Rasa syukur saya panjat kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan berkat
Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan judul analisis praktek
residensi keperwatan medikal bedah pada pasien gangguan neurologi dengan
kasus stroke hemoragik menggunakan pendekatan model adaptasi Roy di rumah
sakit Cipto Mangunkusumo.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak
dapat karya ilmiah akhir ini tidak dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu, anak dan suami yang telah memberikan dukungan terbesar pada saya
untuk dapat menyelesaikan pendidikan ini sampai tahap akhir.
2. Semua pasien yang pernah saya rawat di RSCM
3. Prof. Dr. Ratna Sitorus. S.Kp..M.App.Sc selaku supervisor utama yang telah
membimbing dan mengarahkan saya memiliki pandangan dan mental menjadi
seorang perawat spesialis.
4. I Made Kariasa, S.Kp., M.M., M.Kep selaku supervisor yang telah
membimbing dan mengarahkan saya untuk dapat berpikir kritis sebagai
perawat spesialis neurosains dari berbagai kasus neurologi yang pernah
ditemui.
5. Yunisar Gultom S.Kp.,MCIN selaku supervisor lapangan yang telah
memberikan bimbingan dalam pelaksanaan dan penerapan program evidenced
based nursing dan proyek inovasi.
6. Ibu Ns. Siti Aisah, S.Kep, Ns dan Ibu Erni, S.Kep, Ns beserta semua perawat
di ruangan neurologi lantai 5 zona A yang telah berupaya memberikan
dukungan dan bantuannya selama paraktik residensi.
iv
Abstrak
vii
Abstract
Keywords:
Neurological, Roy Adaptation Model, neurological screening tools
viii
HALAMAN SAMPUL............................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH............ vi
ABSTRAK................................................................................................ vii
ABSTRACT.............................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................. ix
DAFTAR SKEMA................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................. 4
1.3 Manfaat
1.3.1 Pelayanan Keperawatan................................................................ 4
1.3.2 Pengembangan Keilmuan Keperawatan........................................ 5
BAB 2 STUDI PUSTAKA
2.1 Stroke Hemoragik
a. Pengertian........................................................................................ 6
b. Faktor Resiko Stroke Hemoragik.................................................... 6
c. Patofisiologi..................................................................................... 7
d. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................. 8
e. Penatalaksanaan pada Pasien Stroke Hemoragik.............. 9
2.2 Teori Keperawatan Model Adaptasi Roy
a. Model Adaptasi Roy...................................................................... 12
b. Proses Keperawatan Menurut Model Adaptasi Roy...................... 16
BAB 3 PROSES RESIDENSI
3.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Stroke Hemoragik............ 20
3.2 Gambaran 30 Pasien dengan Gangguan Neurologis........................... 29
3.3 Evidenced Based Nursing: Aromaterapi Lavender Pada Pasien
Neurologi dengan Insomnia................................................................. 34
3.4 Proyek Inovasi: Format Pengkajian Pada Pasien Dengan Gangguan
Neurologi.............................................................................................. 43
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Asuhan Keperawatan pada Pasien Penurunan Kesadaran akibat Stroke
Hemoragik Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi
Roy..................................................................................................... 48
4.2 Analisis Penerapan Model Adaptasi Roy Pada Tiga Puluh Kasus
Pasien dengan Kasus Neurologi......................................................... 54
ix
xi
xii
xiii
1.1 LatarBelakang
Peran perawat spesialis neurosains sebagai clinical case manager (CCM).
Sebagai clinical care manager, penulis melakukan asuhan keperawatan
lanjut pada kasus-kasus neurosains dengan menggunakan pendekatan
model keperawatan adaptasi Roy, melakukan pembuktian ilmiah tentang
intervensi keperawatan melalui evidence based nursing (EBN) dan
melakukan pembaharuan dalam praktik keperawatan melalui program
inovasi berupa aplikasi format skrining keperawatan untuk pasien
neurologi.
1 Universitas Indonesia
WHO (2016) mencatat bahwa lebih dari ratusan juta orang mengalami
gangguan neurologi di seluruh dunia. Kasus neurologi terbanyak adalah
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menganalisis pelaksanaan dan pengalaman sebagai clinical care manager
dalam melakukan asuhan keperawatan lanjut dengan pendekatan adaptasi
Roy dan ners spesialis neurosains selama praktik residensi keperawatan
medikal bedah peminatan neurologi di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menganalisis asuhan keperawatan lanjut dengan pendekatan adaptasi
Roy pada kasus stroke hemoragik dengan penurunan kesadaran dari
sudut pandang ners spesialis neurosains
b. Menganalisis penerapan praktik keperawatan berdasarkan bukti ilmiah
(evidence based nursing) pemberian romaterapi lavender pada pasien
neurologi dengan masalah insomnia.
c. Menganalisis program inovasi aplikasi skrining insomnia (insomnia
severity index) pada pasien neurologi di ruangan neurologi gedung A
lantai V.
1.3 Manfaat
1.3.1 Pelayanan Keperawatan
a. Memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan
menggunakan pendekatan model adaptasi Roy pada pasien neurologi
b. Memberikan masukan pelayanan keperawatan dengan pemberian
aromaterapi lavender utuk membantu mengaasi maslah insomnia pada
pasien neurologi
c. Memberikan informasi skrining khusus untuk mengkaji keluhan
insomnia pada pasien
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6 Universitas Indonesia
Jenis kelamin laki-laki dan semakin bertambah usia memiliki resiko lebih tinggi
mengalami stroke.
c. Patofisiologi
Pecahnya pembuluh darah otak dapat diawali dengan rupturnya aneurisma yang
dipicu oleh peningkatan tekanan darah sehungga menyebabkan masuknya
sejumlah darah ke jaringan otak. Hal ini mengakibatkan penekanan jaringan otak
pada area sekitar perdarahan. Peningkatan tekanan darah yang berkelanjutan
berbanding lurus terhadap jumlah perdarahan dan penekanan jaringan otak
sekitar area perdarahan. Kondisi ini diikuti dengan perburukan yang dipicu
dengan proses metabolik multiple yang mengakibatkan edema serebral,
kerusakan oksidatif, dan iskemik beberapa hari sampai minggu pasca
perdarahan.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
8
intrakranial secara cepat, menyebabkan herniasi isi fosa posterior baik ke arah
atas melalui insisura tentori atau ke arah bawah melalui foramen magnum. Oleh
karena itu, Baehr & Frotscher (2016) menyebutkan perdarahan intraparenkimal
di batang otak atau serebelum memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan
dengan perdarahan berukuran sama di area hemisfer serebri.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien yang diduga
mengalami stroke hemoragik adalah
1. CT (computed tomography) scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan utama untuk membedakan stroke
iskemik dan hemoragik khususnya ct scan non kontras. Selain itu dapat
mengidentifikasi komplikasi stroke seperti edema serebral dan hidrosefalus.
2. Magnetic Resonan Imaging (MRI)
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
9
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
10
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
11
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
12
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
13
Skema 2.1
Proses Keperwatan Menurut Konsep Model Adaptasi Roy (Roy, 2009)
Tahapan proses keperawatan menurut model adaptasi Roy dijabarkan sebagai berikut:
(Parker & Smith, 2010):
1. Pengkajian
a. Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku yang dilakukan meliputi pengkajian empat mode adaptif
yaitu:
Mode fisiologis yaitu pemeriksaan oksigenasi, nutrisi, eliminasi,
aktivitas dan istirahat, proteksi, pengindraan, cairan dan elektrolit, fungsi
neurologis, fungsi endokrin.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
14
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
15
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
16
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
17
b. Pengkajian Stimulus
Pengkajian stimulus meliputi pengkajian fokal, kontekstual dan residual.
Pengkajian stimulus dilakukan pada semua aspek mode dalam konsep
adapatasi Roy seperti mode fisiologis, mode peran, mode konsep diri dan
interdependensi.
2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan North American Nursing Diagnosis Association (NANDA),
beberapa diagnosa keperawatan diantaranya yang muncul pada pasien
stroke hemoragik adalah
a. Penurunan kapasitas adaptif tekanan intrakranial
b. Resiko ketidakefektifan perfusi serebral
c. Hambatan mobilitas fisik
d. Hambatan komunikasi verbal
e. Kerusakan integritas kulit
3. Tujuan keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang muncul di atas maka tujuan keperawatan menurut
nursing outcomes classification (NOC) adalah sebagai berikut:
a. Setelah dilakukan perawatan, didapatkan adanya perbaikan status neurologis
kesadaran
b. Setelah dilakukan perawatan, didapatkan adanya perbaikan perfusi serebral
c. Setelah dilakukan perawatan, didapatkan adanya adaptasi disabilitas/
perubahan fisik
d. Setelah dilakukan perawatan, didapatkan adanya komunikasi
ekspresif/reseptif
e. Setelah dilakukan perawatan, didapatkan perbaikan integritas kulit
4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan model adaptasi Roy difokuskan pada
stimulus dan proses koping sehingga dapat meningkatkan kemampuan pasien
beradaptasi. Intervensi diarahkan untuk memanajemen stimulus yang
mempengaruhi langsung perilaku pasien. Roy (2009) menyebutkan manemen
stimulus untuk mengubah perilaku dapat dilakukan adalah dengan mengubah,
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
18
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
19
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
BAB 3
PROSES RESIDENSI
20
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
21
Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal : peningkatan dan akumulasi produksi sputum, ronchi
di kedua lapang paru
Stimulus kontekstual: invasi kuman, imobilisasi
Stimulus residual: penurunan daya tahan tubuh.
