TESIS
RATIH BAYUNINGSIH
0906594614
i
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
RATIH BAYUNINGSIH
0906594614
i
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME UNTUK TESIS
Ratih Bayuningsih
ii
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada
peneliti hingga dapat menyelesaikan tesis sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan di Program Magister Ilmu Keperawatan kekhususan Keperawatan
Anak.
Selama proses penyusunan tesis, peneliti mendapat dukungan dari berbagai pihak,
karenanya dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucappkan terima kasih dan
rasa hormat kepada:
1. Yeni Rustina, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., selaku pembimbing I tesis yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada peneliti selama
proses penyusunan.
2. Ns.Widyatuti, S.Kep., M.Kes., Sp.Kom selaku pembimbing II tesis yang
telah memberikan arahan dan motivasi selama proses penyusunan.
3. Dewi Irawaty, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
4. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc., dan Astuti Yuni Nursasi, S.Kp, MN selaku
ketua Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam dua
periode ini
5. Keluarga yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama menyusun
tesis ini (suami, ibunda, ayahanda, dan ananda yang tercinta: Arina, Dzikri,
Tsabit, Zaidan).
6. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tesis ini dengan tanpa
mengurangi rasa hormat tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Penulis
Kata kunci: nesting, prone, bayi prematur, saturasi oksigen, frekuensi nadi
Prematury is the second etiology of mortality for 0 until 6 th day of first life
of newborn that caused by immaturity of their organs.The aim of this
research is to explore efectiveness of using nesting and prone positon with
oxygen saturation and heart rate in preterm baby. The design used quasi
experiment, with pre and post with control test model. The amount of sample
are 15. There is a significant difference between SaO2 using nesting dan
prone position, in adversely there is no significant difference between heart
rate. Using nesting and prone position can be a model of nursing intervention
that implication of this research.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………. i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………… ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS……………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN.……………………………………. iv
KATA PENGANTAR………………………………………….. v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI… vi
ABSTRAK BAHASA INDONESIA…..………………………. vii
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ……………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………. ix
DAFTAR TABEL………………………………………………. xi
DAFTAR SKEMA……………………………………………… xii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………. xiii
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………... 1
2.1 Rumusan Masalah……………………………………… 6
3.1 Tujuan Penelitian………………………………………. 6
4.1 Manfaat Penelitian…………………………………….. 7
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bayi Prematur
2.1.1 Pengertian………………………………………. 8
2.1.2 Penyebab Terjadinya Kelahiran Prematur……… 9
2.1.3 Karakteristik Bayi Prematur……………………. 9
2.1.4 Adaptasi Bayi Prematur Terhadap Lingkungan 10
Ekstrauterin………………………………………
2.1.5 Stres pada Bayi …………………………………… 20
2.2 Fisiologis Bayi Prematur………………………………… 21
2.2.1 Saturasi Oksigen………………………………….. 21
2.2.2 Frekuensi Nadi……………………………………. 24
2.2.3 Developmental Care pada Perawatan Bayi Prematur 26
2.2.4 Posisi Prone pada Bayi Prematur………………….. 28
2.2.5 Nesting………………………………………… 29
2.2.6 Aplikasi Teori Keperawatan Konservasi………….. 30
2.3 Kerangka Teori Penelitian……………………………….. 34
4. METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian…………………………………….. 40
4.2 Populasi dan Sampel………………………………………. 41
5. HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden…………………………………. 51
5.2 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi pada Bayi 53
Prematur………………………………………………….
5.3 Suhu Tubuh pada Bayi Prematur…………………………. 57
6. PEMBAHASAN
6.1 Intrepretasi Hasil Penelitian dan Diskusi………………… 60
6.2 Keterbatasan Penelitian………………………………….. 65
6.3 Implikasi Penelitian………………………………………. 66
xi
group
xii
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan tentang alasan dilakukan penelitian ini yang
bersumber dari fenomena yang ada pada tempat penelitian. Pada bab ini akan
dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir usia gestasi 37
minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Behrman & Shiono
1997, dalam Wong, 2004). Masalah yang paling sering terjadi pada bayi
prematur disebabkan karena immaturitas organ tubuh, sehingga akan
berdampak pada kondisi fisiologis dan biokimiawi tubuh yang
menyebabkan gangguan (misalnya hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya), hal ini dapat menimbulkan kematian.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
itu berdasarkan SDKI tahun 2007 didapatkan data angka kematian bayi di
Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 39 per 1000 kelahiran hidup. Mayoritas
kematian bayi terjadi pada usia yang sangat rentan yaitu pada periode
neonatus yaitu bayi dengan usia 0 – 28 hari.
Kematian yang cukup tinggi pada neonatus ini disebabkan banyak hal,
mengingat masih sangat rentannya daya tahan tubuh neonatus.
Berdasarkan SDKI (2007) didapatkan data bahwa penyebab kematian
terbesar pada neonatus berusia 0 – 6 hari yaitu 37% karena gangguan
pernafasan, 34% prematuritas, 12% sepsis, 7% hipotermi, 5% ikterus,
3% postmatur dan 3% kelainan kongenital (SDKI 2007 dalam Wijaya,
2009).
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat stress bayi adalah posisi bayi.
Posisi bayi ternyata berpengaruh terhadap kondisi fisiologis dan
neurologis bayi. Telah banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa
posisi supine (telentang) dapat mengurangi kematian bayi diantaranya
adalah penelitian yang dilakukan oleh Russel, et.al (2009) yang
mengungkapkan bahwa posisi supine dapat menurunkan 40% kematian
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
Penelitian lain yang berkaitan dengan posisi prone pada bayi prematur
dengan saturasi oksigen dikemukakan oleh Kusumaningrum (2009).
Kusumaningrum melakukan studi pada bayi prematur dengan bantuan alat
bantu nafas mekanis di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
RSUPN Cipto Mangunkusumo yang dilakukan intervensi berupa posisi
prone, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bayi prematur dan
cukup bulan dengan karakteristik berat bayi yang tidak terlalu berbeda
mempunyai frekuensi nafas yang tidak jauh berbeda setelah dilakukan
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
Nesting adalah penggunaan alat berbentuk seperti kondisi rahim ibu yang
terbuat dari bahan yang halus phlanyl yang berisi potongan kain (seperti
dacron). Panjang alat ini sekitar 121–132 cm dan dapat disesuaikan
dengan panjang tubuh bayi. Alat ini diletakkan sebagai pelindung posisi
bayi, sehingga tidak berada dalam kondisi ekstensi dan menjaga
perubahan posisi bayi yang diakibatkan karena gravitasi. Nesting
merupakan salah satu intervensi keperawatan dalam memberikan posisi
yang tepat pada neonatus. Nesting dapat memfasilitasi perkembangan
normal bayi prematur berupa kondisi fisiologis dan neurologis (Goldsmith
& Karotkin, 2003).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi sejak tahun 2008 telah memiliki
ruang perinatologi terpisah dari ruang kebidanan yang memberikan
perawatan pada bayi berisiko tinggi. Adapun kapasitas inkubator yang ada
sebanyak 6 buah dengan 1 ventilator, 1 radiant warmer, 2 buah light
terapy dan 10 tempat tidur bayi yang digunakan untuk pemantauan selama
12 jam bagi bayi normal yang dilahirkan dengan proses seksio secaria.
