Anda di halaman 1dari 38

PEMAKAIAN KATA

NAMA KELOMPOK:
1. BAHADURI ARGA DINATA (17D10062)
2. DEA AGASHA (17D10063)
3. KADEK WAHYU GITA ARISTRA (17D10078)
4. NI KADEK AYU SINTIA DEWI (17D10083)
5. NI MADE KUSUMASTUTI (17D10098)
6. NI PUTU DELLA ARI CAHYANI (17D10101)
PENGANTAR
 Pemahaman terhadap suatu bahasa tidak
dapat dilepaskan dari pemahaman
terhadap kata-kata dan kaidah yang
terdapat dalam bahasa tersebut.
 Dengan demikian, agar dapat berbahasa
dengan baik, benar, dan cermat, kita
harus memperhatikan pemakaian kata
dan kaidah yang terdapat di dalamnya.
Hal ini berlaku bagi semua bahasa,
termasuk di dalamnya bahasa Indonesia.
ASPEK KATA
 Bentuk
Sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, didengar.

 Makna
Sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi
PENULISAN KATA
Dari segi bentuknya, ada empat macam bentuk kata
1. Kata dasar
2. Kata turunan
3. Kata ulang
4. Kata majemuk
I. KATA DASAR
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan.

Contoh :
Nanti siang Ratna akan pergi ke kampus.
Kalimat tersebut dibentuk dengan menggunakan kata dasar seluruhnya,
yaitu
(a) nanti,
(b) siang,
(c) Ratna,
(d) akan,
(e) pergi,
(f) ke, dan
(g) kampus.
II. Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata
berimbuhan adalah kata – kata yang telah
beruba bentuk dan makna.

Perubahan ini dikarenakan kata – kata


tersebut telah diberi imbuhan yang berupa
awalan (prefiks), akhiran (sufiks), sisipan
(infiks), dan awalan – akhiran (konfiks).
Imbuhan
Imbuhan yang lazim digunakan sebagai unsur
pembentuk kata dalam bahasa Indonesia terdiri atas
empat macam, yaitu
1. Imbuhan yang terletak pada awal kata lazim disebut
awalan (prefiks).
2. Imbuhan yang terletak pada akhir kata lazim disebut
akhiran (sufiks).
3. Imbuhan yang terletak pada tengah kata lazim
disebut sisipan (infiks).
4. Imbuhan yang terletak pada awal kata dan akhir kata
sekaligus lazim disebut gabungan imbuhan (konfiks).
A. Awalan
a. Me menulis, melamar, memantau
b. Di ditulis, dilamar, dipantau
c. Peng penulis, penyanyi, peramal
d. Ber berkebun, bermain, bermimpi
e. Ter terpaksa, terpadu, tersenyum
f. Se serupa, senada, seiring
B. Akhiran
-an tulisan, tatapan, tantangan
-i temui, sukai, pandangi
-kan tumbuhkan, sampaikan, umumkan

C. Sisipan
-el- geletar, geligi, gelantung
-em- gemuruh, gemetar -er- gerigi
D. Gabungan Imbuhan
a. Me-...-kan menemukan, meratakan
b. Me-...-i memandangi, mengunjungi
c. Peng-...-an pendidikan, pemandian
d. Ke-...-an kehujanan, kemajuan
e. Se-...-nya seandainya, sebaiknya
f. Per-...-an peraturan, persimpangan
Catatan:
a. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya
adalah huruf kapital, di antara kedua itu dituliskan tanda
hubung (-).
Misalnya, non-Indonesia, pan-Afrikanisme.

b. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata


esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis
terpisah.
Misalnya,
• Mudah-mudahan Yang Tuhan Maha Esa
melindungi kita.
• Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
III. Kata Ulang

Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan


pengulangan kata dasar. Bentuk ulang ditulis secara lengkap
dengan menggunakan tanda hubung. Pengulangan ini dapat
memiliki atau menciptakan arti baru. Kata ulang terdiri
dari beberapa macam, yaitu pengulangan seluruh dan
pengulangan sebagian
1. Pengulangan seluruh
Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan.

Contoh: buku – buku, anak – anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain
– lain.

2. Pengulagan sebagian
Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang
mengalami pengulangan hanya pada bagian awal atau akhirnya
saja.

Contoh: Tetangga, pepohonan, perumahan, perbukitan.


IV. Kata majemuk
Kata majemuk adalah bentuk kata yang terdiri dari dua kata
yang berhubungan secara padu dan membentuk arti atau
makna baru. Kata majemuk tidak bisa dipisahkan karena
akan kehilangan maknanya.
Contoh:
1. Ani sudah dirawat di rumah sakit sejak 4 hari yang lalu.
Rumah sakit = Tempat orang – orang sakit dirawat.