2) Nutrisi
Pengkajian Perilaku
Pasien terpasang NGT, mendapat jenis blenderized diet DM 1500
kkal, mukosa mulut lembab, jumlah gigi 23 tampak bersih, tidak tampak
adanya lesi, warna lidah merah muda dan tampak bersih. BB pasien 78
Kg dan TB 173 cm.
Laboratorium:
Hb: 15,2 g/dl, Albumin: 4,8 g/dl
Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : Terpasang NGT
Stimulus kontekstual : Penurunan kesadaran
Stimulus residual : tidak ditemukan
3) Eliminasi
Pengkajian Perilaku
Pasien terpasang polykateter urin dengan warna tampak jernih,
jumlah urin 1700ml/24 jam, BAB 1x/hari dengan konsistensi lunak
kuning kecoklatan. Saat palpasi tidak ditemukan adanya distensi
bladder, bising usus 12x/menit.
Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : tidak ditemukan
Stimulus kontekstual : tidak ditemukan
Stimulus residual : tidak ditemukan
4) Aktivitas dan Istirahat
Pengkajian perilaku
Semua pemenuhan kebutuhan pasien dibantu. Status fungsional
Barthel Index (3) kategori ketergantungan berat. Kekuatan otot
tidak dapat dikaji. Tonus otot normal. Tampak kelemahan sisi
kanan tubuh.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
22
Pengkajian stimulus
Stimulus fokal : kerusakan mobilisasi, penurunan kesadaran
Stimulus kontekstual : penurunan kesadaran, hemiparesis kanan
Stimulus residual : tidak ditemukan
5) Proteksi
Pengkajian perilaku
Tidak ditemukan adanya luka dekubitus dengan skala braden 10
yang menandakan pasien berisiko tinggi, tidak ada riwayat alergi,
0
turgor kulit pasien lembab. Kulit teraba hangat, suhu 38,4 C.
Laboratorium: leukosit 12000 , Prokalsitonin: 0,5
Pengkajian Stimulus
Stimulus fokal : peningkatan suhu tubuh (demam)
Stimulus kontekstual : invasi kuman, penurunan daya tahan tubuh
Stimulus residual : riwayat DM tipe II
6) Sensasi
Pengkajian Perilaku
Pasien mengalami penurunan kesadaran. Pengkajian fungsi
penciuman tidak dapat dilakukan. Pengkajian nyeri dengan FLACC
(Face, Legs, Ac vity, Cry, Consolability) didapatkan nilai 0 (tidak
ada nyeri).
Pengkajian Stimulus :
Stimulus fokal : tidak ditemukan
Stimulus kontekstual : tidak ditemukan
Stimulus residual : tidak ditemukan
7) Cairan, elektrolit, dan asam basa
Pengkajian Perilaku
Mukosa bibir pasien lembab. Turgor dan elastisitas kulit pasien
tampak baik. Asupan cairan per 24 jam 3800cc/ 24 jam via
intravena dan NGT. Laboratorium : Na: 135 mE/L, Kalium: 3,4 mE/L,
Cl: 108 mE/L
Pengkajian Stimulus :
Stimulus fokal : tidak ditemukan
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
23
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
24
3.1.3 Diagnosis
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan pada
Tn. D sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan proses
infeksi, hipersekresi jalan nafas
b. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan
perdarahan inraserebral
c. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
25
3.1.4 Tujuan
Tujuan keperawatan yang disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
pada Tn. D selama proses perawatan sebagai berikut:
a. Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam, Tn. D menunjukkan
kepatenan jalan nafas: saturasi O2 98-100%, RR 16-22x/menit,
bunyi paru saat auskultasi didapatkan vesikuler.
b. Setelah dilakukan intervensi selama 2 x 24 jam, Tn. D menunjukkan
peningkatan kapasitas adaptif ditandai dengan status neurologis:
kesadaran alert, membuka mata spontan, dapat mengikuti perintah,
berespon terhadap lingkungan sekitar. Perfusi jaringan serebral:
: tekanan darah sistol dan diastol dalam rentang 100/70 s.d 140/90
mmHg, tidak terjadi kerusakan kognitif, tidak ada keluhan nyeri
kepala.
c. Setelah dilakukan interensi selama 3 x 24 jam didapatkan suhu
tubuh dalam rentang normal (360 – 370 C)
d. Setelah dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam didapatkan level
glukosa darah: glukosa darah sewaktu dalam rentang normal (<200
mg/dL).
e. Setelah dilakukan intervensi 2 x 24 jam, Tn. D menunjukkan fungsi
fisiologis normal kulit: elastisitas, hidrasi, tekstur dan integritas
kulit dalam batas normal.
3.1.5 Intervensi
Berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC), intervensi
keperawatan yang dilakukan pada Tn. D berdasarkan diagnosa
keperawatan adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
26
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
27
c. Hipertermi
Manajemen lingkungan
Regulator: berikan pakaian dan linen menyerap keringat, ganti alat
tenun yang basah, atur suhu ruangan 200 - 250 C, berikan selimut
tipis dan hindari menggunakan selimut dan alat linen tebal.
Kognator: Jelaskan pada keluarga untuk membawa pakaian tipis
dan meyerap keringat untuk pasien.
Penanganan demam
Regulator: lakukan kompres hangat saat suhu mencapai >390 C dan
kompres air suhu ruangan bila suhu >380 C, lakukan seka seluruh
tubuh bila diperlukan sesuai suhu tubuh pasien, berikan obat
antibiotik sesuai terapi (Levofloxacin, 1x750 mg, Meropenem 3x1
gr, PCT 3x 1 gr), lakukan pemeriksaan lab seperti leukosit dan
Prokalsitonin (PCT).
Manajemen cairan
Regulator: hitung kebutuhan cairan pasien (20-40 ml/78 kg= 1560-
3120 ml/ 24 jam) dengan penambahan 10% setiap kenaikan 10 C,
monitoring intake output pasien per 24 jam, monitoring tanda dan
gejala dehidrasi (turgor, elastisitas kulit, mukosa bibir).
Kognator:
d. Resiko ketidakstabilan glukosa darah
Manajemen hiperglikemi
Regulator: lakukan monitoring gula darah secara berkala,
monitoring tanda dan gejala hiperglikemi.
Konseling Nutrisi
Kognator: konseling nutrisi sesuai dengan kondisi klinis diabetes
mellitus
e. Resiko gangguan integritas kulit
Manajemen tekanan
Regulator: berikan masase pada area kulit yang mengalami tekanan
tumpuan seperti punggung, sakrum dan oleskan minyak zaitun atau
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
28
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
29
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
30
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
31
ringan
20 Laki- SH 60 Batak Pensiun Penurunan kapasitas
laki an adaptif intrakranial,
gangguan keseimbangan
elektrolit: kalium
21 Laki- SH 80 Jawa Pensiun Penurunan kapasitas
laki an adaptif intrakranial,
bersihan jalan nafas tidak
efektif
22 Laki- SI 55 Betawi Swata Resiko perfusi jaringan
laki serebral tidak efektif,
bersihan jalan nafas tidak
efektis, hambatan
mobilitas fisik
23 Laki- SI 52 Jawa Swasta Resiko jaringan serebral
laki tidak efektif, hambatan
mobilitas fisik
24 Wanita Post 49 Betawi IRT Nyeri, hambatan
laminektom mobilitas fisik
i
25 Laki- SH 68 Tiongho Swata Resiko jaringan serebral
laki a tidak efektif,
ketidakstabilan gula darah
26 Laki- SH 39 Jawa Swasta Ketidakefektifan bersihan
laki jalan nafas, resiko
jaringan serebral tidak
efektif, gangguan
keseimbangan elektrolit:
hipokalsemia
27 Laki- SH 59 Jawa Tidak Resiko jaringan serebral
laki bekerja tidak efektif, gangguan
integritas kulit, gangguan
keseimbangan elektrolit:
hiponatremia
28 Laki- Miastenia 41 Jawa Swasta Ketidakefektifan pola
laki gravis nafas, hambatan mobilitas
fisik
29 Laki- SI 50 Jawa Swasta Resiko jaringan serebral
laki tidak efektif, gula darah
tidak stabil
30 Laki- SH 65 Jawa Swasta Ketidakefektifan pola
laki nafas, Resiko jaringan
serebral tidak efektif,gula
darah tidak stabil,
hambatan mobilitas fisik
Keterangan:
SH : stroke hemoragik
SI : stroke iskemik
IRT : ibu rumah tangga
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
32
Data demografi umum yang didapatkan dari 30 kasus meliputi usia pasien
yang didapatkan dalam rentang 22 sampai dengan 80 tahun dengan rata-rata
usia 51,2 tahun. Jenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang (56%) sedangkan
perempuan berjumlah 13 orang (43%). Berdasarkan status pekerjaan
didapatkan 12 orang merupakan pekerja swasta, 12 orang ibu rumah tangga, 4
orang tidak bekerja dan 2 orang pensiunan. Berdasarkan suku didapatkan
bahwa Jawa 14 orang, Sunda 5 orang, Betawi 7 orang, Batak 2 orang, Padang
2, dan Indocina 1 orang.