Data yang didapat peneliti dari bulan Januari hingga Agustus 2009,
didapatkan bahwa bayi prematur yang dirawat dengan berat badan
kurang dari 2500 gram sebanyak 38 bayi, dimana 58,6% mengalami
kematian, 10,8% pulang paksa dan selebihnya pulang sesuai indikasi
sebesar 30,6%. Kesulitan dalam merawat bayi prematur dan berat badan
lahir rendah (BBLR) membuat ruang perinatologi berbenah diri,
diantaranya dengan mengirimkan 3 orang perawatnya untuk mengikuti
pelatihan NICU di Ruang Perinatologi RSCM, dan dengan 1 orang dokter
fellowship akhirnya RSUD Kota Bekasi mengembangkan perawatan bayi
risiko tinggi dengan berusaha menerapkan salah satu intervensi dari
konsep developmental care yaitu dengan memberikan posisi prone, selain
itu juga melengkapi peralatan-peralatan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, walaupun dalam segi jumlah masih belum sesuai rasio bayi
yang dirawat. Salah satu peralatan yang baru digunakan dalam 1 bulan
terakhir ini adalah nesting. Pada kurun waktu 1 bulan ini 15 bayi prematur
yang dirawat didapatkan kondisi 2 bayi prematur dan BBLR berhasil
melewati proses perawatan sehingga pulang dengan kondisi fisiologis
yang sehat, dimana pada periode sebelumnya keberhasilan ini sulit dicapai.
Keberhasilan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
7
1. Bagi Pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada asuhan
keperawatan yang berkualitas dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan bayi serta menjadikan penggunaan nesting dan posisi prone
sebagai salah satu standar operasional prosedur tindakan di ruang perinatologi
RSUD Kota Bekasi.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan dukungan terhadap intervensi keperawatan
yang dapat diterapkan pada perawatan bayi prematur khususnya penggunaan
nesting dan pengaturan posisi prone yang tepat pada bayi prematur. Intervensi
nesting dan pengaturan posisi merupakan bentuk aplikasi teknologi tepat guna.
3. Bagi Penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian
lebih lanjut khususnya yang terkait dengan upaya perawatan bayi prematur di
ruang perinatologi/NICU.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan kepustakaan terkait dengan judul penelitian
yang berguna untuk mendapatkan pengetahuan lebih mendalam tentang masalah
yang akan diteliti dan menyusun kerangka konsep penelitian. Pada bab ini akan
dibahas tentang pengertian bayi prematur, adaptasi fisiologis bayi prematur
terhadap kehidupan ekstrauterin, penyebab terjadinya bayi prematur, karakteristik
bayi prematur, nilai fisiologis bayi prematur meliputi saturasi oksigen dan
frekuensi nadi, developmental care pada perawatan bayi prematur dengan salah
satu intervensinya adalah penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi
prematur.
2.1.1 Pengertian
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan pada periode kehamilan kurang
dari 37 minggu atau 259 hari (Cloherty, Eichenwald, & Stark, 2008).
Pengertian lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum akhir
usia gestasi 37 minggu, tanpa memperhitungkan berat badan lahir (Wong,
et.al, 2009). WHO (World Health Organisation) telah menetapkan tentang
pengertian bayi prematur, yaitu bayi lahir hidup sebelum kehamilan minggu
ke 37 yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (Surasmi, Handayani,
& Kusuma, 2002). Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan kurang dari
37 minggu kehamilan, bayi prematur ditetapkan berdasarkan usia kehamilan
tanpa memperhatikan berat badan bayi.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
9
Faktor yang disebabkan karena kondisi kesehatan ibu saat hamil adalah
diabetes mellitus, hipertensi, infeksi saluran kencing (ISK), dan penyakit
lainnya. Kondisi kesehatan ibu ini akan mempengaruhi kesehatan janin
dan akan berisiko terjadinya prematuritas.
Faktor lainnya menurut May dan Mahimesh (2004) adalah kondisi sosio
ekonomi keluarga yang tentunya akan berpengaruh terhadap tingkat
rutinitas ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (antenal care),
konsumsi makanan ibu selama kehamilan yang dapat menyebabkan
kondisi malnutrisi, kondisi sosio ekonomi yang rendah juga akan
mempengaruhi tingkat stress ibu selama kehamilan.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
Perilaku pada bayi prematur berbeda dengan bayi aterm dimana bayi
prematur inaktif dan malas melakukan aktivi tas. Ekstremitas cenderung
ekstensi dan tetap tidak berubah sesuai dengan posisi yang diberikan
lingkungan. Aktivitas refleks baru berkembang sebagian, dan refleks
menghisap atau menelan belum berkembang. Bayi tidak mampu
mempertahankan suhu tubuh hal ini akan mempermudah terjadinya
hipotermi. Perilaku menyusui pada bayi prematur mungkin berhasil
menghisap air susu ibu (ASI) lebih awal dari yang diperkirakan (28-38
minggu). Selain itu, bayi yang menyusu ASI memperlihatkan desaturasi
oksigen yang lebih kecil, tidak ada bradikardi, suhu kulit yang lebih
hangat, dan koordinasi hisap dan menelan yang lebih baik (Gardnere,
Snell, & Lawrence,1998 dalam Wong, et al., 2009).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
Masih menurut MacGregor (2008) kerja jantung pada bayi baru lahir
didominasi oleh ventrikel kanan, hal ini mengakibatkan dinding
ventrikel kanan lebih tebal, tetapi seiring dengan menurunnya tegangan
permukaan paru, maka akan mengubah sirkulasi bayi dan akibatnya
dinding ventrikel kanan akan lebih tipis. Kontraktilitas otot-otot
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
(3) Termoregulasi
Termoregulasi merupakan pengaturan suhu tubuh yang
menyeimbangkan antara produksi panas dengan hilangnya panas
(Aylott, 2006). Perubahan suhu lingkungan yang dialami neonatus
amat drastis, mulai di dalam kandungan dimana suhu ibu sekitar 37 º C
hingga berada di lingkungan luar rahim dengan suhu sekitar 21° -25
ºC bahkan bisa lebih dingin. Kondisi ini sering menjadi masalah besar
karena mekanisme pertahanan suhu neonatus tidak seperti orang
dewasa.
Proses pemindahan panas pada neonatus dapat terjadi melalui beberapa
cara yaitu: radiasi, evaporasi, konveksi dan konduksi (Perinasia,
2003). Radiasi adalah kehilangan panas melalui pemancaran panas
dari tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin. Evaporasi
merupakan proses kehilangan panas melalui proses penguapan dari
tubuh yang basah, misalnya bayi yang mengompol dan tetap basah.
Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran udara. Hal ini terjadi
karena bayi diletakkan dekat dengan jendela ataupun pintu yang
terbuka. Konduksi dalah cara kehilangan panas melalui persinggungan
dengan benda yang lebih dingin (Pratomo, 2003 dalam Perinasia,
2003).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
(5) Hati
Organ hati pada neonatus mempunyai kandungan hepatosit 20% lebih
sedikit dari organ hati orang dewasa. Kondisi ini akan mempengaruhi
fungsi sel hati. Pada neonatus organ hati belum mampu melakukan
metabolisme tubuh secara sempurna, sebagai contoh adalah kurangnya
enzim glukoronil transferase yang berperan pada peristiwa
pembentukan bilirubin tak terkonjugasi menjadi bilirubin terkonjugasi
yang mengakibatkan masih tingginya kadar bilirubin tak terkonjugasi
dalam darah. Peristiwa inilah yang memungkinkan neonatus rentan
mengalami hiperbilirubinemiaemia (Wong, et.al, 2009).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
(6) Metabolisme
Pada kehidupan intrauterine bayi tidak mengeluarkan banyak energi
untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya karena bergantung penuh
pada plasenta. Setelah lahir neonatus membutuhkan periode transisi
dari ketergantungan kepada ibu terhadap kemandiriannya, karenanya
cadangan berupa glikogen dan lipid sangat diperlukan pada minggu
pertama kehidupan. Pada awal kehidupan terjadi stimulasi
pembentukan jaringan lemak coklat dan sintesis hormon triiodotironin
yang sangat penting bagi produksi panas (thermoregulator).
Metabolisme karbohidrat pada neonatus sangat dipengaruhi oleh kadar
glukosa yang bertindak sebagai substrat utama pada metabolisme ini.
Pada lingkungan intrauterin, kadar glukosa sangat dipengaruhi oleh
asupan nutrisi ibu, maka ketika neonatus lahir terjadi ketidakmampuan
untuk membentuk glukosa. Oleh karena itu, kadar glukosa akan
menurun pada 2–5 jam kehidupan pertama dan selanjutnya akan
meningkat seiring dengan kemampuan adaptasi neonatus yang
meningkat hingga kira-kira mencapai level 3.6 mmol/L (Aylott, 2006).
Kadar glukosa neonatus diperkirakan sekitar 70% dari kadar glukosa
serum ibu (Cornblath & Ichord, 2000 dalam Aylott, 2006).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
1
Volume total urin per 24 jam sekitar 200–300 ml pada akhir minggu
pertama kehidupan. Akan tetapi, saat kandung kemih teregang, akan
terjadi pengosongan kandung kemih secara volunteer sampai
volumenya 15 ml, sehingga menyebabkan 20 kali buang air kecil per
hari. Buang air kecil pada 24 jam pertama urin tidak berwarna dan
tidak berbau dengan berat jenis sekitar 1.020 (Wong, et al., 2009).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
(3) Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia menunjukkan tingginya kadar bilirubin terakumulasi
dalam darah dan ditandai dengan jaundice atau ikterus. Penyebab
hiperbilirubinemia adalah perkembangan bayi (aterm atau prematur),
berhubungan dengan pemberian ASI, produksi bilirubin berlebihan,
gangguan kapasitas hati untuk mensekresi bilirubin tak terkonjugasi,
hipotirodisme, galaktosemia, bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
(Wong, et al 2009). Hiperbilirubinemia dikategorikan menjadi dua
macam, yaitu:
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
(4) Hipoksemia
Hipoksemia merupakan kondisi turunnya konsentrasi oksigen dalam darah
arteri dengan nilai PaO2 kurang dari 50 mmHg (Corwin, 2008). Masih
menurut Corwin (2008) hipoksemia dapat terjadi karena penurunan
oksigen di udara, hipoventilasi karena daya regang paru menurun (pada
bayi prematur disebabkan karena cairan surfaktan belum berfungsi),
hipoperfusi atau penurunan aliran darah ke alveolus, dan destruksi
alveolus kapiler. Kondisi hipoksemia akan menurunkan nilai saturasi
oksigen.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
Nadi merupakan indikator kerja jantung. Jika terjadi masalah pada kerja
jantung, maka dapat diketahui dari frekuensi nadi. Nadi adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan frekuensi irama dan volume detak
jantung yang dapat dikaji pada lokasi sentral atau perifer. Nadi adalah
pelebaran dan recoil arteri elastik berirama pada saat ventrikel kiri
memompakan darah ke dalam sirkulasi (Jamieson, et.al, 1997 dalam
Johnson, 2001). Pengertian lain dari nadi merupakan gelombang darah
yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel kiri jantung. Gelombang nadi
menunjukkan volume darah yang dikeluarkan pada tiap kontraksi jantung
dan komplians arteri. Komplians arteri merupakan kemampuan arteri
untuk berkontraksi atau melebar (Berman, Snyder, & Kozier, 2003).
Dengan demikian, nadi merupakan gambaran kerja jantung saat jantung
memompakan darahnya keseluruh tubuh dan dapat di ketahui pada daerah
perifer tubuh baik berupa kekuatannya, keteraturannya ataupun
volumenya.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
Table 2.1
Rata- rata Frekuensi Nadi Bayi dan Balita
Tabel di atas merupakan jumlah frekuensi nadi bayi atau anak dalam
kondisi sehat. Frekuensi nadi sangat dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan
situasi lain yang dapat menyebabkan metabolisme tubuh meningkat
seperti peningkatan suhu tubuh dan kecemasan atau stress (MacGregor,
2008).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
(1) Cue based care yaitu perawatan yang diberikan dalam rangka
meminimalisir stress pada bayi dengan cara melakukan jadwal
terstuktur saat melakukan tindakan invasif dan memberikan cukup
waktu untuk proses penyembuhan (hilang rasa sakit).
(2) Macro environment yaitu melakukan modifikasi lingkungan untuk
mengurangi intensitas cahaya dan suara dengan cara menyalakan lampu
hanya di malam hari, memberikan penutup inkubator, dan mengurangi
suara gaduh di lingkungan.
(3) Comfort environment yaitu menggunakan metode nonfarmakologik
untuk memberikan ketenangan pada bayi yang mengalami stress
dengan cara memberikan sukrosa per oral untuk mengurangi rasa nyeri
atau memberikan analgesik rutin pada bayi yang menggunakan
ventilator.
(4) Developmental positioning yaitu memberikan posisi yang dapat
memberikan dukungan secara efektif bagi perkembangan
neuromuscular dan meningkatkan akitivitas hand to mouth bagi
ketenangan bayi prematur. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan
rotasi posisi yang tepat seperti prone dan memberikan nesting pada
tempat tidur bayi.
(5) Nonnutritive sucking yaitu mendukung kemampuan reflek sucking pada
bayi prematur.
(6) Skin to skin contact yaitu melakukan kontak fisik antara bayi dan orang
tua untuk meningkatkan kedekatan secara emosional dan dapat
meningkatkan proses menyusui.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
2
Penyebab lain juga dikarenakan pada posisi prone wajah bayi menyentuh
selimut atau tempat tidur sehingga wajah bayi tidak terpapar dengan udara
dan memungkinkan terjadinya penurunan kehilangan panas melalui proses
radiasi.
