Anda di halaman 1dari 53

ANESTESI 001

Block Course 1a: Airway Management

🐧 Anesthesiologist

- Mengelola life support

- Mengelola stress dan nyeri

- Menciptakan kondisi optimal untuk pembedahan

- Yang dilakukan:

. Memberikan obat anestesi

. Mempertahankan patensi airway

. Memastikan O2 bisa masuk

. Monitor TD, HR, produksi urine

. Mengukur perdarahan

🐧 Pembiusan saat pembedahan

- Planned emergency (kegawatan yang terencana)

🐧 Gangguan airway

- Sumbatan jalan nafas dan henti nafas --> 3-5 menit, fatal

- Irreversible damage terutama pada sel otak

- Korban bernafas tersengal2 --> Airway: Bebaskan airway --> Breathing: Beri O2 minimal masker -->
Circulation: Hentikan perdarahan, pasang infus, resusitasi cairan, ukur tensi, periksa Hb, transfusi

🐧 Sistematika
- Triase --> Survei primer --> Survei sekunder --> Stabilisasi --> Transfer --> Perawatan definitif

- Survei primer: Melihat hal penting yang mengancam jiwa --> Treat as you find

- Urutan survei primer: Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure

🐧 Rujukan

- Sebelum dirujuk, pastikan sudah resusitasi dan stabilisasi

- Apakah pasien dapat bertahan selama dirujuk

- Apakah RS rujukan siap menerima pasien dan punya fasilitas yang diperlukan

🐧 Airway

- Diatas plica vocalis (upper), dibawah plica vocalis (lower)

- Upper Airway Obstruction: Pangkal lidah, benda asing, edema jalan nafas, radang

- Target airway management: Dalam 2-3 menit airway clear, O2 masuk ke paru

- Pasien tidak sadar: Paling sering karena sumbatan pangkal lidah

- Penilaian airway: Look, listen, feel

🐧 Suara nafas

- Jernih (normal)

- Tambahan (snoring = pangkal lidah, gurgling = cairan, stridor = edema laring)

- Tidak ada (total obstruction, apnea)

🐧 Membebaskan airway

- Sumbatan pangkal lidah: Chin lift + head tilt + jaw thrust (kontraindikasi trauma cervical),
Oropharyngeal tube, Nasopharyngeal tube, LMA

- Cairan di hypopharynx: Suction

- Sumbatan di plica vocalis: Cricothyroidotomy


- Aspirasi: Bebaskan upper airway --> Pasang intubasi --> Suction, bronkoskopi

- DON'T: Angkat kepala lewat leher, menekan bawah mandibula (pada chin lift yang diangkat dagu, jaw
thrust yang didorong angulus mandibula)

🐧 Sumbatan benda asing (solid, semi solid, cairan)

- Cairan: Suction

- Tidak ada suction: Buka mulut dengan cross finger --> Finger sweep

🐧 Nasopharyngeal airway

- Pemasangan ke belakang, jangan ke atas (karena bila ke atas akan menembus lamina cribosa -->
intracranial)

- Ujung yang lancip ke arah lateral --> Setelah nelewati septum nasi, diputar

- Ukuran diameter = Kelingking pasien

- Pemasangan dengan lubrikasi (karena besar, menggesek septum, bisa mengenai plexus kiesselbach)

- Pada pasien dengan fraktur basis cranii, jangan gunakan nasopharyngeal karena risiko masuk ke
intracranial

🐧 Oropharyngeal airway

- Untuk pasien yang GCS <9 (reflex muntah sudah tidak ada)

- Bila pasien masih sadar atau setengah sadar, jangan gunakan oropharyngeal karena reflex muntah -->
Risiko aspirasi

- Ukuran panjang dari sudut mulut ke tragus

- JANGAN diplester, karena kesadaran pasien bisa naik --> Muntah (bila diplester, oropharyngeal tube
tidak bisa dilepas --> aspirasi)

🐧 Ether

- Bisa melihat stage anestesi


- Anestesi baru: Stadium I-II di bypass, langsung masuk stadium III

- Ether open drop: Good narcosis, analgesia, muscle relaxation (hanya ether yang bisa memberikan 3
fungsi ini bersamaan)

- Pasien bangun agak lama setelah operasi selesai


ANESTESI 002

Block Course 1b: Advanced Airway, Oxygen

🐧 Intubasi trachea

- Endotracheal tube, laryngeal mask airway

- Gold standard patensi airway

- Jalan nafas artificial --> Fungsi humidifier hilang --> Udara yang masuk kering, mengeringkan mucus -->
Mengerak --> Obstruksi

🐧 Sumbatan jalan nafas partial

- Pangkal lidah jatuh --> Snoring --> Head tilt, chin lift

- Cairan --> Gurgling --> Suction

- Edema jalan nafas/laring --> Crowing (inspirasi seperti tercekik, ekspirasi seperti peluit) -->
Cricothyroidotomy

🐧 Target airway management

- 90 detik (2-3 menit)

- Jalan nafas paten

- O2 bisa masuk ke paru

- CO2 bisa keluar (pernafasan terkontrol)

🐧 Laryngeal mask airway

- Tidak perlu laryngoscope maupun obat anestesi

- Pipa menutup esofagus, mask langsung menghadap plica vocalis

- Bisa digunakan pada GCS berapapun


- Ukuran diukur berdasarkan BB

- Kempiskan balon masker --> Masukkan LMA --> Kembangkan balon masker ((ukuran LMA - 1) x 10 ml)

🐧 Endotracheal tube

- Laringoskopi --> Mengangkat vallecula --> ETT dimasukkan diantara 2 chorda vocalis

- Harus dilakukan dengan laringoskop dan obat anestesi (muscle relaxant)

- Ukuran diameter ETT berdasarkan jari kelingking pasien

- Laringoskopi --> ETT

. Lakukan oksigenasi dulu, sampai SpO2 setinggi mungkin

. Masukkan laringoskop --> Singkirkan lidah ke arah kiri

. Cari vallecula, sampai terlihat chorda vocalis

. Setelah chorda vocalis terlihat, baru masukkan ETT

- Indikasi

. Saat cara lain untuk membebaskan airway gagal

. Perlu memberikan nafas buatan jangka panjang (cedera otak, COPD, post cardiac arrest)

. Risiko terjadi aspirasi ke paru (Fraktur basis cranii --> darah mengalir ke hipofaring. Kesadaran menurun
--> reflux dari lambung)

. ETT untuk breathing control, terutama untuk mempertahankan TIK (imbalance pO2 dan pCO2 -->
vasodilatasi --> peningkatan TIK)

. GCS <=8 (risiko obstruksi jalan nafas)

- Risiko

. ETT tidak berhasil masuk atau memyentuh chorda vocalis --> Spasme larynx --> Hipoksia

. Tekanan darah naik


. Anemia, bradycardia, asistole

. Tekanan intracranial naik --> Herniasi otak

. Gerakan leher --> Cedera cervical

. Menyentuh N. Laryngeal recurrens --> Vagal reflex --> Bradycardia

🐧 Suction

- Bila ada cairan di hipofaring

- Finger sweep (bila tidak ada suction)

🐧 Sumbatan di plica vocalis

- Sumbatan jalan nafas total: Tidak ada suara nafas, see saw breathing (gerakan paradoksal thorax dan
abdomen)

- Benda asing: Heimlich maneuver, back blow

- Cricothyroidotomy

🐧 Cricothyroidotomy

- Sumbatan di plica vocalis --> Tidak dapat diberi nafas buatan dari mulut atau hidung

- Contoh: Edema laring (anaphylactic shock)

- Menusuk di membran cricothyroid (karena inervasi dan vaskularisasi sedikit)

- Dengan jarum besar 14G

- Insuflasi O2 --> Hanya dapat memasukkan O2 sedikit, CO2 juga tidak bisa dikeluarkan sebanyak O2
yang masuk

- Hanya untuk mempertahankan jalan nafas 10-15 menit, harus segera tracheostomy

🐧 Cervical control

- Kerusakan medulla spinalis --> Tetraplegia, gagal nafas


- Cegah gerakan berlebihan pada leher

- Dengan collar brace (ideal)

- Pasien dengan collar brace

. Jalan nafas mungkin terganggu

. Tidak bisa buka mulut (mudah obstruksi jalan nafas, kalau muntah aspirasi)

. Hambatan aliran vena leher --> JVP naik --> TIK naik

🐧 Oksigenasi

- Target: SpO2 > 90% (kurang dari itu --> metabolisme anaerob)

- Manfaat O2 pada pasien dengan gangguan airway: Meningkatkan kadar O2 di alveolus

- Tidal volume = Expiratory volume

- VT 200 x 60% O2 = 120 cc O2 murni

- Pasien gawat perlu O2 minimal 60%

- Alat

. Bag valve mask: Tanpa sumber O2 21%, dengan sumber O2 60%, dengan sumber O2 dan reservoir
100% (memompa sesuai kecepatan nafas pasien)

. Nasal canula: 2-4 lpm, 30% O2

. Simple mask: 6-8 lpm, 45-60% O2

. Mask with reservoir: 8-10 lpm, 80% O2

. Jackson reese: >10 lpm, 100% O2

. Bila lpm flow kurang, dapat terjadi rebreathing CO2

🐧 Obat pada gawat nafas

- Bronchodilator: Adrenalin, ephedrin, aminophyllin, salbutamol


- Anti edema: Adrenalin, dexamethasone, antihistamin

🐧 Tambahan

- Airway - Cervical control

- Breathing - Pneumothorax control

- Circulation - Hemodynamic control


ANESTESI 003

SKILL MEJA OPERASI

TAHAPAN ANESTESI UMUM

🐧 Tahapan

- Premedikasi --> Pemasangan monitor --> Induksi --> Preoksigenasi --> Intubasi --> Maintenance
anestesi

🐧 Premedikasi

- Tujuan

. Anxiolytic and sedation (dengan benzodiazepine --> Midazolam)

. Analgesik (dengan obat anti nyeri durasi panjang --> Morphine, Pethidine)

. Mengurangi sekresi saliva/drying agent (dengan anticholinergic --> Sulfas atropine)

- Dilakukan 1/2 - 1 jam sebelum masuk OK (menyesuaikan onset)

🐧 Monitor

- Pertama pasang SpO2 (menentukan keadaan oksigenasi, denyut nadi, representasi ABC)

- Pasang electrode (mengetahui ECG)

- Pasang tensi

🐧 Induksi

- Obat: Fentanyl (analgesik) --> Propofol (induksi anestesi)


- Periksa pasien sudah tidur atau belum:

. Sentuh bulu mata --> Tidak mengernyit

. Nafas teratur

- Pasang masker anestesi --> Lihat nafas masih spontan, tandanya bag kembang kempis

- Rocuronium (muscle relaxant) --> Tunggu onset --> Nafas berhenti, harus diberi bantuan nafas 3-5
menit (preoksigenasi) --> Pasang intubasi

🐧 Preoksigenasi

- Flow 10 lpm (tidak boleh kurang agar tidak terjadi rebreathing)

- Fraksi O2 100%

🐧 Intubasi

- Persiapan

. Scope (Laryngoscope, stethoscope)

. Tube (ETT)

. Airway (Oropharyngeal, nasopharyngeal)

. Tape

. Introducer (guiding wire)

. Connector

. Suction

- Pasien posisi ekstensi

🐧 Maintenance

- Obat anestesi inhalasi (isoflurane, sevoflurane)


- Flow O2: 2-3 lpm, tambah udara (air) 1-2 lpm

- N2O tidak digunakan lagi untuk maintenance

- Pasien denyut nadi meningkat = Terasa nyeri --> Berikan obat analgesik

---

MESIN ANESTESI

🐧 Mesin anestesi

- Fresh Gas Flow

- Vaporizer (alat menguapkan obat anestesi inhalasi, spesifik untuk setiap obat)

- Breathing circuit (Mapleson A-F)

- Lime soda (CO2 absorber)

🐧 Menghitung FiO2

- Mencampurkan O2 100% dengan udara (O2 21%)

- FiO2 = ((100 x O2) + (21 x udara))/(O2 + udara)

- O2 : Udara = 1 : 1 --> O2 = 121/2 = FiO2 60%

🐧 Bagging

- Volume tidal: 6-8 ml/kgBB

- Minute volume: Tidal volume X BB

- Memberikan nafas buatan lebih dari volume tidal --> Terlalu besar --> Barotrauma

---
🐧 Kesulitan Bag and Mask Ventilation

- Mask seal/kesulitan merapatkan masker (pasien berjanggut, deformasi wajah, fraktur wajah, luka
bakar)

- Obesity/obstruction

- Age >55

- No teeth --> Udara dari masker bocor

- Stiff lung (asma, hematothorax, pneumothorax, tumor paru --> Luas permukaan bronchus dan alveolus
menurun --> Perlu tekanan lebih untuk memasukkan udara ke paru)

🐧 Pernafasan

- Nafas normal: Tekanan negatif cavum pleura --> Menarik udara dari luar ke paru

- Ventilator, bagging:

. Tekanan positif dari ventilator --> Mendorong udara dari ventilator ke paru

. Harus sinkron dengan nafas pasien, karena bila tidak sinkron --> Ventilator inspirasi, nafas pasien
ekspirasi --> Bertabrakan --> Tekanan intraparu pasien naik, udara ekspirasi tidak bisa keluar -->
Barotrauma

🐧 Tension pneumothorax

- Udara mendorong paru dan mediastinum --> Jantung tertekan --> Kontraksi tidak kuat --> Sirkulasi
kurang --> Shock

- Bila pasien shock dan tidak membaik dengan adrenergic/vasopressor --> Curiga tension pneumothorax
--> Pemeriksaan fisik untuk memastikan --> Needle thoracocentesis

🐧 Membaca BGA

- pH (7,35-7,45): ↓ Asam (asidosis), ↑ Basa (alkalosis)

- Parameter metabolik: HCO3- (22-26), BE (-2 - +2): ↓ Asam, ↑ Basa


- Parameter respiratorik: pCO2 (35-45): ↑ Asam, ↓ Basa

- Parameter yang sama2 asam/basa dengan pH: Penyebab

- Parameter yang asam/basa nya berlawanan dengan pH: Kompensasi

- PF ratio: pO2/FiO2

. Untuk mengetahui derajat gagal nafas

. Normal: >300

. ARDS : <300
ANESTESI 004

ROI 13/08/2019 (Dr. Airlangga)

🐧 Pasien anestesi

Event --> Systemic patophysiology --> Surgery (surgery and anesthesia stress) --> Outcome --> Causative
therapy

🐧 Event

- ICH frontal dextra --> Gangguan kesadaran, kognitif

- ICH --> TIK naik, edema otak

- ICH --> Banyak sel mati --> K+ banyak keluar --> Hiperkalemia (electrolyte imbalance)

- Akibat ICH --> Kejang

- Kejang

. Intracerebri --> Turunkan edema, kurangi perdarahan

. Extracerebri --> Kontrol gula darah, koreksi elektrolit

🐧 Systemic

- B1: Breathing

- B2: Blood (Hipertensi --> Cek dengan funduskopi. TD naik bisa karena HT esensial atau ICH/peningkatan
TIK)

- B3: Brain (ICH)

- B4: Bladder (ginjal, metabolisme, electrolyte imbalance, DM)

- B5: Bowel (gastrointestinal)

- B6: Bone
- Hipertensi

. Bila TD naik, risiko terjadinya ICH lagi --> Bila terjadi hipertensi diberi Propofol agar TD tidak naik terlalu
tinggi

- Electrolyte imbalance (hiperkalemia)

. Asidosis --> Nekrosis --> Sel pecah, K+ keluar

. Gagal ginjal --> K+ tidak bisa dibuang

- DM

. GDA dijaga 150-200, bisa menggunakan insulin pump

. Memantau glukosa darah dalam jangka waktu lama dengan HbA1C

. Efek ke ginjal: BUN, SK, GFR

. Vaskular: Vaskulopati --> Hipertensi

. Muskuloskeletal: Kesulitan penyembuhan luka

🐧 Pembedahan

- Surgery stress

. Perdarahan banyak

. Darah tersisa --> Peningkatan TIK atau pencetus kejang

- Anesthesia stress

🐧 Pasien asidosis

- Pastikan oksigenasi dan ventilasi baik

- Oksigenasi buruk --> Metabolisme anaerob --> Penumpukan asam laktat --> Asidosis
- Asidosis bisa menyebabkan nekrosis --> Kematian sel otak --> Kejang

- Evaluasi oksigenasi dan ventilasi: Posisi ETT, volume tidal (perut besar, tertekuk --> paru tertekan -->
volume tidal menurun), sekret (suction)

🐧 Posisi ETT

- Bila suara nafas terdengar lebih keras pada salah satu sisi, pikirkan ETT terlalu masuk --> Ke salah satu
bronchus

- Selain dari suara nafas: Lihat gerakan dada, palpasi gerakan dada apakah sama atau tidak, bagging
dengan Jackson Rees --> Lihat kenaikan dada
ANESTESI 005

MR 13 AGUSTUS 2019 (dr. Lucky)

🐧 Emergency

- Gangguan fungsi vital --> Resusitasi dan stabilisasi

- Gangguan karena ada penyebab (causal) --> Definitive diagnosis and therapy

- Mode of injury --> Primary survey (mencari yang paling membahayakan nyawa) --> Resusitasi agar
pasien tetap hidup --> Secondary survey

🐧 Airway problems

- Trauma: Deformitas, jejas diatas clavicula (trauma cervical), darah pada hidung dan mulut

- Intubasi: Airway tidak pasti bebas, karena

. Sekret: Ada suara saat bernafas, ada sekret yang naik turun

. ETT bergeser/plugging: Bagging --> Lihat gerakan dada sama atau tidak

. Pastikan: Fiksasi tepat, tidak ada sekret, tidak ada plugging, tidak ada kinking/penekukan

🐧 Breathing problems

- Kussmaul breathing --> Hiperventilasi --> Bisa jadi pneumothorax ventil (nafas harus dibantu dengan
ventilator)

- Distress nafas

🐧 Environment problems

- Hipotermia
🐧 Membaca BGA

- Lihat pH (Asam, Basa) --> Lihat pCO2 (↑ Asam, ↓ Basa) dan HCO3 (↑ Basa, ↓ Asam) --> Yang sejalan
dengan pH = Penyebab gangguan asam basa nya

- Kompensasi: Lihat kondisi pasiennya, jangan hanya dilihat dari BGA

- Oksigenasi: PaO2/FiO2 ratio (<300 = ARDS)

🐧 Asidosis metabolik

- Nafas Kussmaul, P/F ratio <300, pCO2 rendah --> Akan terjadi fatigue, nafas harus dikontrol dengan
ventilator

- Na Bicarbonat (Na2HCO3)

. Yang diperlukan: HCO3

. HCO3 berikatan dengan H+ --> H2CO3 --> Oleh Carbonate Anhydrase jadi H2O + CO2 --> CO2 harus
dikeluarkan

. Maka pasien fungsi paru harus baik dan dengan ventilator

🐧 Hipoksia dan ...

- Asidosis

. Kurva disosiasi O2 akan bergeser ke kiri pada kondisi asam

. Asam --> Afinitas Hb terhadap O2 turun --> O2 mudah masuk ke jaringan

- Hipertensi

. DO2: CO X CaO2 = (SV X HR) X (1,34 X Hb X SaO2)

. SaO2 turun --> Kompensasi CO naik, TD naik

. Pada pasien hipoksia dan hipertensi, berikan O2 dulu --> Bila hipertensi merupakan mekanisme
kompensasi DO2, TD akan turun

. Bila TD masih tinggi, baru berikan antihipertensi dengan cara titrasi


🐧 Penurunan kesadaran

- GCS: Untuk menilai prognosis brain injury

- Penyebab: Intracranial, extracranial

- Extracranial: Hipoksia, hiperkarbia, uremik

🐧 Ginjal

- Keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa

- Hiperkalemia

. Aritmia, cardiac arrest

. Terapi tercepat: NaBic

. Insulin --> Memasukkan glukosa ke dalam sel, saat glukosa masuk K+ ikut masuk --> Pada orang normal
diberikan D40, kalau pada diabetik tidak perlu D40

. Ca gluconas: Menjaga stabilitas otot jantung


ANESTESI 006

MR 14 Agustus 2019 (dr. Maulidya, Sp.An)

🐧 Cedera kepala dan cairan

- Pilihan cairan: NaCl

. Bila butuh digerojok, bisa langsung ditingkatkan alirannya

. Dipilih karena kandungan Na, karena Na tidak bisa diproduksi oleh tubuh

- Cairan lain yang boleh: Kristaloid (RL, Asering (Asering tidak ada laktat))

- Dextrose tidak boleh diberikan dalam 1x24 jam, karena masih fase akut --> Bila butuh cairan banyak
langsung digerojok, tidak boleh pakai Dextrose

🐧 Cedera kepala dan hipertensi

- Pasien usia muda

. Hipertensi karena adanya peningkatan TIK

. Turunkan TD perlahan, 20-25% tiap 4-6 jam sampai TD normal (TDS 120) dengan Nicardipin
titrasi/pump

- Pasien usia tua, riwayat hipertensi

. Hipertensi karena kombinasi hipertensi esensial dan peningkatan TIK

. Turunkan TD perlahan, 20-25% tiap 4-6 jam sampai TD sesuai dengan TD pasien biasanya karena pasien
ada hipertensi

- Nicardipin titrasi/pump

. Harus dimonitor tiap 30 menit, karena penurunan TD tidak boleh terlalu cepat

. Penurunan TD terlalu rendah --> Bila diberi propofol akan hipotensi


🐧 Peningkatan TIK

- Doktrin Monro Kelly: Volume TIK = Otak + Darah + CSF

. Brain edema: Otak naik

. Perdarahan (ICH, SAH, SDH, EDH): Darah naik

. Hydrocephalus: CSF naik

- Gejala

. Trias cushing: Hipertensi, Bradikardi, Bradypnea

. Muntah, nyeri kepala

. Herniasi: Paralisis N. Cranialis, depresi nafas

- Penanganan

. Perdarahan: Turunkan TD

. Brain edema: Diuretik (mannitol) --> Mengurangi edema/menghalangi peningkatan edema --> Edema
akan selesai dalam 2-3 minggu

- Mannitol

. Menurunkan TIK dengan menarik cairan dari otak yang edema

. Cairan dari edema otak --> Ditarik ke vascular

. Kontraindikasi: Tekanan osmotik plasma terlalu tinggi

🐧 Intubasi dan ventilator

- Indikasi intubasi

. Secure airway (GCS <8 --> Risiko pangkal lidah jatuh ke belakang)
. Risiko aspirasi (peningkatan TIK --> Muntah --> Penurunan kesadaran, tidak ada efek muntah -->
Aspirasi)

. Butuh bantuan nafas dan mempertahankan jalan nafas dalam jangka waktu lama (OPA dan NPA sulit
dipertahankan dalam waktu lama)

. Menjaga oksigenasi (karena dengan ETT tidak ada O2 yang merembes ke luar)

. Menjaga end tidal CO2 dalam range (35-45)

- Pencegahan aspirasi

. Di ETT masih ada lubang (Murphy's eye), reflux dari lambung masih bisa masuk

. Suction secara berkala

- Monitoring

. Untuk mengendalikan kondisi otak melalui vasokonstriksi dan vasodilatasi

. End tidal CO2 35-45, tidak boleh lebih rendah dari 32

. CO2 tinggi --> Vasodilatasi --> Aliran darah kepala menumpuk --> Peningkatan TIK

. CO2 rendah --> Vasokonstriksi --> Ischemia

- Setting ventilator

. Predictive body weight: Dengan tinggi badan dan jenis kelamin, ada rumusnya

🐧 Penurunan kesadaran

- Bisa karena hipoglikemi: Pertama tes gula darah --> Pasien hipoglikemi berikan D40 bolus

🐧 Leukositosis

- Karena inflamasi

- Inflamasi: Infeksi, Luka bakar, Trauma


- Gejala inflamasi --> Gejala infeksi

- Benda asing --> Stimulasi inflamasi --> Leukositosis

- Sel pecah, kerusakan pembuluh darah --> Debris sel dan benda dari extravascular masuk ke pembuluh
darah --> Dikenali sebagai benda asing --> Mediator pro inflamasi (IL1, histamin) lepas --> Leukositosis

- Pelepasan mediator pro inflamasi --> Diikuti mediator anti inflamasi --> Bila anti lebih kuat, inflamasi
berhenti. Bila pro lebih kuat, inflamasi berlanjut --> Inflamasi yang berlanjut dapat menyebabkan sepsis

🐧 Peningkatan BUN dan SK

- Hipertensi --> Renal Blood Flow meningkat --> Tekanan dalam glomerulus meningkat --> Glomerulus
rusak --> Acute kidney injury

- Dehidrasi --> Renal Blood Flow menurun --> Acute kidney injury

- Chronic kidney disease --> Nefron rusak --> Aktivasi RAAS --> Peningkatan tekanan darah --> Hipertensi

---

🐧 Perdarahan

- Hipovolemia, anemia --> Takikardia sebagai upaya kompensasi jantung untuk meningkatkan DO2

- Hipoalbuminemia

- Faktor koagulasi hilang --> PPT, APTT memanjang

- Kalium: Walaupun yang dalam vascular keluar, tapi masih banyak cadangan dalam sel

🐧 Obat anestesi

- Isofluran: Tidak boleh untuk insuflasi pada pasien pediatri karena iritatif bagi jalan nafas --> Batuk -->
Spasme --> Obstruksi jalan nafas

- Intubasi pada anak: Induksi terlebih dahulu dengan Propofol (IV) atau obat anestesi inhalasi/insuflasi
melalui sungkup (dengan sevofluran, jangan isofluran)
- Onset dan bangun

. Semakin tinggi konsentrasi obat dalam alveoli --> Onset makin cepat, sadar makin cepat

. Desfluran: Onset sangat cepat, bangunnya sangat cepat (pasien bangun segera setelah anestesi
dimatikan)

. Sevofluran: Onset cepat, bangunnya cepat (pasien bangun 1-2 menit setelah anestesi dimatikan)

. Isofluran: Onset lambat, bangunnya lambat (pasien bangun 10 menit setelah anestesi dimatikan)

- MAC

. Minimum Alveolar Concentration: Konsentrasi obat anestesi minimum dalam alveolus yang
menghambat respon motorik pada 50% pasien

. Konsentrasi obat dalam %: Yang diatur pada vaporizer

🐧 Trias anestesia

- Anestesi, analgesik, muscle relaxant

- Kombinasi dari 3 komponen --> Dosis tiap komponen dapat lebih rendah dari yang seharusnya bila
digunakan sendiri

- Anestesi: Isoflurane, Analgesik: Fentanyl, Muscle relaxant: Rocuronium

🐧 Balance cairan durante operasi

- Output

. Perdarahan: Suction, Kasa kecil (Basah = 10-20 ml)

. Evaporasi: Laparotomi 6-8 ml/kgBB/jam, membuka ekstremitas 2-5 ml/kgBB/jam

. Urine

- Input

. Mengganti darah: Whole Blood, Fresh Frozen Plasma (bila ada pemanjangan faal koagulasi), Packed
Red Cell (bila ada anemia)
. Mengganti evaporasi, urine: RL, PZ
ANESTESI 007

MR 15 Agustus 2019 (dr. Airlangga, Sp.An)

🐧 Diabetes melitus

- Diabetes + Infeksi --> GDA meningkat sangat tinggi

- Asidosis metabolik

. H+ banyak, memdorong K+ keluar dari sel --> Hiperkalemia

. Kompensasi respiratori: Hiperventilasi (Kussmaul breathing) --> Hipokarbia --> Vasokonstriksi -->
Perfusi turun (teritama CBF)

---

MR 16 Agustus 2019 (dr. Bambang Harijono, Sp.An)

🐧 Sub arachnoid block

- Blok simpatis --> Bradikardia, vasodilatasi --> Penurunan tekanan darah

- Vasokonstriktor (ephedrin)

- Cairan (kristaloid, koloid)

- Anemia --> Darah

🐧 Diabetes melitus

- Makrovascular:

. Cardiomyopathy --> Jangan diberi obat anestesi yang kardiodepresan


. Vasculopathy --> Trombus, limb ischemia --> Minum obat pengencer darah (aspirin, clopidogrel) untuk
menjaga perfusi ke perifer

🐧 Shock

- Obstruktif (efusi pleura)

- Hipovolemik (bleeding, dehidrasi)

- Distributif (sepsis, anaphylaxis)

- Cardiogenic

---

MR 19 Agustus 2019 (dr. Wahyu Mananda Sp.An)

🐧 Peningkatan TIK

- Trias Cushing

. Hipertensi: Butuh TD yang tinggi untuk mempertahankan CPP pada TIK tinggi

. Bradikardia

. Bradypnea

- Tanda peningkatan TIK saat dalam pengaruh anestesi

. Karena TD, HR, RR berada dalam pengaruh anestesi, sulit di monitor

. Yang bisa dijadikan tanda: Projectile vomiting pre dan post operasi (pada durante operasi sulit)
ANESTESI 008

RS HAJI

🐧 Pemilihan anestesi

- Aman bagi pasien (tidak mengancam nyawa, tidak menyebabkan kecacatan)

- Operasi bisa berjalan dengan baik

- Trauma pada pasien minimal

- Cost effective

🐧 Farmakologi obat

- Anestesi lokal (Lidocaine, Buvipacaine) --> Blok simpatis --> Vasodilatasi --> TD turun

- Propofol --> Depresi cardiac --> TD, HR turun

🐧 Kasus

- Open fracture femur, TD 80/50, RR 110, GCS 456

. Tidak boleh SAB, karena menyebabkan shock (sudah preshock)

. General anesthesia dengan Ketamine (karena bila induksi dengan Propofol menurunkan tekanan
darah)
ANESTESI 009

MR 20 Agustus 2019 (dr. Hamzah, Sp.An)

🐧 Trauma kepala, stroke

- Osmolaritas otak: 290 - 320 mosm

- Pemberian cairan harus yang osmolaritasnya sama, agar cairan tidak menyeberang blood brain barrier
--> Meningkatkan TIK

- Cairan yang tepat: NaCl 0,9%, Ringer Fundine

🐧 Emergency vs Elektif

- Emergency

. Primary survey: ABCDE --> Problem --> Treat as you find

. Secondary survey: Pemeriksaan head to toe (B1-B6), anamnesis (AMPLE)o

- Elektif

. Anamnesis

. Pemeriksaan fisik

🐧 Pre operasi

- Airway: Nilai airway sulit dengan MOANS (Mask seal, Obesity/obstruction, Age >55, No teeth, Stiff
neck)

- Breathing:

. Atur tidal volume dan RR

. Target normovolemia/normocapnea
. Hipovolemia --> Hipercapnea --> Vasodilatasi --> TIK meningkat

. Hipervolemia --> Hipocapnea --> Vasokonstriksi --> Hipoperfusi

- Circulation:

. TD sistolik, diastolik

. MAP: Untuk menghitung Cerebral Perfusion Pressure, Cardiac Perfusion

. Pulse pressure (normal ~40): <20 tanda shock

- Disability

. GCS

. Ongoing process pada trauma kepala (ada trauma kepala --> Kemungkinan terjadi perdarahan sampai
48 jam --> Onging process, pasien bisa masih sadar --> Perlu periksa CT lagi sebelum operasi

. Trauma kepala --> Obat anestesi tidak boleh yang menyebabkan vasodilatasi, karena dapat
meningkatkan TIK --> Herniasi

🐧 Premedikasi

- Sedasi: Jangan sampai menyebabkan depresi nafas dan sirkulasi

- Ranitidine: Jangan diberikan cepat, karena dapat menyebabkan aritmia --> Cardiac arrest

- Analgesik:

. NSAID: Ada ceiling effect (walaupun dosis dinaikkan, bila sudah melebihi dosis maksimal maka efek
tidak meningkat)

. Ketorolac dosis maksimal 40 mg

. Masih nyeri dengan NSAID dosis maksimal --> Narkotik sintetik (Tramadol)

🐧 Diabetes

- Gula darah tinggi --> Morbiditas mortalitas dalam pembedahan meningkat


- Kontrol gula darah jangka lama: HbA1c (normal <6,5)

- Post operasi: Stress --> Reaksi stress bisa meningkatkan glukosa --> Jangan beri infus yang mengandung
glukosa sebelum mengecek nilai GDA (lebih baik berikan infus kristaloid saja untuk maintenance cairan,
karena pasien sebentar lagi bisa makan dan minum)

🐧 Tekanan darah

- Sebelum anestesi, tanyakan TD terendah dan TD tertinggi --> Saat anestesi TD dipertahankan pada
range tersebut

- Premedikasi dengan antihipertensi

. Beri induksi obat lebih rendah dari dosis seharusnya dengan kombinasi sedatif, analgesik, muscle
relaxant

. Obat anestesi yang menurunkan tekanan darah (sedatif) dosisnya dikurangi, obat lain (analgesik)
ditingkatkan

. Cek TD setelah induksi, titrasi obat anestesi sesuaikan TD dengan target

- Intubasi --> Nyeri --> TD bisa naik sampai 30% --> Dosis analgesik bisa ditingkatkan
ANESTESI 010

MR 21 Agustus 2019 (dr. NIN, Sp.An)

🐧 Trauma inhalasi

- Karena udara panas yang masuk ke saluran pernafasan --> Inflamasi dan edema jalan na

- Suara nafas tambahan crowing karena edema laring

- Rambut, alis, bulu hidung terbakar

- Sekret ada jelaga

🐧 Induksi

- Memberikan loading dose obat anestesi --> Sampai stadium 3 plane 2

🐧 Terapi cairan

- Normovolemia diberi cairan berlebih --> Hipervolemia --> Kerusakan glycocalyx (endotel pembuluh
darah) --> Permeabilitas vaskular meningkat --> Cairan merembes ke interstitial

- Mengetahui cairan sudah cukup atau belum:

. Vena Cava Inferior (USG): Kempis = Hipovolemia, Normal = Normovolemia

. Pulse pressure variation: <40 = Normal, >40 = Hipovolemia

. PPV: Pasien harus tidak nafas spontan, dengan ventilator --> Pasang intraarterial blood pressure -->
Lihat sistole dan diastole saat inspirasi dan ekspirasi, hitung pulse pressure --> Hitung selisih pulse
pressure