Berdasarkan jenis kasus yang dikelola didapatkan dengan rincian dalam tabel
di bawah ini
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
33
5 Trauma kepala 1 1
ringan
6 Miastenia gravis 1 1
7 Post laminektomi 1 1
HNP th. 10-11
Pedicle screw
8 Hemiparesis 1 1
dupleks, paresis n.
VII dekstra
sentral, nistagmus
horizontal
unidireksionalkan
an e.c lesi
vascular dd
autoimun
Jumlah 9 2 9 7 1 3 7 4 4 11 5
Keterangan:
1 : Penurunan kapasitas adaptif tekanan intrakranial
2 : gangguan komunikasi verbal
3 : hambatan mobilitas fisik
4 : Nyeri
5 : Bingung akut
6 : Pola nafas tidak efektif
7 : Besihan jalan nafas tidak efektif
8 : Gangguan nutrisi
9 : gangguan elektrolit
10 : Resiko ketidakefektifan perfusi serebral
11 : lain-lain (cemas, perubahan body image, resiko jatuh)
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
34
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
35
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
36
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
Tabel 3.4
Tabel Telaah Kritis Jurnal
Moeini , Effect of Pemilihan Kelompok Kedua Total partisipan Peneliti Confidenc Ada
Khadibi m, Aromatherap partisipan intervensi dan kelompok hanya (intervensi dan melakukan e interval perberdaa
37
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
Bekradi R, y on The dilakukan kontrol dibedakan kontrol) 64 single penelitian n skore
Mahmoudian Quality of secara random memiliki dengan orang namun blinded 95% kualitas
SA, Nazari Sleep in sederhana persamaan perlakuan tidak disebutkan untuk dengan tidur
Ischemic yang permulaan pemberian dengan detail pengukuran demikian antara
F. (2011)
Disease dilakukan oleh meliputi aromaterapi, jumlah objektivitas diketahui kelompok
peneliti karakteristik tidak ada partisipan saat
demografi perbedaan analisis masing-
berupa bahwa intervensi
seperti usia, perlakuan masing asiten estimasi dan
jens kelamin, lainnya kelompok. peneliti efek kontrol
karakteristik melakukan penelitian (p<0,001)
pasien. Rata- uji dalam
rata usia kuesioner rentang
pasien 55 tanpa sebagian
tahun mengetahui besar
keanggotaa popolasi
n partisipan penelitian.
kelompok
kontrol dan
intervensi.
Li Wei The effect of Pemilihan Kelompok Kelompok Total partisispan Penelitian Confidenc Ada
Chien, Su Li Lavender partisipan intervensi dan kontrol (intervensi dan tidak e interval perbedaan
Cheng, Chi Aromatherap dilakukan kontrol diberikan kotrol) 67 orang mencantum penelitian signifikan
y on secara random memiliki plasebo berupa yaitu 34 orang kan dengan 95% kualitas
Feng Liu.
Autonomic dengan sistem persamaan pemberian kelompok jelas untuk dengan tidur
(2011) Nervous komputerisasi permulaan aromaterapi intervensi dan
System in . meliputi Sweet almond 33 orang
pengukuran demikian antara
Midlife karakteristik oil kelompok objektivitas. diketahui kelompok
Women with demografi kontrol. Pada bahwa kontrol
Insomnia. seperti usia, kelompok estimasi dan
jens kelamin, intervensi hanya efek intervensi
38
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
karakteristik 29 orang dari 34 penelitian (p<0,001)
pasien. Rata- orang yang dalam dan
rata usia menyelesaikan rentang penurunan
pasien 48 intervensi sebagian HR antara
tahun sedangkan 7 besar kelompok
mengundurkan
diri. Ini berarti
popolasi intervensi
memenuhi penelitian. dan
perubahan kontrol
jumlah (p<0,05)
partisipan ˂20% setelah
(10,4%). Jumlah penggunaa
partisipan n
kelompok aromatera
kontrol 31 orang pi
diantaranya Lavandula
mengikuti sesuai Augustifol
waktu yang
ditentukan dari
ia
33 orang. Ini (Lavender
berarti 2 orang ) selama
(6,1%) 12 minggu
memenuhi
syarat
perubahan
jumlah
partisipan
˂20%.
39
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
40
3.3.3 Implementasi
a. Subjek
Pasien yang dilibatkan adalah semua pasien neurologi yang mengalami
insomnia derajat ringan, sedang dan berat melalui skrining kuesioner
insomnia (insomnia severity index) dan memenuhi kriteria inklusi
dengan partisipan penelitian yang dilakukan Lytle, Jamie., Mwatha,
Catherine., & Davis, Karen K. (2014), Moeini , Khadibi m, Bekradi R,
Mahmoudian SA, Nazari F. (2011) dan Li Wei Chien, Su Li Cheng,
Chi Feng Liu. (2011). Berikut kriteria inklusi pasien yang akan
dilibatkan dalam evidence based nursing :
1. pasien neurologi dengan kesadaran compos mentis dan terdeteksi
mengalami insomnia melalui skrining kuesioner insomnia
2. tidak mengalami anosmia
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
41
3.3.4 Hasil
Pelaksanaan skrining insomnia severity index melibatkan 19 orang pasien
neurologi yang terdiri dari 10 orang (52,6%) perempuan dan 9 orang
(47,4%) laki-laki. Usia pasien berada dalam rentang 25 tahun sampai
dengan 68 tahun. Kasus neurologi diantara 19 orang pasien meliputi stroke
iskemik (4 orang), stroke hemoragik (2 orang), miastenia gravis (3 orang),
SOL (7 orang), fraktur spinal (1 orang), tumor spinal (1 orang) dan
epidural hematom (1 orang). Hasil skrining didapatkan bahwa 6 orang
pasien mengalami insomnia dengan rincian 3 orang (50%) mengalami
insomnia ringan dan 3 orang (50%) insomnia sedang.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
42
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
43
2. Weakness (Kelemahan)
a. Perawat di ruangan neurologi gedung A lantai V RSCM belum
banyak terpapar dengan format pengkajian kekhususan dan menilai
tidak ada format pengkajian yang perlu untuk ditambahkan pada
format pengkajian yang sudah ada. Hal ini diketahui melalui studi
pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya. Selain itu juga
diketahu bahwa perawat.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
44
3. Oppurtunities (Kesempatan)
a. Adanya penerapan ide-ide baru dari mahasiswa residensi
keperawatan yang sedang menjalani praktik di RS Cipto
Mangunkusumo melalui program inovasi keperawatan sesuai yang
tertuang dalam kurikulum pendidikan.
b. Perawat di ruangan neurologis menyatakan kesediaannya untuk
menerima informasi baru terkait penerapan screening tools pada
kasus-kasus neurologi. Hal ini ketahui melalui wawancara singkat
dengan beberapa PP dan PA di ruang neurologis lantai V gedung A
RS Cipto Mangunkusumo.
4. Threats (Ancaman)
Persaingan dari rumah sakit lain yang telah melakukan peningkatan
sistem pelayanan termasuk kasus neurologi.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
45
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
46
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
47
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
48
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
BAB 4
PEMBAHASAN
49 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
51
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
52
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
53
lemak yang menghasilkan keton (Black & Hawks, 2014). Keton yang
terbentuk dan terakumulasi dalam darah berbanding lurus dengan
peningkatan H+ sehingga berdampak pada penurunan pH darah (asam).
Perubahan pH (asam) akibat akan menyebabkan vasodilatasi vaskular
dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan tekanan
intrakranial.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
54
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
55
4.2 Analisis Penerapan Model Adaptasi Roy Pada Tiga Puluh Kasus Pasien
dengan Kasus Neurologi
4.2.1 Mode Adaptasi Fisiologis
Berdasarkan pengalaman merawat pasien selama proses residensi pada
kasus resume, penulis mendapatkan bahwa perubahan perilaku yang paling
sering mengalami dampak akibat gangguan neurologi adalah mode
fisiologis neurologis dengan perubahan perilaku yang beragam mulai dari
nyeri kepala, penurunan kesadaran, sampai ditemukannya refleks patologi.
Sehingga masalah keperawatan yang sering muncul adalah penurunan
kapasitas adaptif intrakranial dan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral terutama pada kasus terjadinya perdarahan intraserebral dan
hidrosefalus.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
56
Pada kasus pasien neurologi yang disertai adanya riwayat diabetes mellitus
mengakibatkan perubahan perilaku mode fisiologis endokrin berupa
kondisi ketidakstabilan gula darah (hiperglikemia/ hipoglikemia). Oleh
karena itu, masalah keperawatan yang muncul adalah gula darah tidak
stabil. Pada kasus resume yang ditemui, rata-rata pasien mengalami
diabetes mellitus tipe II. Perubahan perilaku hiperglikemia/ hipoglikemia
perlu mendapatkan penangan untuk mempertahankan normoglikemia. Hal
ini berkaitan dengan upaya mengoptimalkan glukosa seluler terutama ke
jaringan serebral.