(1) Posisi prone dapat meningkatkan kualitas tidur bayi dan dapat
menurunkan stress pada bayi prematur yang menggunakan ventilator
pada minggu-minggu pertama kelahirannya. Hal ini merupakan salah
satu bentuk konservasi energi dan mendukung adaptasi bayi pada
lingkungan ekstrauterin (Chang, Anderson, & Lin, 2002). Secara
teoritis diketahui bahwa tidur merupakan periode emas bagi proses
pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi terutama bayi
prematur. Pada bayi prematur hal ini tentu saja sangat penting sebagai
salah satu bentuk konservasi energi bagi pertumbuhan dan
perkembangannya.
(2) Posisi prone dapat meningkatkan efisiensi tidur bayi prematur dan
mengurangi risiko terbangun bayi dari tidur dibandingkan dengan
posisi supine (Bhat, et al, 2010).
(3) Posisi prone dapat meningkatkan volume tidal paru, pengembangan
paru, dan pernafasan menjadi lebih teratur (Maynard, Bignall, &
Kitchen, 2000).
2. 3. 3 Nesting
Nesting berasal dari kata nest yang artinya adalah sarang. Filosofi ini
diambil dari sangkar burung yang dipersiapkan induk burung bagi anak-
anaknya yang baru lahir. Anak-anak burung diletakkan dalam sarang. Hal
ini dimaksudkan agar anak burung tidak jatuh dan induk mudah
mengawasinya sehingga posisi anak burung tetap tidak berubah.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
Nesting adalah suatu alat yang digunakan di ruang NICU yang diberikan
pada bayi prematur atau BBLR yang terbuat dari bahan phlanyl dengan
panjang sekitar 121 cm-132 cm yang dapat disesuaikan dengan panjang
badan bayi yang bertujuan untuk meminimalkan pergerakan bayi (Priya &
Bijlani, 2005).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
Adaptasi adalah proses perubahan, dan konservasi adalah hasil dari adaptasi.
Adaptasi adalah proses dimana pasien mempertahankan integritas dalam
realitas lingkungan yang merupakan respon terhadap perubahan lingkungan
yang merupakan konsekuensi hasil interaksi antara individu dengan
lingkungan (Trench, Walllace & Coberg, 1987, Levine, 1966, 1989, dalam
Tomey, & Alligood, 2006). Kesuksesan pencapaian integrasi sangat
bergantung pada koping adaptasi individu (Levine, 1990 dalam Tomey &
Alligood, 2006). Respon individu terhadap suatu kondisi sangat unik antara
individu satu dengan yang lainnya baik secara fisiologis maupun psikologis.
Adaptasi sifatnya sangat spesifik setiap sistem mempunyai respon yang
spesifik, sebagai contoh, kekurangan asupan oksigen dapat dijelaskan dari
kadar gula darah. Levine menggambarkan bahwa adaptasi merupakan
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
kecocokan individu terhadap waktu dan ruang (Trench, Wallace, & Coberg,
1987 dalam Tomey, & Alligood, 2006).
Konservasi di sisi lain, adalah hasil dari adaptasi. Konservasi adalah konsep
universal, sesuai dengan aturan alam, "Konservasi bergantung pada sistem
hidup yang berhubungan dengan integrasi seluruh sistem" (Levine, 1990,
dalam Tomey, & Alligood, 2006). Melalui konservasi dapat digambarkan
bahwa individu mampu menghadapi hambatan, beradaptasi sesuai, dan
mempertahankan keunikannya. "Tujuan dari konservasi adalah kemampuan
dan kekuatan untuk menghadapi masalah yang ada. Konservasi dan
integritas merupakan suatu batasan yang selalu diperlukan oleh profesi
keperawatan dalam situasi kapan saja " (Levine, 1973, dalam Tomey, &
Alligood, 2006).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
Nesting dan posisi prone merupakan sarana bagi bayi prematur untuk
menurunkan tingkat metabolilsme selnya, dengan posisi ini diharapkan bayi
tidak banyak mengeluarkan energi yang sebenarnya masih sangat dibutuhkan
bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Nesting akan memposisikan bayi
seperti dalam kondisi rahim ibu, sehingga kecil kemungkinan energi yang
dikeluarkan dibandingkan bila bayi tidak menggunakan nesting.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
Developmental
Penyebab bayi prematur: toksemia gravidarum, care: posisi
PE. kelainan uterus, tumor,prone,
ibu dgnnesti
infek
Karakteristik : refelek menghisap kurang, lanugo banyak, kartilago lunak, lingkar kepala
Adaptasi ekstrauterin :
Sistem kardiovaskular, respirasi, termoregulasi, sistem pencernaan, hati, metabolisme, sistem hematopoetik, sist neurologi, imun,pe
Konservasi energi
Energy structural
meningkat Faktor yang mempen g
Faktor yg mempengaruhi saturasi oksigen : suhu
Jantung stabil
O2 cukup
Skema 2.1
Kerangka Teori Penelitian
(Sumber : Wong, et.al, 2009 ; Bredemeyer, 2008 ; Kenner & Mc.Grath, 2004; Tomey
& Alligood, 2006; Djojodibroto, 2007; Johnson & Taylor, 2001; Hegner & Cadwel,
2003; Priya & Bijlani, 2005). Telah diolah kembali
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN DEFINISI
OPERASIONAL
Bab ini terdiri atas kerangka konsep, hipotesis dan definisi operasional. Kerangka
konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori
yang dikembangkan dan telah dibahas sebelumnya, sehingga akan mudah
dipahami dan menjadi dasar bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.
Skema 3. 1
Kerangka Konsep Penelitian
Pada skema dapat dijelaskan bahwa variabel independent dalam hal ini
adalah penggunaan nesting dan posisi prone yang dilakukan pada bayi
prematur akan mempengaruhi variabel dependent dalam hal ini adalah
saturasi oksigen dan frekuensi nadi. Variabel confounding (dalam penelitian
ini yang akan dilihat adalah suhu tubuh bayi prematur) juga dapat
mempengaruhi variabel dependent yaitu saturasi oksigen dan frekuensi nadi.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
3. 2 Variabel
Variabel merupakan merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah
dari satu subjek ke subjek lainnya (Sastroamoro, 2006). Variabel terdiri atas:
(1) variabel bebas (independent), yaitu bila bersama-sama dengan variabel
lain, variabel lain tersebut akan berubah atau diduga secara bervariasi, (2)
variabel terikat (dependent) adalah variabel yang berubah oleh sebab
variabel bebas, (3) variabel perancu (confounding), yaitu variabel yang dapat
mempengaruhi hasil dari variabel terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah saturasi oksigen dan frekuensi
nadi. Variabel bebas adalah penggunaan nesting dan posisi prone pada bayi
prematur. Sementara variabel perancunya adalah suhu tubuh.
