Anda di halaman 1dari 5

Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Medis

AIRWAY  Apabila penderita dapat berbicara maka dapat dipastikan airwaynya tdk
bermasalah
 Untuk mempertahankan aiway dapat dilakukan pembersihan rongga mulut dari
benda asing (denture) dan menghisap ludah yang terakumulasi di orofaring dengan
menggunakan suction apparatus
 Triple airway maneuver (Head Tilt, Chin Lift, Jaw Thurst)
(Pada penderita gangguan kesadaran terjadi penurunan tonus – tonus otot skeletal yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas)

BREATHING  Melihat apakah ada pernapasan yang spontan atau tidak


 Pemeriksaan utama (Look (Gerakan dada pasien), Listen (Mendekatkan telinga
operator ke mulut dn hidung dari pasien), Feel (Hembusan napas pada saat
mendekatkan telinga))
 Apabila pasien hilang sadar perlu diberikan oksigen murni 100% dengan kecepatan
aliran 6 – 8 liter per menit melalui face mask
 Apabila tidak ada napas spontan maka segera lakukan resusitasi pernapasan
(buatan) melaui mouth-to-mouth breathing atau dengan menggunakan bag-valve-
mask device (Ambu bag)

CIRCULATION
 Apabila penderita dalam keadaan sadar berarti fungsi circulationnya normal
(cerebral blood flow adekuat ke dalam otak)
 Apabila penderita tidak sadar maka segera melakukan pemeriksaan nadi (arteri
radialis)
 Nadi normal 60-80x/menit
 Apabila nadi terasa cepat (>90x/menit)
 Apabila nadi terasa lemah (<60x/menit) berarti telah terjadi hipotensi (sistolik
dibawah 80 mmhg)
 Arteri radialis tidak terasa  pemeriksaan pada nadi (arteri carotis)
 Apabila tekanan darah sistolik berada dibawah 60 mmHg segera lakukan intervensi
untuk memperbaiki cerebral blood flow dengan menempatkan pasien dalam posisi
supine (kepala dan tungkai sejajar, namun kaki diletakkan lebih tinggi) shock position
 Apabila semua nadi adekuat, tapi tidak didapatkan pernapasan maka penderita
mengalami keadaan tinaps
 Tinaps  langkah awal mengaktifkan emergency medical service

DISABILITY (neurologi)  AVPU


 Alert : penderita sadar akan apa yang terjadi pada dirinya
 Verbal : Penderita merespon suara
 Pain : Penderita merespon terhadap rangsangan nyeri yang diberikan (penekanan
keras pada pangkal kuku, pangkal dada (sternum) paastikan tidak ada cedera pada
lokasi tekan
 Unresponsive : Keadaan dimana penderita tidak merespon terhadap rangsangan AVP
Macam Kegawatdaruratan Medis
VASOVAGAL SYNCOPE  Penurunan kesadaran sementara akibat penurunan cerebral
blood flow yang bersifat mendadak akibat respon terhadap stress, perasaan takut, tegang
ataupun nyeri hebat
 Ciri ciri : Perasaan tidak nyaman, keringat dingin, Jantung berdebar (palpitasi),
pandangan mulai gelap, perasaan ingin jatuh (pingsan),
 Intervensi : Segera rebahkan dental chair agar posisi supine atau shock, pakaian
ketat dilonggarkan,

ANGINA PECTORIS  Nyeri dada pada penderita penyakit jantung coroner. Dipicu oleh
stress psikis, fisik, atau farmakologis, dan kombinasi. Sering terjadi akibat pemberian
adrenalin dalam larutan anastesi lokal
 Ciri – ciri : perasaan penuh, berat, panas, tertekan, dan terkadang disertai rS
kesemutan pada lengan kiri
 Intervensi : Segera rebahkan dental chair dalam posisi semi-supine atau shock,
konsumsi obat – obatan sesuai rekom dokter jantung (ex; Nitrogliserin) dan
pemberian oksigen dengan face mask  biasanya nyeri dada hilang cepat

HIPOGLIKEMI  penuruan kadar glukosa dalam darah (dibawah 70 mg/dL)


 Ciri – ciri : gemetar, keringat dingin, palpitasi, penurunan kesadaran
 Intervensi : posisi supine, berikan minuman manis

REAKSI OBAT ANASTESI LOKAL  Terganggunya kesadaran (konvulsi)