Kasus tumor, perubahan perilaku yang terjadi pada mode fisiologi sensasi
berupa nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Keluhan nyeri yang dirasakan
beragam namun hampir sebagian besar mengalami nyeri kategori berat
dengan intensitas hilang timbul. Oleh karena itu, masalah keperawatan
yang sering muncul pada kasus tumor adalah nyeri.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
57
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
58
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
59
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
60
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
61
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
62
1. Kelebihan
a. Mendapatkan kemudahan dalam mengkaji insomnia dengan
menggunakan skrining insomnia severity index karena format yang
sederhana dan terdiri dari 7 pertanyaan tertutup secara singkat.
b. Format pengkajian AVNPS merupakan format pengkajian FLACC
yang sudah dimodifikasi untuk dapat diterapkan pada populasi
dewasa sehingga dapat lebih mudah untuk diterapkan di ruang
rawat inap neurologi zona A RSCM
c. Format pengkajian 3IQ memiliki jumlah pertanyaan terdiri dari 6
pertanyaan, sehingga mudah diaplikasikan untuk mengetahui
kejadian inkontinensia urin, mampu mendeteksi jenis-jenis
inkontinensia urin dan pertanyaan yang disusun sangat jelas,
sehingga semua perawat mampu menggunakan skrining tersebut.
d. Format BBS mampu menentukan kemampuan berjalan pasien yang
disertai dengan petunjuk yang jelas dalam menilai skor pada
masing-masing item pengkajian
e. Skrining FAST sangat sederhana, metodenya cepat dan singkat
hanya memerlukan waktu 3-10 menit sehingga sangat tepat
digunakan pada pasien yang tidak bertoleransi dengan waktu
pengkajian yang lama
f. Skrining NIHSS telah dimasukkan dalam guideline stroke dan
direkomendasikan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI), dan sudah dimasukkan dalam pengkajian
awal pasien stroke di IGD RSCM.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
63
2. Kelemahan
a. Skrining insomnia severity index merupakan kuesioner subjektif
sehingga perlu dilengkapi dengan teknik pengkajian tambahan
misalnya observasi sebagai bentuk validasi.
b. Kekurangan yang terdapat pada format pengkajian ANVPS yang
diterapkan pada program inovasi yaitu terdapatnya 3 kategori
pengkajian baru sehingga diperlukan sosialisasi cara pengisian
format serta kategori vital yang membutuhkan kemampuan kritis
penilai dalam menentukan nilai baseline pasien sebagai data dasar
pengkajian.
c. Skrining 3IQ bersifat subjektif sehingga hasil pengkajian memiliki
subjektifitas pasien yang tinggi sehingga perlu pengkajian
tambahan. Selain itu skrining ini tidak dapat dilakukan pada pasien
yang mengalami afasia sensorik
d. Dalam pelaksanaan skrining NIHSS, ditemukan kendala .karena
pasien sudah menjalani hari perawatan di IGD atau boarderrest,
sehingga tidak bisa lagi dilakukan di ruangan perawatan neurologi.
e. Skrining BBS memerlukan kemampuan keterampilan khusus
perawat dan waktu yang cukup lama dalam pengkajian.
f. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hasil skrining FAST
menjadi bias yaitu jika pasien mengalami kurang konsentrasi,
bingung atau memiliki gangguan penglihatan.
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
64
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Kesimpulan dari uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya akan
disampaikan pada bab ini, yaitu:
5.1.1 Kasus neurologi tidak hanya memberikan dampak secara fisiologis namun
juga peran, konsep diri dan lainnya. Oleh karena itu, model konsep
keperawatan adaptasi Roy dapat diterapkan untuk melakukan asuhan
keperawatan pada kasus neurologi. Model konsep ini memungkinkan
pengkajian dari aspek fisiologis, konsep diri, peran dan interdependensi
sehingga asuhan keperawatan secara komprehensif dapat dilaksanakan.
Diagnosis keperawatan yang ditemui pada kasus neurologi meliputi
penurunan kapasistas adaptif tekanan intrakranial, resiko perfusi serebral
tidak efektif dan hambatan mobilitas fisik.
5.1.2 Intervensi pemberian aromaterapi lavender pada pasien neurologi dengan
insomnia berdasarkan hasil uji statistik pada CI 95% diperoleh nilai p =
0,002 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
signifikan antara nilai insomnia sebelum dan setelah pemberian
aromaterapi. Namun berdasarkan derajat insomnia, tidak ada perbedaan
signifikan antara sebelum dan setelah pemberian aromaterapi.
5.1.3 Insomnia severity index (ISI) dapat diterapkan pada pasien neurologi untuk
mengidentifikasi masalah insomnia. Penggunaan ISI dapat membantu
mengidentifikasi masalahderajat insomnia yang terjadi pada pasien
meliputi ringan, sedang dan berat.
5.2 Saran
Berikut saran yang dapat disampaikan oleh penulis dalam karya ilmiah ini
adalah
5.2.1 Pelayanan Keperawatan
a. Pendekatan model konsep adaptasi Roy membantu perawat dalam
memberikan asuhan keperwatan dengan tujuan mencapai adaptasi
64 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
DAFTAR REFERENSI
Alligood, M. ., & Tomey, A. . (2010). Nursing Theorist and Their Work. United
State of America: Elsevier Mosby.
Alligood, Martha.R. (2014). Nursing Theorist and Their Work. Elseiver. Mosby:
St. Lois.
American Heart Association. (2015). Guidelines for the Management of
Spontaneous Intracerebral Hemorrhage. Retrieved from
http://stroke.ahajournals.org/content/early/2015/05/28/STR.000000000000
0069
Barcan, R. (2014). Aromatherapy Oils. Commodities, Materials, Essences.
Cultural Studies Review, 20(September), 141–171.
http://dx.doi.org/10.51310/csr.v20i2.3615
Baehr, M., & Frotscher, M. (2016). Diagnosis Topik Neurologi DUUS. Anatomi,
Fisiologi & Tanda Gejala. EGC: Jakarta.
Brunner & Suddarth’s (2010). Medical Surgical Nursing Twelfth Edition.
Lippincot: Philadelphia
Bulechek, G, M., Butcher, H,K & Dochterman, J, M. (2013). Nursing Intervention
Classification (NIC). Elseiver Mosby: St. Lois.
Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical
Nursing Fifth Edition. Lippincot William & Wilkins: Philadelphia
Herdman, T.H. (2012). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification 2012-2014. Wiley-Blackwell: Iowa
Lindquist et al (2014) Complementary & Alternative Therapies in Nursing
Seventh Edition. Springer Publishing Company: New York
Lytle, Jamie., Mwatha, Catherine., & Davis, Karen K (2014). Effect of Lavender
Aromatherapy On Vital Signs And Perceived Quality Of Sleep In The
Intermediate Care Unit: A Pilot Study. American Association of Critical
Care Nurse, 23 (1), http://.doi.org/10.4037/ajcc2014958
Li Wei, Chien., Su Li, Cheng., Chi Feng, Liu (2011). The effect of Lavender
Aromatherapy on Autonomic Nervous System in Midlife Women with
Insomnia. Evid Base Complement Alternat Med, 2012;74(13).
Doi:10.1155/2012/740813. http://www.ncbi.nlm.nih.gov
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
Nurarif, A.H, & Kusuma, H (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & NANDA. Medication: Jogjakarta
Moeini , Khadibi m, Bekradi R, Mahmoudian SA, Nazari F. Effect of
Aromatherapy on The Quality of Sleep in Ischemic Disease Patients
Hospitalized in Intensive Care Unit of Hospitals of The Isfahan University of
Medical Sciences, Iran J Nurs Midwifery Res. 2010;15 (4):234-239.
Morin, C. M., Belleville, G., Bélanger, L., & Ivers, H. (2011). The Insomnia
Severity Index: psychometric indicators to detect insomnia cases and
evaluate treatment response. Sleep, 34(5), 601–608.
http://doi.org/10.1111/j.1365-2648.2010.05394.x
Parker, M.E., & Smith,M,C. (2010). Nursing Theories & Nursing Practice. F.A
Davis Company: Philadelphia.
Rasyid.Sp.S(K), D. dr. A., Misbach.Sp.S(K).FAAN, P. dr. J., &
Haris.Sp.S(K).FICA, D. S. (2015). Stroke : Komplikasi Medis dan Tata
Laksana. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Roy, S. C. (2009). The Roy Adaptation Model (3rd ed.). United State of America:
Pearson Education Inc.
Robert, N, G & Ramani, N.V. (2008). The Stroke Clinician’s Handbook. A
Practical Guide too The Cara of stroke Patients. World scientific:
Singapore.
World Health Organization (2016). Neurological Disorders. Retrieved from
http://www.who.int/features/qa/55/en/
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar. Diambil dari http://www.depkes.go.id
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktek..., Eny Erlinda Widyastuti, FIK UI, 2017
Catatan Perkembangan
A: tidak adaptif
A: tidak adaptif
P:
- Manajemen dan monitoring nutrisi sesuai diet DM (1500kkal)
- Monitoring gula darah secara berkala
- Manajemen medikasi insulin
- Monitoring tanda dan gejala hiper/hipo glikemia
5. Resiko gangguan integritas kulit S:-
O:
- Kulit tampak lembab, tidak ditemukan adanya luka tekan
- Pasien tirah baring lama, penurunan kesadaran dengan
penurunan kemampuan mobilisasi
A: tidak adaptif
P:
- Manajemen pencegahan tekanan (pressure management)
- Monitoring kelembaban kulit dan identifikasi faktor resiko
A: Adaptif
2. Pengkajian
a. Perilaku
Pengkajian: 7 September 2016
Mode Adaptasi Fisiologis: 1). Oksigenasi; RR:18x/menit, regular. Tidak tampak
sianosis dan pernafasan cuping hidung. 2). Sirkulasi: Akral teraba hangat, TD:
110/70 mmHg, HR: 84x/menit, 3). Nutrisi: pasien mengeluh mual, asupan nutrisi
cair via NGT, BB terakhir 39 Kg. TB: 155, IMT=16,2 4). Eliminasi: bab 1x/hari
tidak ada keluhan dan bak 4-5 x/hari. 5). Aktifitas dan Istirahat: Pasien tampak
lemah. Kekuatan otot 5555 5555 Semua aktifitas pasien dibantu
5555 5555
6). Proteksi: pasien mengeluh pusing bertambah bila duduk. 7). Sensasi: Pasien
mengeluh nyeri kepala secara terus menerus. Skala nyeri 4. 8. Cairan dan Elektrolit
& keseimbangan asam basa: mukosa tampak lembab. 9). Neurologis: kesadaran
kompos mentis, GCS: 15 E4M6V5. Orientasi waktu, tempat dan orang sesuai. 10).