2. Budi selalu menjadi kambing hitam teman – temannya.


Kambing hitam = orang yang dipersalahkan.
Kata majemuk yang penulisannya digabung dan
dipisahkan dengan tanda hubung. 

Contoh:
 Adakalanya, bertanggungjawab, dan dukacita.

1. Tidak setiap hari kita merasa bahagia, adakalanya kita merasakan


kesedihan juga.
2. Aku harus mempertanggungjawabkan perbuatanku ini.
3. Presiden Jokowi turut menyampaikan dukacitanya kepada korban
bencan alam.

 Anak- istri, Ibu – bapak, dan lain – lain.

1. Bang Toyib tidak pernah memikirkan anak – istrinya di rumah.


2. Kita harus menghormati ibu – bapak kita.
3. Simpan – pinjam adalah sistem koperasi masyarakat pedesaan.
V. Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang


mengikutinya; ku, mu, nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya,
a. Apa yang kumiliki boleh kauambil.
b. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan

VI. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim
dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya,
a. Kain itu terletak di dalam lemari.
b. Mereka ada di rumah.
c. Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
d. la datang dari Surabaya kemarin.
VII. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya. Misalnya,
a. Harimau itu marah sekali kepada sang kancil.
b. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.

VIII. Penulisan Partikel


Partikel yang dibicarakan dalam EYD adalah lah, kah, tah, pun,
dan per. Yang akan dibicarakan dalam bagian ini hanyalah
partikel pun dan per karena kedua partikel ini sering ditulis di
luar ketentuan yang berlaku.
A. Partikel pun 
Dalam EYD dinyatakan bahwa partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya,
1) Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
2) Hendak pulang pun, sudah tak ada kendaraan.

Kelompok kata yang berikut, yang sudah dianggap


padu benar ditulis serangkai: adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, betapapun, kendatipun,
biarpun, walaupun, meskipun, sekalipun,
sungguhpun
 Pun sebagai klitika, yaitu unsur yang melekat pada unsur yang lain.
Contoh : adapun, andaipun, ataupun, maupun, bagaimanapun,
betapapun, kalaupun, meskipun,sekalipun, biarpun, sungguhpun,
kendatipun.

 Pun yang berfungsi sebagai kata penuh yaitu yang bersinonim dengan
kata juga.
Contoh :
a) Selain keluarga, sahabat dan kenalan pun diundangnya (sahabat
dan kenalan juga).
b) Kalau Anda tidak hendak, aku pun tidak ingin (aku juga).
B. Partikel per
Dalam EYD dinyatakan bahwa partikel per yang berarti 'mulai',
'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian- bagian kalimat yang
mendampinginya.
Misalnya,
1) Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
2) Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
3) Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.

Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, partikel per sering


dikacaukan dengan awalan per. Yang menjadi masalah adalah
bagaimana membedakan per sebagai awalan dengan per yang
bukan sebagai awalan (per sebagai partikel).
LANJUTAJN
Sebagai awalan, per –berfungsi membentuk kata
kerja.
Perhatikan kata-kata perlebar, persempit, perindah,
perbesar, pertinggi.
Semua kata yang dicetak miring merupakan kata
kerja yang terjadi karena perpaduan antara kata
dasar yang berupa kata sifat dan awalan per-,

sedangkan per sebagai partikel bersinonim dengan


kata juga dan tidak berfungsi membentuk kata kerja.
KETEPATAN PEMILIHAN
KATA
Bahasa merupakan alat komunikasi yang
berfungsi untuk menyampaikan ide atau
gagasan kepada pendengar ataupun
pembaca oleh pembaca.
Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1. Kata Bermakna Denotatif dan Konotatif
 Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau
makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep
dengan kenyataan
Contoh : Makan.