3. 3 Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara atas pertanyaan atau masalah
penelitian atau penjelasan sementara yang menerangkan fenomena yang
diamati atau suatu pernyataan tentang hubungan yang diharapkan terjadi
antara dua variabel atau lebih yang memungkinkan untuk dibuktikan secara
empirik atau perlu diuji kebenaran atas jawaban pertanyaan tersebut
(Budiharto, 2006).
Jenis-jenis hipotesa terdiri atas :
1. Hipotesa mayor atau disebut juga sebagai hipotesa. Hipotesa mayor
pada penelitian ini adalah penggunaan nesting dan posisi prone efektif
dalam mempertahankan saturasi oksigen dan frekuensi nadi yang
normal pada bayi prematur.
2. Hipotesa minor atau disebut juga dengan subhipotesa. Hipotesa minor
pada penelitian ini adalah:
a. Terdapat perbedaan saturasi oksigen pada bayi prematur yang
menggunakan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan
dengan bayi prematur yang tidak menggunakan nesting dan tidak
dilakukan posisi prone.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
3. 4 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati
(diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Nursalam, 2008).
Definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi,
dan replikasi. Dalam penelitian ini definisi operasional dijelaskan dalam
tabel berikut :
Table 3. 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
Variabel bebas
Nesting dan Nesting yaitu suatu Alat ini diletakkan 0 = tidak Nominal
Prone alat seperti sarang sebagai alas menggunak
burung yang terbuat penyangga tidur an nesting
dari bahan phlanyl bayi prematur, yang dan prone
didalamnya diletakkan pada
menggunakan inkubator sepanjang 1=
Dacron yang dapat hari menggunak
dibentuk sesuai an nesting
dengan ukuran dan prone
panjang bayi,
digunakan pada alas
inkubator sebagai
penyanggah posisi
tidur bayi prematur
yang ada
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
3
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
BAB 4
METODE PENELITIAN
Rancangan yang digunakan berdasarkan tujuan penelitian adalah pre and post
with control test yaitu suatu penelitian yang melakukan suatu perlakuan
dengan pengambilan nilai sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol dilakukan penilaian tanpa memberikan
perlakuan (Polit & Hungler, 1999).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
Rancangan penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada skema 4.1 di bawah
ini.
O1 Y O2
Subyek penelitian
O3 X O4
Keterangan :
O1: pengukuran awal variabel dependen pada kelompok kontrol
O2: Pengukuran ulang variabel dependen pada kelompok kontrol
O3: Pengukuran awal variabel dependen pada kelompok intervensi
O4: Pengukuran ulang variabel dependen pada kelompok intervensi
X: Penggunaan nesting dan posisi prone
Y: Waktu antara pengukuran pertama (sebelum) ke pengukuran kedua
(sesudah) selama 20 menit
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
4.2.2 Sampel
Sampel pada kelompok intervensi yang dipilih adalah bayi prematur yang
dirawat di RSUD Kota Bekasi ruang perinatologi yang menggunakan
nesting dan dilakukan posisi prone. Sementara sampel pada kelompok
kontrol adalah bayi prematur yang dirawat pada rumah sakit lain (dalam hal
ini adalah RS Rawa Lumbu Bekasi) yang tidak menggunakan nesting dan
tidak dilakukan posisi prone.
Perhitungan sampel menggunakan pre and post with control test. Menurut
Ariawan (2003) perhitungan sampel pada penelitian ini adalah:
/
= ( )
( ) ( )
=
( ) ( )
Data penelitian yang diambil berdasarkan penelitian sebelumnya yang
mendekati tujuan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Kusumaningrum (2009) hasil jumlah sampel sebelum intervensi adalah 18
dan sesudah intervensi 18, rata-rata saturasi oksigen sebelum intervensi
yaitu 94,89% (standar deviasi 3,12) rata-rata saturasi sesudah intervensi
berupa tindakan pronasi yaitu 97,22% (standar deviasi 2,26) pada tingkat
kemaknaan 5% dan kekuatan uji 90% maka perhitungan jumlah sampel
yang didapatkan adalah sebagai berikut:
(18 − 1)3,12 + (18 − 1)2,26
=
(18 − 1) + (18 − 1)
= 7,421
Maka didapatkan hasil sebagai berikut:
, [ , , ]
= ( , , )
= 14, 35
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
Keterangan :
= standar deviasi dari beda rata-rata, hasil perhitungan adalah 7,421
= jumlah sampel sebelum intervensi, yaitu sebesar 18
= jumlah sampel sesudah intervensi, yaitu sebesar 18
= rata-rata saturasi oksigen sebelum intervensi, yaitu sebesar 94,89
= rata-rata saturasi oksigen sesudah intervensi, yaitu sebesar 97,22
= standar deviasi saturasi oksigen sebelum intervensi, yaitu sebesar 3,12
= standar deviasi saturasi oksigen sesudah intervensi, yaitu sebesar 2,26
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
(1) Beneficence
Prinsip ini merupakan prinsip etika penelitian yang dimaksudkan agar
penelitian ini memberikan perlindungan kepada subjek penelitian serta
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
Dimensi bebas dari bahaya berarti peneliti harus melindungi subjek yang
diteliti terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik dan mental.
Pada penelitian ini subjek penelitian (dalam hal ini bayi prematur) yang
dirawat di dalam inkubator akan diberikan nesting pada alas tempat
tidurnya dan akan dilakukan posisi prone yang tepat. Penggunaan nesting
tidak membahayakan bayi prematur, justru memberikan rasa nyaman
pada subjek penelitian. Posisi prone dilakukan selama 20 menit dengan
pengawasan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya,
posisi prone telah diketahui banyak manfaat pada bayi prematur dalam
hal meningkatkan kelelapan tidur dan peningkatan fungsi pernafasan.
Namun posisi prone yang tidak tepat dapat mengakibatkan SIDS,
karenanya dalam penelitian ini hal-hal yang dilakukan adalah melakukan
pengawasan pada bayi prematur yang dilakukan posisi prone.
Dimensi bebas dari eksploitasi yaitu bahwa dalam penelitian ini subjek
penelitian tidak dilakukan intervensi yang merugikan mereka, namun
justru meningkatkan rasa nyaman bayi prematur dalam posisi tidur yang
tepat.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
Alat lainnya adalah pulse oxymetri , secara teori alat ini tidak perlu dilakukan
kalibrasi karenanya sudah dapat digunakan langsung, hanya penempatan
sensor harus tepat yaitu pada ujung jari, telinga, dan cuping hidung. Pada
penelitian ini alat sensor diletakkan pada ujung jari.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
4
1 Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti. Nilai yang akan diukur yaitu (1)
ukuran tengah yang meliputi mean, median dan modus, (2) nilai ukuran
variasi yatu berupa range, jarak quartil, dan standar deviasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yaitu melakukan analisis hubungan antara dua variabel
yang ada dalam penelitian. Pada penelitian ini dilakukan analisis tentang
perbedaan saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada bayi prematur sebelum
penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone dibandingkan dengan
sesudah penggunaan nesting dan dilakukan posisi prone. Penelitian ini
juga membandingkan nilai saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada
kelompok intervensi berupa penggunaan nesting dan posisi prone dan
kelompok kontrol tanpa menggunakan nesting dan posisi prone. Analisis
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
data pada penelitian ini mengunakan prinsip uji beda dua mean dengan
pendekatan ujin dan distribusi t, maka dalam penelitian ini analisis bivariat
menggunakan uji t dependent dan uji t independent.
