB untuk melakukan

testing berdasarkan dari hasil data training pada tahapan analisa.


BAB IV

ANALISA DAN PERANCANGAN

4.1 Tahapan Analisa dan Perancangan

Tahapan analisa dan perancangan dilakukan untuk menganalisa sistem yang

bertujuan untuk memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan penentuan kasus

stunting dengan menggunakan metode Multilayer Perceptron. Sistem yang akan

dibangun merupakan sistem berbasis web yang akan mengklasifikasikan seorang anak

kedalam beberapa kategori. Proses awal yang dilakukan adalah dengan menetapkan

data kasus stunting dan variabel yang mempengaruhi hasil pengukuran pada anak.

Data kasus stunting pada akan di normalisasi untuk membuat data menjadi dalam satu

rentan nilai. Proses terakhir adalah proses perhitungan dengan menggunakan metode

Multilayer. Keluaran dari proses analisa data dan analisa sistem akan dijadikan

sebagai acuan dalam tahap perancangan. Tahapan analisa dan perancangan dapat

digambarkan seperti Gambar 4.1 berikut:

Gambar 4.1 Tahapan Analisa dan Perancangan

Tahapan analisa dimulai dengan menganalisa data yang telah dihimpun dari

sumber, dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Data yang
diolah dan dianalisa berupa data hasil pengukuran tinggi badan, usia, jenis kelamin,

dan status
78

stunting anak di Kab. Lima Puluh Kota pada periode pengukuran terakhir. Proses

akan dilanjutkan dengan melakukan analisa sistem menggunakan Multilayer

Perceptron yang kemudian hasilnya akan digunakan untuk melakukan perancangan.

4.2 Analisa Data

Analisa data dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang didapat melalui

pengamatan maupun dari suatu pandangan. Peneliti melakukan wawancara langsung

dengan pihak Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota pada penelitian ini.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi seputar permasalahan yang

dihadapi Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota sebagai objek. Selain melakukan

wawancara langsung, peneliti juga mendapatkan sumber data dari Dinas Kesehatan

Kab. Lima Puluh Kota berupa data set hasil pengukuran stunting pada anak di periode

pengukuran terakhir. Data pendukung juga peneliti peroleh melalui berbagai artikel

yang berhubungan dengan kasus stunting pada anak. Kasus stunting pada anak dapat

diklasifikasikan atas 3 klasifikasi, klasifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1

berikut:

Tabel 4.1 Klasifikasi Kasus Stunting

No Kasus Keterangan
Keadaan atau kasus
stunting dimana hasil
pengukuran tinggi badan
1 Stunting Sangat Pendek
dibagi usia menghasilkan
Z-score dibawah
-3
No Kasus Keterangan
79

Keadaan atau kasus


stunting dimana hasil
pengukuran tinggi badan
2 Stunting Pendek
dibagi usia menghasilkan
Z-score dibawah
-2
Keadaan atau kasus
stunting dimana hasil
3 Normal pengukuran tinggi badan
dibagi usia menghasilkan
Z-score diatas -2.
Sumber : Masitha Arsyati, 2019

Tabel 4.1 menunjukan bahwa kasus stunting dapat di klasifikasi kan menjadi

3 klasifikasi yaitu stunting sangat pendek, stunting pendek, dan normal. Setiap

klasifikasi memiliki standar perhitungan yang berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan

dari pengukuran tinggi badan dibandingkan dengan usia saat pengukuran, maka anak

dapat dikategorikan berada pada kasus yang mana.

Pengukuran terhadap anak pada periode terakhir oleh Dinas Kesehatan Kab.

Lima Puluh Kota menghasilkan kumpulan set data yang menunjukan klasifikasi anak

di Kab. Lima Puluh Kota berdasarkan status stunting nya. Peneliti mengambil

sebanyak 60 data set dari data yang tersedia, dimana data ini akan digunakan sebagai

data sampel pada penelitian ini. Sebanyak 40 data set akan digunakan pada proses

pelatihan data, sedangkan 20 data set lainnya akun peneliti gunakan pada proses uji

data. Sampel data penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
80

Tabel 4.2 Sampel Data

Z-Skor
Tinggi
N J Usia Saat Tingg Tinggi
Nama Badan/Umu
o K Ukur (Bulan) i Badan/Umu
r
r
1 Anak 1 P 35 89.1 Normal -1.47
2 Anak 2 L 45 94 Normal -1.98
3 Anak 3 L 58 102 Normal -1.6
4 Anak 4 L 30 84.5 Pendek -2.25
Sangat
5 Anak 5 L 49 88.8 -3.57
Pendek
Sangat
6 Anak 6 L 30 81.2 -3.23
Pendek
Sangat
7 Anak 7 L 54 92.2 -3.29
Pendek
Sangat
8 Anak 8 L 20 76 -3.01
Pendek
9 Anak 9 P 48 92.8 Pendek -2.36
10 Anak 10 P 47 99 Normal -0.79
11 Anak 11 P 17 81 Normal 0.47
12 Anak 12 P 32 86.5 Normal -1.63
13 Anak 13 L 11 69.5 Pendek -2.57
14 Anak 14 L 51 103 Normal -0.6
15 Anak 15 L 50 94.5 Pendek -2.38
Sangat
16 Anak 16 L 18 73 -3.43
Pendek
Sangat
17 Anak 17 L 37 83 -3.72
Pendek
18 Anak 18 L 24 82 Pendek -2.03
81

Z-Skor
Tinggi
N J Usia Saat Tingg Tinggi
Nama Badan/Umu
o K Ukur (Bulan) i Badan/Umu
r
r
Sangat
19 Anak 19 L 48 88.4 -3.57
Pendek
Sangat
20 Anak 20 L 54 93.7 -3.02
Pendek
Sangat
21 Anak 21 L 34 83 -3.32
Pendek
Sangat
22 Anak 22 L 32 82 -3.38
Pendek
23 Anak 23 P 21 77 Pendek -2.36
24 Anak 24 P 7 64 Normal -1.54
Sangat
25 Anak 25 L 55 93.2 -3.19
Pendek
26 Anak 26 P 31 98 Normal 1.75
27 Anak 27 P 13 70.5 Pendek -2.06
Sangat
28 Anak 28 L 5 58 -4.48
Pendek
29 Anak 29 P 55 97.6 Pendek -2.03
Sangat
30 Anak 30 P 33 74 -3.75
Pendek
Sangat
31 Anak 31 L 27 77 -4.14
Pendek
32 Anak 32 L 11 72 Normal -1.51
33 Anak 33 P 41 90.5 Pendek -2.09
34 Anak 34 L 36 86.6 Pendek -2.57
35 Anak 35 L 16 75 Pendek -2.1
36 Anak 36 P 31 84.4 Pendek -2.08
82

Z-Skor
Tinggi
N J Usia Saat Tingg Tinggi
Nama Badan/Umu
o K Ukur (Bulan) i Badan/Umu
r
r
37 Anak 37 P 58 98.9 Pendek -2.04
38 Anak 38 L 57 102 Normal -1.48
39 Anak 39 L 32 89 Normal -1.4
40 Anak 40 L 44 91.6 Pendek -2.39
41 Anak 41 L 16 74.8 Pendek -2.27
42 Anak 42 L 11 70.7 Pendek -2.06
Sangat
43 Anak 43 L 11 67.6 -3.06
Pendek
Sangat
44 Anak 44 L 11 65.5 -3.99
Pendek

45 Anak 45 L 16 80 Normal -0.39

46 Anak 46 P 23 80.6 Normal -1.58


Sangat
47 Anak 47 P 38 84.2 -3.18
Pendek

48 Anak 48 P 1 53.6 Normal -0.45

49 Anak 49 P 35 85.4 Pendek -2.53


50 Anak 50 L 43 100 Normal -0.18
51 Anak 51 L 47 92.1 Pendek -2.63
52 Anak 52 L 47 96.3 Normal -1.61
53 Anak 53 L 44 91.3 Pendek -2.46
Sangat
54 Anak 54 L 12 64.3 -4.91
Pendek

55 Anak 55 L 44 102 Normal 0.17

Sangat
56 Anak 56 P 38 85 -3.06
Pendek
83

Z-Skor
Tinggi
N J Usia Saat Tingg Tinggi
Nama Badan/Umu
o K Ukur (Bulan) i Badan/Umu
r
r

57 Anak 57 P 58 99.4 Normal -1.95

Sangat
58 Anak 58 P 47 89.1 -3.06
Pendek

59 Anak 59 L 47 93.6 Pendek -2.29

60 Anak 60 P 35 88 Normal -1.79


Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota

Tabel 4.2 memaparkan sampel yang diambil dari data set yang telah diperoleh

dari Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Terdapat setidaknya 3 (tiga) variabel

yang akan mempengaruhi keluaran dari pengukuran. Variabel yang terdapat pada

penentuan kasus stunting pada anak adalah jenis kelamin, tinggi badan, dan usia.

Keluaran atau hasil dari perhitungan berupa Z-score perhitungan yang kemudian

digunakan untuk mengklasifikasikan kasus stunting pada anak.

4.3 Analisa Sistem

Tahapan analisa sistem merupakan tahapan yang sangat penting dalam

perancangan sebuah sistem yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan

yang terjadi pada sistem yang sedang berjalan. Tahapan analisa sistem juga penting

untuk menilai apakah sistem yang digunakan saat ini masih efektif dan efisien dalam

segi penggunaan waktu dan tenaga, sehingga pada tahap ini nantinya akan dilakukan

evaluasi seberapa jauh kinerja sistem yang sedang berjalan. Identifikasi terhadap

permasalahan-permasalahan yang ada, rancangan sistem dan langkah serta


84

pengembangan yang dibutuhkan untuk perancangan sistem juga dilakukan pada tahap

ini, sehingga nantinya ditemukan kesimpulan apakah sistem yang ada layak atau tidak

untuk digunakan.

4.3.1 Analisa Sistem yang Sedang Berjalan

Analisa sistem baru perlu dilakukan agar mendapatkan gambaran kearah mana

sistem yang baru akan dibuat ataupun dikembangkan berdasarkan perbaikan dari

kekurangan serta kelemahan yang terdapat pada sistem yang sedang berjalan. Data

hasil pengukuran balita di Kab. Lima Puluh Kota periode terakhir dapat dilihat pada

Gambar 4.2 berikut:

Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Anak Periode Agustus

Gambar 4.2 merupakan gambar yang menunjukan bagaimana sistem yang

digunakan oleh Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Sistem yang digunakan

masih berbentuk sistem yang konvensional dengan menghitung manual hasil

pengukuran. Data yang telah dihitung dan dianalisa kemudian akan disimpan dalam

bentuk softcopy sebagai history dan laporan oleh pihak Dinas Kesehatan. Analisa
85

permasalahan yang ditemukan dalam sistem yang sedang berjalan untuk menentukan

kasus stunting pada anak di Kab. Lima Puluh Kota adalah:

1. Dinas Kesehatan sulit untuk menentukan dan menganalisa hasil pengukuran

stunting pada anak.

2. Sistem yang berjalan tidak cukup efektif dalam segi waktu sehingga

memperlambat kinerja Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota.

4.3.2 Analisa Sistem Baru

Sistem baru diciptakan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat pada

sistem yang sedang berjalan. Sistem baru dibangun berdasarkan pada sistem lama

yang sedang berjalan dan data yang didapat pada proses analisa data. Berdasarkan

permasalahan yang terdapat pada sistem yang sedang berjalan, maka penelitian ini

akan membangun sistem berbasis kecerdasan buatan dengan metode Multilayer

Perceptron mengenai penentuan status stunting pada anak yang dapat mempermudah

Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam melakukan percepatan penurunan

kasus stunting di Kab. Lima Puluh Kota. Kelebihan yang didapat dari sistem baru

dibandingkan dengan sistem yang lama adalah sebagai berikut:

1. Waktu yang digunakan untuk menentukan kasus stunting pada anak lebih

singkat.

2. Hasil dari proses yang dihasilkan oleh sistem dapat dijadikan pertimbangan

untuk pengambilan keputusan.

3. Laporan yang dihasilkan mudah untuk dipahami dan menjadi acuan dalam

penentuan kasus stunting pada anak.


86

4.3.3 Metode Multilayer Perceptron (MLP)

Perhitungan dalam tahapan analisa sistem menggunakan metode Multilayer

Perceptron. Tahapan prosesnya akan dimulai dari sekumpulan data-fakta berupa data

set yang berasal dari hasil pengukuran tinggi badan dibandingkan dengan usia anak.

Berikut ini merupakan algoritma proses dalam penentuan kasus stunting pada anak

berdasarkan aturan metode Multilayer Perceptron (MLP):

1. Mengumpulkan data kasus stunting

2. Melakukan normalisasi data kasus stunting

3. Merancang Arsitektur Jaringan

4. Menentukan bobot dan bias awal

5. Menentukan learning rate

6. Melakukan proses propagasi maju

7. Melakukan propagasi mundur

8. Hasil perhitungan

Algoritma proses Multilayer Perceptron memiliki tahapan seperti yang telah

dipaparkan pada poin di atas. Berdasarkan algoritma proses Multilayer Perceptron

diatas maka dapat digambarkan melalui flowchart. Flowchart dalam proses Jaringan

Syaraf Tiruan penentuan kasus stunting pada anak dengan metode Multilayer

Perceptron dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut:


87

Gambar 4.3 Flowchart Multilayer Perceptron

Diagram alir pada Gambar 4.3 menunjukan bahwa proses akan dimulai

dengan sekelompok fakta-fakta berupa data set. Data set akan dihitung setiap set nya

dengan di normalisasi terlebih dahulu. Untuk mendapatkan hasil maka dilakukan

perhitungan dengan menggunakan metode Multilayer Perceptron.

