Anda di halaman 1dari 57

Bahan Belajar OSCE UKMP2DG

Bedah Mulut
Basic Life Support (Bantuan Hidup Dasar)
Langkah-langkah:
APPROACH SAFELY

CHECK RESPONSE
1. Jika menemukan kondisi darurat dengan korban yang tidak sadar dan tidak berespon
Pastikan korban tidak sadar
Guncangkan bahu dengan lembut
Tanya: Apakah Anda baik-baik saja?

Jika ada respons: Jangan ubah posisi korban, cari hal yang tidak beres, ulangi pemeriksaan berkala.

SHOUT FOR HELP

2. Jika korban tidak merespon, teriak minta bantuan orang di sekitar.

OPEN AIRWAY

3. Lakukan head tilt-chin lift untuk membuka jalur napas


4. Pastikan tidak ada obstruksi
CHECK BREATHING

5. Nilai pernafasan: lihat-dengar-rasakan


Angkat dagu korban dan tengadahkan kepala
Lihat, dengar, dan rasakan selama < 10 detik
Pastikan korban bernafas NORMAL atau TIDAK NORMAL (megap-megap)
Napas agonal: napas berat, bising, megap-megap tanda henti jantung

CALL 112

30 CHEST COMPRESSION

6. Kompresi jantung
Bebaskan dada dari pakaian
Letakkan pangkal telapak tangan yang satu di tengah dada
Letakkan pangkal telapak tangan lainnya di atas tangan yang satu
Lakukan kompresi jantung 30x
Kemudian lakukan nafas buatan 2x

Yang dilakukan saat kompresi jantung:


Kompresi:
- Menekan jantung dan paru
- Meningkatkan tekanan rongga dada
Dekompresi :
- Pengisian jantung dan paru
- Menurunkan tekanan rongga dada
- Pengembangan penuh

2 RESCUE BREATHS
7. Cara memberikan nafas buatan:
Nafas buatan dilakukan dengan in-line immobilisation (fiksasi kepala-leher) agar tulang leher
tidak banyak bergerak. Perhatikan kedua tangan penolong pada gambar masih tetap melakukan
teknik membuka jalan nafas Chin lift. Hidung korban harus ditutup, bisa dengan tangan atau
dengan menekankan pipi penolong pada hidung korban. Mulut penolong mencakup seluruh
mulut korban. Mata penolong melihat ke arah dada korban untuk melihat pengembangan dada.
Berikan tiupan melalui mulut korban sambil melihat naiknya permukaan dada, 1 tiupan nafas
= 1 detik.

Jika ada ambu bag: Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil
memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada Tangan
yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C
sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas
penderita dengan membentuk huruf E.

Berikan kesempatan udara keluar dan lihat turunnya

Evaluasi setelah 5 siklus.


TERUS LAKUKAN 30 : 2 SAMPAI TIM MEDIK DATANG

BHD dihentikan bila:


Kembalinya denyut jantung dan napas spontan (pasien bergerak spontan)
Pasien alih rawat ke tempat perawatan (tim medik)
Penolong terancam keselamatannya
Adanya perintah jangan diresusitasi oleh tim medik/dokter

Setelah pasien dapat bernapas normal, posisikan pasien pada recovery position
Kondisi yang menyebabkan henti jantung
Cardiac arrest/ henti jantung (pada pasien penderita penyakit jantung, terbentuk clot/sumbatan
sehingga aliran darah dan oksigen ke jantung terputus)
Tanda-tanda henti jantung: detak jantung atau tekanan darah hilang, henti napas (apnea),
cyanosis, dilatasi pupil.
Tatalaksana: BLS!!!
Syok anafilaktik
Tanda-tanda syok anafilaktik:
- kardiovaskuler: tekanan darah turun
- respiratori: wheezing, choking, hoarseness (napas tidak normal)
- system saraf pusat: hilang kesadaran, dilatasi pupil

Tatalaksana:

- Posisi supine
- Injeksi epinephrine 1:1.000 0,3-0,5ml IM atau SC, dapat diulang tiap 5 menit jika
tekanan darah masih rendah
- Monitor tanda vital.
Jika terjadi henti jantung: BLS!!!
Cuci Tangan WHO (air dan hand rub)
Teknik Suturing

Alat:
Masker dan sarung tangan
Alat standar
Needle holder
Pinset chirrurgis/pinset jaringan
Jarum 3/8 circle

Bahan:
Benang silk 3.0
Tampon
Povidone Iodine

Interrupted Suture
Teknik:

Masukkan benang ke dalam jarum. Needle holder dipegang dengan tangan kiri, jarum dijepit di
pangkalnya. Tarik benang melingkari jarum, kemudian masukkan ke lubang jarum. Ulangi, kemudian
lepaskan jarum dari needle holder
Jahit dari mukosa bergerak ke mukosa tidak bergerak
Jaringan yang akan dijahit dipegang dengan pinset chirrurgis. Masukkan jarum ke dalam jaringan dengan
bantuan needle holder. Berikan jarak 2-3mm dari tepi.
Figure of Eight Suture

Teknik: Lihat video youtube

Prinsipnya mulai dari ujung distobukal mesio lingual mesiobukal distobukal. Lalu buat simpul.
Jarum selalu masuk dari bagian dalam mukosa.
Teknik Fiksasi Stout Wiring

Teknik Fiksasi Eyelet

Alat:

Masker dan sarung tangan


Alat standar
Needle holder
Tang potong kawat

Bahan:

Kawat 0,45 mm (?)

Teknik:

1. Pasang masker dan sarung tangan


2. Potong kawat sepanjang 20-25cm
3. Lipat dua kawat, sangkutkan ujung lipatan ke sonde halfmoon. Putar kawat 2 kali dengan needle
holder sehingga terbentuk ulir.
4. Masukkan ke daerah interdental gigi yang akan difiksasi. Kedua ujung kawat diarahkan
melingkari gigi.
5. Ujung kawat distal dilewatkan melalui loop kawat.
6. Kedua ujung kawat disatukan di mesial, difiksasi dengan memutar kawat dengan needle holder.
7. Lengkungkan ujung2 kawat, pastikan tidak menusuk mukosa.

Radiologi
Sialolithiasis

Obstruksi kelenjar saliva oleh sialolith.

Sialolith/salivary stones/salivary calculi: massa terkalsifikasi yang terbentuk di dalam duktus kelenjar
saliva

80-92% kelenjar submandibula


6-20% kelenjar parotid
1-2% kelenjar sublingualis dan kelenjar saliva minor
Usia 30-60 tahun
Predileksi pria > wanita

Patogenesis:

Gangguan sekresi saliva dan perubahan komposisi saliva sekresi saliva kental
Pembentukan microlith obstruksi duktus
Microlith: terdiri dari hidroksiapatit, kalsium, phosphorus, material organik, sel nekrotik
Presipitasi bakteri sialolith
Sialolith dapat memicu infeksi (sialodenitis)

Faktor predisposisi:

Konsentrasi kalsium yang banyak


pH basa
Faktor anatomis: duktus Wharton (kel. saliva submandibula) adalah duktus terpanjang, memiliki
2 lengkungan tajam, muara duktus (punctum) kecil

Gejala:

Dapat tidak ada gejala


Nyeri dan/atau pembengkakan saat makan

Pemeriksaan klinis: Bi-manual palpation sepanjang duktus

Pemeriksaan radiografis:

Plain film: proyeksi dijelaskan di bawah. 20% sialolith di kel submandibula radiolusen.
Sialography: dengan injeksi bahan kontras
Ultrasound
CT
MRI

Interpretasi radiografis sialolithiasis dan contohnya:

Lokasi lesi : rahang bawah kiri a/r P2


Ukuran dan jumlah lesi : 5 cm, satu
Struktur interna : radiopak
Margin lesi : irreguler
Efek terhadap jaringan sekitar : tidak ada

Treatment:

Pada Fase Akut:

Terapi suportif: analgesik, hidrasi, antibiotik, antipiretik jika dibutuhkan

Setelah Lewat Fase Akut:

Kalau sialolith kecil dan dekat dengan orifis duktus, dapat dikeluarkan dengan milking the gland
dan pemberian sialogog untuk menstimulasi kelenjar liur (diharapkan sialolith dapat lepas)
Kalau sialolith lebih besar atau berada lebih di dalam duktus:
o Smaller sialolith: lithotripsy (penghancuran dengan gelombang ultrasound, kaya
ngancurin batu ginjal), sialoendoscopy
o Giant sialolith: Bedah (transoral sialolithomy dengan sialodochoplasty atau
sialadenectomy)

Proyeksi untuk Melihat Kelenjar Saliva


Kelenjar parotid

Panoramik
Lateral oblique
Rotated PA / AP
Intraoral view of the cheek

Kelenjar submandibular

Panoramik
Lateral oblique
True Oklusal 90 RB (untuk melihat duktus)
Oklusal Oblique RB (untuk melihat kelenjar)

Sefalometri lateral dengan depresi lidah

Snap A Ray Film Holder (Eezee Grip Film Holder)


Film holder untuk teknik biseksi, keluaran Dentsply.
Periodonsia
Pocketing
Teknik pengukuran poket periodontal:

Menggunakan periodontal probe dengan walking stroke, poket diukur pada 6 lokasi, yaitu Mesiobukal,
Midbukal, Distobukal, Distolingual, Midlingual, Mesiolingual. Probe dimasukkan dengan tekanan ringan
(25g) pada lokasi yang telah ditentukan. Setiap kali selesai mengukur pada satu lokasi, probe diangkat
baru dimasukkan kembali pada lokasi selanjutnya. Kedalaman poket diukur dari jarak antara dasar poket
ke marginal gingiva.