Endokrin: GDS: 105 mg/dl dan tidak ada riwayat diabetes melitus. Mode Konsep
Diri: pasien mengatakan dirinya merasa nyaman terhadap diri sendiri, apa yang
dijalaninya selama ini memuaskan dan sesuai yang diinginkannya. Mode fungsi
Peran: pasien merupakan seorang anak yang telah bekerja. Mode Interdependensi:
pasien mengatakan memiliki hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya
termasuk keluarga, kerabat dan teman kerja. Orang terdekat pasien adalah ibunya.
b. Stimulus
Stimulus fokal : pusing dan nyeri kepala secara terus menerus
Stimulus kontekstual : peradangan pada meningen, infeksi mycobakterium
tuberculosis
Stimulus residual :-
3. Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri, 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan 3. Intoleransi aktivitas
4. Tujuan
1. Skala nyeri 2-3 2. Manajemen nutrisi 3. Pasien dapat beraktifitas bertahap
5. Intervensi
1. Manajemen nyeri: relaksasi dan distraksi, 2. Monitoring tanda dan gejala rigiditas
nukal, 3. Monitoring tanda dan gejala peningkatan tekanan intrakranial, 4. Monitoring
skala nyeri, 5. Manajemen nutrisi, 6.manajemen energi dan aktifitas bertahap
6. Evaluasi:
Setelah 24 jam perawatan, pasien menunjukkan perilaku adaptif dengan skala nyeri 2-3,
tidak ditemukan adanya tanda dan gejala rigiditas nukal, tidak ditemukan tanda dan
gejala peningkatan tekanan intra kranial, peningkatan konsumsi nutrisi dan berat badan
(BB: 42 kg), peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
3. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko perfusi serebral tidak efektif 2). Hambatan komunikasi verbal
3). Hambatan mobilisasi fisik
4. Tujuan
1). Perfusi jaringan serebral efektif 2). Komunikasi: ekspresi adekuat
3). Mobilisasi bertahap
5. Intervensi
1). Cerebral perfusion promotion 2). Manajemen demensia 3). Terapi latihan
mobilisasi
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif dengan kesadaran GCS
E4M6Vafasia. TD: 140/80 mmHg, pasien mengalami afasia, disorientasi terhadap orang
dan lingkungan sekitar, pasien mampu mobilisasi dengan memanfaatkan sisi tubuh kiri
dan dibantu perawat.
3. Diagnosa Keperawatan
2) Pola nafas tidak efektif 2). Gangguan keseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan 3). Hambatan mobilisasi fisik
4. Tujuan
1). Pola nafas efektif 2). Kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan 3). Adaptasi
ketidakmampuan fisik
5. Intervensi
1). Manajemen airway 2). Monitorig asam basa 3). Monitoring respirasi
4). Manajemen nutrisi 5). Manajemen energi 6). Terapi latihan ROM
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif dengan kesadaran GCS
E3M5V4, RR22x/menit, tidak tampak sianosis, SpO2: 99%, penggunaan otot bantu
pernafasan minimal, TD: 110/80 mmHg, sklera tampak ikterik, pasien mengalami
paraflegia ekstremitas bawah, pasien melakkan ROM aktif dan pasif dibantu oleh
keluarga dan didampingi oleh perawat
3. Diagnosa Keperawatan
3) Nyeri 2). Resiko pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan
4. Tujuan
1). Kontrol nyeri 2). Kebutuhan nutrisi sesuai kebutuhan
5. Intervensi
1). Manajemen nyeri 2). Monitorig nyeri 3). Administrasi analgesik
4). Manajemen energi 5). Manajemen nutrisi
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif dengan skala nyeri 3-4,
keluhan nyeri berkurang, pasien dapat beraktivitas seperti biasa, porsi makan pasien 2/3 -1
porsi.
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif berupa kontrol nyeri
meningkat ditandai dengan skala nyeri 5-6, keluhan nyeri berkurang, pasien dapat
menerima keadaan sakitnya dan perubahan yang terjadi tubuhnya terutama kepala.
3. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial 2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
10. Tujuan
1). Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2) Bersihan jalan efektif
11. Intervensi
1). Promosi perfusi serebral 2) monitoring tekanan intrakrakranial 3). Manajemen
edema serebral 4) monitoring status neurologis 5) posisi neurologis
6). Manajemen airway 7). Fisioterapi dada 8). Monitoring respirasi
12. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan kompesasi ditandai dengan tidak
ditemukannya papil edema +, tidak ditemukannya respon muntah proyektil, tekanan darah
dalam rentang 100/70 s.d 140/90 mmHg, pasien tampak gelisah, kesadaran E2M4Vafasia, RR:
16-22x/menit, reguler, tidak ditemukan adanya ronchi saat auskultasi, tidak ditemukan
adanya sianosis dan hipoksia.
3. Diagnosa Keperawatan
2) Nyeri kronis 2). Hambatan mobilisasi
4. Tujuan
1). Adaptasi nyeri 2) mobilisasi bertahap
5. Intervensi
1). Manajemen nyeri 2) manajemen energi 3) kolaborasi medikasi OAT dan
analgetik 4). ROM pasif 5). Promosi mobilisasi bertahap
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan keluhan
nyeri berkurang, skala nyeri 2-3, tampak atropi otot, latihan mobilisasi bertahap secara
berkala oleh keluarga didampingi perawat.
1. Informasi Umum
Ny. A, 61 tahun, ibu rumah tangga, Islam, Melayu, Islam, Alamat: RM: 415-88-56.
Masuk RS: 17 September 2016.
Diagnosa Medis: Stroke haemoragik OH ketujuh
2. Pengkajian
Pengkajian 18 Oktober 2016
3. Perilaku
Mode Adaptasi Fisiologis: 1). Oksigenasi: terdengar bunyi snoring, RR: 26x/menit,
regular. SpO2: 96%. pH: 7,489, pCO2: 30,5, HCO3 : 25,7. 2). Sirkulasi: TD: 160/117
mmHg, HR: 118x/menit, teratur. Akral teraba dingin. CRT> 2 detik. Hasil Rontgen:
kardiomegali. 3) Nutrisi: Pasien terpasang NGT. 4). Aktifitas dan Istirahat: semua
aktivitas pasien dibantu. Kekuatan otot tidak dapat dikaji.
5). Eliminasi: Pasien terpasang poly kateter, urin kuning jernih. 6). Proteksi: suhu:
0
36,8 c. Leukosit: 20,1 1000/uL 7). Sensasi: tidak dapat dikaji. 8). Cairan dan
elektrolit & keseimbangan asam basa: mukosa tampak lembab, turgor kulit normal
dan elastis. Na: 161 mEq/L, cl: 132 mEq/L 9). Neurologis: Kesadaran GCS
E1M1V1, papil edema, refleks babinski + bilateral. CT scan menunjukkan hasil
perdarahan intraventrikel, hidrosefalus, edema serebri. 10). Endokrin: GDS: 109
mg/dl, tidak ada riwayat diabetes melitus. Mode Adaptasi Konsep Diri: tidak dapat
dikaji. Mode Adaptasi Peran: pasien merupakan seorang ibu yang memiliki anak
yang sudah mandiri. Mode Interdependensi: tidak dapat dikaji lebih lanjut, namun
selama dirawat pasien ditunggu secara bergiliran oleh anak-anaknya.
4. Stimulus
Stimulus fokal : penurunan kesadaran, edema otak, hidrosefalus
Stimulus kontekstual : perdarahan (stroke haemoragik)
Stimulus residual : usia, hipertensi tidak terkontrol
5. Diagnosa Keperawatan
3) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial 2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
6. Tujuan
1). Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2) pola nafas efektif
7. Intervensi
1). Monitoring tekanan intrakrakranial 2). Manajemen edema serebral 3) monitoring
status neurologis 5) posisi neurologis 6). Manajemen airway 7). Terapi oksigen
8). Monitoring respirasi
8. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku kompensasi ditandai dengan
ditemukannya papil edema, refleks babinski + bilateral, kesadaran GCS E1M1V1, tekanan
darah dalam rentang 120/80 s.d 140/90 mmHg, bersihan jalan nafas efektif, tidak ditemukan
adanya sumbatan, RR; 16-22x/menit, pH darah SpO2: 99%. pH: 7,429, pCO2: 36, HCO3 : 28.
1. Informasi Umum
Tn. A, 36 tahun, pekerja swasta, Islam, Jawa, Islam, Alamat: Cakung, Jatinegara, Jakarta
Timur. RM: 415-89-69. Masuk RS: 20 September 2016.