4.3.3.1 Mengumpulkan Data Kasus Stunting

Data kasus stunting pada tahapan ini akan diambil sebanyak 40 dari total 60

data sampel yang telah diperoleh, sebagai data latih. Data yang sebelumnya berupa

data mentah pada tahapan analisa data akan berubah menjadi data dalam bentuk

masukan dan target. Masukan akan dimisalkan sebagai X dan target akan dimisalkan
88

dengan Y. Berdasarkan proses analisa data ditemukan bahwa terdapat tiga X yang

akan menentukan Y pada data kasus stunting. Data kasus stunting dapat dilihat pada

Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Data Latih Penentuan Kasus Stunting

Z-Skor Tinggi
N JK Usia Saat Ukur Tinggi
Nama Badan/Umur
o (X1) (Bulan) (X2) (X3)
(Y)
1 Anak 1 P 35 89.1 -1.47
2 Anak 2 L 45 94 -1.98
3 Anak 3 L 58 102 -1.6
4 Anak 4 L 30 84.5 -2.25
5 Anak 5 L 49 88.8 -3.57
6 Anak 6 L 30 81.2 -3.23
7 Anak 7 L 54 92.2 -3.29
8 Anak 8 L 20 76 -3.01
9 Anak 9 P 48 92.8 -2.36
10 Anak 10 P 47 99 -0.79
11 Anak 11 P 17 81 0.47
12 Anak 12 P 32 86.5 -1.63
13 Anak 13 L 11 69.5 -2.57
14 Anak 14 L 51 103 -0.6
15 Anak 15 L 50 94.5 -2.38
16 Anak 16 L 18 73 -3.43
17 Anak 17 L 37 83 -3.72
18 Anak 18 L 24 82 -2.03
19 Anak 19 L 48 88.4 -3.57
20 Anak 20 L 54 93.7 -3.02
N Nama JK Usia Saat Ukur Tinggi Z-Skor Tinggi
o (X1) (Bulan) (X2) (X3) Badan/Umur
89

(Y)
21 Anak 21 L 34 83 -3.32
22 Anak 22 L 32 82 -3.38
23 Anak 23 P 21 77 -2.36
24 Anak 24 P 7 64 -1.54
25 Anak 25 L 55 93.2 -3.19
26 Anak 26 P 31 98 1.75
27 Anak 27 P 13 70.5 -2.06
28 Anak 28 L 5 58 -4.48
29 Anak 29 P 55 97.6 -2.03
30 Anak 30 P 33 74 -3.75
31 Anak 31 L 27 77 -4.14
32 Anak 32 L 11 72 -1.51
33 Anak 33 P 41 90.5 -2.09
34 Anak 34 L 36 86.6 -2.57
35 Anak 35 L 16 75 -2.1
36 Anak 36 P 31 84.4 -2.08
37 Anak 37 P 58 98.9 -2.04
38 Anak 38 L 57 102 -1.48
39 Anak 39 L 32 89 -1.4
40 Anak 40 L 44 91.6 -2.39

Z-score merupakan hasil perhitungan antara tinggi badan saat ukur

dibandingkan dengan usia saat ukur. Jenis kelamin juga akan mempengaruhi hasil

perhitungan dan hasil dari Z-score. Z-score nantinya akan menjadi tolak ukur untuk

klasifikasi seorang anak pada kasus stunting.

4.3.3.2 Melakukan Normalisasi


90

Data yang telah dihimpun dan didapatkan X dan Y, selanjutnya akan di

normalisasi. Normalisasi dilakukan untuk menghindari perhitungan komputasi yang

terlalu besar. Normalisasi dilakukan dengan rumus berikut:

0.8(x−min)
x'= + 0.1
max−min

Keterangan :

- x’ adalah hasil normalisasi data

- x adalah data asal

- min merupakan nilai minimum dari satu variabel

- max merupakan nilai maximum dari satu variabel

Setelah melalui proses normalisasi, maka data akan berubah menjadi data

yang lebih kecil. Data akan berada dalam rentang nila 0.1 sampai dengan 0.9. Hasil

normalisasi dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Data Normalisasi

NO X1 X2 X3 Y
1 0.1 0.577193 0.680777 0.586465
2 0.9 0.717544 0.760941 0.50404
3 0.9 0.9 0.89182 0.565455
4 0.9 0.507018 0.605521 0.460404
5 0.9 0.773684 0.675869 0.247071
6 0.9 0.507018 0.551534 0.30202
7 0.9 0.84386 0.731493 0.292323
8 0.9 0.366667 0.466462 0.337576
9 0.1 0.759649 0.741309 0.442626
NO X1 X2 X3 Y
10 0.1 0.745614 0.84274 0.696364
91

11 0.1 0.324561 0.548262 0.9


12 0.1 0.535088 0.638241 0.560606
13 0.9 0.240351 0.360123 0.408687
14 0.9 0.801754 0.9 0.727071
15 0.9 0.787719 0.769121 0.439394
16 0.9 0.338596 0.417382 0.269697
17 0.9 0.605263 0.580982 0.222828
18 0.9 0.422807 0.564622 0.49596
19 0.9 0.563158 0.580982 0.287475
20 0.1 0.380702 0.482822 0.442626
21 0.1 0.184211 0.270143 0.575152
22 0.9 0.857895 0.747853 0.308485
23 0.1 0.268421 0.376483 0.491111
24 0.9 0.15614 0.171984 0.1
25 0.1 0.549123 0.433742 0.21798
26 0.9 0.464912 0.482822 0.154949
27 0.9 0.240351 0.401022 0.58
28 0.1 0.661404 0.703681 0.486263
29 0.9 0.591228 0.639877 0.408687
30 0.9 0.310526 0.44683 0.457172
31 0.9 0.240351 0.379755 0.491111
32 0.9 0.240351 0.329039 0.329495
33 0.9 0.310526 0.531902 0.76101
34 0.1 0.619298 0.600613 0.310101
35 0.1 0.1 0.1 0.751313
36 0.1 0.577193 0.620245 0.415152
37 0.9 0.745614 0.729857 0.39899
NO X1 X2 X3 Y
38 0.9 0.703509 0.89182 0.851515
39 0.1 0.9 0.849284 0.508889
92

40 0.1 0.577193 0.662781 0.534747

Jenis kelamin akan dimisalkan sebagai 0 dan 1, sehingga ketika dilakukan

normalisasi dengan rumus yang digunakan, maka terlihat pada tabel bahwa nilainya

adalah 0.1 dan 0.9. Setiap variabel dibandingkan dengan variabel itu sendiri untuk

mendapatkan nilai min dan max, misalnya (0.8*((0-1)/(0-1)))+0.1 = 0.577193. Nilai

0.1 diperoleh dari nilai terendah pada variabel X1 dan nilai tertinggi akan

memperoleh nilai 0.9.

4.3.3.3 Merancang Arsitektur Jaringan

Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan memiliki berbagai lapisan pemrosesan.

Jaringan Syaraf Tiruan dengan menggunakan metode Multilayer Perceptron

setidaknya terdiri dari 3 lapisan. Lapisan akan terdiri dari lapisan input, hidden, dan

output. Lapisan tersembunyi atau hidden layer bisa berjumlah satu lapisan atau lebih.

Peneliti, pada penelitian ini akan menggunakan arsitektur Jaringan seperti Gambar

4.4 berikut:

Gambar 4.4 Arsitektur Jaringan

Gambar 4.4 menunjukan arsitektur jaringan yang akan digunakan dalam

penelitian ini. Penelitian ini akan menggunakan arsitektur jaringan 3-3-1. Jaringan
93

memiliki 3 masukan yang nantinya akan disebut sebagai x1, x2, dan x3, 3 lapisan

tersembunyi dan 1 target lapisan keluaran berupa kasus stunting yang kemudian akan

disebut sebagai y.

4.3.3.4 Menentukan Bobot dan Bias

Bobot dan bias di inisialisasi kan atau di tentukan terlebih dahulu sebelum

memasuki proses perhitungan. Bobot dan bias terbaik yang ditemukan nantinya akan

digunakan sebagai bobot dan bias awal pada proses selanjutnya. Berikut ini

merupakan bobot dan bias yang peneliti tetapkan dalam penelitian ini.

1. Bobot Input ke Hidden Layer

Pelatihan pada penelitian ini menggunakan arsitektur jaringan dengan

konfigurasi 3-3-1. Konfigurasi ini berarti terdapat 3 masukan, 3 lapisan

tersembunyi, dan 1 keluaran.. Konfigurasi jaringan tersebut membentuk bobot

masukan ke lapisan tersembunyi sebagai berikut:

w31
w11 = 9.6469 w21 = -2.1565 -2.0521
=

w32
w12 = 3.7961 w22 = 6.9397 6.2733
=

w33
w13 = -4.7468 w23 = 6.113 -6.4825
=

2. Bobot Hidden Layer ke Output Layer

Pelatihan menggunakan jaringan dengan konfigurasi 3-3-1. Pelatihan ini

memiliki 3 masukan, 3 lapisan tersembunyi, dan 1 lapisan keluaran.


94

Konfigurasi jaringan tersebut membentuk bobot lapisan tersembunyi ke

lapisan keluaran sebagai berikut:

v1= -1.3733

v2= 2.9231

v3= -4.5749

3. Bias Input ke Hidden Layer

Setiap neuron pada arsitektur jaringan yang digunakan akan memiliki 1 bias.

Jaringan pelatihan pertama memiliki 3 neuron pada lapisan tersembunyi,

maka akan ada 3 bias dari masukan ke lapisan tersembunyi. Bias dari

masukan ke lapisan tersembunyi adalah sebagai berikut:

b1= -6.7574

b2= -8.5046

b3= -1.4801

4. Bias Hidden Layer ke Output Layer

Lapisan tersembunyi yang memiliki 3 neuron akan menghasilkan 1 keluaran.

Proses dari Hidden Layer ke Output Layer memiliki 1 bias yang akan

digunakan dalam proses ini. Bias Hidden Layer ke Output Layer adalah -

1.5126.

Bobot dan bias akan terus berubah sehingga akhirnya akan ditemukan bobot

dan bias maksimal. Bobot dan bias maksimal kemudian akan digunakan pada

proses selanjutnya. Bobot dan bias maksimal akan ditemukan dengan

melakukan proses trial and error.


95

4.3.3.5 Penentuan Learning Rate

Learning rate merupakan salah satu parameter pelatihan untuk menghitung

nilai koreksi bobot pada proses training. Nilai learning rate akan digunakan beberapa

melalui proses trial and error sehingga ditemukan learning rate yang berpengaruh

secara baik pada proses pelatihan. Peneliti melakukan percobaan dengan learning

rate 0.001, 0.1, 0.5, dan 0.9. Proses pelatihan nantinya akan menunjukan learning

rate mana yang memberikan pengaruh secara positif pada proses pelatihan.

Kebutuhan dalam proses pelatihan dalam penelitian ini juga dapat dijelaskan dengan

rancangan arsitektur Artificial Neural Network (ANN) pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Rancangan Arsitektur Artificial Neural Network

Parameter Jumlah Deskripsi


Jenis Kelamin, Usia,
Input 3
dan Tinggi Badan

Hidden Layer Trial and error 2 sampai dengan end

Output Layer 1 Z-score


Epoch Trial and error 100 sampai dengan end
Learning Rate Trial and error 0.01 sampai dengan 0.9
Fungsi Aktivasi 1 Sigmoid biner
Target Error 0 -

Rancangan arsitektur Artificial Neural Network di atas digunakan selama

proses pelatihan. Proses pelatihan dilakukan sehingga mendapatkan hasil yang

maksimal. Proses pelatihan dilakukan dengan menggunakan beberapa arsitektur

dengan lapisan tersembunyi yang berbeda dan parameter yang juga berbeda.
96

4.3.3.6 Melakukan Propagasi Maju

Multilayer Perceptron secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian

pertama disebut sebagai tahapan propagasi maju. Bagian kedua disebut sebagai

tahapan propagasi mundur. Berikut merupakan tahapan propagasi maju pada

Multilayer Perceptron.

1. Menghitung Output Neuron ke-j pada Hidden Layer (Zj)

Perhitungan pertama pada tahap propagasi maju adalah menghitung nilai

neuron keluaran yang perdapat pada lapisan tersembunyi. Perhitungan akan

dilakukan sebanyak neuron yang terdapat pada hidden layer. Menghitung nilai

pada hidden layer dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:


n
z j =∅ h (∑ w ij x i+ b j)
i=1

z j merupakan neuron ke-je yang terdapat pada lapisan tersembunyi. Nilai z j

diperoleh dengan menjumlahkan hasil perkalian setiap bobot dari masukan ke

lapisan tersembunyi. Hasil perkalian kemudian dijumlahkan dengan bias

untuk menghitung z j . Penjumlahan tersebut kemudian juga dikalikan dengan

fungsi aktivasi yang digunakan, pada penelitian ini digunakan fungsi aktivasi

sigmoid. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas

maka di dapatkan nilai pada setiap neuron pada hidden layer. Nilai pada

hidden layer dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Output Neuron ke-J pada Hidden Layer

Z1 0.000217206
97

Z2 0.537746818

Z3 0.055224699

Hasil yang terdapat pada tabel diatas dilakukan dengan rumus yang telah

dipaparkan sebelumnya. Misalnya, Z1 =. 1/(1 + EXP (-((9.6469 * 0.1) +

(3.7961 * 0.577193) + (-4.7468 * 0.680777) + (-6.7574)))) = 0.000217206.

Perhitungan tersebut dilakukan untuk baris data set selanjutnya.

2. Menghitung Output Neuron ke-k pada Output Layer (Yk)

Perhitungan dilanjutkan dengan melakukan operasi perhitungan neuron

keluaran ke-k pada lapisan keluaran. Perhitungan ini juga dilakukan sejumlah

neuron yang terdapat pada output layer dimana pada penelitian ini terdapat 1

neuron. Perhitungan dilakukan dengan rumus berikut:


n
y k = ∅ o ( ∑ v jk z j +b k )
j=1

Rumus diatas menjelaskan bahwa hasil perhitungan pada lapisan tersembunyi

kemudian akan dikalikan dengan setiap bobot dari lapisan tersembunyi ke

lapisan keluaran dan terakhir akan dijumlahkan dengan bias dari lapisan

tersembunyi ke lapisan keluaran. Hasil perhitungan ini juga dikalikan dengan

fungsi aktivasi yang dilambangkan dengan ∅ o . Setelah dilakukan perhitungan

dengan menggunakan rumus diatas maka di dapatkan nilai yk. Hasil diperoleh

melalui perhitungan berikut:


98

Yk = 1/(1 + EXP (-((1.002773126 * -1.3733) + (1.109110972 * 2.9231) +

(1.048823611 * -4.5749) + 1.5126))) = 0.944356683.