 Penyebab : Penyerapan obat anastesi lokal terlalu cepat karna injeksi intravascular
(konvulsi singkat), Overdosis (konvulsi lama)
 Gejala klinis : Gangguan kesadaran (paling berat), gelisah, panik, berbica tidak
terarah, kejang ekstermitas, muntah
 Intervensi : Posisi semisupine, penderita diminta untuk bernapas dalam dan cepat
untuk mempercepat pemulihan, Menenangkan penderita dengan menjelaskan
bahwa yang diderita itu tidak berbahaya

SHOCK ANAFILAKTIK  Respon hipersensitivitas tipe 1 yang diperantarai IgE


 Gejala klinis : curah jantung, tekanan arteri yang menurun hebat
 (Hipotensi yang terjadi akibat vasodilatasi yang mendadak pada pembuluh darah dan
disertai kolaps pada sirkulasi darah  kematian
 Gejala klinis : sesak napas, demam, sakit kepala, gatal, rasa panas dalam lidah
(angioedema), nadi lemah atau cepat, napas cepat (bronkokonstriksi)
 Intervensi :
a. Jaga aliran udara agar bebas dari obstruksi
b. posisikan dalam keadaan terlentang
c. ukur vital sign tekanan darah, nadi, dan respiratory rate
d. injeksikan larutan adrenalin pada regio femoralis atau regio brachialis
sebanyak 0,01 mg/kg BB dari 1 : 1000 larutan sebanyak 0,5 ml secara
intramuscular pada orang dewasa dan 0,3 ml pada anak (catat pemberian
adrenalin, ulangi 5 – 15 menit) hingga gejala hilang
e. beri oksigen 6 – 8 liter per menit melalui face mask, apabila arteri carotis
tidak teraba lakukan resusitasi jantung paru (CPR)
f. Monitoring
g. Lakukan pemasangan infus larutan NaCl 0,9% sebanyak 10 – 20 ml/kg BB
dalam 10 – 20 menit
h. Injeksi dephenhidramine 1 – 2 mg/kg BB sampai 50 mg dosisi tunggal secar
aintravena

Vital Sign
Alat dan bahan:
-Stetoskop
-Sphygnomanometer

1. Memeriksa kondisi stetoskop dengan baik


2. Memasang stetoskop dengan benar, berikan ketukan lembut pada diapraghma
makan akan terdengar suara halus dari earpeace
3. Sphygnomanometer yang baik apabila selang tidak lengket dan lentur
4. Manset disesuaikan dengan ukuran lengan pasien, manset yg baik apabila dapat
menggelembung dengan baik
5. Thermometer: untuk mengukur suhu pasien, thermometer dilakukan di bagian axilla
selama 20 detik

Prosedur Umum
1. Memastikan kondisi umum pasien apakah bisa diajak berkomunikasi dengan baik
2. Posisi duduk pasien semisupine
3. Pengukuran tekanan darah : Meminimalkan gangguan suara disekitar kita
4. Pasien duduk tenang selama 5 menit
5. Perabaan arteri brakialis
6. Pemasangan manset pada lengan dengan keadaan kempis dengan tepi distal pada
manset berjarak 1,5 cm proksimal dari arteri brachialis
7. Manset dipompa sambil memerhatikan gerakan jarum manometer hingga arteri
radialis tidak teraba lagi
8. Earpiece stetoskop dipasangkan pada telinga operator, diapragma stetoskop
diletakkan pada arteri brakhialis, tekanan diturunkan perlahan lahan sambil
membuka keran pompa , degup pertama adalah tekanan sistolik, suara degup
menghilang adalah suara diastolik
9. Manset dikempeskan dengan membuka keran pompa lebih besar
10. Pengukuran dapat dilakukan 2x untuk memastika, dengan jarak 5 menit

Pemeriksaan nadi
1. Menentukan frekuensi, irama kerja jantung, kekuatan tekanan aliran darah pada
dinding arteri
2. Meraba dengan 3 jari tangan , digiti 234 diatas arteri radialis , digiti 2 dan 4 dilakukan
untuk fiksasi, digiti 3 untuk deteksi denyutan
3. Melakukan pengukuran frekuensi dan irama nadi
Pemeriksaan respiratory rate
1. Operator berdiri dibelakang pasien tanpa diketahui pasien, kemudian
memperhatikan pergerakan sangkar dada, dihitung pergerakan sangkar dada dalam
satu menit

Anastesi Lokal
RA anterior
 Kemiringan dental chair terhadap lantai 15 derajat
 Posisi oklusal terhadap lantai 45-60 derajat, daerah kerja pasien setinggi siku
operator
 Asepsis dengan mengoleskan povidone iodine pada daerah mucolabial fold dan
daerah 1/3 mukosa palatal anterior dengan cotton bud atau cotton pallete
 Anastesi field block :
a) insersikan jarum pada cekungan terdalam mucolabial fold pada daerah gigi yang
bersangkutan
b) Bevel menghadap tulang dan insersikan jarum hingga jarum terasa menyentuh
tulang setinggi apeks gigi yg bersangkutan
c) Aspirasi kemudian deponir cairan sebanyak 1 cc, kemudian jarum ditarik perlahan
dari jaringan
 Anastesi nerve block:
a) Lakukan injeksi pada daerah lateral papilla incisivus untuk menganastesi
nervus nasopalatinus
b) Bevel menghadap tulang , jarum diinsersikan sedalam kira” 5 mm, aspirasi
kemudian deponir cairan anastesi sebanyak 0.25-0.5 cc
 Evaluasi daerah yg di anastesi, terasa kebas pada daerah mukosa palatum bagian
anterior, bibir menggunakan pinset dental, cek dengan sonde pada sulcus gigi yg
ingin di anastesi

RA Posterior
 Lakukan asepsis pada mucobuccalfold dan daerah 2/3 daerah palatal posterior
 Anastesi field block
a) Insersi jarum pada daerah mucobukal fold daerah gigi yang bersangkutan
b) Bevel menghadap tulang kemudian insersikan jarum hingga terasa
menyentuh tulang setinggi apeks yg bersangkutan
c) Lakukan aspirasi kemudian deponir cairan 1 cc cairan anastesi ,kemudian
jarum ditarik perlahan dari jaringan
 Anastesi nerve block
a) Lakukan insersi jarum pada daerah antara gigi m2 dan m3 untuk
menganastesi nervus palatinus majus
b) Bevel menghadap tulang, jarum diinsersikan sedalam kira kira 10 mm dari
gingival margin gigi bagian palatal gigi tersebut
c) Kemudian aspirasi dan deponir cairan sebanyak 0,25-0,5 cc
d) Tarik jarum secara perlahan dari jaringan
 Evaluasi dengan menggunakan pinset dental pada daerah mucobukal dan 2/3
mukosa palatum bagian posterior dan pada bagian pipi, menggunakan sonde untuk
daerah sulkus gigi yg bersangkutan
RB Anterior
 Asepsis pada daerah mucolabial fold dan daerah lingual
 Anastesi field block:
a) Insersikan jarum pada cekungan mucolabial fold terdalam pada gigi yang
bersangkutan
b) Bevel menghadap tulang, kemudian insersikan jarum hingga bevel terasa menyentuh
tulang setinggi apeks gigi yang bersangkutan
c) Aspirasi kemudian deponir cairan 1 cc jarum ditarik perlahan dari jaringan
 Anastesi nerve block
a) Insersikan jarum pada daerah lingual gigi yang bersangkutan untuk menganastesi
nervus lingualis setinggi apeks gigi yang bersangkutan sekitar 1-2 mm
b) Aspirasi kemudian deponir cairan sebanyak 0,25-0,5 cc
 Evaluasi anastesi menggunakan pinset dental akan merasa kebas pada daerah bibir
dan lingual

RB Posterior
 Lakukan asepsis dengan povidone iodine pada daerah yang ingin dianastesi
 Anatesi mandibular
a) Meraba line obliqua eksterna, retromolar pad hingga menemukan coronoid notch
b) Digiti 2 diletakkan pada coronoid notch, insersikan jarum didepan digiti dua hingga
menyentuh tulang , kemudian lakukan gerakan kontralateral sejajar dengan gigi
premolar 1 dan 2 sisi seberangnya, kemudiam gerakan ipsilateral, kontralateral lagi
c) Kemudian aspirasi dan deponir cairan anastesi sebanyak 1 cc,
d) tarik jarum setengah panjang jarum untuk menganastesi nervus lingualis , aspirasi
kemudian deponir perlahan sambil syringe ditarik perlahan sebanyak 0,5 cc
 Field Block anastesi
a) Lakukan anastesi pada mucosabucal fold gigi yang bersangkutan untuk
menganastesi nervus bucalis longus
b) Bevel menghadap tulang, kemudian insersikan jarum hingga jarum
menyentuh tulang,
c) Aspirasi kemudian deponir cairan sebanyak 0,5 cc, jarum ditarik secara
perlahan dari jaringan
 Evaluasi daerah yg di anastesi menggunakan pinset dental akan terasa kebas pada
bibir, sudut bibir , dagu , lateral lidah

Anda mungkin juga menyukai