Resesi Gingiva
Klasifikasi Miller:
Kelas I: Resesi belum mencapai mucogingival junction (prognosis
baik)

Kelas II: Resesi mencapai mucogingival junction, tidak ada kerusakan


interdental (prognosis baik)

Kelas III: Resesi mencapai mucogingival junction, terdapat kerusakan


interdental (prognosis sedang)

Kelas IV: Resesi mencapai mucogingival junction, disertai kerusakan


yang severe di interdental (prognosis buruk)

Teknik pengukuran resesi gingiva:


Letakkan tip probe pada marginal gingiva gigi yang mengalami
resesi dengan posisi poket probe sejajar sumbu aksial gigi.
Hitung tinggi probe dari tip yang berada di margin gingiva
hingga CEJ gigi yang bersangkutan.
Loss of Attachment
Cara menghitung clinical attachment loss pada poket absolut:
Pada gigi dengan poket , marginal gingiva tepat di CEJ LoA = P
Pada gigi dengan poket, marginal gingiva di atas CEJ LoA = P jrk marginal gingiva ke CEJ
Pada gigi dengan poket dan resesi LoA = P + R
Pada gigi dengan resesi tanpa poket LoA = R + S (Sulkus normal 1-2mm)

Kegoyangan Gigi
Cara pengukuran: tekanan labiolingual/bukolingual/labiopalatal/bukopalatal sekitar 500 g dengan
menggunakan dua instrument dental atau instrument dental dan jari operator.

Penilaian kegoyangan gigi


1 : Goyang fisiologis gigi terasa goyang, namun kegoyangan tidak terlihat operator .
2 : Gigi terasa dan terlihat goyang. Kelainan pada ligament periodontal dan kerusakan tulang pada 1/3
servikal
3 : ditekan dengan lidah pasien gigi terasa dan terlihat goyang. Kerusakan tulang mencapai 2/3 akar.
Goyang bukal-lingual. Indikasi splinting.
4 : pergerakan horizontal dan vertical (ke segala arah). Kerusaan tulang mencapai 1/3 apikal.

Instrumen Dasar

Probe
Fungsi probe periodontal adalah untuk mengukur kedalaman poket dan menetukan konfigurasi poket
Explorer
Explorer (sonde) berperan untuk mendeteksi kalkulus.

Instrumen untuk Scalling


Terdapat 5 tipe instrument yang digunakan untuk scalling: kuret, sickle scaler, file, chisel, dan hoe.
Kuret: untuk kalkulus subgingiva yang dalam, root planning.
Sickle scaler (straight & curved): untuk kalkulus supragingiva. Pull stroke motion. Straight
untuk bagian fasial dan lingual, dapat juga untuk interproksimal. Curved untuk
interproksimal.
File: untuk menghancurkan kalkulus supragingiva yang besar.
Chisel: digunakan pada permukaan proximal gigi-gigi yang crowding agar memungkinkan
digunakan instrument lain. Seringkali digunakan untuk gigi anterior. Dimasukkan dari bagian
fasial dengan gerakan push dengan sisi tajam menempel pada gigi.
Hoe: untuk kalkulus subgingiva, untuk kalkulus yang membentuk ring. Gerakan firm pull
stroke ke arah mahkota.

Kuret
Fungsi kuret: membersihkan kalkulus subgingiva yang dalam, root planing, dan kuretase jaringan
granulasi dinding poket.
Jenis-jenis kuret:

Kuret universal: dapat dipakai untuk seluruh permukaan gigi.


Kuret Gracey: dipakai untuk gigi tertentu agar didapatkan adaptasi kuret terhadap gigi yang
maksimal.
Gracey #1-2 and 3-4 : Anterior
Gracey #5-6 : Anterior dan premolar
Gracey #7-8 and 9-10 : Posterior (permukaan fasial and lingual)
Gracey #11-12 : Posterior (permukaan mesial)
Gracey #13-14 : Posterior (permukaan distal)

Scalling Root Planing (SRP)


Scalling: Pembersihan kalkulus dari permukaan gigi, baik supragingiva maupun subgingiva.
Root planing: Penghalusan permukaan akar, pembuangan jaringan sementum yang nekrotik.

Teknik Scalling manual

Alat:

Masker dan sarung tangan


Alat standar : 2 kaca mulut, ekskavator, pinset, sonde halfmoon diagnostik
Alat scalling : Sickle scaller, Hoe, Chisel, File, Kuret

Bahan :

Antiseptik : povidone iodine (dicairkan untuk kumur)

Cara Kerja :

a. Terangkan prosedur yang akan dilakukan


b. Cek OHIS (plak dan KI), lihat kondisi gingiva (bengkak/hiperemi) dan reevaluasi kedalaman
poket
c. Lakukan pembersihan karang gigi
d. Cek kalkulus dengan sensasi taktil dan visual
e. DHE pasien untuk menjaga OH kontrol plak

Occlusal Adjustment dan Coronoplasty


Alat:

Masker dan sarung tangan


Alat standar
Fine bur flame dan pointed tapered

Bahan:

Articulating paper

Teknik:

1. Pengecekan derajat kegoyangan gigi dengan 2 instrumen yang diletakkan pada fasial dan lingual
atau dengan instrument dan jari operator. Apabila goyang derajat 3 maka indikasi splinting. Gigi
yang akan dilakukan open flap debridement juga indikasi untuk tindakan splinting.
2. Deteksi premature contact dan blocking.
Pasien diinstruksikan untuk menutup mulut, apabila ada gigi yang berkontak lebih dahulu
dibandingkan gigi lainnya premature contact.
Pasien diinstruksikan untuk melakukan gerakan artikulasi ke lateral dan anterior sambil dilakukan
pengecekan dengan articulating paper. Evaluasi blocking.
3. Pengecekan fremitus. Jari operator diletakkan pada permukaan fasial gigi yang diperiksa, pasien
diinstruksikan untuk melakukan gerakan oklusi dan artikulasi. Apabila ada getaran yang
dirasakan berarti ada fremitus.
4. Pada kasus blocking dan premature contact, gigi yang diasah adalah gigi RB
Pada kasus blocking saja, gigi yang diasah adalah gigi RA
Pengasahan dilakukan dengan fine bur bentuk flame dengan panduan evaluasi articulating paper.
Bagian yang berkontak berat dikurangi.
5. Evaluasi jejas oklusi dan artikulasi dengan articulating paper. Pengecekan fremitus. Jika masih
fremitus dilakukan pengasahan lebih lanjut.
6. Pada kasus di mana ukuran mahkota besar tidak sebanding dengan ukuran akar atau dukungan
jaringan periodonsium, dilakukan coronoplasty. Permukaan gigi dibagi menjadi 6 bagian dari
arah bukolingual. Coronoplasty dilakukan dengan mengasah bagian 1/6 bukal dan lingual.
7. Kontrol

Splinting
Tujuannya untuk mengurangi kegoyangan.

Alat :
Masker & sarung tangan
Alat standar
Alat suntik bila perlu (pasiennya ngilu atau sakit)
Needle holder
Tang potong kawat
Tang potong kawat intraoral
Amalgam stopper atau plugger
Light cure
Bahan :
Kawat 0,2/0,3mm (untuk kawat utama dan kawat interdental)
Resin komposit
Anastesi (bila perlu)
Cara Kerja :
a. Terangkan prosedur yang akan dilakukan
b. Cek OHIS
c. Tentukan kegoyangan gigi.
d. Potong kawat sesuai panjang lengkung gigi yang akan dilakukan splinting, lekukkan membentuk
jepitan rambut. Kawat ini merupakan kawat utama kemudian ulir hingga rapat.
Splinting gigi anterior minimal C-C, apabila ada 4 gigi goyang dipertimbangkan untuk splinting
P-P (P1 atau P2)
e. Letakkan kawat utama mengelilingi gigi yang akan di splinting hingga bagian distal gigi
abutment terakhir. Kawat di letakkan di bawah titik kontak pada bagian fasial dan lingual/palatal.
Ujung kawat bagian labial atau lingual paling distal gigi abutment terakhir dipilin bersamaan
searah jarum jam namun jangan terlalu kencang.

f. Potong awat interdental 10 cm, buat lekukkan membentuk jepit rambut. Masukkan kawat yang
panjang dari bagian lingual satu ujung dimasukkan di bawah kawat utama sedangkan satu
ujungnya yang lain dimasukkan di atas kawat utama. Bawa kedua ujung ke permukaan fasial.
g. Pilih kedua ujung kawat searah jarum jam, sambal ditarik ke arah labial, kencangkan lalu sisakan
3-4 mm dari ujung interdental. Pastikan kawat tidak ada yang kendor.
h. Lakukkan prosedur tersebut pada gigi yang goyang dan gigi abutment
i. Potong ujung kawat interdental dan ujung kawat utama kemudian sisa pilinan diletakkan ke arah
korona dengan amalgam plugger agar tidak mengganggu bibir dan lidah. Beri resin komposit
pada ujung pilinan kawat agar tidak melukai bibir atau lidah.
j. Tidak boleh terdapat celah yang besar antara kawat utama bagian fasial dan lingual/palatal, jika
terdapat celah lakukan kembali
k. Splinting akan mempersulit dilakukkannya pembersihan. Oleh karena itu lakukan motivasi,
edukasi, instruksi kontrol plak khususnya daerah proksimal. Bila embrasure terisi penuh gunakan
threaded dental floss. Jika tidak terisi penuh gunakan sikat gigi interdental.
l. Kontrol 1 minggu setelah pemasangan, 1 bulan kemudian 3 bulan. Kontrol jika terdapat sariawan
akibat kawat splinting.

Gingival Enlargement
Karakteristik: Pembesaran gingiva akibat inflamasi, penyakit sistemik (misal: leukemia), konsumsi obat-
obatan (antikonvulsan, calcium channel blocker, immunosuppressant). Poket relatif, pembesaran papilla.