Pada penelitian ini juga dianalisis tentang pengaruh suhu terhadap saturasi
oksigen dan frekuensi nadi. Analisis data untuk tujuan ini mengunakan
prinsip uji korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan dua variabel.
Pada penelitian ini uji korelasi yang digunakan yaitu Pearson test yang
menghubungkan variabel yang berjenis numerik. Adapun tabel analisa data
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Analisa Data dan Uji Statistik
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Pada bab 5 ini diuraikan tentang hasil pengukuran yang dilakukan peneliti pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Hasil penelitian ini akan dirinci
berdasarkan analisis univariat dan bivariat.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Usia Gestasi, Berat Badan, Suhu
Tubuh, dan Kesetaraan Responden
Mei – Juni 2011 (n=30)
Di RSUD Kota Bekasi
Tabel 5.1 dapat diamati rerata usia gestasi pada kelompok kontrol yaitu 32,87
minggu dan 32,3 minggu pada kelompok intervensi. Hasil uji kesetaraan
didapatkan usia gestasi pada kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Nilai
mean pada kelompok kontrol dan intervensi sama dengan nilai median, hal ini
berarti distribusi data bersifat normal.
Demikian pula untuk rerata berat badan yaitu 1893,3 gram pada kelompok
kontrol dan 1853,33 gram pada kelompok intervensi, hasil uji kesetaraan
didapatkan hasil berat badan pada kedua kelompok ini tidak setara dengan p
value < 0,05. Distribusi data berat badan pada kelompok intervensi adalah
normal, karena nilai mean sama dengan median.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Sementara itu rerata suhu pada kelompok kontrol yaitu 36,76⁰C dan 36,53⁰C
pada kelompok intervensi, hal ini menandakan bahwa responden pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi mempunyai suhu tubuh dalam
rentang normal. Jika dilihat dari uji kesetaraan, maka didapatkan kedua
kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Distribusi data suhu tubuh pada
kelompok intervensi bersifat normal, karena dari uji normalitas terlihat nilai
mean sama dengan nilai median.
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Bayi Prematur
di RSUD Kota Bekasi
Mei – Juni 2011 (n=30)
Pada table 5.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden adalah 15 baik pada
kelompok kontrol ataupun kelompok intervensi, sementara jumlah responden
laki-laki lebih banyak dibanding bayi perempuan baik pada kelompok kontrol
ataupun kelompok intervensi, yaitu 53,33% dibandingkan 46,70% pada
kelompok kontrol dan 60% dibandingkan 49% pada kelompok intervensi.
Berdasarkan data-data yang dapat diamati pada tabel diatas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa adanya kesetaraan antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi dalam hal karakteristik bayi yang dijadikan responden.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi
dan Kesetaraan Sebelum Tindakan pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi
Di RSUD Kota Bekasi Mei – Juni 2011 (n=30)
Pada tabel 5.3 didapatkan bahwa rerata saturasi oksigen sebelum tindakan
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi mempunyai nilai yang
sama yaitu 96,67%, dengan nilai minimum sama yaitu 90% tetapi nilai
maksimum lebih tinggi pada kelompok intervensi, yaitu 100% sementara
pada kelompok kontrol 99%. Hasil uji kesetaraan didapatkan bahwa saturasi
oksigen kedua kelompok ini setara dengan p value > 0,05. Nilai mean dan
median didapatkan hasil yang sama, maka distribusi data bersifat normal.
Pada tabel 5.3 juga didapatkan bahwa rerata frekuensi nadi sebelum
tindakan mempunyai nilai yang agak berbeda antara kelompok kontrol dan
kelompok intervensi yaitu 146,87 kali/menit pada kelompok kontrol dan
137,93kali/menit pada kelompok intervensi. Sementara nilai frekuensi nadi
berada dalam rentang normal baik pada kelompok kontrol maupun
intervensi walaupun terdapat perbedaan nilai antara kelompok kontrol dan
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Tabel 5.4
Distribusi Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sebelum dan Sesudah
Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di RSUD Kota
Bekasi Mei- Juni 2011
(n = 30)
Pada tabel 5.4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan saturasi
oksigen pada awal pengamatan dengan setelah 20 menit diistirahatkan (p
value >0,05). Rerata saturasi oksigen sebelum dan sesudah pengamatan
mempunyai nilai yang lebih kecil yaitu dari 96,67% menjadi 96,27%.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Pada tabel diatas dapat diamati bahwa rerata frekuensi nadi sebelum
pengamatan 20 menit yaitu 146,87 kali/menit, sesudah pengamatan sebesar
146,73 kali/menit, didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan
frekuensi nadi antara sebelum dan sesudah pengamatan selama 20 menit
pada kelompok kontrol dengan p value > 0,05.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
5.2.3 Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi Sesudah Fase Intervensi pada
Kelompok Kontrol dan Intervensi
Pada analisis ini akan diuraikan tentang nilai saturasi oksigen dan frekuensi
nadi setelah dilakukan pengamatan 20 menit dan penggunaan nesting dan
prone pada kelompok kontrol dan intervensi.
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Saturasi Oksigen dan Frekuensi
Nadi Sesudah Tindakan pada Kelompok Kontrol dan Intervensi di
RSUD Kota Bekasi
Mei – Juni 2011 (n=30)
Pada tabel 5.4 didapatkan rerata saturasi oksigen pada kelompok kontrol
yaitu 96,27% dengan standar deviasi 2,344%, sedangkan rerata saturasi
oksigen pada kelompok intervensi yaitu 98,07% dengan standar deviasi
2,344%. Hasil uji statistik didapatkan adanya perbedaan signifikan rerata
saturasi oksigen pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
kontrol dengan p value < 0,05.
Pada tabel diatas juga dapat terlihat rerata frekuensi nadi pada kelompok
kontrol yaitu 146,73 kali/menit dengan standar deviasi 11,38 kali/menit,
sedangkan pada kelompok intervensi 140,80 kali/menit dengan standar
deviasi 3,916 kali/menit. Hasil uji statistik didapatkan tidak ada perbedaan
yang signifikan frekuensi nadi antara sebelum dan sesudah penggunaan
nesting dan posisi prone dengan p value > 0,05.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Pada tabel 5.6 diatas dapat diamati bahwa rerata suhu tubuh pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi terdapat perbedaan sedikit yaitu sekitar
0,12⁰C. Hasil analisis bahwa suhu tubuh pada ke dua kelompok sifatnya
setara dengan p value > 0,05.