Diagnosa Medis: Penurunan kesadaran e.c susp METB
2. Pengkajian
Pengkajian 20 Oktober 2016
3. Perilaku
Mode Adaptasi Fisiologis: 1). Oksigenasi: bunyi nafas vesikuler, RR: 24x/menit,
regular. SpO2: 99%. 2). Sirkulasi: TD: 110/70 mmHg, HR: 98x/menit, teratur. Akral
teraba hangat. CRT< 2 detik. 3) Nutrisi: Pasien terpasang NGT. 4). Aktifitas dan
Istirahat: semua aktivitas pasien dibantu. Kekuatan otot tidak dapat dikaji.
5). Eliminasi: Pasien terpasang poly kateter, urin kuning jernih. 6). Proteksi: suhu:
0
36,8 c. 7). Sensasi: tidak dapat dikaji. 8). Cairan dan elektrolit & keseimbangan
asam basa: mukosa tampak lembab, turgor kulit normal dan elastis. 9). Neurologis:
Kesadaran GCS E3M6V5, gelisah, tidak kooperatif, refleks patologis negatif. CT
scan belum dapat dilakukan karena perilaku pasien tidak kooperatif, gelisah. 10).
Endokrin: GDS: 112 mg/dl, tidak ada riwayat diabetes melitus. Mode Adaptasi
Konsep Diri: tidak dapat dikaji. Mode Adaptasi Peran: pasien merupakan seorang
suami dan memiliki 2 orang anak. Mode Interdependensi: Tidak dapat dikaji lebih
lanjut.
4. Stimulus
Stimulus fokal : penurunan kesadaran, gelisah, bicara meracau
Stimulus kontekstual : suspek encepalitis, infeksi tuberculosa mycobacterium
Stimulus residual :-
5. Diagnosa Keperawatan
4) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial 2). Resiko jatuh
6. Tujuan
1). Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2) Kejadian jatuh dicegah
7. Intervensi
1). Monitoring tekanan intrakrakranial 2). Manajemen edema serebral 3) monitoring
status neurologis 5) posisi neurologis 6). Identifikasi resiko 7). Upaya pencegahan
jatuh
8. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku kompensasi ditandai dengan tidak
ditemukannya papil edema, refleks patologi -, penurunan kesadaran GCS E3M6V5, tekanan
darah dalam rentang 100/70 s.d 140/90 mmHg, tidak terjadi jatuh dan cedera fisik pada
pasien dengan penurunan kesadaran dan gelisah.
1. Informasi Umum
Tn. A, 36 tahun, pekerja swasta, Islam, Sunda, Islam, Alamat: Bogor. RM: 415-90-01.
Masuk RS: 20 Oktober 2016.
Diagnosa Medis: Sol intrakranial
2. Pengkajian
Pengkajian 20 Oktober 2016
a. Perilaku
Mode Adaptasi Fisiologis: 1). Oksigenasi: bunyi nafas vesikuler, RR: 18x/menit,
regular. SpO2: 99%. 2). Sirkulasi: TD: 110/80 mmHg, HR: 84x/menit, teratur. Akral
teraba hangat. CRT< 2 detik. 3) Nutrisi: Pasien terpasang NGT. Tidak dapat
mengekspresikan kebutuhan makan dan minum sesuai kebutuhan 4). Aktifitas dan
Istirahat: semua aktivitas pasien dibantu. Kekuatan otot 5555 4444
5555 4444
5). Eliminasi: Pasien terpasang poly kateter, urin kuning jernih. 6). Proteksi: suhu:
0
36,8 c. 7). Sensasi: pasien dapat menyebutkan stimulus yang diberikan. 8). Cairan
dan elektrolit & keseimbangan asam basa: mukosa tampak lembab, turgor kulit
normal dan elastis.Na: 139 mE/mL, K: 3,8 mE/mL, cl: 111 mE/mL. 9). Neurologis:
Pasien tampak bingung (confuse), hemiparesis sinistra, respon pasien lama terhadap
pertanyaan yang diberikan, kadang pasien tampak bingung, bicara pelan dan terbata-
bata, refleks patologis negatif, pupil isokor. Hasil CT scan: adanya suspek glioma
lobus temporo-parietal kanan luas yang mencakup korteks dan white matter sampai
batang otak, batas tidak tegas, edema serebri,ventrikel IV sempit.. 10). Endokrin:
GDS: 105 mg/dl, tidak ada riwayat diabetes melitus. Mode Adaptasi Konsep Diri:
tidak dapat dikaji lebih lanjut. Mode Adaptasi Peran: pasien belum berkeluarga.
Mode Interdependensi: tidak dapt dikaji lebih lanjut. Selama sakit, pasien ditunggu
oleh saudaranya secara bergantian.
b. Stimulus
Stimulus fokal : bingung, respon lama terhadap pertanyaan yang diberikan,
bicara pelan dan terbata-bata
Stimulus kontekstual : suspek glioma lobus temporo-parietal kanan luas
Stimulus residual : tidak diketahui
3. Diagnosa Keperawatan
5) Penurunan adaptif kapasitas intrakranial 2). Bingung akut (acut confusion)
4. Tujuan
1). Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2) Orientasi kognitif
5. Intervensi
1). Monitoring tekanan intrakrakranial 2). Manajemen edema serebral 3) monitoring
status neurologis 5) Posisi neurologis 6). Manajemen delirium 7). Perlindungan
infeksi 8). Manajemen pengobatan
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan tidak
ditemukannya papil edema, perbaikan kesadaran, tekanan darah dalam rentang 100/70 s.d
140/90 mmHg, mampu mengidentifikasi diri, waktu dan tempat dengan benar
1. Informasi Umum
Ny. J, 68 tahun, ibu rumah tangga, Islam, Jawa, Islam, Alamat: Kramat sawah. RM: 415-
91-22. Masuk RS: 23 Oktober 2016.
Diagnosa Medis: stroke iskemik berulang
2. Pengkajian
Pengkajian 24 Oktober 2016
a. Perilaku
Mode Adaptasi Fisiologis: 1). Oksigenasi: bunyi nafas vesikuler, RR: 22x/menit,
regular. SpO2: 98%. 2). Sirkulasi: TD: 130/90 mmHg, HR: 94x/menit, teratur. Akral
teraba hangat. CRT< 2 detik. 3) Nutrisi: Pasien terpasang NGT. 4). Aktifitas dan
Istirahat: semua aktivitas pasien dibantu. Kekuatan otot tidak dapat dikaji.
5). Eliminasi: Pasien terpasang poly kateter, urin kuning jernih. 6). Proteksi: suhu:
0
37,8 c. 7). Sensasi: tidak dapat dikaji. 8). Cairan dan elektrolit & keseimbangan
asam basa: mukosa tampak lembab, turgor kulit normal dan elastis. Ca ++: 0,96
mmol/L, Mg: 1,33 mmol/L. 9). Neurologis: Penurunan kesadaran E2M4V4, refleks
patologis babinski negatif, pupil isokor +3/+3, wajah tampak asimetris. Hasil CT
scan: tampak adanya infark pada area lobus parietal kiri. 10). Endokrin: GDS: 132
mg/dl, tidak ada riwayat diabetes melitus. Mode adaptasi konsep diri: tidak dapt
dikaji. Mode adaptasi peran: pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dengan
anak-anak yang sudah mandiri. Mode interdependensi: tidak dapat dikaji lebih
lanjut. Anak-anak pasien menunggu pasien secara bergiliran selama pasien dirawat di
RS.
b. Stimulus
Stimulus fokal : Penurunan kesadaran, paresis N. VII dekstra sentral
Stimulus kontekstual : stroke iskemik
Stimulus residual : riwayat hipertensi tidak terkontrol
3. Diagnosa Keperawatan
6) Penurunan adaptif kapasitas intrakranial 2). Gangguan keseimbangan elektrolit
4. Tujuan
1). Penurunan Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2) keseimbangan
elektrolit terpenuhi
5. Intervensi
1). Monitoring tekanan intrakrakranial 2). Manajemen edema serebral 3) monitoring
status neurologis 5) Posisi neurologis 6). Manajemen delirium 7). Perlindungan
infeksi 8). Manajemen cairan 9). Manajemen elektrolit 10). Monitoring elektrolit
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan tidak
ditemukannya papil edema, refleks patologi -, perbaikan kesadaran GCS E3M5V4, tekanan
darah dalam rentang 100/70 s.d 140/90 mmHg, nilai elektrolit dalam batas normal.
1. Informasi Umum
Ny. T, 42 tahun, ibu rumah tangga , Batak, Protestan, Alamat: Menteng jakarta Pusat.
RM: 281-50-36. Masuk RS: 25 Oktober 2016.
Diagnosa Medis: stroke iskemik
2. Pengkajian
Pengkajian 25 Oktober 2016
a. Perilaku
Mode Adaptasi Fisiologis: 1). Oksigenasi: bunyi nafas vesikuler, RR: 20x/menit,
regular. SpO2: 99%. 2). Sirkulasi: TD: 130/80 mmHg, HR: 84x/menit, teratur. Akral
teraba hangat. CRT< 2 detik. 3) Nutrisi: Pasien terpasang NGT. 4). Aktifitas dan
Istirahat: semua aktivitas pasien dibantu. Kekuatan otot tidak dapat dikaji.