Antikonvulsan: phenytoin (Dilantin)


Calcium channel blocker: amlodipine, nifedipine, dll (Captopril)
Immunosupressan: cyclosporine, tacrolimus
Gingival Enlargement Karakteristik dan Gambaran Klinis Treatment
Inflammatory Gingival Enlargement Lokalis/generalis KIE
Respon inflamasi thd plak Oral hygiene
OH buruk
Gingiva lunak, merah, mudah berdarah

Medication-Induced Gingival Gingiva padat, berwarna pink pucat, tidak KIE


Enlargement mudah berdarah Oral hygiene
Antikonvulsan: phenytoin Pembesaran bermula dari papilla Rujuk untuk
(Dilantin) interdental, jika semakin parah dapat penggantian obat
Calcium channel blocker: melibatkan gingiva marginal. Gingivektomi
amlodipine, nifedipine, dll Pada kasus severe, gingiva dapat menutupi
(Captopril) mahkota gigi
Immunosupressan: Dapat terjadi pada pasien dgn OH baik
cyclosporine, tacrolimus

Idiopathic Gingival Enlargement Generalis/lokalis KIE


(rare condition) Slowgrowing Oral hygiene
Melibatkan gingival margin sampai Gingivektomi
attached gingiva
Gingiva padat, berwarna pink pucat,
minutely pebbled surface

Systemic Causes of Gingival Plaque induced KIE


Enlargement Gambaran klinis (bisa 2): Oral hygiene
Kehamilan Pembesaran gingiva marginal Scaling
secara generalis supragingival
- Warna merah cerah atau Obat kumur
magenta Sedapat mungkin
- Gingiva halus, tipis, tidakan bedah
mengkilap ditunda hingga
- Sangat mudah berdarah setelah kelahiran,
kecuali jika intake
terganggu.

Single/multiple tumor-like masses


- Respon inflamasi thd plak
- Bentuk diskrit, mushroom-
like, massa membulat yang
datar
- Sessile, pedunculated
- Berasat dari marginal gingiva
atau papilla interdental
- Berwarna merah tua atau
keunguan
- Permukaan halus, mengkilap
- Deep red pinpoint markings

Kehamilan peningkatan hormon


estrogen dan progesterone perubahan
permeabilitas vaskuler edema gingiva
dan peningkatan respon inflamasi terhadap
plak

Ketidakseimbangan Pubertas
hormonal Plaque-induced
Leukemia Diffuse/marginal
Lokalis/generalis
Gingiva merah kebiruan, permukaan licin,
konsistensi padat, namun mudah berdarah

Gingivektomi
Alat:

Masker dan sarung tangan


Alat standar
Spuit 3cc untuk anestesi
Spuit 10cc untuk irigasi
Pocket marker
Pisau Kirkland
Pisau Orban
Pinset Chirrurgis
Medikasi: analgesic (asam mefenamat 500 mg,S 3 dd) dan antibiotic (metronidazole 250 mg, S 3
dd; amoxilin 500 mg, S 3 dd)

Bahan:

Bahan anestesi
Bahan irigasi
Pasta periodontal pack

Cara Kerja:

a. Pasang masker dan sarung tangan


b. Terangkan prosedur yang akan dilakukan
c. Cek OHIS (plak dan KI), lihat kondisi gingiva dan cek kedalaman poket
d. Ukur tekanan darah
e. Asepsis kemudian anastesi di gigi-geligi yang akan dilakukan gingivektomi (mukobukal fold)
dan mukosa sekitar gigi tersebut
f. Eksplorasi poket dengan probe, penandaan dasar poket dengan pocket marker

g. Insisi bagian fasial dengan pisau Kirkland. Insisi bermula apikal dari titik yang sudah ditandai
poket marker dan diarahkan miring 45 ke koronal ke titik antara dasar poket dengan alveolar
crest. Tulang alveolar jangan sampai terekspos. Insisi harus mengembalikan kontur normal
gingiva yang ber -festooned.
h. Insisi bagian interdental dengan pisau Orban
i. Gunakan pinset chirrurgis untuk mengambil jaringan gingiva yang sudah tereksisi.
j. Bentuk gingiva dirapikan, dikembalikan ke kontur normalnya (festooned, papilla interdental)
k. Pemasangan periodontal pack. Pasta dicampur 1:1 di atas mixing slab. Oleskan sedikit vaselin di
ujung jari yang memakai sarung tangan. Ambil adonan periodontal pack, adaptasikan ke gingiva.

Preparing the surgical pack (Coe-Pak). A, Equal lengths of the two pastes are placed on a paper pad. B, The pastes are mixed with a
wooden tongue depressor for 2 or 3 minutes until, C, the paste loses its tackiness. D, The mixed paste is placed in a paper cup of water
at room temperature. With lubricated fingers, it is then rolled into cylinders and placed on the surgical wound.

l. Tulis resep
R/ Amoxilin tab 500 mg No. XV S 3 dd 1 tab pc
R/ Metronidazole tab 250 mg No. XV S 3 dd 1 tab pc
R/ Asam Mefenamat tab 500 mg No. X S 3 dd 1 tab pc prn
(Format resep lihat di belakang)
a. Instruksi pasca bedah:
Menjaga OH: menyikat gigi dengan perlahan-lahan, periodontal pack jangan dilepas.
Informasikan cara dan waktu mengkonsumsi obat
Kontrol setelah 5-7 hari
Kontrol periodik

Public Health
KIE Ibu Hamil
Struktur gigi yang sehat dan kuat mulai dibentuk pada saat anak masih dalam kandungan. Ibu
perlu memperhatikan asupan gizi saat hamil dan menyusui, perbanyak makanan yang bergizi.
Defisiensi zat gizi seperti vitamin A, asam folat, vitamin B kompleks, yodium, besi, dan seng
pada masa kehamilan dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan gigi.
Masalah gigi dan mulut yang sering terjadi pada masa kehamilan:
1) Radang gusi / Gingivitis
Gusi yang memerah, bengkak dan mudah berdarah merupakan ciri awal dari penyakit gusi
yang diawali dengan radang. Penyebabnya plak dan karang gigi yang mengandung kuman
yang menumpuk di gigi sehingga mengiritasi gusi. Pada saat hamil radang gusi dapat
diperparah oleh perubahan hormonal. Oleh karena itu, perlu menjaga kebersihan gigi dan
mulut, dan dilakukan perawatan pembersihan karang gigi/scaling.
2) Epulis gravidarum
Kelainan gusi berupa tonjolan massa lunak pada gusi yang mudah berdarah, termasuk
golongan tumor jinak. Dapat terjadi jika dalam mulut terdapat banyak karang gigi pada
trimester pertama. Ibu hamil harus mendapatkan perawatan dari dokter gigi untuk
menghilangkan tonjolan massa tersebut.
Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan:
1) Rutin periksa gigi ke dokter gigi (6 bulan sekali)
2) Beritahukan kepada dokter gigi bahwa anda sedang hamil
3) Beritahukan kepada dokter gigi obat apa saja yang sedang anda konsumsi
4) Perawatan gigi seperti pencabutan aman saat dilakukan trimester ke-2 kehamilan atau
setelah kelahiran
5) Penggunaan rontgen akan diminimalisasi selama kehamilan
6) Menyikat gigi 2x sehari saat pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur
7) Konsumsi makanan yang bergizi, perbanyak sayur dan buah.
Metode Pembersihan Plak
1. Sikat gigi dan metode penyikatan

Bentuk dan ukuran sikat gigi baik pada bagian kepala, badan, permukaan, susunan serabut sikatnya serta
bagian tangkainya sangat bervariasi. Beberapa usaha dilakukan untuk menentukan manfaat bermacam-
macam model sikat gigi yang ada, tetapi belum diperoleh hasil yang cukup signifikan. Hal ini tidak
mengherankan karena efisiensi sebuah sikat gigi dalam menghilangkan plak tergantung pada kemampuan
individu dan sangat kecil sekali dipengaruhi oleh jenis sikat dan cara penyikatannya. Penting untuk
mengganti sikat secara teratur, paling tidak setiap 3 bulan atau kurang terutama bila serabut pada sikat
tersebut tidak lurus lagi.

Metode penyikatan diklasifikasikan sesuai dengan macam gerakan yang ditimbulkan oleh sikat-sikatnya,
misalnya:1,8

a. Teknik Vertikal (Leonard technic)

Gerakan ke atas dan ke bawah (vertikal) pada gigi geligi RA-RB posisi gigi edge to edge
(rahang tertutup).

b. Teknik Horizontal (Scrub technic)

Permukaan oklusal maju mundur (scrub brush technic), permukaan bukal/ lingual gerakan ke
depan dan ke belakang. Paling simpel & umum, direkomendasikan bagi anak-anak (usia s.d.
9 th).

c. Tehnik Roll (Stillman modification/ ADA-roll technic)

Ujung sikat mengarah ke apeks, sangat dianjurkan karena sederhana dan efisien, pemijatan
gusi dan pembersihan sisa makanan di interproksimal. Penempatan sikat pada permukaan
oklusal gigi.

d. Teknik Vibratori (Bass, Stillman-Mc Call, Charter)

Metode bass untuk penyikatan sehari-hari tanpa kelainan periodontal, Metode Stillman untuk
pembersihan pada daerah resesi gingiva parah, Metode Charter pada pasien penyembuhan
post bedah periodontal.

- Metode Bass, sikat dipegang sehingga serabut-serabutnya menghadap ke apeks dan


kemudian diletakkan pada tepi gingiva dengan sudut 45 terhadap sumbu panjang gigi.
Sikat ini kemudian digetarkan pada arah anterior-posterior. Untuk dapat membersihkan
permukaan lingual gigi-gigi anterior atas dan bawah sikat harus dibalik menjadi vertikal,
menggunakan ujung sikat untuk dapat memasuki daerah gingiva gigi dengan baik.

- Metode Stillman Modifikasi8

Para ahli telah memodifikasi metode Stillman yaitu ditambah dengan gerakan ke oklusal
dari ujung-ujung bulu sikat, tetap mengarah ke apikal. Dengan demikian setiap gerakan
berakhir di bawah insisal/ oklusal dari mahkota, sedangkan pada metode yang asli,
penyikat hanya terbatas pada daerah servikal gigi dan gusi.

- Metode Charters, sikat dipegang dengan serabut mengarah ke permukaan oklusal dan
kemudian membentuk sudut 45 dengan permukaan ini. Sikat ditekan sehingga serabut-
serabutnya melengkung dengan ujung ditekan diantara dua gigi. Kemudian dengan
getaran dari gerakan rotasi pada gagangnya, ujung serabut sikat dipertahankan pada
posisi ini. Metode penyikatan ini dianjurkan pada pasien dengan daerah interdental yang
terbuka yang memerlukan masuknya serabut-serabut sikat gigi.

e. Teknik Sirkuler (Fones technic)

Bulu sikat tegak lurus pada pemukaan bukal dan labial dengan gigi dalam keadaan oklusi,
digerakkan secara sirkular/ melingkar luas pada gigi-geligi RA -RB yg dikatupkan.
Dianjurkan untuk anak kecil karena mudah.

f. Teknik Fisiologik

Menggunakan bulu yang lunak, tangkai dipegang horizontal dan bulu sikat tegak lurus
dengan permukaan gigi, seperti fisiologi jalannya makanan (gerakan dari mahkota ke arah
gusi).

Ada beberapa perbedaan dalam metode penyikatan karena setiap pasien memiliki kebutuhan yang
berbeda. Beberapa pasien menggunakan lebih dari satu metode. Setiap penyikatan dibutuhkan waktu 2
menit dan 2x sehari.

2. Alat pembersih daerah interdental

a. Dental floss

Jari-jari yang memegang benang kira-kira terpisah 15 mm. Benang harus dituntun agar
melalui daerah titik kontak perlahan-lahan dan kemudian melingkari permukaan
interproksimal pada setiap gigi dengan bergantian untuk menghilangkan plak. Jari-jari
telunjuk kedua belah tangan biasanya dipakai untuk mengendalikan benang waktu
membersihkan gigi bawah. Untuk gigi atas jari-jari yang dianjurkan untuk dipakai adalah jari
telunjuk dan ibu jari pada setiap tangan. Bagian benang yang bersih harus digunakan untuk
setiap daerah interproksimal karena ada kemungkinan akan mengalihkan mikroorganisme
dari satu sisi ke sisi lainnya.

b. Sikat interdental

Alat ini juga digunakan untuk membersihkan plak disekitar bridge. Sikat ini berbentuk seperti
miniatur sikat botol dan tersedia dalam beberapa ukuran.
3. Frekuensi menyikat gigi

Penyikatan gigi untuk idealnya sebaiknya dilakukan 1 jam sehabis makan, tetapi hal ini sulit
dilakukan terutama yang frekuensi makannya tinggi. Oleh karena itu dianjurkan bagi masyarakat
yang konsumsi karbohidratnya tinggi, sebaiknya menyikat gigi minimal 3x sehari. Sedang
masyarakat yang konsumsi karbohidratnya rendah seperti masyarakat di daerah pedesaan cukup
2x sehari.

Oral Medicine
Anamnesa
Anamnesa untuk semua Lesi Rongga Mulut
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Keluhan Utama
1. Durasi: Sejak kapan/sudah berapa lama
2. Lokasi penyakit
3. Keterlibatan bagian tubuh lain selain mulut
4. Gejala yg menyertai : nyeri, parestesi, disgeusia, halitosis
5. Pernah kambuh/berulang
6. Pengobatan yg dilakukan untuk keluhan utama apa saja
(Bagian ini harus ditanyakan semua)
c. Riwayat Kesehatan Gigi Mulut
1. Pernah ke dokter gigi/belum
2. Perawatan apa saja yg pernah dilakukan
3. Kebiasaan menyikat gigi Kapan, berapa kali, caranya?
4. Bad Oral Habit ?--> Merokok, Menyirih, Bruxism, Clenching
5. Penyakit mulut lain
d. Riwayat kesehatan umum/medis
1. Kondisi saat ini (sedang sakit apa)
2. Riwayat sakit serius
3. Riwayat hospitalisasi
4. Riwayat penyakit menular
5. Riwayat alergi obat/makanan
6. Riwayat obat-obatan jangka panjang
7. Riwayat hormonal (menstruasi, stress)
8. Riwayat kelainan darah
9. Riwayat penggunaan KB
(Yang di-Bold harus ditanyakan)
e. Riwayat Keluarga
1. Adanya anggota keluarga dengan keluhan sama
2. Riwayat penyakit herediter
3. Riwayat kesehatan ayah dan ibu
f. Riwayat Sosial
1. Tinggal dengan siapa saja
2. Sudah menikah dan punya anak
3. Suka jajan atau membawa bekal sendiri
4. Suka sayur dan buah
5. Sedang banyak pekerjaan/tidak
6. Ada kesulitan dalam belajar

DIAGNOSIS PENYAKIT MULUT


- Diagnosis Kerja dan Banding
- PERLU PEMERIKSAAN PENUNJANG ATAU TIDAK?
- Contoh:
- Pemeriksaan Sitologi Eksfoliatif
- Pemeriksaan Biopsi: Insisi, Eksisi, Fine Needle
- Pemeriksaan Darah Rutin/Lengkap, Urin
- Pemeriksaan Jamur, Bakteri, Virus
- Pemeriksaan Radiologi
- DIAGNOSIS DEFINITIF

SURAT RUJUKAN UNTUK DOKTER SPESIALIS PENYAKIT MULUT

Jakarta, 12 April 2016


KepadaYth.
TS drg.SpPM
Di tempat

Bersama ini saya kirimkan pasien:


Nama:
Usia:
JK:
Temuan klinis: terdapat ulser diameter 10mm di dasar mulut, indurasi positif, mudah berdarah.
WD: Susp. Karsinoma Sel Skuamosa
Diketahui dari anamnesa bahwa kondisi pasien lemah, dan mengalami penurunan berat badan
7kg per bulan. Mohon evaluasi dan tatalaksana di bidang TS.
Atas kerjasamanya, banyak terima kasih.
Ttd,
Drg. Tuti

Prostodonsia
Teknik Preparasi Saluran Akar untuk Pasak
Penghitungan panjang kerja pasak:

Panjang kerja pasak = 1/2 panjang akar klinis + panjang mahkota klinis (sesudah preparasi)

*bila custom made, panjang kerja pasak = 2/3 pjg akar klinis + pjg mahkota klinis sesuah preparasi

Panjang akar klinis didapat dari:

Preparasi saluran akar


1. Keluarkan bahan pengisi dengan GGD sepajang kerja (yang telah dihitung sebelumnya). Arahkan
GGD searah sumbu saluran akar. Pemilhan GGD disesuakan dengan foto radiograf dan lebar
orifis klinis. Gunakan GGD besar dahulu dilanjutkan sampai GGD ukuran secil sampai sepanjang
kerja
2. Preparasi saluran akar dengan peaso reamer dari nomor terkecil sampai nomor terbesar yang
sesuai dengan lebar saluran akar dengan tidak memperlebar saluran akar. Bentuk preparasi sesuai
anatomis akar (mengecil ke apikal) dan menyisakan minimal 1,5-2mm jaringan sehat di sekeliling
saluran akar
3. Irigasi dengan etanol atau 37% phosphoric acid untuk menghilangkan kandungan eugenol (dari
sealer) yang menghambt setting RK saat sementasi
4. Bevel sudut yang tajam pada permukaan servikal dan mulut lubang preprasi
5. Evaluasi dengan foto RO

Penentuan DV
DV tentatif dan defintif GTS
1. Mengucapkan salam kepada penguji
2. Mengucapkan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
3. Mejelaskan apa yang akan dikerjakan
Ibu hari ini kita akan melanjutkan pembuatan gigi tiruannya bu. Jadi nanti saya akan memasukkan alat
ini ke mulut ibu untuk mencocokkan dengan gigitan ibu supaya gigi tiruan yang dibuat bisa nyaman
digunakan dan terlihat alami
4. Gunakan masker dan glove
5. Buat titik pada hidung dan dagu pasien
6. Menentukan DV istirahat dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan huruf M berulang
7. Ukur jarak antara titik pada hidung dan dagu
8. Masukkan galangan gigit RA dan RB
9. Minta pasien beroklusi
10. Ukur jarak antara titik pada hidung dan dagu.
11. Selisihnya harus 2-4 mm
12. Jika belum sesuaikan dengan cara mengurangi wax atau menambahkannya dengan
memperhatikan kurva spee
13. Jika yang hilang gigi anterior RA, Minta pasien untuk mengucapkan huruf labiodentals seperti F,
V. galangan gigit RA anterior harus berkontak dengan vermilion border bibir bawah (batas bibir
basah dan kering)
14. Lakukan penetuan relasi sentris dengan meminta pasien menelan dan menggigit
15. Tandai relasi sentries dengan membuat garis yang melintasi galangan gigit pada RA dan RB.
Buat 1 garis pada tiap region
16. Lepaskan galangan gigit RA dan RB
17. Fiksasi di luar mulut pasien. Staples dipegang dengan pinset dan dipanaskan. Dalam keadaan
panas, salah satu ujung staples di tusukkan pada galangan gigit bawah. Lalu staples ditekan
masuk seutuhnya, sampai staples dingin. Fiksasi pada region P, M dan anterior
18. Minta pasien berkumur
19. Instruksi untuk datang kembali 1 minggu (untuk mencoba gigi tiruan malam)