5.3.2 Pengaruh Suhu Tubuh dengan Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi
Selanjutnya akan dibahas tentang hubungan suhu tubuh bayi prematur
terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi baik pada kelompok kontrol
ataupun pada kelompok intervensi. Analisis ini mengunakan uji korelasi
Pearson test, karena terdapat dua variabel dalam bentuk numerik, yaitu suhu
tubuh dan saturasi oksigen serta untuk melihat kekuatan hubungan antara
variabel.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
5
Tabel 5.7
Hubungan Antara Suhu Tubuh Sesudah Fase Intervensi Terhadap
Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nadi pada Kelompok Kontrol dan
Intervensi di RSUD Kota Bekasi
Mei – Juni 2011
(n=30)
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan yang meliputi intrepretasi dan diskusi
hasil yang telah dijelaskan pada bab terdahulu yang dikaitkan dengan referensi-
referensi yang berhubungan. Pada bab ini juga akan dijelaskan tentang
keterbatasan penelitian yang dirasakan oleh peneliti dan juga implikasi hasil
penelitian yang dapat diterapkan pada praktek keperawatan dan penelitian yang
akan datang.
Intrepretasi hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang telah peneliti
tetapkan pada bab sebelumnya, yaitu teridentifikasinya efektifitas penggunaan
nesting dan posisi prone terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi pada
bayi prematur di RSUD kota Bekasi.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
Rerata berat badan lahir pada penelitian ini adalah 1853,33 gram pada
kelompok intervensi dan 1893,3 gram pada kelompok kontrol. Hasil data
yang didapatkan ternyata rerata berat badan pada penelitian lebih kecil
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum
(2009) yaitu dengan rerata berat badan bayi sebesar 2008,33 gram dengan
standar deviasi 977,84 gram. Sementara penelitian yang dilakukan oleh
Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan rata-rata berat badan bayi
kurang dari 1500 gram. Terjadi perbedaan nilai ini terjadi karena
responden yang berbeda yang ditetapkan oleh masing-masing peneliti.
Berat badan pada penelitian ini perbedaannya sangat signifikan antara
berat bedan minimal dengan maksimal yaitu 1000 gram hingga 2700
gram. Perbedan berat badan yang cukup jauh kemungkinan akan
mempengaruhi nilai fisiologis bayi, karena pada bayi dengan berat badan
rendah akan terjadi adaptasi yang jauh lebih berat dibandingkan dengan
yang lebih besar. Hal ini dimungkinkan karena bayi kecil memiliki lemak
subkutan yang sangat tipis, sehingga mudah terjadi hipotermi dan
kebutuhan oksigen akan lebih besar (Wong, et.al, 2009).
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
Jika dilihat hasil diatas terdapat perbedaan suhu tubuh bayi prematur
sebelum dan sesudah intervensi, walaupun perbedaannya sangat kecil.
Dari data yang ada terdapat 67% bayi yang mengalami perubahan suhu
tubuh setelah intervensi. Suhu tubuh bayi akan mempengaruhi nilai
fisiologis bayi, hal ini disebabkan karena metabolisme yang terjadi.
Semakin tinggi metabolisme dalam tubuh, maka akan meningkatkan
kebutuhan oksigen pada bayi. Bayi yang mengalami demam akan
menurunkan saturasi oksigennya (MacGregor, 2008). Pada penelitian ini
memang terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tidak signifikan yaitu sekitar
0,03⁰C dan rentang suhu tubuh masih dalam batas normal, karenanya tidak
ada perbedaan saturasi oksigen yang signifikan.
Jenis kelamin bayi prematur pada penelitian ini paling banyak adalah laki-
laki. Karakteristik jenis kelamin ini sama dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan sebelumnya oleh Kusumaningrum (2009). Jumlah bayi
laki-laki yang ada dalam penelitian ini dimungkankan terjadi karena
pemilihan responden penelitian yang tidak berdasarkan jenis kelamin
tetapi berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan oleh peneliti. Mayoritas
responden adalah laki-laki kemungkinan akan mempengaruhi nilai
fisiologis yang ada, seperti frekuensi nadi, karena menurut Merenstein dan
Gardner (2002) dikatakan bahwa frekuensi nadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, aktivitas, demam, status
cairan, posisi dan obat-obatan. Pada penelitian ini frekuensi nadi bervariasi
baik pada responden laki-laki ataupun perempuan namun masih dalam
batas normal.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
157,51 kali/menit pada posisi supine. Hasil penelitian ini agak berbeda
dengan penelitian Maynard, Bignall, dan Kitchen (2000) dengan hasil yang
didapatkan peneliti yaitu bahwa terdapat kenaikan frekuensi nadi pada
kelompok intervensi sesudah dilakukan nesting dan posisi prone yaitu
137,93 kali/menit menjadi 140,80 kali/menit. Hal ini mungkin disebabkan
karena pengukuran pada penelitian ini hanya 1 kali pengamatan di menit
ke-20 setelah tindakan, sementara nilai frekuensi nadi masih bisa fluktuasi.
Pada penelitian ini suhu tubuh merupakan variabel confounding yang dapat
mempengaruhi variabel dependen. Berdasarkan analisis uji korelasi yang
dilakukan didapatkan bahwa hubungan antara suhu tubuh bayi dengan
saturasi oksigen bersifat negatif yang berarti bahwa kenaikan suhu tubuh
akan menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa kenaikan suhu akan menurunkan saturasi oksigen
(MacGregor, 2008). Pada bayi prematur kenaikan suhu tubuh tentunya akan
meningkatkan metabolisme dalam tubuh, dan akan berdampak terhadap
kebutuhan akan konsumsi oksigen yang semakin meningkat, maka nilai
fisiologis yang dapat diamati adalah menurunnya kadar saturasi oksigen.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
Dalam hasil analisis juga diketahui bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara suhu tubuh dengan saturasi oksigen, hal ini dimungkinkan
karena masih banyaknya faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi saturasi
oksigen seperti Hb, kadar bilirubin dan kadar oksigen dalam darah
(Brooker, 2005). Hasil yang menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan antara suhu dengan saturasi oksigen dapat disebabkan karena
masih banyak faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
Penelitian ini juga memberikan bukti bahwa salah satu penerapan konsep
developmental care dapat dilakukan dengan cara memodifikasi lingkungan
dalam hal ini menggunakan nesting, karena nesting membuat bayi prematur
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian
yang dilakukan peneliti dan saran yang diberikan peneliti.
7.1 Simpulan
1. Mayoritas bayi laki-laki dengan rerata usia gestasi 32,3 minggu, dengan rerata
berat badan adalah 1853,33 kg, dan rerata suhu tubuh sebelum intervensi yaitu
36,55⁰C.
2. Nilai saturasi oksigen pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
sifatnya setara, hal ini memudahkan dalam menentukan hipotesa yang
didapatkan karena perbedaan perlakukan antara kelonpok kontrol dan
intervensi sehingga dapat ditentukan pengaruh atau tidaknya intervensi yang
dilakukan pada kelompok intervensi.
3. Frekuensi nadi pada kelompok kontrol dan intervensi juga sifatnya setara yang
juga akan mempermudah penegakkan hipotesa jika dikaitkan dengan
intervensi yang dilakukan.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan saturasi oksigen pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi dengan p value < alpha. Peneliti menyimpulkan
bahwa penggunaan nesting dan posisi prone efektif mempengaruhi saturasi
oksigen.