5). Eliminasi: Pasien terpasang poly kateter, urin kuning jernih. 6). Proteksi: suhu:
0
36,3 c. 7). Sensasi: tidak dapat dikaji. 8). Cairan dan elektrolit & keseimbangan
asam basa: mukosa tampak lembab, turgor kulit normal dan elastis. 9). Neurologis:
Kesadaran koma, E1M1V1, pupil isokor, reflek patologis negatif. Hasil CT scan:
infark iskemik luas fronto temporo oksipital kiri. 10). Endokrin: GDS: 229 mg/dl,
diketahui pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak ± 5 tahun yang lalu. Mode
Adaptasi Konsep Diri: tidak dapat dikaji. Mode Adapasi Peran: pasien merupakan
ibu rumah tangga. Mode Interdependensi: tidak dapat dikaji lebih lanjut. Selama
sakit yang menunggu pasien adalah suaminya.
b. Stimulus
Stimulus fokal : penurunan kesadaran
Stimulus kontekstual : stroke iskemik
Stimulus residual : hipertensi, riwayat diabetes melitus
3. Diagnosa Keperawatan
7) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial 2). Resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah
4. Tujuan
1). Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2) Level glukosa darah stabil
5. Intervensi
1). Monitoring tekanan intrakrakranial 2). Manajemen edema serebral 3) monitoring
status neurologis 5) Posisi neurologis 6). Manajemen delirium 7). Perlindungan
infeksi 8) manajemen hiperglikemia 9). monitoring nutrisi
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perbaikan kondisi ditandai dengan tidak
ditemukannya papil edema, pupil reaktif, kesadaran GCS E2M3V2, tekanan darah dalam
rentang 100/70 s.d 140/90 mmHg, level glukosa dalam batas normal
b. Stimulus
Stimulus fokal : penurunan kesadaran, reflek patologis babinski positif.
Stimulus kontekstual : stroke haemoragik perdarahan talamus kanan dengan
estimasi 2,2 cc, intraventrikel ventrikel lateralis bilateral dan
III
Stimulus residual : hipertensi tidak terkontrol
3. Diagnosa Keperawatan
8) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial 2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
4. Tujuan
1). Kapasitas intrakranial adaptif 2) bersihan jalan nafas efektif
5. Intervensi
1). Monitoring tekanan intrakrakranial 2). Manajemen edema serebral 3) Monitoring
status neurologis 5) Posisi neurologis 6). Manajemen airway 7) monitoring
respirasi
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perbaikan kondisi ditandai dengan tidak
ditemukannya papil edema, perbaikan kesadaran GCS E3M5V4, tekanan darah dalam
rentang 110/70 s.d 140/90 mmHg, tidak ditemukan tanda gejala sianosis, SpO2 97-100%,
bunyi nafas vesikuler.
4. Stimulus
Stimulus fokal : penurunan kesadaran, paresis N. VII sentral
Stimulus kontekstual : stroke iskemik hari ke 1
Stimulus residual : hipertensi tidak terkontrol
5. Diagnosa Keperawatan
9) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial 2). Bersihan jalan nafas tidak efektif
6. Tujuan
1). Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2) Bersihan jalan efektif
7. Intervensi
1). Monitoring tekanan intrakrakranial 2). Manajemen edema serebral 3) Monitoring
status neurologis 5) Posisi neurologis 6). Promosi perfusi serebral 7) Manajemen
airway 7) monitoring respirasi
8. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan tidak
ditemukannya papil edema, perbaikan kesadaran E3M4V5 , tekanan darah dalam rentang
120/80 s.d 140/90 mmHg, perfusi serebral adekuat, kepatenan jalan nafas, RR 18-22x/menit,
regular, bunyi nafas vesikuler, tidak ditemukan bunyi ronchi.
8. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan kesadaran
GCS E4M6V5, tekanan darah dalam rentang 110/80 s.d 140/90 mmHg, tidak ada keluhan
nyeri kepala, pasien dapat komunikasi ekspresif dan reseptif.
5. Intervensi
1). Promosi perfusi serebral 2). Posisi neurologis 3) Monitoring status neurologis
4). ROM pasif dan aktif 5). Latihan mobilisasi bertahap di tempat tidur, duduk, berdiri
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan kesadaran
GCS E4M6V5 tekanan darah dalam rentang 120/80 s.d 140/90 mmHg, refleks patologi -,
pasien dapat mobilisasi bertahap.
5. Intervensi
1). Promosi perfusi serebral 2) Monitoring status neurologis 3) Posisi
neurologis 4) manajemen hipokalemia 5). Monitoring volume cairan
3. Diagnosa Keperawatan
13) Penurunan kapasitas adaptif tekanan intra kranial 2). Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
4. Tujuan
1). Kapasitas tekanan intrakranial adaptif 2). Bersihan jalan nafas efektif
5. Intervensi
1) Promosi perfusi serebral 2) Monitoring status neurologis 3) Posisi
neurologis 4). Airway manajemen 5). Fisioterapi dada 6). Monitoring
respirasi 7). Airway suction 8). Perubahan posisi secara teratur minimal
setiap 2 jam sekali
3. Diagnosa Keperawatan
15) Nyeri 2) Hambatan mobilitas fisik
4. Tujuan
1) Kontrol nyeri 2)Mobilisasi bertahap
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan
kesadaran E4M6V5, tekanan darah dalam rentang 120/80 s.d 140/90 mmHg, tidak ada
keluhan nyeri kepala, pasien mampu melakukan ROM pasif dan aktif secara mandiri,
pasien dapat mobilisasi bertahap dari duduk sampai dengan berjalan di sekitar tempat
tidur.
3. Diagnosa Keperawatan
1). Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif 2) Ketidakstabilan gula darah
4. Tujuan
1). Perfusi jaringan serebral efektif 2) Gula darah stabil
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan
kesadaran GCS E4M6V5, tekanan darah dalam rentang 120/80 s.d 150/90 mmHg, tidak
ada keluhan nyeri kepala, tidak ditemukan adanya tanda dan gejala peningkatan tekanan
intra kranial, gula darah dalam rentang normal, tidak terjadi hipo/hiperglikemia.
3. Diagnosa Keperawatan
1). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 2) Resiko perfusi jaringan serebral tidak
efektif 3) Gangguan keseimbangan elektrolit: hipokalsemia
4. Tujuan
1). Bersihan jalan efektif 2) Perfusi serebral efektif 3) Keseimbangan
elektrolit:normokalsemia 4). Keseimbangan elektrolit terpenuhi.
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan jalan
nafas bersih/paten, RR 16-24x/menit, tidak terjadi akumulasi sekret, kesadaran E4M6V5,
tekanan darah dalam rentang 120/80 s.d 150/90 mmHg, tidak ada keluhan nyeri kepala,
tidak ditemukan adanya tanda gejala peningkatan tekanan intra kranial, normokalsemia.
4. Tujuan
1). Penurunan adaptif kapasitas tekanan intrakranial 2) integritas kulit terpenuhi
3) keseimbangan elektrolit: normonatremia
5. Intervensi
6) Promosi perfusi serebral 2) Posisi neurologis 3). Monitoring status
neurologis 4). Regulasi hemodinamik 5). Perawatan luka dekubitus 6) monitor
intake output cairan 7) monitoring nilai elektrolit natrium darah berkala 8)
pertahankan intravena; NaCl 0,9%
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku kompensasi ditandai dengan
kesadaran kesadaran E2M6V2, tekanan darah dalam rentang 120/80 s.d 140/90 mmHg,
tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ditemukan tanda gejala peningkatan intrakranial,
tidak ditemukan tanda gejala infeksi, normonatremia (135-153 mEq/L), dan tidak
ditemukan tanda dan gejala hiponatremia.
5. Intervensi
1). Pertahankan jalan nafas 2) terapi oksigen 3) monitoring respirasi
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan RR:
16-20x permenit, tidak ditemukan tanda dan gejala hipoksia, Sat O2: 98-100%, pasien
dapat mobilisasi bertahap
10). Endokrin: GDS: 207 mg/dl, tidak ditemukan adanya riwayat diabetes
sebelumnya. Hasil CT scan kepala :tidak tampak kelainan radiologis di intrkranial.
Medikasi: Ascardia 1x80 mg, Simvastatin 1x 20 mg, Asam Folat 2 x 5 mg, Vitamin
B6 2x15 mg, B12 2x5 mg, Omeperazole 1x 40 mg. Mode Adaptasi Konsep Diri:
pasien mengatakan merasa tidak ada yang membuat dirinya tidak nyaman. Mode
Adapasi Peran: pasien kesehariannya bekerja. Mode Interdependensi: pasien
mengatakan orang terdekatnya adalah istri dan anaknya.
b. Stimulus
Stimulus fokal : hemiparesis sinistra, parese N VII sinistra
Stimulus kontekstual : hipertensi tidak terkontrol
Stimulus residual :-
3. Diagnosa Keperawatan
2) Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif 2). Gula darah tidak stabil 3)
gangguan mobilisasi fisik
4. Tujuan
1). Perfusi jaringan serebral efektif 2) gula darah stabil 3). mobilisasi fisik
bertahap
5. Intervensi
1) Promosi perfusi serebral 2) Monitoring status neurologis 3) Posisi
neurologis 4). Regulasi hemodinamik 5). Manajemen diet DM
6) monitoring gula darah bertahap 7). Promosi latihan ROM pasif dan aktif
6. Evaluasi
Setelah 24 jam perawatan pasien menunjukkan perilaku adaptif ditandai dengan
kesadaran E4M6V5, orientasi lingkungan orang dan tempat sesuai, TD 120/70-150/90
mmHg, tidak ditemukan tanda gejala peningkatan tekanan intrakranial, gula darah
sewaktu < 200mg/dL, pasien dapat mobilisasi bertahap
5). Eliminasi: Pasien terpasang polykateter, keluhan belum dapat dikaji. Kandung
kemih teraba kosong, frekuensi BAB 1x/hari. 6). Proteksi: suhu: 36,40c. 7).