 Makna konotatif atau asosiatif adalah makna khias


yang muncul akibat asosiasi perasaan atau
pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau
apa yang didengar.
Contoh : Buah hati.
2. Kata Bersinonim
 Kata bersinonim adalah kata yang memiliki
makna yang sama atau hampir sama.
Contoh :
a. Bertemu = berjumpa
b. Mati = wafat
 Banyak kata bersinonim yang berdenotasi
sama, tetapi konotasinya berbeda.
 Kata-kata mati, meninggal, wafat, gugur,
mangkat, mampus, dan berpulang memiliki
makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas
dar raga, tetapi makna konotasinya berbeda.
3. Kata Bermakna Umum dan Bermakna
Khusus
 Kata bermakna umum mencakup kata
bermakna khusus. Kata bermakna umum
dapat menjadi kata bermakna khusus jika
dibatasi
 Kata bermakna umum digunakan dalam
mengungkapkan gagasan yang bersifat
umum, sedangkan kata bermakna khusus
digunakan untuk menyatakan gagasan yang
bersifat khusus atau terbatas.
 Contoh:
a. Dia memiliki kendaraan.
b. Dia memiliki mobil.
c. Dia memiliki sedan
 Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada
kata mobil. Kata mobil lebih khusus daripada
kata kendaraan.
 Demikian pula halnya dalam kata beruntun
ini binatang, binatang peliharaan, kucing
4. Kata yang Mengalami Perubahan Makna
 Sejarah perkembangan kehidupan manusia
dapat memengaruhi sejarah perkembangan
makna kata.
 Dalam bahasa Indonesia, juga dalam
bahasa lain, terdapat kata yang mengalami
penyempitan makna, peluasan makna, dan
perubahan makna. Kata sarjana dan
pendeta merupakan contoh kata yang
mengalami penyempitan makna.
 Kata sarjana semula digunakan untuk
menyebut semua cendekiawan. Kini kata
tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan
yang telah menamatkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Kata pendeta semula yang
berilmu, kini hanya digunakan untuk menyebut
guru atau pemimpin agama Kristen.
 Kata bapak,ibu yang semulanya hanya
digunakan dalam hubungan kekeluargaan, kini
kata tersebut dapat digunakan kepada orang
lain yang tidak ada hubungan kekeluargaan.
KESESUAIAN PILIHAN KATA
Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara

atau menulis kita perlu memperhatikan hal-hal berikut.

1. Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku.

2. Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum.


 Contoh : Kata umum : Melihat, mendatangi, membawa

3. Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus

Contoh : Menengok, menyaksikan, melirik Mampir, singgah,

berkunjung, Mengangkat, menjinjing, menggendong, mengangkut,

menyeret.
1. KATA BAKU DAN TIDAK
BAKU
 Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa
daerah atau bahasa asing, baik dalam penulisan
maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa
Indonesia.
 Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata yang
sesuai dengan kaidah kata dalam bahasa Indonesia.
Kita perhatikan beberapa contoh berikut:
Kata
Baku Tidak Baku Baku Tidak Baku
aktif aktip, aktive laknat la’nat
amfibi amphibi lubang lobang
analisis analisa lembap lembab
apotek apotik makhluk mahluk
atlet atlit maaf ma’af
atmosfer Atmosfir, mukjizat mu’jizat
atmosphere
azan adzan napas nafas
cabai cabe, cabay negeri negri
daftar daptar pasif pasip, passive, fasip
detail detil penasihat penasehat
efektif efektip, efektive, risiko resiko
epektip, epektif
petai pete, petay rezim rejim
KATA
Baku Tidak Baku Baku Tidak Baku
Jumat Jum’at teladan tauladan
karena karna telepon telpon, telfon.
telefon, telephone
khotbah khutbah telur telor
jadwal jadual tobat taubat
hipotesis hipotesa ubah rubah, robah
kreatif Kreatip, kreative kuantitas kwantitas
kreativitas kreatifitas zaman jaman
kredit kridit kuitansi kwitansi
kualitas kwalitas, kwalitet subjek subyek
proklamasi proklamir hakikat hakekat
Februari Pebruari, February roboh rubuh
provinsi propinsi, profinsi izin ijin
2. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata ilmiah adalah kata yang biasa
digunakan di lingkungan ilmuwan dan
dunia pendidikan umumnya. Kata
populer adalah kata yang biasa
digunakan di kalangan masyarakat
umum. Kita lihat beberapa contoh
berikut.
Kata Ilmiah Kata Populer

Formasi Susunan

Solusi Jalan Keluar

Kontradiksi Berbeda

Dalam pembicaraan di depan umum, sebaiknya kita menggunakan


kata-kata populer agar apa yang kita kemukakan dapat dipahami
dengan baik dan mudah. Dengan kata lain, informasi yang kita
berikan dapat tersampaikan kepada lawan bicara.
Rangkuman

Pemakaian kata menjadi hal yang perlu diperhitungkan dalam penggunaan


bahasa, baik secara lisan maupun tulisan. Setidaknya ada tiga hal yang
harus diperhatikan dalam memilih kata, yaitu

(1) aspek kata,

(2) ketepatan pilihan kata, dan

(3) kesesuaian kata.

Aspek kata terdiri atas dua hal, yaitu aspek bentuk dan makna. Ketepatan
pilihan kata berhubungan dengan kata bermakna denotatif dan konotatif,
kata bersinonim, kata umum dan kata khusus, dan kata yang mengalami
perubahan makna. Sementara itu, kesesuaian kata berhubungan dengan
kata baku-tidak baku dan kata ilmiah-kata populer.
TERIMAKASIH 
DAFTAR PUSTAKA
Gede, S. I. P. (2019). "KONSEP DAN APLIKASI
BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN
TINGGI." 74-109.
M.Hum, M. (2014). "Bentuk dan pilihan kata.”
Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1-9.

Anda mungkin juga menyukai