3. Menghitung Loss Error

Single Layer Perceptron mengenal adanya Delta Rule untuk melakukan

evaluasi pada error, pada Multilayer Perceptron akan digunakan

Backpropagation. Penelitian ini akan menggunakan squared error sebagai

loss function. Squared error dapat dihitung dengan rumus berikut:

E=t k − y k

Perhitungan error dapat dilakukan dengan mengurangkan target data set (Tk)

dengan hasil keluaran Yk. Tk merupakan target dari sebuah data set dengan

masukan pada data set tersebut, sedangkan yk merupakan nilai neuron

keluaran pada lapisan keluaran. Perhitungan loss error adalah sebagai berikut:

E = 0.586465-0.944356683 = -0.357892037.

4.3.3.7 Melakukan Propagasi Mundur

Multilayer Perceptron secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian

pertama disebut sebagai tahapan propagasi maju. Bagian kedua disebut sebagai

tahapan propagasi mundur. Bagian propagasi maju akan mengolah data mulai dari

masukan hingga keluaran, sedangkan pada propagasi mundur hal yang akan terjadi

adalah kebalikannya. Berikut merupakan tahapan propagasi mundur pada Multilayer

Perceptron.
99

1. Menghitung Faktor Kesalahan Yk

Perhitungan pertama yang dilakukan pada tahapan propagasi mundur adalah

menghitung nilai atau faktor kesalahan pada Yk. Perhitungan ini nantinya

akan digunakan untuk menghitung seberapa besar perubahan bobot yang

terjadi dari lapisan tersembunyi ke lapisan keluaran. Berikut ini merupakan

rumus untuk menghitung faktor kesalahan Yk:

δ ( y) =( T −Yk )∗Yk (1−Yk)

Mendapatkan nilai dari faktor kesalahan Yk dilakukan dengan mengurangkan

antara target pada data set dengan Yk kemudian dikalikan dengan Yk. Hasil

perkalian tersebut dikalikan dengan hasil pengurangan 1 dan Yk. Adapun

proses perhitungan faktor kesalahan Yk adalah sebagai berikut:

δ (k) =¿ (0.586464646-0.944356683)* 0.944356683 (1-0.944356683) =

-0.018806202

2. Menghitung Suku Perubahan Bobot pada Hidden ke Output

Perhitungan ini nantinya akan digunakan untuk merubah nilai bobot dari

lapisan tersembunyi kepada lapisan keluaran. Perhitungan ini dilakukan untuk

mengetahui berapakah besar perubahan yang terjadi dari bobot awal kepada

bobot baru. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

∆ v 1=α∗δ (k )∗Zi

∆ v 1=0.01∗−0.018806202∗¿ 0.000217206 = -4.08481E-08

Perhitungan dilakukan untuk setiap neuron yang terdapat pada lapisan

tersembunyi. Penelitian ini memiliki 3 lapisan tersembunyi sehingga


100

perhitungan dilakukan sebanyak 3 kali. Adapun hasil perhitungan adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Suku Perubahan Bobot pada Hidden ke Output

∆ v1 -4.08481E-08
∆ v2 -0.00010113
∆ v3 -1.03857E-05

Perhitungan menghasilkan tiga hasil. Tiga hasil yang berbeda didapatkan dari

neuron yang berbeda. Hasil perhitungan akan dapat berubah menyesuaikan

neuron yang terdapat pada arsitektur yang dibangun.

3. Menghitung Suku Perubahan Bias Hidden ke Output

Perhitungan selanjutnya adalah menentukan besar perubahan bias dari lapisan

tersembunyi menuju lapisan keluaran. Perhitungan ini dilakukan dengan

menggunakan nilai dari learning rate yang digunakan. Adapun rumus

perubahan bobot lapisan tersembunyi ke lapisan keluaran adalah sebagai

berikut:

∆ b=α∗δ (k)

Perhitungan dilakukan untuk menemukan besaran perubahan bias dari lapisan

tersembunyi ke lapisan keluaran. Perhitungan akan dilakukan untuk setiap

nilai bobot asal. Perhitungan dilakukan seperti, ∆ b=¿ 0.01* -0.018806202= -

0.000188062.
101

4. Menghitung Faktor Kesalahan Zj

Perhitungan dilakukan sebanyak neuron yang tersedia pada data. Perhitungan

ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar faktor kesalahan dari Zj.

Adapun rumus dari perhitungan ini adalah sebagai berikut:

∂ netj=δ (k)∗vj

Contoh perhitungan untuk baris pertama, ∂ netj=−0.018806202∗−1.3733 =

0.025826558. Nilai yang diperoleh dengan rumus diatas akan digunakan pada

perhitungan selanjutnya untuk menemukan nilai ∂ j . Perhitungan juga akan

dilakukan sebanyak neuron. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

∂ j=∂ netj∗zj∗( 1−zj )

Contoh perhitungan untuk baris pertama,

∂ j=−1.3733∗0.000217206∗(1−0.000217206 ) = 5.60845E-06. Adapun hasil

keseluruh dari perhitungan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Faktor Kesalahan Zj

∂1 5.60845E-06
∂2 -0.013664777
∂3 0.004488948

Perhitungan menghasilkan tiga hasil. Tiga hasil yang berbeda didapatkan dari

neuron yang berbeda. Hasil perhitungan akan dapat berubah menyesuaikan

neuron yang terdapat pada arsitektur yang dibangun.

5. Menghitung Suku Perubahan Bobot Input ke Hidden


102

Perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa besar perubahan bobot

yang terjadi pada bobot dari lapisan masukan ke lapisan tersembunyi.

Perhitungan ini nantinya juga akan digunakan untuk menghitung bobot baru.

Perhitungan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

∆ wij=α∗∂ j∗xij

Misalnya, ∆ wij=0.01∗5.60845E-06∗0.1 = 5.60845E-09. Perhitungan ini

dilakukan untuk setiap bobot dari lapisan masukan ke lapisan tersembunyi.

Perhitungan dilakukan sehingga semua suku perubahan bobot didapatkan

untuk setiap neuron. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Suku Perubahan Bobot Input ke Hidden

∆ w11 5.60845E-09
∆ w12 -1.36648E-05
∆ w13 4.48895E-06
∆ w21 3.23716E-08
∆ w22 -7.88721E-05
∆ w23 2.59099E-05
∆ w31 3.81811E-08
∆ w32 -9.30267E-05
∆ w33 3.05597E-05

Perhitungan menghasilkan 3 hasil. Tiga hasil yang berbeda didapatkan dari

neuron yang berbeda. Hasil perhitungan akan dapat berubah menyesuaikan

neuron yang terdapat pada arsitektur yang dibangun.

6. Menghitung Suku Perubahan Bias Input ke Hidden


103

Perhitungan dilakukan dengan rumus yang sama dengan perhitungan suku

perubahan bias dari lapisan tersembunyi ke lapisan keluaran. Perbedaan

perhitungan terdapat pada pengali learning rate. Adapun hasil perhitungan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Suku Perubahan Bias Input ke Hidden

∆ b1 0.000258266
∆ b2 -0.000549724
∆ b3 0.000860365

Perhitungan menghasilkan 3 hasil. Tiga hasil yang berbeda didapatkan dari

neuron yang berbeda. Hasil perhitungan akan dapat berubah menyesuaikan

neuron yang terdapat pada arsitektur yang dibangun.

7. Menghitung Perubahan Bobot Input ke Hidden

Perhitungan ini dilakukan untuk menghitung perubahan bobot dari lapisan

masukan ke lapisan tersembunyi. Perhitungan ini akan menunjukan hasil

bobot terbaru pada lapisan masukan ke lapisan tersembunyi. Adapun rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Wij(baru) = Wij(lama) + ∆ wij

Contoh perhitungan untuk W11(baru), W11(baru) = 9.6469 + 5.60845E-09 =

9.646900006. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai bobot W11 saat ini

adalah 9.646900006. Nilai bobot tersebut yang kemudian akan digunakan

pada epoch selanjutnya. Adapun hasil perhitungan untuk setiap neuron adalah

sebagai berikut:
104

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Perubahan Bobot Input ke Hidden

w 11(baru) 9.646900006
w 12(baru) 3.796086335

w 13 (baru) -4.746795511

w 21 (baru) -2.156499968

w 22 (baru) 6.939621128

w 23 (baru) 6.11302591

w 31(baru) -2.052099962

w 32(baru) 6.273206973

w 33 (baru) -6.48246944

Perhitungan menghasilkan 3 hasil. Tiga hasil yang berbeda didapatkan dari

neuron yang berbeda. Hasil perhitungan akan dapat berubah menyesuaikan

neuron yang terdapat pada arsitektur yang dibangun.

8. Menghitung Perubahan Bias Input ke Hidden

Perhitungan ini dilakukan untuk menghitung perubahan bias dari lapisan

masukan ke lapisan tersembunyi. Perhitungan ini akan menunjukan hasil bias

terbaru pada lapisan masukan ke lapisan tersembunyi. Adapun rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Bi(baru) = Bi(lama) + ∆ bi

Contoh perhitungan untuk B1(baru), B1(baru) = -8.5046 + -0.000549724 =

-6.757141734. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai bias B1 saat ini

adalah -6.757141734. Nilai bias tersebut yang kemudian akan digunakan pada
105

epoch selanjutnya. Adapun hasil perhitungan untuk setiap neuron adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Perubahan Bias Input ke Hidden

B1 (baru) -6.757141734
B 2(baru) -8.505149724

B 3(baru) -1.479239635

9. Menghitung Perubahan Bobot Hidden ke Output

Perhitungan ini dilakukan untuk menghitung perubahan bobot dari lapisan

tersembunyi ke lapisan keluaran. Perhitungan ini akan menunjukan hasil

bobot terbaru pada lapisan tersembunyi ke lapisan keluaran. Adapun rumus

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Vi(baru) = Vi(lama) + ∆ vi

Contoh perhitungan untuk V1(baru), V1(baru) = -1.3733 + -4.08481E-08 = -

1.373300041. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai bobot V1 saat ini

adalah 1.373300041. Nilai bobot tersebut yang kemudian akan digunakan

pada epoch selanjutnya. Adapun hasil perhitungan untuk setiap neuron adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Perubahan Bobot Hidden ke Output

v 1(baru ) -1.373300041
v 2(baru) 2.92299887

v 3(baru) -4.574910386

10. Menghitung Perubahan Bias Hidden ke Output


106

Perhitungan ini dilakukan untuk menghitung perubahan bias dari lapisan

tersembunyi ke lapisan keluaran. Perhitungan ini akan menunjukan hasil bias

terbaru pada lapisan tersembunyi ke lapisan keluaran. Adapun rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut:

B(baru) = B(lama) + ∆ b

Contoh perhitungannya adalah B(baru) = 1.5126 + -0.000188062 =

1.512411938. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai bias B saat ini

adalah 1.512411938.

4.3.3.8 Hasil Perhitungan

Perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya, merupakan perhitungan untuk

satu kali iterasi pada satu model yang telah dirancang yaitu nya 3-3-1. Berdasarkan

bobot dan bias baru yang dihasilkan oleh iterasi pertama ditemukan bahwa bobot dan

bias ini masih belum maksimal. Bobot dan bias terbaik dapat ditemukan dengan

melakukan pelatihan pada iterasi selanjutnya. Penemuan bobot dan bias akan jauh

lebih baik jika dilakukan pelatihan dengan berbagai model yang berbeda dan iterasi

yang lebih banyak.

Perhitungan dilakukan melalui proses trial and error. Perhitungan juga

dilakukan dengan menggunakan MATLAB untuk mendapatkan hasil yang presisi dan

maksimal. Penulis melakukan pelatihan dengan arsitektur yang telah dirancang pada

tahap sebelumnya. Model jaringan pertama ini dilatih sebanyak 100000 kali dengan

learning rate 0.9. Hasil dari perhitungan ini menghasilkan performance MSE sebesar
107

0.000694739. Pelatihan ini berhenti dengan mencapai epoach maksimal yang

ditentukan sebesar 100000 sebelum mendapatkan hasil yang sama dengan goal.

Peneliti selanjutnya melakukan pelatihan dengan parameter yang sama pada

model yang berbeda. Masing-masing model nantinya akan menunjukan hasil yang

berbeda dan model dengan hasil maksimal lah yang akan diambil sebagai model yang

akan digunakan pada proses testing beserta dengan bobot dan biasnya.

4.4 Perancangan sistem

Perancangan sistem memiliki tujuan yang berguna memberikan gambaran

yang jelas dan rancang bangun yang lengkap dan terperinci sehingga memenuhi

kebutuhan pengguna sistem. Rancangan sistem memiliki beberapa desain yaitu

output, input, file (database). Rancangan dari desain ini dijadikan sebagai acuan

dalam merancang suatu sistem baru sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

4.4.1 UML (Unified Modelling Language)

Aplikasi penetuan kasus stunting pada anak ini dirancang menggunakan alat

bantu berupa UML. Perancangannya digambarkan dalam bentuk diagram-diagram.

Berikut ini merupakan perancangan dengan alat bantu UML.

4.4.1.1 Use Case Diagram

Use case diagram medefinisikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor.

Use case Diagram menggambarkan bagaimana seseorang menggunakan serta

memanfaatkan sistem. Berikut dapat dilihat pada Gambar 4.5 Use case diagram dari

rancangan sistem penentuan kasus stunting pada anak.


108

Gambar 4.5 Use Case Diagram

Gambar 4.5 menunjukan bahwa pada sistem yang dirancang akan terdapat dua

aktor, yaitu admin dan umum. Admin merupakan aktor yang memiliki peranan untuk

menjalankan sistem secara utuh dan melakukan pengolahan data di dalam sistem.

Aktor umum hanya dapat melihat informasi-informasi umum seputar sistem.

4.4.1.2 Class Diagram

Class diagram merupakan sebuah spesifikasi yang jika diibaratkan pada

sebuah instansi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari

pengembangan dan desain berorientasi objek. Adapun class diagram dari rancangan

sistem penentuan kasus stunting pada anak dapat dilihat pada Gambar 4.6 berikut:
109

Gambar 4.6 Class Diagram

Gambar 4.6 menjelaskan hubungan antar kelas yang terdapat pada sistem

yang tengah dirancang. Admin berhubungan secara langsung dengan setiap kelas

yang terdapat pada sistem. Kelas lain akan berhubungan secara tidak langsung

melalui kelas admin atau dengan kata lain tidak terhubung secara langsung satu sama

lain.

4.4.1.3 Activity Diagram

Activity diagram adalah diagram yang akan menggambarkan aktivitas-

aktivitas dari sesitem yang sedang dirancang. Diagram ini menggambarkan berbagai

alur aktivitas sistem yang tengah dirancang dan proses yang sedang berjalan. Berikut

ini merupakan penjelasan dari setiap activity diagram yang terdapat pada sistem yang

tengah dirancang.
110

1. Activity Diagram Admin

Diagram ini akan menjelaskan segala aktivitas yang bisa dilkukan oleh admin

dengan memilih sistem yang tersedia pasa sistem. Admin digambarkan dapat

melakukan beberapa aktivitas pada sistem yang dirancang. Gambar 4.7

dibawah ini adalah activity diagram admin.

Gambar 4.7 Activity Diagram Admin

Gambar 4.7 menunjukan aktivitas apa saja yang dapat dilakukan oleh admin

pada sistem yang dibangun. Admin dapat melakukan manajerial terhadap data

yang dibutuhkan sistem. Admin juga dapat melakukan pencetakan laporan

terhadap hasil analisa sistem.


111

2. Activity Diagram Pengunjung Umum

Diagram ini akan menjelaskan segala aktifitas yang mungkin dan bisa terjadi

oleh pelanggan umum. Pengunjung umum digambarkan dapat melakukan

beberapa aktivitas pada sistem yang dirancang. Adapun activity diagram

umum dapat dijelaskan oleh Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Activity Diagram Pengunjung Umum

Pengunjung umum tidak memiliki akses terhadap pengolahan data seperti

admin. Pengunjung umum hanya dapat melihat beberapa informasi seputar

sistem. Informasi akan tersedia pada satu halaman home tanpa perlu

berpindah ke halaman yang lain.

4.4.1.4 Sequence Diagram

Sequence Diagram bisa digunakan untuk menggambarkan skenario atau

rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event.

Penggambaran dengan diagram ini dilakukan pada setiap skenario yang mungkin
112

dapat terjadi pada sistem yang dibangun, Berikut adalah rancangan sistem penentuan

kasus stunting pada anak dengan menggunakan sequence diagram.

1. Sequence Diagram Umum Melihat Home

Pengguna umum dapat melihat home dimana didalamnya tersedia kontent

seputar Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Profil Dinas Kesehatan, info

stunting, dan info anak adalah informasi yang dapat dilihat oleh pengunjung

umum. Adapun sequence diagramnya adalah seperti Gambar 4.9 berikut :

Gambar 4.9 Sequence Diagram Umum Melihat Home

Terlihat pada gambar yang disajikan bahwa satu-satunya aksi yang dapat

dilakukan oleh pengunjung umum hanya melihat informasi yang disediakan.

Pengunjung umum tidak perlu melakukan validasi data terhadap basis data.

Pengunjung umum cukup hanya masuk kedalam sistem untuk dapat melihat

informasi yang tersedia.

2. Sequence Diagram Admin Kelola Rekap Data Kecamatan

Admin dapat mengupdate data value yang telah diset diawal kepada value

data yang sebenarnya pada rekap data kasus stunting di setiap kecamatan.
113

Admin terlebih dahulu akan melakukan validasi untuk melakukan edit

terhadap data. Skenario dapat digambarkan seperti Gambar 4.10 berikut:

Gambar 4.10 Sequence Diagram Admin Kelola Rekap Data Kecamatan

Data rekap yang sedari awal telah di set menjadi null adakan dapat dirubah

oleh admin sesuai dengan total sebenarnya. Perubahan data dapat dilakukan

dengan melakukan validasi nama pengguna dan kata sandi terlebih dahulu.

Aktor selain admin tidak dapat melakukan kegiatan yang sama.

3. Sequence Diagram Admin Kelola Profile

Admin dapat mengupdate dan mengubah data profile. Data pada profile

nantinya akan ditampilkan di halaman depan web. Sequence diagram admin

kelola profile menjelaskan bagaimana skenario ini berlangsung. Skenario

dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut :


114

Gambar 4.11 Sequence Diagram Admin Kelola Profile

Profile yang muncul pada halaman pengunjung umum diolah oleh admin.

Admin dapat menambahkan informasi baru. Admin juga dapat merubah

informasi yang sudah ada atau bahkan menghapusnya.

4. Sequence Diagram Admin Kelola Data Administrator

Admin dapat menambah, mengubah, dan menghapus data administrator.

Kegiatan ini dapat dilakukan admin dengan melakukan login terlebih dahulu.

Proses admin mengelola data administrator di jelaskan dengan sequence

diagram kelola admin. Skenario dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut:

Gambar 4.12 Sequence Diagram Admin Kelola Data Administrator


115

Informasi admin diolah oleh admin itu sendiri. Admin dapat menambahkan

informasi baru. Admin juga dapat merubah informasi yang sudah ada atau

bahkan menghapusnya.

5. Sequence Digram Admin Kelola Data Kasus Stunting

Admin dapat menambah, mengubah, dan menghapus data kasus stunting.

Kegiatan ini dapat dilakukan admin dengan melakukan login terlebih dahulu.

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut:

Gambar 4.13 Sequence Diagram Admin Kelola Data Kasus Stunting

Data kasus stunting dapat ditambahkan kapan saja oleh admin. Sebelum

melakukan manajerial data stunting admin terlebih dahulu harus melakukan

validasi sebagai admin. Admin dapat melakukan kegiatan ini dengan bantuan

query yang terdapat pada sistem yang dibangun,

6. Sequence Diagram Admin Melihat Data Hasil Klasifikasi

Admin dapat melihat hasil perhitungan Multilayer Perceptron yang dilakukan

sistem. Kegiatan ini dapat dilakukan admin dengan melakukan login terlebih

dahulu. Hal dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut:


116

Gambar 4.14 Sequence Diagram Admin Melihat Data Klasifikasi

Admin dapat melihat halaman klasifikasi data. Admin dapat melihat hasil

keseluruhan dengan sebelumnya melihat hasil normalisasi dan proses

klasifikasi. Skenario untuk melakukan normalisasi dan hasil perhitungan akan

dijelaskan pada bagian berbeda.

7. Sequence Diagram Admin Melihat Normalisasi

Diagram selanjutnya merupakan gambaran dari skenario yang terjadi saat

admin melihat hasil normalisasi. Hasil normalisasi dapat dilihat langsung oleh

admin setelah menekan tombol normalisasi. Berikut merupakan gambaran

dari skenario yang akan terjadi.

Gambar 4.15 Sequence Diagram Admin Melihat Normalisasi


117

Normalisasi akan berisi data asal yang telah dihitung sedemikian rupa. Admin

dapat melihat hasil dari proses normalisasi pada halaman klasifikasi. Untuk

dapat melakukan skenario ini admin akan memulainya dengan masuk ke

sistem dan melakukan validasi.

8. Sequence Diagram Admin Melihat Report

Admin dapat melihat laporan. Kegiatan ini dapat dilakukan admin dengan

melakukan login terlebih dahulu. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.16

berikut:

Gambar 4.16 Sequence Diagram Admin Melihat Report

Proses akan berisi laporan akhir dari hasil analisis sistem yang dapat dicetak.

Admin dapat melihat laporan hasil dari proses perhitungan MLP pada

halaman laporan. Agar dapat melakukan skenario ini admin akan memulainya

dengan masuk ke sistem dan melakukan validasi.

4.4.2 Desain Terinci


118

Menjelaskan suatu sistem diperlukan pula desain sistem secara terinci yang

mana bertujuan untuk menggambarkan secara terinci sistem yang telah dirancang.

Desain sistem terinci ini menggambarkan desain output, desain input, dan desain file

(database). Berikut ini merupakan desain terinci dalam pembangunan sistem

penentuan kasus stunting pada anak.

4.4.2.1 Desain Output

Keluaran (output) merupakan hasil dari proses yang dapat di sajikan dalam

bentuk sebuah laporan atau merupakan tampilan yang dapat dilihat oleh pengguna

untuk melihat tampilan feed back oleh sistem kepada pengguna. Desain output

berguna untuk menetapkan output-output apa saja yang diperlukan dan bagaimana

bentuk output yang diinginkan. Desain output dalam perancangan aplikasi ini adalah

berupa laporan hasil penentuan kasus stunting pada anak di Kab. Lima Puluh Kota

dan tampilan sistem yang dapat dilihat oleh pengguna. Adapun desain output dalam

perancangan sistem berupa tampilan website dan laporan sebagai berikut:

1. Desain Halaman Awal

Halaman ini merupakan halaman yang paling pertama muncul saat sistem

dibuka. Halaman ini bisa dilihat oleh admin dan pengunjung umum. Adapun

desain halaman utama sistem adalah sebagai berikut.


119

Gambar 4.17 Desain Halaman Awal

Halaman ini akan memuat beberapa informasi yang dapat diakses oleh

pengunjung umum. Terdapat informasi seputar sistem, anak, dan stunting.

Profil Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota juga akan ditampilkan pada

bagian ini.

2. Desain Tampilan Halaman Home Admin

Tampilan ini merupakan halaman pertama yang dapat dilihat oleh admin

setelah melakukan login. Tampilan akan berisi data jumlah kasus stunting di

setiap Kecamatan. Adapun bentuk rancangan pada Gambar 4.18 berikut:


120

Gambar 4.18 Desain Halaman Home Admin

Halaman ini merupakan halaman yang pertama muncul setelah admin login.

Halaman ini akan berisi rekap data kasus dari setiap kecamatan di Kab. Lima

Puluh Kota. Halaman ini akan memberikan informasi untuk total pada setiap

kasus.

3. Desain Halaman Rekap Data Stunting

Tampilan ini merupakan tampilan ketika admin masuk pada bagian rekap.

Tampilan ini merupakan data asal yang terdapat pada tampilan awal. Bagian

ini memiliki tombol untuk melakukan update terhadap data. Adapun bentuk

rancang pada Gambar 4.19 berikut:


121

Gambar 4.19 Desain Halaman Rekap Data Kecamatan

Tampilan ini merupakan desain halaman dimana admin dapat merubah data

rekap. Dengan menggunakan aksi perbaharui, admin dapat memperbaharui

jumlah dari masing-masing kasus. Halaman ini akan menampilkan nama

kecamatan dan jumlah kasus.

4. Desain Halaman Profil

Tampilan ini merupakan tampilan yang berisi informasi seputar sistem.

Informasi pada halaman ini dapat dirubah dengan menekan tombol perbaharui

profil. Informasi pada halaman ini juga akan ditampilkan pada halaman awal.

Adapun bentuk rancangan pada Gambar 4.20 berikut:


122

Gambar 4.20 Desain Halaman Profil

Halaman ini merupakan halaman untuk memperbaharui data profile Dinas

Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Data pada tampilan ini yang kemudian

akan ditampilkan kepada pengunjung umum. Admin dapat merubah setiap

informasi yang ada di sini.

5. Desain Halaman Data Administrator

Halaman ini menampilkan data administrator. Bagian ini akan memiliki

tombol untuk melakukan perubahan pada data administrator. Adapun bentuk

rancangan pada Gambar 4.21 berikut:


123

Gambar 4.21 Desain Halaman Data Administrator

Desain tampilan ini merupakan desain tampilan untuk data admin. Data admin

dapat diperbaharui atau ditambahkan. Data akan terdiri dari nama hingga

nama pengguna dan kata sandi.

6. Desain Halaman Data Stunting

Halaman ini menampilkan data stunting yang telah dimasukan kedalam

sistem. Bagian ini juga dilengkapi dengan aksi edit dan hapus untuk

memudahkan admin dalam mengelola data. Adapun desain halaman data

stunting dapat dilihat pada Gambar 4.22 berikut:


124

Gambar 4.22 Desain Halaman Data Stunting

Halaman ini akan berisi data kasus stunting di Kab. Lima Puluh Kota. Data

akan di inputkan melalui halaman ini. Data pada halaman ini dapat dirubah,

ditambah, atau bahkan dihapus oleh admin.

7. Desain Halaman Klasifikasi

Halaman ini menampilkan data hasil klasifikasi berdasarkan metode MLP.

Bagian ini tidak dilengkapi dengan aksi edit dan hapus. Adapun desain

halaman data stunting dapat dilihat pada Gambar 4.23 berikut:


125

Gambar 4.23 Desain Halaman Klasifikasi

Halaman ini akan berisi data hasil klasifikasi dengan metode Multilayer

Perceptron kasus stunting di Kab. Lima Puluh Kota. Data pada halaman ini

tidak dapat dirubah, ditambah, atau bahkan dihapus oleh admin.


126

8. Desain Laporan

Keluaran juga dapat berupa laporan yang merupakan hasil proses sistem

terhadap data yang di masukan. Laporan akan berupa biodata diri anak dan

hasil analisa berupa kasus stunting. Desain laporan pada Gambar 4.24 berikut:

Gambar 4.24 Desain Laporan Data Kasus Stunting

Desain ini merupakan hasil akhir dari sistem. Tampilan pada riwayat akan

dapat di filter berdasarkan tanggal pengukuran. Laporan akan dicetak

berdasarkan filter yang telah ditetapkan.

4.4.2.2 Desain Input

Desain input merupakan suatu alat pemasukkan data yang dibutuhkan dalam

proses memasukkan data yang di sajikan dalam bentuk form. Desain input juga
127

menjadi user interface. Adapun rancangan desain input aplikasi Perceptron penetapan

kasus stunting anak kab lima puluh kota adalah sebagai berikut:

1. Desain login admin

Halaman login admin merupakan halaman dimana admin bisa masuk kedalam

sistem agar bisa mengakses sistem. Saat login, admin harus mengisi password

dan username yang hanya diketahui oleh admin sendiri. Adapun bentuk

rancangan desain login admin adalah seperti Gambar 4.25.

Gambar 4.25 Desain Login Admin

Tampilan diatas merupakan tampilan input login. Tampilan diatas digunakan

untuk meng input nama pengguna dan kata sandi. Tampilan akan berubah

kepada home ketika validasi berakhir.

2. Update rekap data

Halaman ini merupakan halaman dimana admin bisa memasukkan data berupa

rekap setiap jenis kasus stunting di setiap kecamatan di kab lima puluh kota

yang awalnya sistem telah di-set memiliki value 0 sehingga admin hanya
128

perlu mengupdate dengan value aktual. Gambar 4.26 berikut merupakan

desain update rekap data.

Gambar 4.26 Update Rekap Data

Tampilan diatas merupakan input untuk melakukan pembaruan pada rekap

data. Sistem akan membuat nilai awal menjadi null, kemudian diperbaharui

melalui tampilan ini. Hasil pembaruan ini kemudian dapat di simpan menjadi

data yang baru

3. Update data profile

Halaman update data profile merupakan halaman dimana admin bisa

memasukkan data berupa profile dari dinas kesehatan kab lima puluh kota.

Gambar 4.27 berikut merupakan desain update data profile.

Gambar 4.27 Update Data Profile


129

Tampilan diatas merupakan input untuk melakukan pembaruan pada data

profile. Seluruh data dapat diperbaharui melalui tampilan ini. Hasil

pembaruan ini kemudian dapat di simpan menjadi data yang baru.

4. Tambah Data Administrator

Halaman tambah data administrator ini adalah halaman dimana admin

nantinya dapat menambahkan admin baru. Admin yang telah di tambahkan

pun mendapatkan hak akses admin seperti mengakses data dan melihat hasil

keluaran proses data tersebut. Gambar 4.28 merupakan desain tampilan

halaman tambah data administrator.

Gambar 4.28 Tambah Data Administrator

Tampilan diatas merupakan input untuk melakukan pembaruan pada data

administrator. Seluruh data dapat diperbaharui melalui tampilan ini. Hasil

pembaruan ini kemudian dapat di simpan menjadi data yang baru.


130

5. Tambah Data Stunting

Halaman tambah data kasus stunting merupakan halaman untuk admin

menambahkan data kasus stunting per-anak. Desain dari halaman tambah

data kasus stunting dapat dilihat pada Gambar 4.29 sebagai berikut:

Gambar 4.29 Tambah Data Stunting

Desain tampilan diatas merupakan desain tampilan untuk menambahkan data

stunting. Tampilan ini akan berbentuk form yang berisi nama hingga berat

badan. Data akan ditambahkan per set data.

4.4.3 Desain File

File-file tersebut terdiri dari beberapa record, record terdiri dari beberapa

field, setiap record nantinya akan menampung data-data untuk mendapatkan suatu

informasi. Bentuk dari desain file dapat dilihat seperti berikut:


131

1. File Admin

File admin merupakan struktur file tempat merekam data-data admin. File ini

merupakan salah satu file yang terdapat pada basis data dengan nama db_mlp.

File ini disimpan dengan nama tabel tb_admin. Adapun desain file admin

dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14 Desain File Admin

No Name Type Description

1 admin_id int(11) auto_increment

2 admin_nama varchar(255) Nama Lengkap

3 admin_email varchar(255) Email

4 admin_username varchar(255) Username

5 admin_password Varchar(255) Password

Password
6 admin_password_md5 Text
Enkripsi

7 admin_foto Text Foto

Tabel diatas akan menghimpun dan menyimpan data yang berkaitan dengan

admin. Terdapat setidaknya tujuh data yang akan di simpan pada file ini.

Kunci utama dari file ini adalah admin_id.

2. File Profile

File profile merupakan struktur file tempat merekam data-data profile

perusahaan. File ini merupakan salah satu file yang terdapat pada basis data
132

dengan nama db_mlp. File ini disimpan dengan nama tabel tb_profile. Adapun

desain file admin dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Desain File Profile

No Name Type Description

1 profile_id int(11) auto_increment

2 profile_about Text About

3 profile_tlp varchar(255) Telfon

4 profile_web varchar(255) Alamat Web

5 profile_maps Text Maps

6 profile_alamat Text Alamat

Jaringan Syaraf
7 profile_jst Text
Tiruan

8 profile_statusstunting Text Status Stunting

9 profile_anak Text Anak

Tabel diatas akan menghimpun dan menyimpan data yang berkaitan dengan

profil Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Terdapat setidaknya sembilan

data yang akan di simpan pada file ini. Kunci utama dari file ini adalah

profile_id.

3. File Rekap

File rekap merupakan struktur file tempat merekam data-data rekap kasus di

setiap kecamatan. File ini merupakan salah satu file yang terdapat pada basis
133

data dengan nama db_mlp. File ini disimpan dengan nama tabel tb_rekap.

Adapun desain file admin dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Desain File Rekap

No Name Type Description

1 rekap_id int(11) auto_increment

2 rekap_kecamatan int(11) Kecamatan

3 rekap_buruk int(11) Gizi Buruk

4 rekap_normal int(11) Gizi Normal

5 rekap_lebih int(11) Gizi Lebih

Tabel diatas akan menghimpun dan menyimpan data yang berkaitan dengan

rekap kasus stunting. Terdapat setidaknya lima data yang akan di simpan pada

file ini. Kunci utama dari file ini adalah rekap_id.

4. File Stunting

File stunting merupakan struktur file tempat merekam data-data stunting. File

ini merupakan salah satu file yang terdapat pada basis data dengan nama

db_mlp. File ini disimpan dengan nama tabel tb_stunting. Adapun desain file

admin dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Desain File Kasus Stunting

No Name Type Description

1 stunting_id int(11) auto_increment

2 stunting _nama varchar(255) Nama Lengkap


134

No Name Type Description

3 stunting _jeniskelamin varchar(255) Jenis Kelamin

4 stunting _usia int(11) Usia

5 stunting _alamat Varchar(255) Alamat

6 stunting _tinggi float Tinggi Badan

7 stunting _zs float Z-Score

8 stunting _kasus Varchar(255) Kasus Stunting

Tanggal
9 stunting_tanggalukur Date
Pengukuran

Tabel diatas akan menghimpun dan menyimpan data yang berkaitan dengan

data stunting. Terdapat setidaknya delapan data yang akan di simpan pada file

ini. Kunci utama dari file ini adalah stunting_id.

4.4.4 Rancangan Modul Program

Rancangan modul program merupakan pengembangan jalan keluar dari

identifikasi masalah dan menghasilkan serangkaian instruksi yang membangun

sebuah program untuk menghasilkan keluaran.

4.4.4.1 Flow Chart

Flowchart atau bagan (chart) akan menunjukkan aliran (flow) di dalam

program secara logika. Logika program ini dibuat untuk memudahkan pengguna

sistem agar lebih mudah dalam memaham alur dari sub-sub form sistem. Adapun

logika program dapat dilihat pada gambar flowchart berikut ini :


135

1. Flowchart Admin

Flowchart admin akan menjelaskan aliran didalam pemrograman secara

logika. Flowchart ini akan menjelaskan logika pemrograman yang terjadi pada

sisi admin. Adapun flowchart admin dapat dilihat pada Gambar 4.30 berikut:

Gambar 4.30 Flowchart Admin

Gambar 3.30 menunjukan bagaimana logika pemrograman pada sisi admin

berjalan. Admin harus melakukan verifikasi dengan login terlebih dahulu.

Login berhasil akan membuat admin memiliki akses pada setiap bagian yang

bisa diakses oleh aktor admin.


136

2. Flowchart Umum

Flowchart umum akan menjelaskan aliran didalam pemrograman secara

logika. Flowchart ini akan menjelaskan logika pemrograman yang terjadi pada

sisi pengunjung umum. Adapun flowchart umum dapat dilihat pada Gambar

4.31 berikut:

Gambar 4.31 Flowchart Umum

Gambar 4.31 menunjukan bagaimana aktor umum dijelaskan dalam logika

pemrograman. Aktor umum hanya dapat mengakses halaman home. Halaman

home nantinya akan bersisi beberapa informasi yang dapat diakses tanpa

verifikasi apapun oleh pengunjung umum.


BAB V

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

5.1 Implementasi Sistem

Penelitian ini berusaha membuktikan bagaimana kecerdasan buatan dapat

diimplementasikan untuk menentukan kasus stunting pada anak, sehingga

memudahkan pihak yang membutuhkan. Sistem penentuan kasus stunting pada anak

berbasis web menjadi bentuk implementasi Jaringan Syaraf Tiruan pada penelitian

ini. Multilayer Perceptron digunakan sebagai metode Jaringan Syaraf Tiruan yang

kemudian di implementasi kan pada sebuah sistem berbasis web yang dapat

mengklasifikasikan seorang anak mengidap stunting atau tidak.

Sistem ini dirancang dan diimplementasikan dengan model terbaik yang

ditemukan pada penelitian ini. Penelitian ini menguji berbagai model Jaringan Syaraf

Tiruan Multilayer Perceptron untuk mendapatkan model terbaik didasarkan pada

nilai Mean Squared Error atau MSE paling rendah dari seluruh model yang diujikan.

Hasil analisa data menunjukan model terbaik dari seluruh model yang diujikan adalah

model ke lima dari total model yang diujikan, adapun proses implementasi Jaringan

Syaraf Tiruan dengan metode MLP hingga menemukan model terbaik adalah sebagai

berikut.
137

5.1.1 Implementasi pada Software MATLAB

Tahapan implementasi pertama pada penelitian ini merupakan implementasi

pada MATLAB. Penelitian ini akan mengimplementasikan Jaringan Syaraf Tiruan

MLP pada data yang telah di himpun, menggunakan MATLAB versi tujuh (7).

Adapun proses implementasi pada MATLAB adalah sebagai berikut:

1. Buka Aplikasi MATLAB

Aplikasi MATLAB yang digunakan pada penelitian ini adalah aplikasi versi

7. Penggunaan aplikasi MATLAB versi lain pun tidak menjadi permasalahan.

Adapun tampilan MATLAB versi 7 ketika baru dibuka adalah sebagai berikut:

Gambar 5.1 Tampilan MATLAB

Secara umum akan terdapat 3 sekat. Sekat terbesar adalah Command Window

dimana kita dapat menuliskan perintah yang akan digunakan. Sekat kedua

adalah Workspace merupakan sekat dimana akan ditampilkan data-data yang


138

sedang diolah. Bagian terakhir merupakan Command History merupakan

tempat ditampilkannya segala perintah yang pernah digunakan.

2. Masukan Data Set pada Workspace

Saat aplikasi terbuka, pertama, kita masukan data set yang akan di

implementasi kan. Data di masukan pada bagian workspace. Adapun

tampilan proses nya adalah sebagai berikut:

Gambar 5.2 Tampilan Input Data Set

Klik kanan pada bagian workspace dan pilih new. Ganti nama workspace

sesuai dengan kebutuhan. Klik dua kali pada workspace yang telah dibuat dan

masukan data yang akan diolah pada bagian Array Editor.

3. Buka nntool pada Command Window

Setelah Array Editor terbuka makan Command Window akan pindah ke

bagian bawah. Masukan perintah nntool pada bagian tersebut. Adapun

tampilannya adalah sebagai berikut:


139

Gambar 5.3 Tampilan Perintah nntool

Akan muncul sebuah jendela baru dimana kita bisa membangun jaringan yang

diinginkan. Melakukan pelatihan ini juga bisa dilakukan dengan full script.

Penelitian ini menggunakan GUI untuk memudahkan proses pengerjaan.

4. Masukan Input, Target, dan Network

Akan muncul jendela pertama yaitu jendela Network/Data Manager. Klik

import dan akan muncul jendela import or load. Pilih variabel yang akan di

masukan dan pastikan variabel ini akan dimasukan sesuai jenis yang

seharusnya.
140

Gambar 5.4 Tampilan Import

Jika akan me masukan training sebagai masukan, makan pada bagan Import

As, pilih inputs. Hal ini juga berlaku untuk model jaringan. Pembuatan model

jaringan dilakukan dengan klik import pada jaringan dan tentukan arsitektur

seperti apa yang akan dibuat.

5. Membuat Model Jaringan

Pembuatan model jaringan dilakukan dengan mengklik New Network pada

bagian Data Manager. Bagian ini digunakan untuk melakukan pengaturan

pada jaringan yang dibangun. Adapun tampilannya adalah sebagai berikut:


141

Gambar 5.5 Tampilan Pembuatan Jaringan

Tampilan ini me mungkin kan kita untuk merubah nama, tipe an berbagai

variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan masukan dari data yang

disediakan, fungsi training TRAINGD, fungsi adaptasi pembelajaran

LEARNGD, dan fungsi performa MSE. Pengguna dapat mengubah jumlah

lapisan yang akan di gunakan den memilih fungsi transfer, dimana pada

penelitian ini menggunakan fungsi transfer atau aktivasi adalah LOGSIG.

Adapun beberapa jaringan yang dibangun adalah sebagai berikut:


142

a. Model Jaringan 3-6-1

Model jaringan ini berarti jaringan memiliki 3 masukan, 6 lapisan

tersembunyi, dan 1 keluaran. Bagian ini dapat diatur ketika klik tombol

import pada jaringan di data manager. Adapun tampilannya adalah sebagai

berikut:

Gambar 5.6 Tampilan Jaringan 3-6-1

Model jaringan diatas memiliki tiga masukan, enam lapisan tersembunyi, dan

satu keluaran. Jaringan ini nantinya akan dilatih dengan parameter yang sama

dengan jaringan yang lain. Learning rate yang sama dan bobot bias yang

sama.

b. Model Jaringan 3-7-1

Model jaringan ini berarti jaringan memiliki 3 masukan, 7 lapisan

tersembunyi, dan 1 keluaran. Bagian ini dapat diatur ketika klik tombol
143

import pada jaringan di data manager. Adapun tampilannya adalah sebagai

berikut:

Gambar 5.7 Tampilan Jaringan 3-7-1

Model jaringan diatas memiliki tiga masukan, tujuh lapisan tersembunyi, dan

satu keluaran. Jaringan ini nantinya akan dilatih dengan parameter yang sama

dengan jaringan yang lain. Learning rate yang sama dan bobot bias yang

sama.

c. Model Jaringan 3-8-1

Model jaringan ini berarti jaringan memiliki 3 masukan, 8 lapisan

tersembunyi, dan 1 keluaran. Bagian ini dapat diatur ketika klik tombol

import pada jaringan di data manager. Adapun tampilannya adalah sebagai

berikut:
144

Gambar 5.8 Tampilan Jaringan 3-8-1

Model jaringan diatas memiliki tiga masukan, delapan lapisan tersembunyi,

dan satu keluaran. Jaringan ini nantinya akan dilatih dengan parameter yang

sama dengan jaringan yang lain. Learning rate yang sama dan bobot bias yang

sama.

6. Melakukan Pelatihan Data

Pelatihan dilakukan pada setiap model yang telah dibangun. Pelatihan

dilakukan dengan parameter pelatihan yang sama. Adapun parameter tersebut

adalah sebagai berikut:


145

Gambar 5.9 Tampilan Training Parameter

Setiap model akan dilatih sebanyak 100000 (seratus ribu) kali. Pelatihan

dilakukan dengan learning rate 0.9. Setiap model dilatih dengan target nol

dan maksimal kesalahan 100000 (seratus ribu).

Seluruh model yang telah dilatih akan memiliki keluaran. Setiap model juga

akan menghasilkan nilai error. Seluruh hasil dan error dapat di eksport dan

akan masuk ke workspace.

5.1.2 Implementasi pada Excel

Pemilihan terbaik dilakukan dengan melihat performance terendah dari

seluruh jaringan yang di latih. Penentuan nilai MSE akan dilakukan dengan excel,

untuk mengetahui nilai nya sudah sesuai atau masih ada kesalahan. Berikut

merupakan tampilan implementasi data pada excel:


146

Gambar 5.10 Tampilan Implementasi Excel

Nilai aktual merupakan nilai hasil normalisasi dari data asli. Keluaran

merupakan nilai yang didapatkan dari pelatihan MATLAB. Error merupakan selisih

antara data asli dan hasil pelatihan, sedangkan kuadrat error merupakan hasil kuadran

dari nilai error. Perhitungan nilai MSE dilakukan dengan menjumlahkan seluruh

kuadrat error dan membaginya dengan banyak nya data set, dalam penelitian ini

sebanyak 40 data set. Berikut merupakan tampilan hasil perhitungan nilai MSE pada

jaringan yang telah dilatih:


147

Gambar 5.11 Tampilan Perhitungan MSE

Setiap jaringan akan memiliki nilai MSE yang berbeda. Perbedaan

dipengaruhi oleh banyaknya lapisan tersembunyi pada jaringan. Nilai MSE terendah

merupakan jaringan dengan hasil terbaik.

5.1.3 Perbandingan MSE (Mean Squared Error)

Setelah seluruh jaringan telah di implementasi kan pada MATLAB dan excel,

didapatkan lah nilai MSE. Nilai MSE akan dibandingkan sehingga kemudian

didapatkan jaringan terbaik yang akan di implementasi kan pada sistem yang

dibangun. Perbandingan dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut:


148

Tabel 5. 1 Perbandingan Mean Square Error

MODEL POLA MSE URUTAN

1 3-3-1 0.000694739 6

2 3-4-1 0.000619075 5

3 3-5-1 0.000450786 4

4 3-6-1 0.000125704 2

5 3-7-1 0.000107648 1

6 3-8-1 0.000187461 3

Tabel 5.1 menunjukan bahwa dalam penelitian ini diujikan sebanyak 6 model

dengan arsitektur yang berbeda-beda. Pengujian dimulai dari model pertama dengan

arsitektur jaringan 3-3-1 yang berarti jaringan ini memiliki tiga masukan, tiga neuron

pada lapisan tersembunyi, dan satu keluaran. Model terakhir yang diujikan adalah

model keenam dengan arsitektur 3-8-1.

Perhitungan MSE dilakukan pada setiap model yang diujikan dan ditemukan

bahwa nilai MSE terendah dapat dicapai oleh model ke 5 dengan nilai MSE

0.000107648. Nilai MSE ini ditemukan setelah melakukan pelatihan pada data

sebanyak 100.000 kali perulangan pada arsitektur tersebut. Setiap arsitektur diuji

dengan parameter yang sama yaitu bobot bias yang sama, target error 0, learning

rate 0.9, dan dilatih sebanyak 100.000 kali perulangan. Sehingga seluruh model dapat

dibandingkan satu sama lain dan ditemukan model terbaik yang akan

diimplementasikan pada sistem yang dirancang.


149

Berdasarkan hasil analisa data yang menunjukan bahwa arsitektur jaringan 3-

7-1 adalah model dengan arsitektur terbaik, maka model ini kemudian

diimplementasikan pada sistem yang dirancang. Penelitian ini mengimplementasikan

model terbaik dalam bentuk sebuah aplikasi berbasis web. Aplikasi ini nantinya akan

mampu mengklasifikasikan seorang anak termasuk kasus stunting atau tidak, dengan

mengimplementasikan perhitungan Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron.

5.2 Pengujian

Tahapan pengujian sistem merupakan tahap untuk mengetahui sistem berbasis

kecerdasan buatan siap untuk dioperasikan dan untuk mengetahui hubungan antar

komponen sistem. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan membuka

Google Chrome, kemudian masukan alamat link ini http://localhost/Skripsi-

AldhyErwin19101152630042/Codes/MultilayerPerceptron/ pada pencarian. Adapun

hasil pengujian sistem penentuan kasus stunting pada anak berbasis web adalah

sebagai berikut:

1. Tampilan Home Pengunjung Umum

Tampilan ini merupakan tampilan awal yang akan dilihat oleh setiap aktor

dalam sistem. Tampilan ini akan memuat informasi yang bersifat umum,

seperti informasi seputar stunting, anak, dan informasi Dinas Kesehatan Kab.

Lima Puluh Kota. Adapun tampilan home pengunjung adalah sebagai berikut:
150

Gambar 5.12 Home Pengunjung Umum

Tampilan ini diatas dapat dilihat oleh siapapun tanpa perlu melakukan login

terlebih dahulu. Tampilan ini akan langsung muncul ketika pengguna

mengakses tautan yang telah diberikan sebelumnya. Terdapat tombol Login

pada tampilan ini yang berguna untuk admin mengelola sistem.

2. Tampilan Form Login

Admin dapat mengolah setiap data yang terdapat pada sistem setelah

melakukan login. Login dapat dilakukan dengan me masukan nama pengguna

dan kata sandi pada form login. Adapun tampilan form login adalah sebagai

berikut:

Gambar 5.13 Form Login


151

Pengguna akan bisa masuk jika nama pengguna dan kata sandi yang di submit

cocok dengan apa yang ada pada database. Pengguna akan memiliki akses

penuh terhadap sistem jika berhasil masuk. Pengguna akan digunakan untuk

mengulangi proses jika proses dinyatakan gagal.

3. Tampilan Halaman Dashboard Admin

Tampilan ini merupakan tampilan yang akan dilihat oleh admin setelah masuk

dengan nama pengguna dan kata sandi yang tepat. Halaman ini aka berisi

rekap data kasus stunting dari setiap kecamatan. Adapun tampilan halaman

dashboard admin adalah sebagai berikut:

Gambar 5.14 Halaman Dashboard Admin

Rekap data akan berisi berapa jumlah anak yang termasuk klasifikasi sangat

pendek, pendek, dan normal. Data akan muncul ketika kursor didekatkan atau

diarahkan pada nama kecamatan yang tersedia. Admin memiliki beberapa tab

menu untuk berpindah halaman dalam mempermudah pekerjaannya.

4. Tampilan Halaman Rekap Data

Tampilan ini merupakan sumber data yang ditampilkan pada halaman

dashboard admin. Halaman ini merupakan halaman dimana admin bisa me


152

masukan rekap data di setiap kecamatan. Adapun tampilan halaman rekap

data adalah sebagai berikut:

Gambar 5.15 Halaman Rekap Data

Halaman ini memungkinkan admin untuk merubah data yang sudah tersedia.

Admin dapat menekan tombol Perbaharui Data. Data terbaru akan tersimpan

dan akan di tampilan pada bagian halaman awal.

5. Tampilan Halaman Update Rekap Data

Halaman ini merupakan halaman dimana admin me masukan data yang

terbaru. Admin dapat me masukan anak sangat pendek, pendek, dan normal

dalam jumlah masing-masing pada halaman ini. Adapun tampilan halaman

update rekap data adalah sebagai berikut:

Gambar 5.16 Update Rekap Data


153

Admin dapat mengakses halaman ini setelah menekan tombol perbaharui data

pada halaman sebelumnya. Admin dapat menekan tombol simpan perubahan

ketika data terbaru telah dimasukan. Admin akan kembali ke halaman

sebelumnya ketika data di simpan maupun pembaruan dibatalkan dengan

menekan cancel.

6. Tampilan Halaman Data Profile

Halaman ini merupakan sumber data yang ditampilkan pada tampilan home

pengunjung umum. Halaman ini memungkinkan admin untuk memperbaharui

data profile Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota sesuai dengan kebutuhan.

Adapun tampilan halaman data profile adalah sebagai berikut:

Gambar 5.17 Data Profile

Tampilan ini berisi informasi seputar profile perusahaan dalam hal ini adalah

Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota. Admin dapat melakukan perubahan

pada data yang terdapat pada tampilan ini. Pembaruan data dapat dilakukan

dengan menekan tombol perbaharui profile.


154

7. Tampilan Halaman Update Data Profile

Halaman ini akan muncul ketika admin menekan tombol perbaharui profile

pada halaman sebelumnya. Admin dapat memperbaharui data profile pada

halaman ini. Adapun tampilan halaman rubah data profile adalah sebagai

berikut:

Gambar 5.18 Ubah Data Profile

Data lama akan muncul sebagai acuan bagi admin untuk bagian yang akan di

rubah. Perubahan akan tersimpan dan di perbaharui ketika admin menekan

tombol simpan pembaruan. Admin akan kembali pada halaman sebelumnya

jika telah menyimpan data atau membatalkan perubahan.

8. Tampilan Halaman Administrator Data

Tampilan ini menampilkan data yang berkaitan dengan admin yang akan

menjalankan aplikasi yang dibangun. Tampilan akan muncul saat admin

menekan tulisan Administrator pada menu bar. Adapun tampilan halaman

administrator data dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


155

Gambar 5.19 Data Administrator

Tampilan halaman diatas merupakan tampilan dari halaman data admin.

Tampilan ini menampilkan beberapa informasi seputar admin seperti nama,

email, password, dan informasi lainnya. Data yang ditampilkan pada halaman

ini dapat diperbaharui sesuai kebutuhan admin.

9. Tampilan Halaman Tambah Data Administrator

Data administrator dapat ditambah sesuai kebutuhan. Tombol tambah data

akan mengarahkan admin pada tampilan tambah data administrator. Tampilan

tambah data administrator adalah sebagai berikut:

Gambar 5.20 Tambah Data Administrator


156

Data administrator dapat ditambahkan atau dengan kata lain admin dapat lebih

dari satu orang. Tampilan diatas merupakan tampilan dimana pengguna dapat

menambahkan data baru dari seorang admin. Setelah menambahkan data

admin yang baru, admin akan otomatis kembali pada halaman data

administrator.

10. Tampilan Halaman Edit Data Administrator

Data administrator yang sudah dimasukan juga bisa diperbaharui.

Pembaharuan data dapat dilakukan dengan klik tombol edit. Tampilan

pembaruan data administrator dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 5.21 Edit Data Administrator

Halaman diatas merupakan halaman dimana admin dapat memperbaharui data

administrator. Halaman diatas dapat muncul ketika admin menekan tombol

edit pada halaman data administrator. Admin akan kembali ke halaman data

administrator setelah admin menyimpan atau membatalkan perubahan.

11. Tampilan Halaman Stunting Status Data


157

Tampilan ini akan menampilkan data status stunting yang telah di masukan

oleh admin. Tampilan ini terdiri dari beberapa data yang berkaitan dengan

analisa status stunting. Tampilan dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 5.22 Stunting Status Data

Tampilan diatas merupakan tampilan dari halaman data Stunting status data.

Tampilan ini menampilkan data kasus stunting yang terjadi Kab. Lima Puluh

Kota. Terdapat beberapa aksi yang dapat dilakukan oleh admin melalui

halaman ini seperti normalisasi data, klasifikasi, edit, dan hapus.

12. Tampilan Halaman Tambah Data Stunting Status Data

Tampilan ini merupakan tampilan yang akan muncul ketika admin akan

menambahkan data set baru. Tampilan ini akan muncul dengan klik tombol

tambah data pada tampilan stunting status data. Tampilan dapat dilihat sebagai

berikut:
158

Gambar 5.23 Tambah Data Stunting Status Data

Admin dapat menambahkan data kasus Stunting pada halaman tambah data

Stunting. Halaman ini dapat diakses oleh admin setelah klik tombol tambah

data pada halaman sebelumnya. Admin akan diarahkan pada halaman status

stunting data setelah admin menekan tombol simpan atau membatalkan

penambahan data.

13. Tampilan Halaman Edit Data Stunting

Tampilan ini adalah tampilan yang akan muncul saat tombol edit pada

tampilan stunting data di klik. Tampilan ini merupakan tampilan yang

memungkinkan admin untuk merubah data stunting yang sudah dimasukan

sebelumnya. Tampilan dapat dilihat pada gambar berikut:


159

Gambar 5.24 Edit Data Stunting

Kesalahan dalam me masukan data kasus dapat diperbaiki dan diubah.

Perubahan dapat dilakukan dengan klik tombol edit pada halaman data kasus

Stunting. Data asal akan ditampilkan pada bagian edit sebagai acuan bagi

admin dalam merubah data.

14. Tampilan Halaman Stunting Normalisasi Status Data

Tampilan ini akan menampilkan data hasil normalisasi dari data stunting yang

telah di inputkan. Tampilan ini hanya akan berisi angka dari data yang telah di

stabilisasi melalui proses normalisasi, tanpa aksi apapun didalamnya.

Tampilan dapat dilihat pada gambar berikut:


160

Gambar 5.25 Stunting Normalisasi Status Data

Halaman normalisasi menampilkan data yang merupakan hasil perhitungan

normalisasi dari data yang telah di masukan sebelumnya. Tampilan ini

menunjukan variabel apa saja yang digunakan dan di normalisasi kan oleh

sistem. Admin dapat kembali ke halaman sebelumnya dengan menekan

tombol kembali.

15. Tampilan Halaman Klasifikasi

Halaman ini akan menampilkan bobot dan bias yang digunakan palda

perhitungan menggunakan MLP. Halaman ini juga akan menunjukan langkah-

langkah perhitungan dengan metode MLP. Adapun tampilan halaman

klasifikasi adalah sebagai berikut:


161

Gambar 5.26 Klasifikasi

Halaman ini tidak memiliki aksi apapun, dengan kata lain hanya menampilkan

proses dan hasil perhitungan dari setiap set data. Halaman ini menunjukan set

data yang dipilih berdasarkan index yang diambil dari database. Admin dapat

kembali pada halaman sebelumnya dengan menekan tombol kembali.

16. Tampilan Halaman Report

Tampilan ini menunjukan hasil analisa dalam bentuk tulisan atau kata.

Halaman klasifikasi menunjukan hasil analisa dalam angka, sehingga untuk

mudah dipahami oleh pengguna, maka halaman ini dibangun dengan

menggunakan kata bukan tulisan. Adapun tampilan halaman report adalah

sebagai berikut:
162

Gambar 5.27 Report

Halaman ini memiliki aksi cetak untuk dapat memberikan keluaran dari

sistem. Tampilan pada halaman ini merupakan hasil perhitungan angka yang

dikembalikan dalam bentuk kata dengan melalui proses denormalisasi. Admin

dapat kembali pada halaman sebelumnya dengan menggunakan menu bar.

17. Tampilan Halaman Cetak Laporan

Tampilan ini merupakan tampilan yang akan muncul ketika tombol cetak

diklik. Tampilan ini merupakan keluaran akhir dari sistem yang dibangun.

Tampilan dapat dilihat pada gambar berikut:


163

Gambar 5.28 Cetak

Halaman ini merupakan halaman yang akan muncul ketika admin klik tombol

cetak. Tampilan akan berupa pre-view laporan sebelum kemudian laporan

dicetak sebagai keluaran fisik dari sistem yang telah dibangun pada penelitian

ini. Laporan juga bisa disimpan dalam bentuk file dan tidak langsung di print

out.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hipotesis yang

ditentukan sebelumnya, serta didukung oleh landasan teori dan analisa masalah, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Model Jaringan Syaraf Tiruan yang dirancang dan dibangun mampu

memodelkan proses penentuan kasus Stunting pada anak di Kab. Lima Puluh

Kota. Hasil tersebut telah diuji menggunakan 6 model Jaringan Syaraf Tiruan.

Hasil pengujian tersebut menghasilkan model terbaik dengan arsitektur 3-7-1

dalam penentuan kasus Stunting.

2. Penerapan dengan metode Multilayer Perceptron (MLP) pada Jaringan Syaraf

Tiruan (JST) mampu menentukan kasus Stunting pada anak di Kab. Lima

Puluh Kota. Hasil pengujian menunjukan penerapan MLP pada JST mampu

mengklasifikasikan 39 kasus dari 40 kasus dengan tepat.

3. Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode Multilayer Perceptron (MLP) yang

diimplementasikan pada sebuah sistem yang dibangun dengan pemrograman

berbasis web mampu menghasilkan sebuah sistem yang dapat mempermudah

Dinas Kesehatan Kab. Lima Puluh Kota dalam membuat keputusan untuk
164

melihat angka kasus Stunting serta dapat menekan laju angka kasus Stunting

yang terjadi pada periode berikutnya.

6.2 Keterbatasan Sistem

Jaringan Syaraf Tiruan dengan metode Multilayer Perceptron telah berhasil

diimplementasikan kedalam sebuah sistem berbasis kecerdasan buatan dalam

penentuan kasus Stunting pada anak. Sistem yang dibangun telah memenuhi hal-hal

yang diharapkan sedari awal penelitian ini dimulai, namun terdapat beberapa

keterbatasan yang dimiliki oleh sistem ini. Adapun keterbatasan yang terdapat pada

sistem diantaranya:

1. Sistem hanya dapat melakukan klasifikasi penentuan kasus Stunting dan tidak

untuk status gizi lainnya.

2. Sistem ini bersifat internal dan tidak untuk dipublikasikan secara luas untuk

pengguna yang lebih banyak.

3. Sistem yang dibangun hanya untuk menentukan kasus Stunting dan tidak

memberikan solusi untuk penyelesaian kasus Stunting yang terjadi.

6.3 Saran

Kekurangan yang terdapat pada penelitian untuk menentukan kasus Stunting

dengan metode Multilayer Perceptron berbasis web ini tentu dapat diperbaiki dan

disempurnakan. Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya

adalah sebagai berikut:


165

1. Penentuan kasus Stunting dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan,

selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode yang berbeda atau

mengkombinasikan beberapa metode untuk mendapatkan hasil yang lebih

maksimal.

2. Aplikasi yang dibangun dapat dikembangkan pada cakupan yang lebih luas

baik cakupan daerah seperti di tingkat provinsi dan nasional, maupun cakupan

pengguna, agar masyarakat umum juga bisa menggunakan aplikasi yang

dibangun.
DAFTAR PUSTAKA

Adyatama, A., Irawan, B., & Setianingsih, C. (2020). Rancang Bangun Aplikasi Terkait
Pola Makan Terhadap Tumbuh Kembang Balita Menggunakan Algoritma Genetika
Dan Sistem Pakar Forward Chaining Berbasis Android. EProceedings of
Engineering, 7(1), 1684.
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/article/
view/11714

Affandi, E., & Syahputra, T. (2018). J-SISKO TECH Jurnal Teknologi Sistem Informasi
dan Sistem Komputer TGD Pemodelan Uml Manajeman Sistem Inventory. 1(2), 14–
25.

Aldo, D. (2019). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Limfoma dengan Metode Certainty
Factor. SATIN-Sains Dan Teknologi Informasi , 5(1). http://jurnal.stmik-amik-
riau.ac.id

Ali, E. (2019). Buku Ajar Rekayasa Perangkat Lunak. CV. MFA Publishing.
https://www.academia.edu/42744804/Buku_Ajar_Rekayasa_Perangkat_Lunak

Aliman, W. (2021). Perancangan Perangkat Lunak untuk Menggambar Diagram Berbasis


Android. Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 6(6), 3091–3098.
https://doi.org/10.36418/SYNTAX-LITERATE.V6I6.1404

Amin, M. (2022). Bahasa Query Menggunakan MySQL. https://books.google.co.id/books?


hl=id&lr=&id=FnZ_EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR7&dq=tipe+data+di+mysql&ots=
Tv_6BMZWpn&sig=zQRS1lZY39TRJFagpTk76ilf3pk&redir_esc=y#v=onepage&q
=tipe%20data%20di%20mysql&f=false

Amirullah, A., Try Andreas Putra, A., & Daud Al Kahar, A. (2020). Deskripsi Status Gizi
Anak Usia 3 Sampai 5 Tahun Pada Masa Covid-19. Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini. https://murhum.ppjpaud.org/index.php/murhum/article/view/3/15

Aprianto, Y., Nurhasanah, N., & Sanubary, I. (2018). Prediksi Kadar Particulate Matter
(PM10) untuk Pemantauan Kualitas Udara Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
Studi Kasus Kota Pontianak. POSITRON, 8(1), 15.
https://doi.org/10.26418/positron.v8i1.25470

Arditanti, W., Handojo, A., & Octavia, T. (2022). Penerapan Artificial Neural Network
dan Rule Based Classifier untuk Mengklasifikasikan Pendonor Darah Potensial pada
Sistem Broadcast Pendonor. Jurnal Infra, 10(2), 130–136.
https://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-informatika/article/view/12647

Ayunda, R., & Rusdianto, R. (2021). Perlindungan Data Nasabah Terkait Pemanfaatan
Artificial Intelligence dalam Aktifitas Perbankan di Indonesia. Jurnal Komunikasi
Hukum (JKH), 7(2), 663–677. https://doi.org/10.23887/JKH.V7I2.37995

Daracantika, A., Ainin, A., & Besral, B. (2021). Pengaruh Negatif Stunting terhadap
Perkembangan Kognitif Anak. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika
Kesehatan, 1(2), 124–134. https://doi.org/10.51181/BIKFOKES.V1I2.4647

Devianto, Y., & Dwiasnati, S. (2020). Kerangka Kerja Sistem Kecerdasan Buatan dalam
Meningkatkan Kompetensi Sumber Daya Manusia Indonesia. Jurnal Telekomunikasi
Dan Komputer, 10(1), 19. https://doi.org/10.22441/incomtech.v10i1.7460

Ditauli Lubis, A. (2020). PEMBERDAYAAN KADER KESEHATAN MELALUI


PENYULUHAN DAN PELATIHAN “GOLDEN AGE PERIOD FOR GOLDEN
GENERATION SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BANGSA”
PADA KADER KESEHATAN DI WILAYAH PUSKESMAS PANGKALAN
LADA PANGKALAN BUN. Jurnal Borneo Cendekia, 4(1), 31–33.

Fadlyansyah, M. H. (2020). ANALISIS KONVENSI HAK ANAK DALAM MENJAMIN


PERLINDUNGAN KESEHATAN ANAK DI INDONESIA (STUNTING). INICIO
LEGIS, 1(1). https://journal.trunojoyo.ac.id/iniciolegis/article/view/8825

Fauzan, M. N. (2020). IMPLEMENTASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK MULTI


LAYER PERCEPTRON PADA DIAGNOSIS PENYAKIT KUCING BERBASIS
ANDROID. Jurnal Teknik Informatika, 12(2), 29–33.
https://ejurnal.poltekpos.ac.id/index.php/informatika/article/view/872

Firmansyah, A. (2020). Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Peningkatan Akhlak


Anak. Alim | Journal of Islamic Education, 2(1), 139–150.
https://doi.org/10.51275/alim.v2i1.174

Fitri, R. (2022). Pemrograman Basis Data Menggunakan MySQL.


https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=y9kZEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=basis+data+adalah&ots=3_
oUnfmRbR&sig=rsY1IZpa9i07RQzg0COED8ENPMI&redir_esc=y#v=onepage&q=
basis%20data%20adalah&f=false
Guzmaliza, D. (2019). perangkat lunak bantu administrasi keuangan sekolah tinggi
teknologi pagar alam dengan PHP dan MySQL. Jurnal Ilmiah Betrik, 10(01), 28–37.
https://doi.org/10.36050/betrik.v10i01.24

Habibie, D. R., & Aldo, D. (2019a). Sistem Pakar Untuk Identifikasi Jenis Jerawat Dengan
Metode Certainity Factor. JOINTECS (Journal of Information Technology and
Computer Science), 4(3), 79. https://doi.org/10.31328/jointecs.v4i3.1055

Habibie, D. R., & Aldo, D. (2019b). Sistem Pakar Untuk Identifikasi Jenis Jerawat Dengan
Metode Certainity Factor. JOINTECS (Journal of Information Technology and
Computer Science), 4(3), 79. https://doi.org/10.31328/jointecs.v4i3.1055

Hidayat, T. (2020). MODEL KLASIFIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN UNTUK


MENENTUKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN METODE LVQ
(LEARNING VECTOR QUANTIZATION) STUDI KASUS PUSKESMAS DI
KABUPATEN TANGERANG. Jutis (Jurnal Teknik Informatika), 4(2), 51–56.
https://doi.org/10.33592/JUTIS.V4I2.401

Husada, S., & Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 225–229.
https://doi.org/10.35816/JISKH.V11I1.253

Hwang, H.-C., & Kim, W.-J. (2021). Design of Document-HTML Generation Technique
for Authorized Electronic Document Communication. Journal of Society of Korea
Industrial and Systems Engineering, 44(1), 51–59.
https://doi.org/10.11627/jkise.2021.44.1.051

Julizal, J., Lukman, L., & Sunoto, I. (2019). Rancang Bangun Aplikasi Sistem Monitoring
Pertumbuhan Anak sebagai Alat Deteksi Pertumbuhan. STRING (Satuan Tulisan
Riset Dan Inovasi Teknologi), 4(1), 18–24.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/STRING/article/view/3728

Lubis, M. R. (2018). ANALISIS JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPGATION


UNTUK PENINGKATAN AKURASI PREDIKSI HASIL PERTANDINGAN
SEPAKBOLA. TECHSI - Jurnal Teknik Informatika, 10(1), 50–62.
https://doi.org/10.29103/TECHSI.V10I1.560

Mahfuzh, M. F., & Yuliantari, R. V. (2022). Analisis Penerapan Artificial Neural Network
Algoritma Propagasi Balik untuk Meramalkan Harga Saham pada Bursa Efek
Indonesia. Journal of Applied Electrical Engineering, 6(1), 1–3.
https://doi.org/10.30871/JAEE.V6I1.3814
Manihuruk, S., & Syahrizal, M. (2020a). Implementasi Diagnosa Penyakit Gastritis Pada
Anjing Dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Multi Layer Perceptron (Studi
Kasus: Sasmita Pet Shop & Clinic). JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 7(2), 341–
346. https://doi.org/10.30865/JURIKOM.V7I2.2124

Manihuruk, S., & Syahrizal, M. (2020b). Implementasi Diagnosa Penyakit Gastritis Pada
Anjing Dengan Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Multi Layer Perceptron (Studi
Kasus: Sasmita Pet Shop & Clinic). JURIKOM (Jurnal Riset Komputer), 7(2), 341–
346. https://doi.org/10.30865/JURIKOM.V7I2.2124

Masitha Arsyati, A. (2019). PENGARUH PENYULUHAN MEDIA AUDIOVISUAL


DALAM PENGETAHUAN PENCEGAHAN STUNTING PADA IBU HAMIL DI
DESA CIBATOK 2 CIBUNGBULANG. In PROMOTOR Jurnal Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat (Vol. 2, Issue 3).
http://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/PROMOTOR

Mayar, F., Astuti2, Y., Anak, P., Dini, U., Pendidikanuniversitas, I., & Padang, N. (2021).
Peran Gizi Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(3), 9695–9704. https://doi.org/10.31004/JPTAM.V5I3.2545

Mubarak, A. (2019). RANCANG BANGUN APLIKASI WEB SEKOLAH


MENGGUNAKAN UML (UNIFIED MODELING LANGUAGE) DAN BAHASA
PEMROGRAMAN PHP (PHP HYPERTEXT PREPROCESSOR) BERORIENTASI
OBJEK. JIKO (Jurnal Informatika Dan Komputer), 2(1), 19–25.
https://doi.org/10.33387/jiko.v2i1.1052

Muddin, M. I. U., Soedibyo, D. W., & Wahyuningsih, S. (2019). Identifikasi Varietas


Benih Jagung (Zea Mays L.) Menggunakan Pengolahan Citra Digital Berbasis
Jaringan Syaraf Tiruan. Teknika, 8(2), 78–85.
https://doi.org/10.34148/teknika.v8i2.173

Mujiastuti, R., Abdussani, A., & Adharani, Y. (2018). SISTEM PAKAR UNTUK
TUMBUH KEMBANG ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING
(Vol. 17).

Mukhtar, H., Muhammad, R., Reny Medikawati, T., & Yoze Rizki. (2021). Peramalan
Kedatangan Wisatawan Mancanegara Ke Indonesia Menurut Kebangsaan
Perbulannya Menggunakan Metode Multilayer Perceptron. Jurnal CoSciTech
(Computer Science and Information Technology), 2(2), 113–119.
https://doi.org/10.37859/coscitech.v2i2.3324
Munasatya, N., Munasatya, N., & Novianto, S. (2020). Natural Language Processing
untuk Sentimen Analisis Presiden Jokowi Menggunakan Multi Layer Perceptron.
Techno.Com, 19(3), 237–244. https://doi.org/10.33633/tc.v19i3.3630

Ndia, J. G., Muketha, G. M., & Omieno, K. K. (2019). Complexity metrics for sassy
cascading style sheets. Baltic Journal of Modern Computing, 7(4), 454–474.
https://doi.org/10.22364/bjmc.2019.7.4.01

Ni, N., Muryatini, S. H., Perlindungan…, M. H., Komang, M. H. I., Buana, S., & Kom, S.
(2019). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK PENYANDANG
DISABILITAS YANG DITELANTARKAN OLEH ORANG TUANYA. Jurnal
Advokasi, 9(1). https://e-journal.unmas.ac.id/index.php/advokasi/article/view/319

Novandra, G., Nafâ€TMan, M. Z., & Laksana, T. G. (2018). PERANCANGAN APLIKASI


ANDROID IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MULTI
LAYER PERCEPTRON. JIPI (Jurnal Ilmiah Penelitian Dan Pembelajaran
Informatika), 3(1). https://doi.org/10.29100/JIPI.V3I1.660

Nugraha, A., Suparman, Y., & Pravitasari, A. A. (2021). Penerapan Artificial Neural
Network Backpropagation untuk Meramalkan Nilai Ekspor Indonesia. E-Prosiding
Seminar Nasional Statistika | Departemen Statistika FMIPA Universitas
Padjadjaran, 10, 37–37. https://doi.org/10.1234/PNS.V10I.102

Oktaviani, E., Feri, J., Soewito Prodi Keperawatan Lubuklinggau, B., Kemenkes
Palembang, P., & Author, C. (2021). Deteksi Dini Tumbuh Kembang dan Edukasi
pada Ibu tentang Status Gizi Anak pada Periode Golden Age. Journal of Community
Engagement in Health, 4(2), 319–324. https://doi.org/10.30994/JCEH.V4I2.146

Pamungkas, I., Sumadi, S., & Alam, S. (2022). Studi Komparasi Fungsi Aktivasi Sigmoid
Biner, Sigmoid Bipolar dan Linear pada Jaringan Saraf Tiruan dalam Menentukan
Warna RGB Menggunakan Matlab. Jurnal Serambi Engineering, 7(4).
https://ojs.serambimekkah.ac.id/jse/article/view/4776

Pintauli, P. (2020). Implementasi Diagnosa Penyakit Panleukopenia Pada Kucing Dengan


Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan Multi Layer Perceptron (Studi Kasus:Clinic
Sasmita Pet Shop). Informasi Dan Teknologi Ilmiah (INTI), 7(3), 275–278.
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/inti/article/view/2402

Prambudi, D. A., & Febrianti, N. (2022). PENERAPAN ARTIFICIAL NEURAL


NETWORK PADA PROTOTYPING SISTEM MONITORING KUALITAS AIR DI
KOTA BALIKPAPAN UNTUK MENDUKUNG BALIKPAPAN SEBAGAI
SMART CITY. Jurnal Teknologi Informasi: Jurnal Keilmuan Dan Aplikasi Bidang
Teknik Informatika, 16(1), 30–38.
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JTI/article/view/3745

Pravitria, A. A. (2018). ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM YANG


MELAKUKAN PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK. Media Iuris, 1(3), 401–
419. https://doi.org/10.20473/mi.v1i3.10158

Priyatna, R. D., & Syahputra, M. R. (2021). ANALISI NILAI PRODUKSI PADA PT


INTAN PARIWARA MEDAN MENGGUNAKAN MULTILAYER
PERCEPTRON NEURAL NETWORK. Jurnal Sintaksis, 3(1), 56–64.
http://jurnal.stkipalmaksum.ac.id/index.php/Sintaksis/article/view/175

Purwono, P., Dewi, P., Wibisono, S. K., Putra Dewa, B., Informatika, P., Harapan Bangsa,
U., Keperawatan, P., & Bangsa, H. (2022). MODEL PREDIKSI OTOMATIS JENIS
PENYAKIT HIPERTENSI DENGAN PEMANFAATAN ALGORITMA MACHINE
LEARNING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK. Insect (Informatics and
Security): Jurnal Teknik Informatika, 7(2), 82–90.
https://doi.org/10.33506/INSECT.V7I2.1828

Putra, A. B. (2019). Perancangan dan Pembangunan Sistem Informasi E-Learning


Berbasis WEB (Studi Kasus Pada Madrasah Aliyah Kare Madiun)). Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan Komunikasi (SENATIK), 2(1), 81–85.
http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENATIK/article/view/1078

Putra, H., & Walmi, N. U. (2020). Penerapan Prediksi Produksi Padi Menggunakan
Artificial Neural Network Algoritma Backpropagation. Jurnal Nasional Teknologi
Dan Sistem Informasi. https://doi.org/10.25077/TEKNOSI.v6i2.2020.100-107

Rahmasari, T. (2019). Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan Barang


Dagang Pada Toserba Selamat Menggunakan Php Dan Mysql. Is The Best
Accounting Information Systems and Information Technology Business Enterprise
This Is Link for OJS Us, 4(1), 411–425. https://doi.org/10.34010/aisthebest.v4i1.1830

Rahmi. (2019). Peran Nutrisi Bagi Tumbuh dan Kembang Anak Usia Dini. Bunayya :
Jurnal Pendidikan Anak, 5(1). https://doi.org/10.22373/BUNAYYA.V5I1.6380

Ramadhan, D. F., Noertjahjono, S., & Irawan, J. D. (2020). PENERAPAN CHATBOT


AUTO REPLY PADA WHATSAPP SEBAGAI PUSAT INFORMASI
PRAKTIKUM MENGGUNAKAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE MARKUP
LANGUAGE. JATI (Jurnal Mahasiswa Teknik Informatika), 4(1), 198–205.
https://doi.org/10.36040/JATI.V4I1.2375
Ramadhan, M. J., Pontoh, R. S., & Faidah, D. Y. (2022). Penerapan Artificial Neural
Network Pada Peramalan Curah Hujan Di Bandara Internasional Minangkabau.
Prosiding Seminar Nasional Statistika Aktuaria | Departemen Statistika FMIPA
Universitas Padjadjaran, 1, 109–116. https://doi.org/10.1234/SNSA.V1I.270

Ramdhani, A., Handayani, H., Setiawan, A., Studi, P. S., Keperawatan, I., & Ilmu
Kesehatan, F. (2021). HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN
STUNTING. PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP, 0(0), 28–35.
http://semnaslppm.ump.ac.id/index.php/semnaslppm/article/view/122

Rekapitulasi Pengiriman Barang Berbasis Web Khozin Yuliana, P., & Azizah, N. (2019).
Perancangan Rekapitulasi Pengiriman Barang Berbasis Web. JURNAL SISFOTEK
GLOBAL, 9(1), 2088–1762. https://doi.org/10.38101/SISFOTEK.V9I1.223

Riyanto, U. (2018a). PENERAPAN ALGORITMA MULTILAYER PERCEPTRON


(MLP) DALAM MENENTUKAN KELAYAKAN KENAIKAN JABATAN: STUDI
KASUS PT. ABC - JAKARTA. JIKA (Jurnal Informatika), 2(1).
https://doi.org/10.31000/JIKA.V2I1.5481

Riyanto, U. (2018b). PENERAPAN ALGORITMA MULTILAYER PERCEPTRON


(MLP) DALAM MENENTUKAN KELAYAKAN KENAIKAN JABATAN: STUDI
KASUS PT. ABC - JAKARTA. JIKA (Jurnal Informatika), 2(1).
https://doi.org/10.31000/JIKA.V2I1.5481

Sabilla, W. I., Vista, C. B., & Hormansyah, D. S. (2022a). Implementasi Multilayer


Perceptron Untuk Memprediksi Harapan Hidup Pada Pasien Penyakit
Kardiovaskular. J-SAKTI (Jurnal Sains Komputer Dan Informatika), 6(1), 57–68.
https://doi.org/10.30645/J-SAKTI.V6I1.425

Sabilla, W. I., Vista, C. B., & Hormansyah, D. S. (2022b). Implementasi Multilayer


Perceptron Untuk Memprediksi Harapan Hidup Pada Pasien Penyakit
Kardiovaskular. J-SAKTI (Jurnal Sains Komputer Dan Informatika), 6(1), 57–68.
https://doi.org/10.30645/J-SAKTI.V6I1.425

Siahaan, M., Harsana Jasa, C., Anderson, K., Rosiana, M. V., Lim, S., & Yudianto, W.
(2020). Penerapan Artificial Intelligence (AI) Terhadap Seorang Penyandang
Disabilitas Tunanetra. Journal of Information System and Technology, 1(2), 186–193.
https://doi.org/10.37253/JOINT.V1I2.4322

Sihombing, E. N. A. M., Yusrizal, M., & Syaputra, A. (2020). Implementasi Penggunaan


Kecerdasan Buatan dalam Pembentukan Peraturan Daerah. Jurnal Ilmiah Kebijakan
Hukum, 14(3), 419–434. https://doi.org/10.30641/KEBIJAKAN.2020.V14.419-434
Silitonga, S. Y. (2020a). Implementasi Metode Multilayer Perceptron Untuk Mengetahui
Produktivitas Buruh Pabrik (Studi Kasus: PT. Sinar Mas Agro Resources And
Technology Tbk). Pelita Informatika: Informasi Dan Informatika, 8(4), 423–429.
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/pelita/article/view/1993

Silitonga, S. Y. (2020b). Implementasi Metode Multilayer Perceptron Untuk Mengetahui


Produktivitas Buruh Pabrik (Studi Kasus: PT. Sinar Mas Agro Resources And
Technology Tbk). Pelita Informatika: Informasi Dan Informatika, 8(4), 423–429.
http://ejurnal.stmik-budidarma.ac.id/index.php/pelita/article/view/1993

Simarmata, S. M., Sinaga, B., & Syahputra, H. (2022). Analisis Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematika Siswa Dalam Penerapan Model Discovery Learning Berbantuan
Matlab. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 6(1), 692–701.
https://doi.org/10.31004/cendekia.v6i1.1227

Simbolon, D. A., Hartama, D., & Anggraini, F. (2019). Penerapan Jaringan Saraf Tiruan
Dalam Memprediksi Gizi Balita Pada Puskesmas Siantar Utara Kota
Pematangsiantar. Brahmana : Jurnal Penerapan Kecerdasan Buatan, 1(1), 48–54.
https://doi.org/10.30645/BRAHMANA.V1I1.7.G7

Siregar, H. F., & Sari, N. (2018). Rancang Bangun Aplikasi Simpan Pinjam Uang
Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Asahan Berbasis Web. JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI, 2(1), 53. https://doi.org/10.36294/jurti.v2i1.409

Soebroto, A. A. (2019). Buku Ajar AI, Machine Learning & Deep Learning.
https://www.researchgate.net/publication/348003841

Sovia, R., & Yanto, M. (2018). Jaringan Syaraf Tiruan Analisa Pengaruh Gizi Buruk
Terhadap Perkembangan Balita dengan Algoritma Perceptron | Jurnal Ilmiah Media
Sisfo. Jurnal Ilmiah Media Sisfo.
http://ejournal.stikom-db.ac.id/index.php/mediasisfo/article/view/359

Supangat, R. N., Afandi, M. I., & Pratama, A. (2020). Perancangan Sistem Informasi
Klinik Berbasis Web (Studi Kasus: Klinik dr. Andre Sidoarjo). Jurnal Informatika
Dan Sistem Informasi, 1(1), 127–136. https://doi.org/10.33005/JIFOSI.V1I1.30

Tika, G., Adiwijaya, A., & Cahyani, N. D. W. (2019). Klasifikasi Topik Berita Berbahasa
Indonesia Menggunakan Multilayer Perceptron. EProceedings of Engineering, 6(1).
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/engineering/article/
view/8503
Tupriliany Danefi, SST. , M. K. (2020). LITERATURE REVIEW ANEMIA DAN
KURANG ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL SEBAGAI SALAH
SATU FAKTOR PENYEBAB STUNTING PADA BAYI BALITA. JURNAL
SEMINAR NASIONAL, 2(01), 54–62.
http://ejurnal.stikesrespati-tsm.ac.id/index.php/semnas/article/view/255

Victorious Ermanto, Y., & Wahyuningsih, Y. (2020). PENERAPAN ARTIFICIAL


NEURAL NETWORKS DALAM PEMBUATAN SISTEM IDENTIFIKASI
GENRE MUSIK. Computer Science and Informatics Journal, 5(1), 45–59.

Yayuk Sri Rahayu, A. (2020). Tantangan Pencegahan Stunting pada Era Adaptasi Baru
“New Normal” melalui Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Pandeglang. Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, 9(3), 136–146.
https://journal.ugm.ac.id/jkki/article/view/57781
Lampiran 1. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing I

Lampiran 2. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing II


Lampiran 3. Kartu Rencana Studi (KRS)
Lampiran 4. Bukti Penerimaan Judul Skripsi
Lampiran 5. Izin Penelitian di Dinas Kab. Lima Puluh Kota

Anda mungkin juga menyukai