Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATERI PELATIHAN ICU HARI KE TIGA

RABU,09 SEPTEMBER 2020

1. INTERPRETASI THORAX FOTO

Foto thorax atau sering disebut Chest X-Ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari
thorax foto untuk mendiagnosis kondisi – kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur
– struktur didekatnya.

Tujuan pemeriksaan thorax foto adalah :

1. Menilai adanya kelai nan patologi jantung, misalnya kelainan letak jantung.
2. Menilai kelainan paru
3. Menilai adanya perubahan pada struktur ekstra kardiak
4. Untuk menilai adanya perubahan patologi jantung
5. Kelainan Aorta kuartasio aorta aneurisma, gangguan pada dinding toraks, Fraktur iga,
fraktur Sternum
6. Gangguan rongga pleura pneumotoraks
7. Hematotoraks
8. Gangguan pada diafragma dan paralisis saraf frenikur
9. Menilai letak alat alat yang dimasukkan ke dalam organ rongga toraks misalnya : ETT,
CVP, Swan, Ganz, NGT dan lain lain.
Macam – macam proyeksi foto thorax yaitu :

 Anterior posterior
 Posisi lateral
 Posterior Anterior (PA)
 Posisi berbaring (Supine)

Menilai adanya perubahan patologi jantung :

a) Posisi Normal, Dextro kardi


Ukuran : dengan menggunakan cardio toraks
Bentuk jantung : Sepatu Boot (TOF)
Snow man (TAPVD)
Bentuk telur (TGA)
b) Kelainan Aorta
Koartasio Aorta
Aneurisma Aorta

Gangguan pada dinding thorax : - Fraktur Iga

- Fraktur sternum

Gangguan rongga pleura : - Pneumo toraks


- Hematoraks
- Efusi pleura
-
Panduan Interpretasi thorax foto :
1. Identitas pasien
2. PIER (Position, Inspiration, Exposure, dan Rotation)
3. Tulang dan jaringan lunak
4. Jantung
5. Diafragma
6. Permukaan bawah paru (Edge of lungs)
7. Lapang pandang paru (Field of lungs)
8. Pembuluh darah besar (Great velsels)
9. Itilus

Interpretasi dasar foto


Dalam membaca foto rontgen hal pertama yang perlu diperhatikan adalah densitas atau derajat
tebalnya bayangan hitam pada film para radiologi menggolongkan adanya empat densitas yaitu
:
- gas atau udara : gambarnya terlihat paling hitam
- Air
- Lemak
- Logam : yang paling tampak terang

Kelainan – kelainan dalam rongga thorax :


1) Vaskularisasi
2) Oligemi
3) Oedema paru, Tension pneumotoraks, Oedema pulmonal
4) Pneumotoraks
5) Pleura effusion
Penyebab Pneumotoraks :
1) Trauma dada
2) Pernafasan dengan tekanan positif secara intermiten
3) Penggunaan tekanan positif akhir ekspirasi yang tinggi (PEEP)
4) Resusitasi kardio pulmonal
5) Bedah toraks dan bedah abdomen atas
Gambaran pada foto toraks :
1) Bayangan radiolusen
2) Trakea terdorong ke otot yang sehat
3) Mempunyai batas tegas
4) Vaskularisasi tidak terlihat
Kelainan – kelainan dalam rongga Thorax :
a) Oligemi
b) Oedema Paru
c) Tension pneumotoraks
d) Vedema pulmonal
Dasar – dasar akumulasi cairan dalam rongga pleura
Dasar akumulasi cairan dalam rongga thorax :
a. Gangguan perbedaan tekanan hidrostatik oleh peningkatan tekanan kapiler paru
b. Tekanan onkolik kapiler menurun
c. Radang permukaan pleura dan pembuluh
d. Gangguan obstruksi lokal atau umum oleh karena bendungan

Alat – alat terpasang dalam rongga thorax :


1. Kateter vena sentral (ICS 3-4)
2. Pipa endotrakeal masuk melalui mulut atau hidung
3. Kateter arteri pulmonal (ICS 5-6)

Peran dan tanggungjawab perawat pada pemeriksaan thorax foto :


1) Menjelaskan mengapa dilakukan foto thorax
2) Membantu posisi pasien agar dapat dihasilkan foto yang baik
3) Perawat harus mendampingi pasien selama pemeriksaan berlangsung
4) Observasi agar selang infus, pipa endotrakeal dan alat yang lain tidak tertarik
5) Pastikan tidak ada pipa ET, selang infus tidak berada diatas film
6) Apabila hemodinamik pasien tidak stabil dapat dilakukan dengan posisi terlentang
7) Apabila pasien paralisis (menggunakan obat relaksan) bantu mengangkat kepala dan
leher agar tidak terjadi fraktur.

MATERI KEDUA (Pukul 09.30-11.00)

2. DRAINASE THORAX
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara,cairan,
(darah,pus) dari rongga pleura,rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negative rongga tersebut.

TUJUAN
- Mengeluarkan cairan atau darah,udara dari rongga pleura dan rongga thorax
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
- Mengembangkan kembali paru yang kolaps
- Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

INDIKASI
1. Adanya udara dalam rongga pleura
2. Adanya darah/cairan dalam rongga dada
3. Adanya cairan abnormal pada rongga pericardium
4. Paska bedah thorax

MANIFESTASI KLINIS:
1. Pernafasan cuping hidung
2. Sakit dada,terutama saat batuk dan bernafas
3. Nafas cepat dan TTV yang kecil
4. Cemas,stress dan cepat capek
5. Nadi cepat dan sianosis
6. Hypertensi
Tempat Pemasangan WSD
a. Bagian apex paru
b. Bagian basal
Jenis-jenis WSD
a. WSD dengan system satu botol
b. WSD dengan system dua botol
c. WSD dengan system tiga botol
Komplikasi pemasangan WSD
a. Komplikasi primer : perdarahan,edema paru,tension pneuma thorax atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
Prosedur pemasangan WSD
a. Pengkajian
b. Persiapan pasien
c. Persiapan alat
d. Pelaksanaan
Persiapan pemasangan water seal drainase (WSD)
1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien
3. Pelaksanaan
e. Tindakan setelah prosedur

PRINSIP PERAWATAN PASIEN


- Perawat bertanggung jawab menjaga system WSD
- Panjang slong penghubung ± 100 cm
- Jarak pasien dan botol penampung 90 cm
- Jika pasien bergerak atau dipindahkan , pertahankan posisi system drainase berada
dibawah level dada pasien
- Usahakan jangan melakukan striping → menghasilkan tekanan,lebih negative (>- 100
cm H20)
- Jangan melakukan klem pada tubing bila tidak ada indikasi yang jelas
- Kedalaman tubing pada water seal harus dipertahankan 2 cm H20
- System water seal harus kedap udara dan pertahankan ventilasi udara tetap terbuka
- Bila tubing di klem observasi tanda tension pneumothorax
- Lakukan teknik aseptic dan antiseptic saat merawat luka
CARA MENGGANTI BOTOL WSD
a. Siapkan set yang baru
b. Botol berisi cairan aquadist ditambah desinfektan
c. Selang WSD diklem dahulu
d. Gantu botol WSD dan lepas kembali klem
e. Amati undulasi dalam selang WSD
Pemcabutan selang WSD
Indikasi pengangkatan WSD apabila:
a. Paru-paru sudah Reekspansi
- Tidak ada undulasi
- Cairan yang keluar tidak ada
- Tidak ada gelombang udara yang keluar
- Kesulitan bernafas tidak ada
- Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
- Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara
b. Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada
selang

PENCABUTAN WSD
- Jumlah cairan yang keluar ≤50Cc untuk Rediatric
- Pada pneumothorax tidak ada produksi udara yang keluar 24-48 jam

 Secara prinsip pencabutan WSD dilakukan disaat akhir inspirasi


 Pemberian betadine salep pada kassa untuk menutupi luka bekas drainase

Hal-Hal yang harus diperhatikan


1. Sedapat mungkin pertahankan selang berada dibawah level dada
2. Yakinkan bahwa sambungan selalu dalam keadaan tersambung baik K/P diplester agar
tidak bocor
3. Pertahankan cairan dalam botol water seal dan botol penentu tekanan
4. Anjurkan pasien untuk tarik nafas secara periodic untuk membantu pengembangan paru
5. Perhatika posisi jangan pernah melakukan botol WSD sejajar atau lebih tinggi dari dada
pasien
6. Botol penampung tetap tegak/tidak roboh

MATERI KETIGA (Pukul 13.20-15.30)

3. MONITORING HEMODINAMIK DASAR NON INVASIF DAN INVASIF

PEMANTAUAN HEMODINAMIK : pemeriksaan aspek fisik dari sirkulasi darah,termasuk


fungsi jantung dan karakteristik fisiologis vaskuler perifer

Tujuan :
- Mengevaluasi fungsi dasar kardiovaskular
- Memastikan adanya disfungsi kardiovaskular
- Petunjuk untuk tindakan khusus yang berguna memperbaiki fungsi kardiovaskular
- Mengevaluasi kegunaan tindakan
Indikasi:
- Penurunan fungsi jantung seperti AMI,CHF,Cardiomiopathy
- Pada pasien semua tipe kardiogenik syok, neurologis,anapilaksis
- Penurunan urine output yang disebabkan karena dehidrasi perdarahan gastro intestinal
atau pembedahan

JENIS-JENIS PEMANTAUAN HEMODINAMIK


a. Pemantauan hemodinamik non invasive
1. Pengukuran darah arterial
2. Penilaian denyut jantung
3. Penilaian laju pernafasan
4. Temperature
5. Penilaian perfusi kulit
b. Pemantauan hemodinamik invasive
1. Intra arterial pressure
2. Central venous pressure
3. Pulmonary artery pressure
4. Left atrial pressure/PCWP Cardiac Output
Central venous pressure (CVP)
Merupakan tekanan pada vena besar thorax yang menggambarkan aliran darah ke jantung.

Indikasi Pemasangan Cvp


- Memfasilitasi pemberian cairan intravena volum yang banyak dan jalur vena perifier
tidak adekuat
- Memeberikan obat-obat i.v , seperti : obat vasoaktif,obat yang dapat menyebabkan
iritasi
- Pemberian parenteral nutrisi
- Pemantauan hemodinamik/CVP
- Intervensi terapetik seperti: hemodialisis,TPM
- Pengambilan xample darah

Lokasi pemasangan:
a. Lokasi sentral
1. Vena yugolaris interna
2. Vena subclavia
3. Vena femularis
b. Lokasi periver
1. Vena yugolaris eksterna
2. Vena femoralis
Kontra indikasi pemasangan kateter vena central
- Gangguan koagulasi
- Infeksi dan gangguan pertahanan di kulit
- Kesulitan untuk menentukan lokasi pemasangan
- Potensial tinggi terjadinya pneumothorax
Komplikasi pemasangan CVP
- Pheumothorax
- Infeksi
- Disritmia
- Gangguan pembuluh darah
- Emboli udara
- Perdarahan
Penatalaksanaan Monitoring Hemodinamik Invasive
Secara invasive dapat dilakukan pengukuran dengan dua cara , yaitu :
1. Tekhnik pengukuran dapat menggunakan manometer air
2. Tekhnik pengukuran dapat menggunakan tranduser
Normal Nilai CVP : 2-6 mmHg atau 3-8 cmH2O
Tekhnik pengukuran CVP menggunakan manometer air
Cara merangkai
- Menghubungkan set infus dengan cairan NaCI 0.9 %
- Mengeluarkan udara dari selang infus
- Menghubungkan skala pengukur dengan three way stopcock
- Menghubungkan three way stopcock dengan selang infus
- Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
- Mengeluarkan uadara dari manometer line
- Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
- Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
Cara pengukuran dengan tekhnik manometer air
- Memberikan penjelasan kepada pasien
- Mengatur posisi pasien
- Leveling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur
atau tranduser
- Letak jantung dapat ditentukan dengan membuat garis pertemuan antara sela iga ke 4
dengan garis pertengahan aksila
- Menentukan nilai CVP dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan nilai
dibaca pada akhir ekspirasi
- Membereskan alat”
- Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai
Persiapan alat pengukuran tekhnik tranduser
1. Flush solution
2. Infusor bag
3. I.V administration set
4. Tranduser disposable/flush device
5. Extention tubing with stopcock
6. Tranducer interface cab;le and monitoring
7. Chateter (e.g PA,CVC,Arterial catheter…etc)
Cara kerja monitoring dengan tranduser
- Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya kedalam cairan infus
- Menghubungkan cairan tersebut dengan infus
- Mengeluarkan udara dari selang infus
- Memasang cairan infus pada kantong tekanan
- Menghubungkan tranduser dengan alat infus
- Memasang three way stopcock dengan alat flus
- Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flus
- Menghubungkan manometer dengan three way stopcock
- Mengeluarkan udara dari seluruh system alat pemantauan
- Memompa kantong tekanan sanpai 300 mmHg
- Menghubungkan kabel tranduser dengan monitor
- Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
- Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
Zeroing system
Memindahkan efek tekanan atmosphere dari system yaitu dengan menutup arah stopcock pada
pasien, dan terbuka pada posisi tranduser,sehingga berhubungan dengan tekanan atmosphere

Keuntungan dan kerugiaan pemantauan secara invasive


Keuntungan:
- Akurat dan dapat dibaca terus menerus
- Memperoleh nilai system cardiofascular yang tidak dapat diukur secara non invasive
- Dapat digunakan untuk terapi yang optimal
- Untuk mengambil sample darah
- Efisien dalam waktu
Kerugian:
- Meningakatkan resiko infeksi
- Memerlukan keahlian khusus
- Dapat memberikan informasi yang salah

Manajemen keperawatan
- Cegah komplikasi
- Pastikan area CVP terlihat dengan jelas
- Semua sambungan harus aman dan kuat
- Pastikan CVP line tertutup oleh dressing care
- Buat label CVP
- Pastikan cairan pressure bag adekuat
- Selalu menggunakan cairan NacI 0.9%
- Pastikan Bahwa Tekanan Yang Di Pressure Bag Selalu 300 Mmhg
- Jangan sampai cairan di pressure bag kehabisan
- Gunakan hanya manometer line yang lengkap dengan set tranduser
- Observasi dan buang jika ada gelembung udara
- Untuk anak-anak < 10 tahun gunakan syringe 50 cc untuk cairan flush
- Pantau warna dan suhu eksremitas bagian distal dari arterial line dan bandingkan
dengan ekstremitas yang lain
- Pantau gelombang arteri setiap saat
- Zero dan leveling kembali tranduser setiap pergantian shift dan pergantian posisi pasien
Dokumentasi
- Tanggal dan jam pemasangan CVP
- Lokasi pemasangan
- Ukuran kateter CVP yang digunakan
- Hasil pengukuran
- Dokumentasikan pemantauan hemodinamik sebelum,selama , dan setelah pemasangan
CVP

Anda mungkin juga menyukai