Sensasi: Belum dapat dikaji. 8). Cairan dan elektrolit & keseimbangan asam
basa: mukosa tampak kering, turgor kulit normal dan elastis. Na+= 136 mEq/L, K+=
3,4 mEq/L, Cl-= 108 mEq/L 9). Neurologis: kesadaran E3M4Vgoedel, pupil isokor 3
mm/3 mm reaktif. Wajah pasien tampak asimetris dekstra. Refleks Babinski (+)
dekstra . Refleks fisiologis +2 +2.
+2 +2
Pasien diketahui memiliki riwayat hipertensi sejak berusia 40 tahun namun tidak
rutin kontrol dan minum obat. Selain itu, riwayat stroke tahun 2014. Pasien juga
pernah diketahui mengalami serangan jantung tahun 2014 (Februari). Pada serangan
stroke I pasien diketahui mengalami kelemahan sisi tubuh kanan.
10). Endokrin: GDS: 282 mg/dl, pasien diketahui memiliki riwayat diabetes sejak
lima tahun yang lalu. Hasil CT scan kepala : perdarahan intrakranial pada area
ganglia basalis sinistra. Infark lama pada area parietal sinistra dan oksipital.
Medikasi: Parasetamol 3 x 1gr, omeperazol 1 x 40 mg, Amlodipin 1 x 10 mg,
candesartan 1x8 mg, ceftriaxon 1x 2 gr, Azithrombocin 1 x 500 mg. Mode Adaptasi
Konsep Diri: tidak dapat dikaji. Mode Adapasi Peran: pasien seorang pensiunan.
Mode Interdependensi: tidak dapat dikaji.
b. Stimulus
Stimulus fokal : hemiparesis sinistra, penurunan kesadaran
Stimulus kontekstual : perdarahan intrakranial ganglia basal sinistra
Stimulus residual : riwayat hipertensi tidak terkontrol dan diabetes melitus,
perilaku hidup tidak sehat
3. Diagnosa Keperawatan
1). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas 2). Resiko perfusi jaringan serebral tidak
efektif 3). Gula darah tidak stabil 4) Gangguan mobilisasi fisik
5. Apakah pasien merasakan/ melihat dampak masalah tidur terhadap kualitas hidup saudara
saat ini?
Tidak Sedikit Agak Tidak Sangat tidak
kelihatan kelihatan kelihatan kelihatan kelihatan
sama sekali
0 1 2 3 4
6. bagaimana tingkat kecemasan pasien terhadap masalah tidur yang dihadapi saat ini?
Tidak cemas Sedikit cemas Agak cemas Tidak cemas Sangat tidak
sama sekali cemas
0 1 2 3 4
Nilai total :
2 Sudah berapa lama anda mengalami Kurang dari 3 bulan Lebih dari 3 bulan
gangguan tidak dapat menahan kencing ?
Interpretasi : dikatakan afasia jika usia ≤60 tahun memperoleh nilai < 27 dan usia > 60
tahun memperoleh nilai < 25
a. Gambar pemandangan
GAMBARAN NILAI(0-4)
Keterangan :
skor <5 : deficit neurologis ringan, skor 6ˍ14 : deficit neurologis sedang; skor 15 ˍ24 : deficit
neurologis berat; skor >25 : deficit neurologis sangat berat.
TGL
KATEGORI
JAM
W Tidak ada ekspresi khusus (seperti tersenyum) 0
A Kadang meringis, mengerutkan dahi 1
J
A Sering/terus menerus meringis atau 2
mengerutkan dahi,
H
G Tidur tenang, posisi normal 0
E Nampak pergerakan lambat, tegang 1
R
A Tidak tenang, gelisah dengan dan atau reflek 2
menghindari pusat nyeri
K
T Berbaring tenang, tangan tidak berada pada 0
A area tubuh
H
Posisi tubuh meringkuk, tegang 1
A
N
Kaku/spasme 2
A
N
TDS dan frekuensi nadi stabil 0
N Terdapat perubahan: 1
frekuensi napas >28 kali/menit
A SpO2 90-95%
P Asinkronisasi sedang dengan ventilator
A Terdapat perubahan: 2
S Frekuensi napas > 38 kali/menit
SpO2 85-89%
Asinkronisasi berat dengan ventilator
SKOR TOTAL
NAMA DAN TANDA TANGAN PERAWAT
Sumber : Modifikasi dari Odhner, Wegman, Freeland, Steinmetz, dan Ingersoll (2003)
A. INFORMASI UMUM
Nama : Status: NRM:
Umur : Pendidikan: Tgl MRS:
JK : Pekerjaan: Tgl Pengkajian:
Agama : Suku: Jawa Dx Medis:
Informan : Alamat: Jakarta
2. Nutrisi
a. Pengkajian perilaku
Subjektif:
Apakah mengalami:
Anoreksia :
Mual :
Muntah :
Kesulitan mengunyah:
Kesulitan menelan :
Frekuensi makan :
Objektif:
Kulit : Ruam / edema/Kering/lembab
Kuku : warna :................... Kebersihan:.................
Mukosa oral/ bibir: lembab/lesi/pucat Gigi: jumlah :.......... buah Kebersihan:
Gusi: perdarahan/ inflamasi lidah: warna edema/lesi
BB : kg IMT : kg/M2
TB : cm LLA: cm
Laboratorium:
Hb: g/dl Trombosit: ribu/ul Albumin: g/dl
Hematokrit : % Eritrosit: juta/ul SGOT: U/I
SGPT: U/I
Terapi :
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
3. Eliminasi
a. Pengkajian perilaku
Subjektif:
BAK :
BAB
Apakah membutuhkan obat-obatan untuk BAB/BAK
Objektif:
Urin : Bau warna jumlah
feses: Bau warna konsitensi
Distensi bladder : ya/ tidak
Teraba scibala : ya/ tidak
Bising usus : x/menit
Laboratorium : urine feses
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
4. Aktivitas/Istirahat
a. Pengkajian perilaku
Subjektif
Jenis aktivitas yang dilakukan:
Frekuensi aktivitas yang dilakukan:
Intensitas :
Durasi:
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
6. Sensasi
a. Pengkajian perilaku
Subjektif :
Apakah ada gangguan penglihatan?
Apakah ada gangguan pendengaran?
Kesulitan pengecapan dan penghidu?
Nyeri/ketidaknyamanan : ya/ tidak
Objektif:
Gangguan fisik pada (mata/telinga/hidung/lidah/kulit):
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
8. Fungsi Neurologi
a. Pengkajian perilaku
Subjektif
Apakah merasa ada perubahan dalam rentang perhatian? Kewaspadaan? Ingatan?
Apakah merasa kesulitan menelan?makan?berjalan?
Apakah pernah mengalami kejang?kapan? berapa kali? Berapa lama?
Apakah mengalami tremor?dimana?berapa lama?
Objektif
Status mental:
Tingkat kesadaran:
Skor GCS:
Orientasi waktu: ya/ tidak tempat:ya/tidak Orang:ya/tidak
Memori: segera: ya/tidak jangka pendek: ya/tidak jangka panjang:ya/tidak
Bahasa(disatria/afasia/disfonia/aleksia):
6 CIT ( 6-item cognitive impairment test)
Tahun berapa sekarang : benar:0 salah:4
Bulan apa sekarang: benar:0 salah:3
Tanyakan pada pasien untuk mengingat alamat (fase memori)
Mis; John/brown/42/west street/chicago
Tanyakan waktu sekarang(dalam sebuah jam) benar:0 salah: 3
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
9. Fungsi Endokrin
a. Pengkajian perilaku
Subjektif:
Apakah ada riwayat DM
Objektif:
Pembesaran tiroid : ya/ tidak
Eksoftalmus: ya/tidak
Kretinisme: ya/tidak
Gigantisme: ya/tidak
Laboratorium: GDS : mg/dl GDP: mg/dl GD2JPP: mg/dl\
Terapi :
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
Konsistensi diri:
Bagaimana bapak/ibu menggambarkan diri sebagai manusia? Karakter pribadi?
Ideal diri:
Apa harapan bapak/ibu terhadap diri
Moral-etik-spiritual diri:
Keyakinan spiritual :
Objektif:
Komunikasi non verbal:
Tidak mau melihat bagian tubuh
Tidak mau menyentuh bagian tubuh
Penampilan:
Ekspresi perasaan : menyalahkan diri/ tidak berdaya/ kesendirian/perasaan sedih yang sangat
hebat
Nilai dan praktik keagamaan sejak sakit:
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :
Objektif:
Peran selama sakit :
a. Pengkajian perilaku
Anggota keluarga:
Orang yang paling dekat:
Selain keluarga, sosialisasi dengan:
Objektif:
Respon non verbal saat berinteraksi dengan oranglain:
Observasi perilaku memelihara kasih sayang, perhatian, bantuan:
b. Pengkajian stimulus
Stimulus fokal :
Stimulus kontekstual :
Stimulus residual :