🐧 Combustio

- Combustio: Fluid loss dari rusaknya glycocalyx (cairan keluar dari vaskular ke interstitial), evaporasi
(karena kulit yang terbuka)
- Selama fase akut combustio, cairan akan hilang terus --> Penggantian cairan dengan rumus Baxter
sambil dievaluasi HR, RR, suara nafas tambahan (ronchi --> edema paru)

- Hari pertama: Kristaloid (tidak boleh pakai koloid)

🐧 Geriatri

- Massa otot berkurang --> Kreatinin bisa normal walaupun fungsi ginjal sudah rusak --> Terapi cairan
harus hati hati

- Ada risiko kerusakan pada jantung --> Bila fluid overload akan terjadi edema paru

🐧 Shock hipovolemik

- Hematothorax --> X-ray

- Internal bleeding abdomen --> USG

- Crush injury pelvis --> X-ray, USG

- Fraktur tulang panjang --> X-ray


ANESTESI 011

MR 22 Agustus 2019 (dr. Roby, Sp.An)

🐧 Body weight

- Actual: Untuk nutrisi

- Predicted: Dihitung dengan rumus menggunakan tinggi badan --> Untuk mengatur tidal volume
ventilator (6-8 ml/kgBB)

🐧 Ventilator

- Plugging ETT

. Pembuntuan ETT oleh sekret yang mengeras

. Pemeriksaan fisik: Suara nafas tambahan (partial), see saw breathing (total), RR meningkat

. Ventilator: Peak Pressure meningkat karena ada tahanan

- Non Invasive Ventilation

. Pemberian nafas buatan dengan ventilator melalui masker, tidak diintubasi

. Kontraindikasi: Coronary syndrome

- Oxygen debt

. Sesak --> Minute volume ditingkatkan untuk memenuhi oxygen debt --> Volume tidal ditingkatkan

. Bila volume tidal diturunkan, maka rate harus ditingkatkan

. Penyebab sesak sudah menghilang --> Difusi O2 dari alveoli ke kapiler baik --> Minute volume akan
turun jadi normal

🐧 Hipertensi
- Target menurunkan: 20-25% tiap jam

- ISDN: Vasodilator, diberikan bila EKG menunjukkan adanya Acute Coronary Syndrome (Q patologis, T
inversi, ST depresi)

- Ca channel blocker:

🐧 Acute Lung Edema

- Hipertensi --> Tekanan hidrostatik tinggi --> Ekstravasasi cairan ke alveolus (terapi dengan menurunkan
TD)

- CKD --> Fungsi ekskresi ginjal menurun --> Air tertahan dalam tubuh --> Overload syndrome --> Cairan
banyak di vascular --> Ekstravasasi cairan ke alveolus (terapi dengan hemodialisis, kalau belum bisa
dengan diuretik)

- Alveolus terisi cairan --> Ronchi

- Alveolus terisi cairan --> Inflamasi jalan nafas --> Wheezing

- Jangan memberikan bronchodilator

🐧 Gagal nafas

- Dengan BGA

. Hipoksia: pO2 < 60

. Hiperkarbia: pCO2 > 60

- Dengan SpO2

. Dengan kurva disosiasi O2 (mencocokkan SpO2 yang terbaca dengan pO2 pada kurva)

. pO2 < 60 = SpO2 < 90 tanpa O2

🐧 Chronic Kidney Disease

- Indikasi hemodialisis:

. Hiperkalemi refrakter
. Asidosis metabolik berat (pH<7,2)

. Overload syndrome

- Tanda overload syndrome:

. Edema ekstremitas

. Edema paru, ascites

. Tekanan vena jugularis meningkat

- Tanda kecukupan cairan:

. Capillary Refill Time

. Jugular Venous Filling

- Terapi overload syndrome:

. Dengan negative balance (output > input)

. Target produksi urine tidak boleh lebih dari 2000 ml/24 jam (10-20 cc/kgBB/24 jam)

. Terlalu cepat --> Hipotensi

. Terlalu lambat --> Edema paru lama --> Hipoksia

🐧 Hiperkalemia (terapi)

- Normal K: 3,5 - 5

- EKG: Tall T (tapi bukan tanda patognomonis, sehingga tidak bisa dijadikan dasar terapi hiperkalemia)

- Dasar terapi hiperkalemia dengan lab

- Ca gluconas: Melindungi myocard dari K

- Insulin (+D40): Memasukkan K bersama dengan glukosa ke dalam sel

- Salbutamol: Pada anak


- Hiperkalemia berat --> Risiko terjadi VF bila K tidak segera diturunkan --> Terapi jangan insulin 4 unit
tiap jam, tapi langsung masukkan insulin 10 unit dalam infus D10

🐧 Gastric Ulcer Prophylaxis

- Tujuan: Mencegah gastroparesis

- Obat

. H2 blocker: Ranitidin (mengurangi produksi asam lambung)

. Proton Pump Inhibitor: Omeprazole (mengurangi produksi asam lambung)

. Sucralfate (melindungi mukosa dari korosi asam lambung)

. Antasida (menetralisir asam lambung)

- Indikasi

. Penggunaan ventilator >=48 jam

. Brain injury dengan GCS <=10

. Luka bakar

. Trauma dengan severity index >=16

🐧 Skala nyeri

- Pasien sadar: Wong Baker Scale, Visual Analog Scale

- Pasien tidak sadar (intensive care): Critical Pain Observation Tool

🐧 Irama jantung

- VT

. With pulse:

Hemodinamik stabil --> Amiodarone 300mg IV pelan


Hemodinamik tidak stabil --> Cardioversi 50-100-150 J --> Lihat monitor

. No pulse: DC shock 360 J --> CPR

- VF

. Coarse: DC shock 360 J --> CPR

. Fine: CPR (irama unshockable)

- Cardioversi = DC shock synchronized, tidak mematikan tapi mengubah irama jantung


ANESTESI 012

ANESTESI REGIONAL (dr. Sony, Sp.An)

🐧 Prinsip anestesi

- ERAS: Enhanced Recovery After Surgery

- Pasien cepat tidur, cepat bangun

🐧 Trias anestesi

- Sedatif, analgesik, muscle relaxant

- General anestesi: Balanced anesthesia (kombinasi dari ketiganya)

- Regional anestesi: Analgesik dan muscle relaxant bisa, tapi tidak ada efek sedasi --> Dikombinasi
dengan obat anestesi sedasi ringan (Midazolam, Propofol)

🐧 Macam

- Central/Neuroaxial: Spinal, SAB, Epidural

- Peripheral Nerve Block

🐧 Neuroaxial block

- Setelah anestesi pasien harus tirah baring karena dapat terjadi PDPH (Post Dural Puncture Headache)

🐧 Nerve block

- Guiding: Nerve stimulation, USG

- Obat: Lidocaine (2 jam), Ruvipacaine (4 jam)

🐧 Brachial plexus block


- Brachial plexus: C5 - T1

- T2: Tidak ikut dalam braxial plexus, namun mensyarafi beberapa dermatom di lengan = N.
Intercostobrachialis

- N. Radial, Medianus, Ulnar dalam 1 sheath. N. Musculocutaneous terpisah

- Tipe block

. Interscaleni block: C5, C6, C7 (bisa menyebar ke C4 dan C8)

. Supraclavicular block, infraclavicular: Brachial plexus (operasi di brachii)

. Axillary block: N. Medianus, Radial, Ulnar, Musculocutaneous (operasi di antebrachii-palmar)

- Komplikasi Supraclavicular block

. Pneumothorax (gerakan nafas tidak simetris, perkusi hipersonor, distress nafas, tekanan vena jugular
meningkat)

. Horner syndrome (ptosis, miosis, anhidrosis)

. Block nervus phrenicus

🐧 Femoral plexus block

- Dari medial ke lateral: Vena, Arteri, Nervus

🐧 Anestesi Sectio Cesaria

- Durante operasi: Spinal anesthesia (SAB/Epidural)

- Post operasi agar tidak nyeri: TAP (Transverse Abdominis Plane) block

🐧 Local Anesthetic Systemic Toxicity

- Peripheral nerve block --> Obat anestesi lokal masuk ke pembuluh darah --> Reaksi sistemik

- Tanda awal: Metallic taste pada lidah, bibir tebal, tinnitus


- Ada tanda awal --> Diberikan lipid solution untuk menangkap obat anestesi lokal yang ada di pembuluh
darah

- Tanda akhir: Gangguan irama jantung, gangguan hemodinamik, gangguan kesadaran

- Satu2nya obat anestesi lokal yang boleh masuk pembuluh darah: Lidocaine
ANESTESI 013

MR 23 Agustus 2019 (dr. Srie Puspitasari, Sp.An)

🐧 Airway

- Akut: Onset cepat, langsung terjadi obstruksi

- Progresif: Obstruksi memburuk seiring waktu

- Kronis: Obstruksi dalam jangka waktu lama

- Recurrent: Obstruksi --> Sudah dibebaskan --> Terjadi perburukan lagi, baik karena masalah airway,
breathing, atau circulation

- Paling cepat menjadi fatal

- Potential problem: Riwayat kejang --> Kemungkinan karena peningkatan TIK --> Space occupying lesion
--> Penekanan otak --> Penurunan kesadaran --> Obstruksi jalan nafas, depresi nafas --> Kondisi
memburuk

🐧 Circulation

- Capillary Refill Time

. Waktu pengisian kembali kapiler

. Menekan kuku pasien dengan jari jempol dan telunjuk pemeriksa selama 5 detik

. Dilepas --> Dilihat kecepatan kembalinya warna kemerahan, dibandingkan dengan normal (pemeriksa)

. Dilakukan di ruangan yang terang

- Perfusi

. Hangat, Kering, Merah: Normal, darah mengisi kapiler pada ekstremitas

. Dingin, Pucat: Shock --> Vasokonstriksi selektif pada ekstremitas --> Tidak ada darah yabg mengisi

. Basah: Reaksi stress --> Aktivasi simpatis --> Kontraksi musculus erektor pili --> Keluar keringat
- Tekanan darah

. Teknik: Invasive, Non invasive

. Invasive: Dengan kateter intraarterial

. Non invasive: Dengan manometer. Manset dipasang di ekstremitas, menutupi 2/3 lengan atas/paha -->
Ditingkatkan tekanannya sampai suara hilang --> Tekanan diturunkan pelan pelan sampai terdengar
suara = TD sistolik (muncul karena turbulensi aliran darah yang melewati tekanan yang lebih rendah dari
sistolik tapi lebih tinggi dari diastolik) --> Tekanan diturunkan lagi sampai suara hilang = TD diastolik
(karena aliran darah sudah menjadi laminer, tekanan sudah lebih rendah dari diastolik)

. TD lengan < kaki (TD kaki lebih tinggi 10-20% dari tangan)

. Coarctasio aorta: Pre lesion tekanan tinggi, post lesion tekanan rendah karena tidak cukup
mendapatkan suplai darah

. Pulse pressure: Sistolik - Diastolik (normal sekitar 40). PP menyempit = Shock hipovolemik. PP
memanjang = Shock cardiogenic, anaphylactic, septic (vasodilatasi, kurangnya kontraksi jantung --> tidak
cukup darah untuk diastolik)

- Shock

. Hipovolemik: Volume darah berkurang --> Vasokonstriksi selektif pada ekstremitas --> Akral dingin,
pucat. Takikardia. TD turun

. Neurogenic: Spinal chord injury --> Vasodilatasi pada dermatom di bawah lesi, bradikardia --> Akral
hangat, merah. Bradikardia. TD turun

. Septic, anaphylactic: Vasodilatasi --> Akral hangat, merah. Takikardia. TD turun

🐧 Disability

- Pemeriksaan cepat: AVPU (GCS sulit dan menentukannya lama, tiap orang penilaian bisa berbeda)

- Alert = GCS 456

- Response to pain = GCS < 10 --> Persiapan intubasi

- Temperatur: Sepsis hiper/hipotermia

🐧 Secondary survey
- Vital sign: TD, HR, RR, Temp, Pain

. Temp: Core (rectal, tympanic), peripheral (axilla). Beda core dan peripheral normal

. Pain: Neuropathy (kerusakan syaraf --> tidak merasa nyeri), neurophatic pain (nyeri karena kerusakan
syaraf, contoh phantom pain)

🐧 Sepsis

- Myocard depressant factor --> Cardiomegaly, kontraktilitas jantung berkurang

- Kerusakan fungsi ginjal: BUN, SK meningkat. Durasi obat anestesi tambah lama karena ekskresi
terhambat

- Kerusakan fungsi hepar: SGOT, SGPT meningkat. Hipoalbumin --> Cairan mudah ekstravasasi dari
vaskular --> Edema (ekstremitas, paru) --> Hati hati dalam pemberian cairan

🐧 Anestesi regional

- Ester

. Lebih toxic

. Lipophilic (lipid soluble)

. Tetracaine, Pantocaine

- Amida

. Hidrophilic

. Lidocaine: Durasi 2 jam, paling neurotoxic

. Buvipacaine: Paling cardiotoxic

. Ropivacaine: Durasi 4 jam

- SAB

. Diberi campuran Adrenalin --> Vasokonstriksi --> Durasi anestesi lama


. Untuk amputasi: Sering terjadi phantom limb pain (bisa dalam 2 minggu pertama, bisa sampai 6 bulan
--> sampai seumur hidup)

- Epidural

. Diberi campuran adrenalin: Memperlama durasi anestesi, mencegah obat anestesi tidak masuk
pembuluh darah atau subarachnoid space (dosis epidural jauh lebih tinggi dari SAB, sehingga bila obat
masuk subarachnoid jadi toxic)

. Bisa menggunakan kateter epidural untuk mempertahankan anestesi

. Untuk amputasi: Risiko timbulnya phantom pain

- Local Anesthetic Systemic Toxicity

. Bila obat anestesi lokal masuk ke pembuluh darah

. Tanda awal: Metallic taste pada lidah, tinnitus

. Diberi lipid solution --> Obat anestesi yang hidrophilic akan terdorong dari pembuluh darah

. Lipid emulsion 20% bolus 1,5ml/kgBB 2-3 menit --> Maintenance 0,25ml/kgBB/menit 20-60 menit
ANESTESI 014

MR 27 Agustus 2019 (dr. Wahyu Mananda, Sp.An)

🐧 Preeklampsia --> Edema paru

- Hidrostatik: Hipertensi --> Tekanan hidrostatik tinggi --> Ekstravasasi cairan dari vaskular ke interstisial
paru

- Onkotik: Hipoalbumin --> Tekanan onkotik rendah --> Ekstravasasi cairan dari vaskular ke interstisial
paru

- Cardiogenic: Hipertensi --> Jantung bekerja keras --> Decompensated heart failure --> Kontraksi
jantung menurun --> Darah banyak yang tertinggal di jantung --> Darah dari vena pulmonalis tidak bisa
masuk ke atrium kiri --> Terbendung --> Ekstravasasi cairan dari vaskular ke interstisial paru

🐧 Obat jantung

- Rate control: Amiodarone, Diltiazem (menurunkan HR / Chronotropic negatif), Digoxin (untuk heart
failure)

- Inotropic positif (memperkuat kontraksi --> meningkatkan SV): Dobutamine

- Vasodilator: Dobutamine, Diltiazem

🐧 Restriksi cairan

- Pasien overload cairan (edema paru, overload syndrome)

- Cairan hanya diberi sebanyak Insensible Water Loss minimal --> 500ml/24 jam

🐧 Obat anestesi pada peningkatan TIK

- Paling baik Thiopental, Pentothal

- Propofol: Vasodilatasi --> Aliran darah ke otak naik --> Peningkatan TIK

- Ketamine: Peningkatan tekanan darah --> Peningkatan TIK


🐧 Reversal

- Untuk membalikkan efek obat anestesi

- Reversal agent bersifat inhibitor kompetitif terhadap obat anestesi pada reseptor yang sama

- Dilakukan untuk mengembalikan usaha nafas pasien sebelum lepas dari ventilator post operasi

- Opioid >< Naloxone, Curare >< Golongan stigmine

🐧 Pemindahan pasien

- Actual problem diatasi dulu

- Potential problem

. Bisa diatasi selama transport, bisa diatasi di ruang tujuan --> Pindah

. Tidak bisa diatasi bila timbul selama transport, tidak bisa diatasi di ruang tujuan --> Jangan pindah dulu
ANESTESI 015

MR 28 Agustus 2019 (dr. Anna Surgean V., Sp.An)

🐧 Obat anestesi

- Fentanyl: Opioid murni short acting (30 menit - 1 jam)

- Succinylcholine: Muscle relaxant short acting

- Atracurium, Rocuronium, Vancuronium: Muscle relaxant intermediate acting (onset 3-5 menit,
duration of action 30 menit)

- Tramadol: Opioid sintetik --> Post Operation Nausea Vomiting parah --> Harus diberi antiemetik yang
kerjanya sentral (ex: Metoclopramide)

🐧 Emergency

- Puasa tidak cukup --> Risiko aspirasi besar

- Digunakan obat yang short acting karena bila obat long acting --> Memakai ventilator lama --> Risiko
aspirasi

- Contoh obat: Succinylcholine, Rocuronium

🐧 Tekanan darah

- TD tinggi: Hipertensi akut/kronis, nyeri, stress

- Manajemen nyeri: Premedikasi sebelum operasi

🐧 Kalium

- Pemeriksaan dari EKG dan lab

- EKG: Aritmia (hipo/hiperkalemi), tall T (hiperkalemi)

🐧 Matrix assessment pasien


- Yang di assess: B1, B2, B3, B4, B5, B6

- Tiap B harus:

. Actual problem: Masalah yang sekarang dihadapi

. Potential problem: Masalah yang mungkin muncul dengan actual problem

. Assessment

. Terapi

. Monitoring
ANESTESI 016

Penilaian Nyeri

🐧 Definisi

- Unpleasant sensory and emotional experience

- Karena kerusakan jaringan

- Dimana saat pasien mengatakan sakit

🐧 Assessment nyeri

- Recognize (Mengenali) --> Assess (Menilai) --> Treat (Menangani)

- Subjektif: VAS, NRS, Wong Baker

- Objektif: FLACC, COMFORT, BPS, CPOT

- Nilai efektivitas terapi nyeri dengan mengukur skala nyerinya

- Lakukan assessment ulang (IV tiap 15 menit, oral tiap 1 jam)

- Evaluasi munculnya efek samping obat

- Bila skala nyeri sudah 0-3, berarti pengobatan sudah sesuai

- Bila skala nyeri masih 4-6, berarti pengobatan belum maksimal, perlu diatur dosis dan obatnya

🐧 Nyeri

- Tahapan: Transduksi --> Transmisi --> Modulasi --> Persepsi

- Dipengaruhi oleh emosi, pengalaman

- Nyeri akut --> Tidak diobati dapat menjadi nyeri kronis

- Nyeri kronis: Nyeri yang berlangsung > 3 bulan


🐧 Manajemen nyeri

- Access to pain treatment is a human right

- Nyeri = Vital sign ke 5

- Multimodal analgesia:

. Lebih baik menggunakan beberapa obat dengan dosis kecil daripada 1 obat dengan dosis maksimal

. Mengurangi dosis setiap analgesik

. Efikasi lebih baik karena efek sinergis

. Mengurangi efek samping tiap obat

- Stepladder WHO

. Nyeri kronis (kanker): Non opioid + adjuvant --> Opioid untuk nyeri ringan-sedang + Non opioid +
adjuvant --> Opioid untuk nyeri sedang-berat + Non opioid + adjuvant --> Ganglion block

. Nyeri akut (Dibalik): Opioid untuk nyeri sedang-berat + Non opioid + adjuvant --> Opioid untuk nyeri
ringan-sedang + Non opioid + adjuvant --> Non opioid + adjuvant

- Patient Controlled Analgesia (PCA)

. Pasien bisa mengatur kapan memberi obat nyeri

🐧 Opioid

- Nyeri --> Reseptor opioid terbuka --> Opioid menempel di reseptor, tidak ada yang bebas di plasma -->
Tidak terjadi adiksi

- Tidak nyeri --> Reseptor opioid tertutup --> Opioid bebas di plasma --> Adiksi

- Morfin, Endorphin: 15 mg Morphin = 0,5 mg Endorphin

- Morfin: Dosis 0,1 mg/kgBB

- Efek samping: Depresi nafas, mual muntah, konstipasi


🐧 Ketamine

- Efek samping: Takikardia, hipertensi, nystagmus, peningkatan TIK, halusinasi

- Halusinasi bergantung pada persepsi pasien sebelum dianestesi

🐧 Paracetamol

- Bisa untuk nyeri akut maupun kronis

- Dosis maksimal: 3 gram/hari

- Kontraindikasi: Fungsi hepar buruk (cek SGOT, SGPT)

Anda mungkin juga menyukai