DV defintif GTP
1. Mengucapkan salam kepada penguji
2. Mengucapkan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
3. Mejelaskan apa yang akan dikerjakan hari
Ibu hari ini kita akan melanjutkan pembuatan gigi tiruannya bu. Jadi nanti saya akan memasukkan alat
ini ke mulut ibu untuk mencocokkan dengan gigitan ibu supaya gigi tiruan yang dibuat bisa nyaman
digunakan dan terlihat alami
4. Gunakan masker dan glove
5. Buat titik pada hidung dan dagu pasien
6. Tempel benang yang melewati titik tragus dan alanasi pada kedua sisi
7. Menentukan DV istirahat dengan cara menginstruksikan pasien mengucapkan huruf M berulang
8. Ukur jarak antara titik pada hidung dan dagu
9. Masukkan galangan gigit RA
10. Masukkan bitefork
11. Seusai bidang oklusal galangan gigit dengan bantuan bitefork. Bagian anterior harus sejajar
dengan garis interpupil dan 2 mm di bawah bibir atas, Galangan gigit posterior sejajar dengan
garis camfer (tragus-alanasi)
12. Minta pasien untuk mengucapkan huruf labiodentals seperti F, V. galangan gigit RA anterior
harus berkontak dengan vermilion border bibir bawah (batas bibir basah dan kering)
13. Masukkan galangan gigi RB
14. Minta pasien mengatupkan mulut sampai galangan gigit RA RB berkontak
15. Ukur jarak antara titik pada hidung dan dagu.
16. DV oklusal harus lebih rendah 2-4 mm dari DV istirahat. Jika DV terlalu tinggi, lakukan
pengurangan pada galangan gigit RB, maksimal retromolar pad. Jika DV terlalu rendah,
tambahkan wax pada galangan gigit RB, maksimal sampai 2/3 retromolar pad.
17. Periksa apakah galangan gigit RA dan RB kontak bidang
18. Instruksikan pasien untuk mengucapkan huruf S atau kata berakhiran S (sebelas, duabelas,
tigabelas). Galangan RA dan RB tidak boleh berkotak (ada celah 1-2 mm) dan huruf S yang
diucapkan jelas (tidak berdesis, tidak terdengar seperti SY, SH)
19. Instruksikan pasien untuk menelan, galangan gigit RA dan RB harus berkontak ringan
20. Perhatikan profil pasien saat menggunakan galangan gigit RA dan RB. Sudut mulut dan bibir
harus terdukung, wajah tidak terlihat tegang, pasien tidak terlihat tua, mulut tidak tampak penuh
21. Tanyakan kenyamanan pasien. Apakah terasa lelah, apakah sulit menelan
22. Tentukan relasi sentries dengan mengintruksikan pasien menelan
23. Tandai relasi sentries dengan membuat garis yang melintasi galangan gigit pada RA dan RB.
Buat 1 garis pada tiap region
24. Lepaskan galangan gigit RA dan RB
25. Fiksasi di luar mulut. Staples dipegang dengan pinset dan dipanaskan. Dalam keadaan panas,
salah satu ujung staples di tusukkan pada galangan gigit bawah. Lalu staples ditekan masuk
seutuhnya, sampai staples dingin. Fiksasi pada region P, M dan anterior
26. Minta pasien berkumur
27. Instruksi untuk datang kembali 1 minggu (untuk mencoba gigi tiruan malam)

Border Molding
Border molding GTP/GTS
1. Mengucapkan salam kepada penguji
2. Mengucapkan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
3. Mejelaskan apa yang akan dikerjakan hari
Ibu hari ini kita akan melanjutkan pembuatan gigi tiruannya bu. Jadi nanti saya akan mencetak seperti
waktu kemarin, tapi pada kali ini ibu harus menggerakkan rahang ibu, nanti saya instruksikan untuk
pergerakannya
4. Gunakan masker dan glove
5. Green stick compound di panaskan diatas api dan dileletkan pada bagian tepi SCP sebanyak 2
mm (compound diletakkan hanya pada permukaan bukal SCP untuk memperbaiki lebar
bukolingual) mulai diletakkan per regio dari posterior ke anterior satu region terlebih dahulu
6. SCP dimasukkan ke dalam air hangat (tempering)
7. SCP dimasukkan ke dalam mulut pasien
8. Menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan fungsional
Bagian SCP Gerakan
Posterior RA Menelan
Mengguapkan AH, eng
Membuka mulut lebar (utk hamular notch
Bukal kanan kiri RA Menghisap
RB Meniup
Gerakan RB ke kiri kanan
Mengigit jari untuk membuat otot maseter
Menggembung utk menggambarkan lebar sulkus
anterior Tersenyum
Mengatup
Menghisap
Mencium
Gerakan RB ke kiri kanan
Fonetik
Ruang retromilohioid Menjulurkan lidah seperti membasahi bibir
Menggerakkan lidah ke sisi pipir kiri dan kanan
Menelam
Menggerakkan lidah ke palatum
Dasar mulut Menggerakkan lidah ke segala arah
Menelan

9. Cek di dalam mulut: sendok cetak harus retentive, cekat


10. Lepaskan, cek:
Tidak ada step, smooth
Tepi tertutup
Membulat
Tidak mengkilat
11. Lanjutkan ke pencetakan
Pencetakan
Cetak model studi
1. Mengucapkan salam kepada penguji
2. Mengucapkan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
3. Mejelaskan apa yang akan dikerjakan hari
Ibu hari ini kita akan mencetak gigi ibu. Jadi nanti saya akan masukkan sendok dan bahan cetak ke
mulut ibu. Mungkin nanti akan tersa penuh dan sedikit tidak nyaman. Pada saat dicetak, ibu bernafas
melalui hidung dan dihembuskan melalui hidung juga
4. Gunakan masker dan glove
5. Posisikan pasien: tegak, bidang oklusal sejajar lantai. Mulut setinggi siku utk pecetakan RB dan
setinggi bahu untuk pencetakan RA
6. Cobakan sendok cetak siap pakai yang sesuai dengan rahang pasien (bila masih ada gigi gunakan
sendok cetak yang bersudut, apabila sudah tidak bergigi gunakan yang tidak bersudut)
7. Siapkan bowl, sptle, alginate, dan air
8. Campur alginate dengan air dengan rasio yang sesuai, aduk
9. Masukkan ke sendok cetak, ratakan.
10. Posisi operator RA di sisi kanan agak ke belakang. RB sisi kanan agak ke depan

Posisi mencetak RB

Posisi mencetak RA

11. Masukkan sendok cetak RA/RB ke pasien. Pada RB, instruksikan pasien utk mengangkat lidah
12. Lepaskan sendok cetak dari mulut pasien setelah alginate setting.
13. Instruksikan pasien untuk berkumur
14. Cek apakah seluruh anatomi sudah tercetak, tidak ada gelembung udara, sobekan
15. Instruksikan pasien utk datang kembali
16. Segera cor dengan dental stone

Cetak model kerja GTS


Mukostatis: sama dengan mencetak model studi
Mukokompresi:
1. Mengucapkan salam kepada penguji
2. Mengucapkan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
3. Mejelaskan apa yang akan dikerjakan hari
Ibu hari ini kita akanmelanjutkan pembuatan gigi tiruan. Saya akan mencetak gigi ibu. Jadi nanti saya
akan masukkan sendok dan bahan cetak ke mulut ibu. Mungkin nanti akan tersa penuh dan sedikit tidak
nyaman. Pada saat dicetak, ibu bernafas melalui hidung dan dihembuskan melalui hidung juga.
4. Gunakan masker dan glove
5. Posisikan pasien: tegak, bidang oklusal sejajar lantai. Mulut setinggi siku utk pecetakan RB dan
setinggi bahu untuk pencetakan RA
6. Siapakan SCP yang sudah dibolngi dan sudah di border moulding (utk GTS 2).

*sebenarnya lempeng compound yang digunakan memiliki safat yang sama seperti green stick compound
apabila tidak ada SCP yang sudah di border moulding, bisa menggunakan SCP biasa (bahan lempeng
compound sekalian border moulding)
7. Ada 2 teknik mencetak daerah flabby:
a. Menggunakan impression compound
Panaskan impression compound dengan mencelupkan di air panas
Setelah lunak, manipulasi dengan tangan
Letakkan pada sendok SCP bagian tidak bergigi bagian free end
Cetakkan ke mulut pasien, tunggu hingga mengeras

Hasil pencetakan mukokompresi


(maap gambarnya pakai sendok cetak siap pakai, harusnya tetap SCP)
b. Menggunakan rubber base (heavy body)
Bahannya bisa polieter atau polivynil siloxane (yg di klinik) heavy body saja
Manipulasi heavy body tanpa menggunakan glove
Letakkan pada sendok SCP bagian tidak bergigi bagian free end
Cetakkan ke mulut pasien, tunggu hingga mengeras
8. Siapkan bowl, sptle, alginate, dan air
9. Campur alginate dengan air dengan rasio yang sesuai, aduk
10. Masukkan ke sseluruh bagian endok cetak (bagian bergigi dan tidak bergigi), ratakan.
11. Posisi operator RA di sisi kanan agak ke belakang. RB sisi kanan agak ke depan (gambar lihat
atas)
12. Lepaskan sendok cetak dari mulut pasien setelah alginate setting.

Hasil pencetakan mukokompresi mukostatis


13. Instruksikan pasien untuk berkumur
14. Cek apakah seluruh anatomi sudah tercetak, tidak ada gelembung udara, sobekan
15. Instruksikan pasien utk datang kembali
16. Segera cor dengan dental stone

Cetak model kerja GTP


1. Mengucapkan salam kepada penguji
2. Mengucapkan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri
3. Mejelaskan apa yang akan dikerjakan hari
Ibu hari ini kita akanmelanjutkan pembuatan gigi tiruan. Saya akan mencetak gigi ibu. Jadi nanti saya
akan masukkan sendok dan bahan cetak ke mulut ibu. Mungkin nanti akan tersa penuh dan sedikit tidak
nyaman. Pada saat dicetak, ibu bernafas melalui hidung dan dihembuskan melalui hidung juga.
4. Gunakan masker dan glove
5. Posisikan pasien: tegak, bidang oklusal sejajar lantai. Mulut setinggi siku utk pecetakan RB dan
setinggi bahu untuk pencetakan RA
6. Siapkan SCP yang sudah di border molding
7. Aduk pasta ZOE (blue dan white) dengan perbandingan 1:1, gerakan melipat
8. Masukkan pada SCP, ratakan
9. Masukkan dalam mulut pasien
10. Instruksikan pasien melakukan gerakan fungsional selama 12 menit
11. Buka SCP dari mulut pasien (apabial pencetakan berhasil akan terasa cekat)
12. Instruksikan pasien untuk berkumur
13. Cek apakah anatomis tercetak, tidak ada bahan cetak yang lepas dari sendok cetak, tidak porus,
halus, licin, ketebalan merata
14. Instruksikan pasien untuk datang kembali ke klinis

Pemeriksaan TMJ

Konservasi Gigi
Teknik Open Akses
Alat:

Masker dan sarung tangan


Alat standar
Sonde berkait
Metal bur
Bur intan bulat no. 10
Diamendo
Spuit untuk irigasi

Bahan:

Anestesi
NaOCl 2,5%
Kapas butir dan cotton roll

Teknik:

1. (PADA GIGI VITAL) Anestesi gigi.


2. Ekskavasi jaringan karies dengan ekskavator dan metal bur
3. Preparasi akses.
a. Preparasi dengan bur intan bulat no.10 tegak lurus terhadap permukaan oklusal sampai
terasa tembus ke ruang pulpa. Preparasi dimulai dari bagian karies yang paling dalam
kemudian dilebarkan sesuai dengan bentuk ragangan kavitas. Terasa tembus/ jeblos tetapi
tetap perhatikan kedalaman kavitas dengan pocket probe yang mengacu kepada letak
dasar kamar pulpa pada foto dental gigi.
b. Lanjutkan gerakan ke oklusal sesuai dengan outline form gigi untuk mengangkat seluruh
atap pulpa. Haluskan dinding kavitas dengan safe end bur (diamendo).
c. Periksa dengan sonde berkait untuk memastikan apakah seluruh atap pulpa sudah
terangkat.
d. Irigasi kavitas dengan NaOCl 2.5% menggunakan semprit dengan tekanan ringan.
e. Akses selesai bila :
Kavitas telah bebas dari jaringan karies dan restorasi buruk, juga sudah tidak ada
debri-debri jaringan nekrotik.
Atap pulpa telah terangkat dengan sempurna yang dievaluasi dengan sonde berkait.
Pandangan ke orifis dan saluran akar terlihat jelas.
Jarum endodontik dapat masuk ke dalam saluran akar tanpa hambatan.
Bentuk kavitas memberi retensi yang baik bagi tumpatan sementara.

4. Penentuan panjang kerja estimasi


Berdasarkan radiograf dental. Tentukan panjang kerja estimasi dengan mengukur jarak titik acuan
ke apeks setiap akar lalu kurangi 2-3 mm.

5. Penjajakan saluran akar dan ekstirpasi


a. Jajaki saluran akar dengan gerakan watch winding (putar 30-60 kanan kiri)
menggunakan file nomor 10-15 menelusuri setiap saluran akar.
b. (PADA GIGI VITAL) Lepaskan perlekatan pulpa dari dinding saluran akar dengan
jarum Miller atau k-file
c. (PADA GIGI VITAL) Lakukan ekstirpasi dengan jarum ekstirpasi sepanjang 2/3
panjang kerja estimasi untuk mengangkat jaringan pulpa yang vital dengan gerakan
memutar 90-180 kemudian angkat hingga seluruh jaringan pulpa terangkat.
d. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2.5%

Teknik Preparasi Saluran Akar Step Back


Alat:

Masker dan sarung tangan


Alat standar
Endo block/cincin endo
Gates Glidden Drill
K-file
Spuit untuk irigasi

Bahan:

NaOCl 2,5%
EDTA
Paper Point
Kapas butir dan cotton roll
Medikamen
Tumpatan sementara

Teknik:

6. Penentuan panjang kerja


a. Masukan file minimal no.20 dalam setiap saluran akar sepanjang kerja estimasi (jarak
titik acuan ke apeks akar dikurangi 2-3 mm).
b. Lakukan foto rontgen.
c. Tentukan panjang kerja sebenarnya dengan mengukur perbedaan ujung file dengan apeks
radiografis. Sesuaikan panjang kerja sampai 1 mm dari apeks radiografis.

7. Preparasi orifis
Preparasi crown down dilakukan menggunakan gates gliden drill (GGD) dengan ukuran yang
dicocokan dengan besar saluran akar pada foto radiograf gigi dan dapat masuk 2 mm pada orifis,
dilanjutkan dengan nomor yang lebih kecil berturut turut hingga didapatkan hubungan yang halus
antara kamar pulpa sampai sepanjang 2/3 panjang kerja. Irigasi NaOCl 2.5% dilakukan setiap
pergantian alat.

8. Preparasi Apikal
a. Tentukan file awal (FA) dengan berpedoman pada foto rontgen.
b. Irigasi saluran akar dengan 1 cc NaOCl 2.5%.
c. Preparasi apikal dengan gerakan reaming dari file awal sampai file apikal utama (FAU)
sepanjang kerja setiap saluran akar sampai minimal no.30. Pada kasus gigi nekrosis
preparasi sampai naik 3 nomor.
d. Gerakan reaming merupakan gerakan memutar file 90 derajat searah jarum jam
sepanjang kerja hingga terasa sempit pada saluran akar, kemudian ditarik ke arah koronal.
Lakukan berulang hingga file terasa longgar. Tujuan dari gerakan reaming adalah untuk
memperbesar saluran akar.
e. Olesi setiap file dengan EDTA gel sebelum digunakan, dan irigasi saluran akar dengan 1
cc NaOCl setiap pergantian alat.

9. Preparasi Step-back
a. Preparasi dengan gerakan circumferential filing, yaitu file digerakkan dari apikal ke
koronal mengelilingi saluran akar. Gerakan ini dilakukan beberapa kali pada tiap sisi
saluran akar. Tujuan gerakan ini adalah untuk membentuk saluran akar.
b. Preparasi dengan file 1 nomor > FAU, dan panjang kerja dikurangi 2 mm. Lakukan
rekapitulasi.
c. Preparasi dengan file 2 nomor > FAU, dan panjang kerja dikurangi 3 mm. Lakukan
rekapitulasi.
d. Preparasi dengan file 3 nomor > FAU, dan panjang kerja dikurangi 4 mm. Lakukan
rekapitulasi.
e. Olesi setiap file dengan EDTA gel sebelum digunakan, dan irigasi saluran akar dengan 1
cc NaOCl setiap pergantian alat. Rekapitulasi dilakukan agar tidak terjadi over
instrumentasi pada saluran akar dan memastikan agar saluran akar terbentuk dengan
bentuk corong yang beraturan dengan diameter semakin besar ke arah koronal.
f. Preparasi dikatakan selesai apabila: seluruh dinding saluran akar telah halus, saat irigasi
tidak ada debris, KGU sesuai FAU, ada apical stop dan tug back, spreader dapat
dimasukkan sampai kurang 2mm dari panjang kerja, yang menandakan saluran akar telah
terpreparasi dan berbentuk corong.

10. Medikasi saluran akar dan penumpatan sementara


a. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2.5%
b. Keringkan dengan menggunakan paper point.
c. Aplikasikan medikamen sesuai indikasi kasus.
d. Tumpat sementara

Teknik Pengisian Saluran Akar


Alat:

Masker dan sarung tangan


Alat standar
Endo block/cincin endo
Finger spreader
Finger plugger
Ballpointed
Cement stopper
Lampu spiritus
Spuit untuk irigasi

Bahan:

NaOCl 2,5%
Sealer Endomethasone
Paper Point
Gutta percha ISO
Basis zinc phosphate cement
Tumpatan sementara
Kapas butir dan cotton roll

Teknik:

11. Kon Gutaperca Utama (KGU)


Masukan KGU yang sesuai nomor FAU, pastikan adanya tahanan saat didorong/ ditekan yaitu
apical stop dan saat ditarik yaitu tug back. Hal ini menandakan bahwa ujung kon utama telah
sesuai dengan preparasi 1/3 apikal yang dilakukan. Apical stop menyediakan resistence form,
sehingga saat kondensasi vertical bahan tidak meluap keluar dari apikal. Tug back menyediakan
retention form untuk bahan pengisi.

12. Pengisian saluran akar


a. Bongkar tumpatan sementara dengan scaler/ bur dan ekskavator. Irigasi dengan 1 cc
NaOCl 2.5%.
b. Rekapitulasi. Irigasi dengan 1 cc NaOCl 2.5%.
c. Keringkan dengan paper point.
d. Pengadukan sealer saluran akar (Endomethasone): letakkan powder dan liquid diatas
kertas pengaduk; aduk dengan spatula semen sampai konsistensi seperti krim (diangkat 3
cm tidak putus); ambil dengan ujung spatula semen.
e. Olesi KGU dengan sealer, masukkan ke dalam saluran akar sambil digeserkan ke seluruh
dinding .
f. Olesi kembali KGU dengan sealer, masukkan sampai sepanjang kerja.
g. Masukkan spreader yang sesuai dengan nomor FAU sampai 2 mm dari panjang kerja.
h. Angkat spreader, dan segera masukkan kon gutaperca tambahan. Ulangi sampai padat.
Ketika spreader dengan ukuran paling kecil sudah tidak dapat masuk ke dalam saluran
akar, maka pengisian saluran akar sudah selesai.
i. Potong kon gutaperca: panaskan ekskavator di atas api spiritus, tekan pada gutaperca dan
langsung diangkat.
j. Tekan gutaperca dengan plugger sampai dibawah orifis
k. Isi kavitas dengan kapas butir sampai penuh.
l. Buat foto x- ray pengisian.
m. Bila hasil sudah baik, keluarkan kapas dari kamar pulpa, lalu irigasi dengan NaOCl 2.5%
n. Letakkan basis Zn Phosphat stebal 1mm.
o. Setelah Zn Phosphat keras, letakkan kapas butir, lalu tumpat sementara dengan Cavit.

Kontrol 1 minggu untuk melihat keluhan subyektif dan obyektif berupa perkusi dan palpasi, serta keluhan
subjektif pasien.

EPT
Memberikan arus dan frekuensi listrik yang bervariasi, stimulus diletakan pada permukaan bukal/ fasial.

Gigi harus dibersihkan, dikeringkan dan diisolasi. Gunakan sedikit pasta gigi atau medium konduktor
lainnya pada elektroda. Sirkuit elektrik dibangun dengan menggunakan klip pada bibir atau menyuruh
pasien memegang handle metal. Arus listrik kemudian dinaikkan secara bertahap hingga mencapai
treshold persepsi. Sensasi: tingling, stinging, atau panas.

Cara:
1. Gigi yg akan diperiksa, dibersihkan dan dikeringkan
2. Letakkan ujung vitalitester pada gigi yang sedaerah dan senama pada permukaan bukal/fasial dan
pada permukaan email yg utuh. Pada skala terlihat skala 0 12. Angka dimana gigi sehat bereaksi
positif disebut irritation point.
3. Letakkan ujung vitalitester dgn skala irritation point pada gigi yang sakit. Apabila:
gigi non vital : tidak memberikan reaksi
hiperemi pulpa : gigi bereaksi sebelum irritation point
pulpitis kronis : gigi bereaksi setelah irritation point

Kontraindikasi:

Gigi dengan trauma 6 minggu sebelumnya


Gigi yang sedang dilakukan anestesi lokal
Gigi dengan keluhan rasa sakit hebat
Gigi yang sedang dalam perawatan ortodontik
Gigi yang apeksnya belum menutup (dapat memberikan false reaction)
Ortodonsia
Bentuk Kepala
Brakisefali : lebar, persegi
Dolikosefali : panjang, sempit
Mesosefali : lonjong, oval

Bentuk Muka/Tipe Wajah

( )
( )

Hipo Euriprosop : < 80,0 : < 80,0


Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 84,9
Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 89,9
Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 94,9
Hiper Leptoprosop : > 94,9
ANALISIS PROFIL WAJAH

Analisa KPF (Kiefer Profile Field) oleh Schwarz


Bidang KPF adalah bidang yang dibentuk oleh garis nasal plane (N), garis orbital plane (O), garis FHP,
garis menton plane (Me). Bagi bidang tersebut menjadi 3 bagian sama besar secara vertikal dan horizontal

Analisis profil KPF :

Maksila diwakili oleh ujung bibir atas


Maksila dinyatakan normal apabila ujung bibir atas menyentuh N plane
Mandibula diwakili oleh dagu (Pg) jaringan lunak
Mandibula dinyatakan normal apabila posisi dagu pada 1/3 tengah bawah
Tg line (Pg ke Sn thd N plane) N < 10

Analisa Graber
Digunakan 4 titik anatomis:

Glabella (Gl): titik terendah dari dahi, terletak pada tenagh-tengahalis mata kanan dan kiri
Lip contour atas (Lca): titik terdepan bibir atas
Lip contour bawah (Lcb): titik terdepan bibir bawah
Pogonion jaringan lunak (Pog): titik terdepan dari dagu di daerah simfisis mandibular

Analisis:

Cembung (konveks): bila titik Lcb-Lca berada di depan garis Gl-Pog


Lurus (straight): bila titik Lcb-Lca tepat berada tepat pada garis Gl-Pog
Cekung (konkaf): bila titik Lcb-Lca berada di belakang garis Gl-Pog
Analisa E-Line
1. Pada foto profil, tarik garis antara ujung hidung ke Pogonion jaringan lunak E-line
2. Interpretasi
Bibir atas normalnya 1mm di belakang garis E line
Bibir bawah normalnya berada tepat di garis E line

Analisa Salzman(?)

ANALISIS KESIMETRISAN DAN KESEIMBANGAN WAJAH

Garis referensi wajah


Trichion (batas dahi berambut dan tidak berambut)
Glabella jaringan lunak (tengah-tengah alis)
Ujung hidung
Menton (dasar dagu)

Titik-titik tersebut dihubungkan dengan garis vertical membentuk bidang MSP (Midsagittal Plane)

Kesimetrisan wajah
Dibuat garis dari dua titik sudut mata luar
Dibuat garis dari dua titik terluar cuping hidung
Dibuat garis dari dua titik sudut mulut

Analisa :

Lihat kesejajaran garis tersebut. Minimal dua garis sejajar, dinyatakan simetris.
Diukur garis kiri dan kanan terhadap midsagital plane. Bila kiri sama dengan kanan, dinyatakan
simetris.
Keseimbangan wajah
Dibuat garis horizontal melalui titik trichion, tegak lurus midsagital plane
Dibuat garis horizontal melalui titik glabella jaringan lunak, tegak lurus midsagital plane.
Dibuat garis horizontal melalui titik subnasion jaringan lunak, tegak lurus midsagital plane.
Dibuat garis horizontal melalui titik menton (dasar dagu), tegak lurus midsagital plane.

Analisa:

Trichion-Nasion : 1/3 muka atas


Nasion-Subnasion : 1/3 muka tengah
Subnasion-Menton : 1/3 muka bawah
Wajah dikatakan seimbang bila komposisi 1/3 muka atas, 1/3 muka tengah, 1/3 muka bawah
sama besar
1/3 muka tengah : 1/3 muka bawah = 45% : 55% masih dinyatakan normal
Analisa Sefalometri Lateral

Pada jaringan keras

1. Sella (S) : Pusat dari outline pituitary fossa ( sella tursica )


2. Nasion (N) : Titik paling anterior perpotongan Os. Nasal dan Os. Frontalis
3. Orbitale (O) : Titik pada inferior orbita (foramen infra orbitalis)
4. Titik A : Titik terdalam dari kontur maksila (antara ANS dan akar gigi I atas )
5. Titik B :Titik terdalam dari kontur mandibula (dekat akar gigi I bawah)
6. Pogonion ( Pg) : Titik paling anterior dari kontur dagu
7. Menton (Me) : Titik paling inferior dari dagu
8. Gnation (Gn) : Titik pada dagu, antara Pogonion dan Menton
9. Porion(Po) : Titik paling superior dari meatus akustikus eksternus
10. ANS : Ujung anterior dari nasal spine
11. Basion : Titik paling inferior dan posterior dari Os. Occipitale
12. Artikulare (Ar) : Pertemuan batas inferior basis cranii dan tepi posterior condyles
13. Ptm : Fisura yang berbentukseperti tetesan air mata

Pada Jaringan Lunak

1. Glabella (G) : Titik paling prominent di midsagital plane pada dahi


2. Pronasal (Pr) : Titik paling prominent dari ujung hidung
3. Labrale superius (LS) : Titik median di margin teratas bibir atas
4. Labrale inferius (Li) : Titik median di margin teratas bibir bawah
5. Soft tissue pogonion (Pog) : Titik paling prominent pada kontur jaringan lunak dagu
I-
MxPI

IMP
A

Sudut Rata- SD Kesimpulan


Rata
SNA 80 2 Kedudukan maksila terhadap basis kranii protruded/normal/retruded
SNB 78 2 Kedudukan mandibular terhadap basis kranii protruded/normal/retruded
ANB 2 2 Hubungan mandibular terhadap maksila prognati/ortognati/retrognati
NaPG 0 10 Profil skeletal cembung/lurus/cekung
MMP 27 4 Kedudukan mandibula terhadap maksila protruded/normal/retruded
A
FMP 25 3 Pertumbuhan 1/3 muka bawah >N/N/<N
A
IMPA 90 5 Inklinasi insisif bawah terhadap bidang mandibula
protrusif/normal/retrusif
FMIA 65 2 Inklinasi insisif bawah terhadap basis kranii protrusif/normal/retrusif
I-SN 104 6 Inklinasi insisif atas terhadap basis kranii protrusif/normal/retrusif
I- 109 6 Inklinasi insisif atas terhadap bidang maksila protrusif/normal/retrusif
MxPI

Order of Eruption, Umur Dentalis


Order of eruption:

7154632|2364517
7165432|2345617

Umur dentalis:

Gigi yang terakhir erupsi pada tiap kuadran.

Contoh jika gigi terakhir yang erupsi pada tiap kuadran adalah gigi molar 1, maka umur dentalis:

6|6
6|6

Space Analysis (Moyers)

Metode:

1. Ukur ruang yang tersedia (jarak antara distal I2 ke M1 lengkung gigi baru) Available Space
2. Ukur lebar mesiodistal dari seluruh gigi anterior RB, jumlahkan.
3. Cocokkan dengan tabel Moyers Prediction Value. Diperoleh prediksi lebar C,P1,P2 RA dan RB
Required Space
4. Kebutuhan ruang = Available Space - Required Space

Desain Alat
Pencarian ruang:

Protraksi anterior
Ekspansi lateral
Distalisasi molar
Slicing/Enamel stripping
Ekstraksi

1. Koreksi Crossbite Anterior


Koreksi crossbite anterior dengan inclined bite plane pada basis anterior RB
Koreksi crossbite anterior dengan pegas bumper, labial bow, dan posterior bite riser bila
diperlukan
Peninggian basis posterior diperlukan apabila overbite > freeway space

2. Koreksi Deep Bite


Koreksi deep bite dengan flat anterior bite riser pada basis anterior RA

Pedodonsia
Nursing Bottle Caries (KIE)

Faktor predisposisi:
Riwayat bayi: tertidur dengan botol susu masih di dalam rongga mulut atau berisi sirup atau jus
yang mengandung gula
Pemberian ASI dalam periode yang lama
Memakai dot kosong yang dicelupkan ke dalam madu, sirup, atau gula

Gambaran klinis:
Gambaran melingkar berwarna putih atau coklat gelap melingkar di leher gigi insisif rahang atas pada
anak usia 20 bulan. Bila kebiasaan berlangsung terus terjadi pola karies fasiolingual dari insisif rahang
atas yang akan berkembang ke gigi kaninus rahang atas dan molar sulung satu dan dua atas. Gigi sulung
rahang bawah jarang terkena karies karena lidah bersandar menutupi gigi-geligi rahang bawah saat anak
mengisap dot. Jika anak mempunyai karies botol awal dengan lesi pada permukaan labial dan lingual gigi
insisif rahang atas makan setelah anak berusia 3 tahun dapat dipastikan ia juga mempunyai lesi di
permukaan licin pada gigi molar sulung.
Secara teori anak dengan karies botol akan mempunyai jumlah S.mutans yang tinggi dan bila kebiasaan
mengisap dot sudah berhenti perlu dilakukan test S. mutans.

KIE:

Akibat lubang gigi pada anak: menimbulkan rasa tidak nyaman saat makan (mudah terselip
makanan, ngilu), kadang disertai gejala nyeri dan bengkak, sehingga anak menjadi rewel, sulit
makan, dan terganggu istirahatnya. Berdampak pada terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Cara menjaga kesehatan gigi dan mulut anak:
o Membersihkan gigi anak secara teratur pada waktu yang tepat dan cara yang benar
o Mengurangi cemilan di luar waktu makan, terutama yang mengandung gula dan lengket
seperti coklat, biskuit, permen, dodol, dll
o Memberi minum air putih setelah anak makan/minum manis
o Menghindari penggunaan sendok makan yang sama antara ibu/pengasuh dan anak dan
antar teman, menghindari meniup makanan saat menyuapi
o Penggunaan dot/botol hanya untuk ASI perah/susu formula
o Tidak membiarkan dot/botol dihisap sampai anak tertidur semalaman
o Periksa ke dokter gigi setelah gigi susu pertama tumbuh (dalam jangka waktu 6 bulan)
o Memperhatikan asupan gizi ibu dan anak, memperbanyak makan sayur dan buah
Cara membersihkan gigi anak sejak dini:
o Usia baduta (bawah dua tahun)
- Bayi usia 0-24 bulan dibersihkan gusi dan gigi dengan menggunakan kasa/kain
halus.
- Basahi kasa/ kain halus dengan air hangat
- Balur jari telunjuk ibu dengan kasa yang telah dibasahi air hangat, kemudian
bersihkan mulut bayi dengan cara membaringkannya sehingga lebih mudah
dilakukan
- Mulai membersihkan bagian mulut luar yaitu bibir dan sekitarnya
- Dengan bantuan jari tangan buka mulut bayi kemudian masukkan jari telunjuk
yang telah dibalut kain kasa untuk membersihkan bagian mulut dalam seperti
gusi dan langit-langit secara perlahan
- Setelah itu bersihkan bagian lidah bayi, lakukan mulai dari pangkal lidah
kemudian kedepan. namun perlu diingat membersihkan lidah jangan terlalu ke
belakang atau kedalam
o Usia 2-4 tahun
Bayi di atas usia 2 tahun atau saat anak sudah bisa menggenggam dapat diperkenalkan
membersihkan gigi dengan sikat gigi. Ibu membantu menyikatkan gigi anak. Pasta gigi
anak bisa digunakan bila anak sudah bisa berkumur tanpa tertelan.
o Usia 4 tahun ke atas
Pada usia ini anak mulai dibiasakan untuk menyikat giginya sendiri dua kali sehari
dengan cara yang benar di bawah pengawasan orang tua. Yang perlu diperhatikan adalah
seluruh permukaan dibersihkan dengan sempurna dan pasta gigi jangan sampai ada yang
tertelan.

Preventif Karies
Topikal Aplikasi Fluor
Acidulated NaF Fosfatase 1,23%
Prosedur:

1. Oral profilaksis, pembersihan seluruh permukaan gigi dengan brush dan pumice (bahan abrasi) atau
pasta gigi yang tidak mengandung fluor
2. Periksa kembali plak dengan disclosing solution, bila masih ada plak ulangi prosedur oral
profilaksis
3. Berkumur lalu isolasi dan keringkan permukaan gigi
4. Tuang APF pada tray khusus sampai 1/3 tray
5. Pasang tray pada rahang pasien selama 1 menit
6. 30-60 menit kemudian pasien baru diijinkan makan/minum/kumur

Fluoride Varnish
Kandungan: 1,7% NaF viscous resin varnish (1000 ppm ion fluoride). Varnish retensi lebih lama daripada
gel dan melepas ion fluoride sedikit demi sedikit.
1. Oral profilaksis, pembersihan seluruh permukaan gigi dengan brush dan pumice (bahan abrasi) atau
pasta gigi yang tidak mengandung fluor
2. Periksa kembali plak dengan disclosing solution, bila masih ada plak ulangi prosedur oral
profilaksis
3. Berkumur lalu isolasi dan keringkan permukaan gigi
4. Aplikasikan lapisan tipis varnish pada permukaan seluruh gigi
5. Varnish akan segera mengeras dengan cepat
6. 30 menit kemudian pasien baru diijinkan makan/minum/kumur

Kumur Larutan NaF 0,2%


Berkumur biasa dilakukan pada usia 6-7 tahun, hal ini dihubungkan dengan masa erupsi gigi tetap
(menambah mineralisasi pasca erupsi) dan kepandaian anak dalam berkumur.
Prosedur:
1. Oral profilaksis
2. Ukur larutan NaF sebanyak 10 ml, buat garis pada gelas kumur sesuai volume
3. Anak diinstruksikan kumur selama 1 menit
4. Selama berkumur, kepala menunduk agar larutan tidak tertelan
5. Sesudah 1 menit anak diminta membuang larutan fluoride ke dalam gelas lagi dan dicek apakah
volume nya sama (tidak ada yang tertelan)
6. Instruksikan anak agar tidak makan/minum selama 30 menit setelah kumur
7. Apabila ada yang tertelan, tekan langit-langit mulut sehingga anak terangsang untuk memuntahkan
kembali, kemudian beri susu

Casein Phosphopeptide-Amorphous Calcium Phosphat


Indikasi: untuk white spot dan kelainan struktur gigi, untuk dentin hipersensitif paska scalling rootplaning
bleaching, untuk resiko karies tinggi.
Prosedur:
1. Oral profilaksis, pembersihan seluruh permukaan gigi dengan brush dan pumice (bahan abrasi) atau
pasta gigi yang tidak mengandung fluor
2. Periksa kembali plak dengan disclosing solution, bila masih ada plak ulangi prosedur oral
profilaksis
3. Berkumur lalu isolasi dan keringkan permukaan gigi
4. Aplikasikan pada permukaan gigi menggunakan jari yang kering atau cotton biarkan selama 3
menit
5. Ratakan di mulut menggunakan lidah dan tunggu 1-2 menit
6. Minta pasien untuk tidak makan/minum/kumur selama 30 menit
Pit and Fissure Sealant

Indikasi: gigi permanen yang baru erupsi <4tahun, sudah erupsi sempurna, pasien berisiko karies.

Bahan yang digunakan GIC Tipe 4 (pit fissure sealant), misalnya GC Fuji VII

Alat:

Masker dan sarung tangan


Brush lowspeed
Mixing slab
Paper pad
Spatula GIC
Ballpointed

Bahan:

Bubuk dan liquid GIC Tipe 4


Kapas butir dan cotton roll
Varnish GIC

Prosedur:

1. Pakai masker dan gloves


2. Oral profilaksis: Permukaan oklusal gigi dibrush dengan brush lowspeed.
3. Permukaan oklusal dikeringkan.
4. Bubuk dan liquid GIC khusus untuk pit and fissure sealant diaduk.
5. Aplikasi GIC untuk menutupi pit dan fisura gigi
6. Aplikasi varnish.
7. Kontrol.

Pulpotomi
Merupakan pengambilan jaringan pulpa vital yang telah mengalami infeksi di bagian kamar
pulpa mahkota gigi (sebagian atau seluruhnya), meninggalkan jaringan pulpa sehat dan vital
dalam saluran akar.

Indikasi
- Gigi sulung atau gigi tetap muda dengan pulpa terbuka, vital, sehat karena karies atau
trauma saat ekskavasi jaringan karies.
- Terbatas pada gejala pulpa hiperemis, atau keradangan ringan pada kamar pulpa sehingga
pulpa mempunyai daya penyembuhan yang baik.
Kontra Indikasi
- Pembengkakan akibat peradangan pulpa
- Gigi goyang patologis
- Terdapat radiolusensi periapikal, resorpsi akar eksterna patologis, resorpsi interna,
kalsifikasi pulpa
- Perdarahan yang berlebihan saat amputasi pulpa
- Sakit spontan
- Sakit pada saat tidur malam
- Sakit saat perkusi dan palpasi

Obat yang digunakan


1. Formokresol, dengan kandungan:
Formaldehid, kresol, gliserol, dan air.
2. Ca(OH)2 atau merek dagangnya Dycal.

Alat:
Masker dan sarung tangan
Alat standar
Metal bur
Bur intan bulat no. 10
Spuit untuk anestesi
Spuit untuk irigasi
Cement spattle
Ballpointed
Cement stopper
Plastic filling
Bahan:
Anestesi topikal
Anestesi lidokain
Akuades steril
Formokresol atau Ca(OH)2
Kapas butir dan cotton roll
Zinc oxide eugenol cement
Zinc phosphate cement

Teknik Perawatan Pulpotomi dengan Ca(OH)2


1. Anestesi lokal dan pemasangan rubber dam.
2. Bersihkan jaringan karies superfisial sebelum pembukaan atap pulpa, mengurangi
kontaminasi bakteri.
3. Pembukaan atap kamar pulpa dengan bur diamond high speed, dimulai dari tanduk pulpa
ke arah tanduk pulpa lain, dengan menggunakan bur pada kecepatan tinggi, disertai
pendinginan dengan air.
4. Lakukan pemotongan atau amputasi pulpa yang terinfeksi dalam kamar pulpa sebagian
atau sampai batas orifis saluran akar dengan menggunakan excavator atau bur metal bulat
low speed, bur harus tajam dan diameternya lebih besar dari orifis.
5. Tekan sisa jaringan pulpa dengan cotton pellet selama beberapa menit. Perdarahan akan
berhenti bila kapas diangkat, namun bila perdarahan terus terjadi (berwarna merah
anggur) menunjukkan peradangan telah mencapai akar. Hal ini menjadi dasar pilihan
perawatan kasus pulpotomi, pulpektomi atau ekstraksi. Dianjurkan untuk menghentikam
perdarahan dengam amestesi local intrapulpa atau obat hemostatic karena perdarahan
merupakan indicator status pulpa akar.
6. Irigasi dengan akuades steril untuk membersihkan kamar pulpa dari sisa darah dan debris.
7. Keringkan dengan cotton pellet steril
8. Letakkan selapis kalsium hidroksid pada daerah amputasi pulpa dan dasar pulpa.
9. Tumpat sementara dengan zinc phosphate cement
10. Kontrol. Evaluasi keberhasilan pulpotomi. Restorasi tetap.

Teknik Perawatan Pulpotomi Formokresol:


1 sampai dengan 7 sama dengan teknik pulpo Ca(OH)
8. Letakkan cotton pellet yang dibasahi formokresol selama 5 menit. Ketika cotton pellet
diangkat akan tampak sisa pulpa berwarna coklat (bila konsentrasi formokresol penuh), berwarna
merah gelap (bila formokresol diencerkan sampai 5 kali) dengan sedikit perdarahan.
9. Letakkan basis pasta campuran ZOE tanpa tekanan pada daerah amputasi pulpa dan dasar
pulpa.
10. Tumpat sementara dengan zinc phosphate cement
11. Kontrol. Evaluasi keberhasilan pulpotomi. Restorasi tetap.

Anda mungkin juga menyukai