5. Penggunaan nesting dan posisi prone dalam penelitian ini tidak memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi nadi terbukti dari hasil p value
yang didapatkan lebih besar dari alpha, baik pada kelompok intervensi
ataupun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peneliti menyimpulkan
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi frekuensi nadi, sehingga
penggunaan nesting dan prone kurang bermakna untuk mempengaruhi
frekuensi nadi.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
6
6. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara perubahan suhu terhadap saturasi oksigen dan frekuensi nadi
dan sifat hubungan sangat lemah atau bahkan tidak ada. Hal ini disebabkan
karena kurangnya faktor confounding yang diteliti sehingga hasil yang
didapatkan bias.
7.2 Saran
1. Pelayanan keperawatan
Praktek keperawatan dapat dikembangkan berdasarkan hasil penelitian
yang telah ada, karenanya penerapan konsep developmental care pada
neonatus sangat mendukung perbaikan penerapan asuhan keperawatan
yang diberikan. Sosialisasi tentang konsep developmental care perlu
dilakukan di rumah sakit yang belum menerapkan konsep ini, agar
meningkatkan motovasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
yang berkualitas.
2. Pendidikan keperawatan
Pembekalan ilmu yang kuat pada masa pendidikan akan memberikan
pengaruh terhadap kualitas kinerja seseorang, karenanya pemberian
konsep-konsep terkini pada dunia keperawatan hendaknya dikembangkan.
Konsep developmental care pada perawatan neonatus hendaknya
dipaparkan lebih luas pada berbagai institusi pendidikan keperawatan agar
para lulusan dapat menerapkan konsep ini pada tatanan pelayanan
keperawatan.
3. Penelitian selanjutnya
a. Hendaknya jumlah responden lebih banyak dengan tehnik acak agar
generalisasi hasil lebih luas.
b. Pengamatan sebaiknya dilakukan secara berseri atau dalam kurun
waktu beberapa hari agar dapat diketahui fluktuasi nilai saturasi
oksigen dan frekuensi nadi lebih bervariasi.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
7
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
7
DAFTAR REFERENSI
Berman, A., Snyder, S., & Kozier, B. (2009). Praktik keperawatan klinis. (Eny
Meiliya, Esty Wahyuningsih, Devi Yulianti: trans). Jakarta: EGC.
Bhat, R. Y., Hannan, S., Pressler, R., Rafferty, G. F., Peacock, J. L., &
Greenough, A. (2006). Effect of prone and supine position on sleep, apneus,
and arousal in preterm infant. Pediatric Official Journal of The American
Academy of Pediatrics, 118(1),101-107. (diperoleh dari www.pediatric.org
pada tanggal 26 November 2010).
Bradford, N. (2000). Your premature baby: The first five years. London: Frances
Lincolin.
Bredemeyer, S., Reid, S., Polverino, J., & Wocadlo, C. (2008). Implementation
and evaluation of an individualized developmental care program in a
neonatal intensive care unit. Journal for Specialists in Pediatric Nursing,
13(4), 281-291.
Burn, N., & Grove, S.K. (2009). Understanding nursing research (2nd edition).
Philadelphia: W.B Saunders company.
Chang, Y., Anderson, G. C., & Lin, C. (2002). Effect of prone and supine
positions on sleep state and stress responses in mechanically ventilated
preterm during the first postnatal. Journal of Advanced Nursing, 40(2), 161-
169. (EBSCO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada tanggal 24 Februari
2011).
Cloherty, J.P., Eichenwald, E.C., & Star, A.R. (2008). Manual of neonatal care.
Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
7
Davis, L. D., & Stein, M.T. (2004). Parenting your premature baby: The
emotional journey. Colorado: Table Mountaine Drive.
Hamid, A.A. (2008). Riset keperawatan: Konsep, etika, & instrumentasi. Jakarta:
EGC.
Hegner, B.R., & Cadwel, E. (2003). Asisten keperawatan suatu pendekatan proses
keperawatan. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A.A. (2007). Asuhan neonatus bayi dan balita: Buku praktikum
mahasiswa kebidanan. Jakarta: EGC.
Johnson, R., & Taylor, W. (2001). Praktik kebidanan. (Suharyati Samba: trans).
Jakarta: EGC.
Kenner, C., & Mc.Grath, J.M. (2004). Developmental care of newborns & infants:
A guide for health professionals. St. Louis: Mosby Inc.
May, K.A., & Mahimesh, L.R. (2004). Maternal & neonatal nursing family
centered care (3rd edition). Pennsylvania: JB Lippincot, Co.
Merenstein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). Handbook of neonatal intensive care.
Missouri: Mosby, Inc.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
7
Perinasia. (2003). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru.
Jakarta: Perinasia.
Polit, D.F., & Hungler, B.P. (1999). Nursing research: Principle and methods.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Priya, G. S.K., & Bijlani, J. (2005). Low cost positioning device for nesting
preterm and low birth weight neonates. Practical On Call Child Health
Care,5(3) (http://www.pediatriconcall.com/fordoctor/conference. diperoleh
pada tanggal 15 Februari 2011)
Russel, C.D., Kriel, H., Joubert, G., & Goosen, Y. (2009). Prone positioning and
motor development in the first 6 weeks of life. South African Journal of
Occupational Therapy, 39(1) (EBSO diperoleh dari http://www.ui.ac.id pada
tanggal 24 Februari 2011).
Sherman, T.I., Greenspan, J.S., Touch, S., Clair, N.S & Shaffer, T. H. (2006).
Optimizing the neonatal thermal environment. Neonatal Network Journal,
7(4): 251- 269.
Stommel, M., & Wills, C.E. (2004). Clinical research: Concepts & principle for
advanced practiced nurses. Philadelphia: Lippincott Williams & wilkins.
Surasmi, A., Handayani, S., & Kusuma, H.N. (2002). Perawatan bayi risiko
tinggi. Jakarta: EGC.
Tjipta, G. D., Azlin, E., Sianturi, P., & Lubis, B. M. (2008). Thermoregulasi pada
neonatus. Medan: Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik.
Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theory. Missouri: Mosby, Inc.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
7
Wijaya, A.M. (2009). Kondisi angka kematian neonatal (AKN), angka kematian
bayi (AKB), angka kematian balita (AKBAL), angka kematian ibu (AKI) dan
penyebabnya di Indonesia (2009), http://www.infodokterku.com diperoleh
pada tanggal 28 Februari 2011)
Wilawan, P., Patcharee, W., & Chavee, B. (2009). Poisitioning of preterm infants
for optimal physiological development: A systemic review. JBI Library of
Systemic Review, 7(7): 224-259 (EBSCO diperoleh dari http://www.ui.ac.id
pada tanggal 24 Februari 2011).
Wong , D.L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, L. M., & Schwartz, P.
(2009). Wong’s essentials of pediatric nursing (6th edition). Missouri:
Mosby Inc.
Universitas Indonesia
Efektivitas penggunaan..., Ratih Bayuningsih, FIK UI, 2011
Lampiran 1
Kode Responden: