HIDROSEFALUS
OLEH
KELOMPOK 3 KELAS 2A
TAHUN 2020
1
DAFTAR ISI
Halaman judul 1
Kata pengantar 2
Daftar isi 3
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang 4
2. Rumusan masalah 4
3. Tujuan penulisan 5
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian 6
2. Etiologi 6
3. Manifestasi Klinis 7
4. Patofisiologi 8
5. Penatalaksanaan 9
6. Komplikasi 9
7. WOC 11
1. Kesimpulan 20
2. Saran ……………………………………………………………………….20
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Hormat kami,
Kelompok 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa istilah yang dipakai dalam kalsifikasi maupun sebutan diagnosis
kasus hidrosefalus. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel;
sedangkan hidrosefalus eksternal cenderung menunjukkan adanya pelebaran rongga
subarakhnoid diatas permukaan korteks. Hidrosefalus komunikans adalah keadaan
hidrosefalus dimana ada hubungan antara sistem ventrikeldengan rongga
subarakhnoid otak spinnal; hidrosefalus nonkomunikans bila ada blok didalam sistem
ventrikel atau salurannya ke rongga subarakhnoid (Satyanegara,dkk.2010:347).
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan
2. Etiologi Hidrosefalus?
4. Patofisiologi Hidrosefalus?
5. Penatalaksanaan Hidrosefalus?
6. Komplikasi Hidrosefalus?
7. WOC Hidrosefalus?
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hidrosefalus adalah suatu kondisi patologis dimana terjadi peningkatan tekanan intrakranial
akibat pengumpulan cairan serebro spinal pada sistem ventrikel (ruangan cairan otak ) yang
nomal.
Hidrosefalus bukan penyakit spesifik, melainkan terjadi akibat gangguan otak lain.
Hidrosefalus merupakan gangguan sistem saraf yang sering ditemukan, terjadi pada 0,5 hingga 4
per 1.000 kelahiran hidup. Hidrosefalus terjadi akibat ketidakseimbangan produksi dan absorpsi
CSS. Pada hidrofalus, terjadi akumulasi CSS di dalam sistem sentrikel dan menyebabkan
pembesaran ventrikel serta penigkatan TIK ( Kyle, Terri. 2015:549)
Implikasi dari istilah hidrosefalus adalah gangguan hidrodinamik cairan serebro spinal
sehingga menimbulkan peningkatan volume intraventrikel (ventrikulmegali) (Satyanegara,dkk.
2014:511).
B. Etiologi
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus
kongenital yang timbul in-utero dan kemudian bermanifestasi baik in-utero ataupun setelah lahir.
6
Sebab sebab ini mencakup malinformasi (anomali perkembangan sporadis). infeksi atau kelainan
vaskular pada bagian besar pasien banyak yang etiologinya tidak dapat diketahui, dan untuk ini
diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik.
1. Gliosis akuaduktus: berupa pertumbuhan berlebihan dari gila fibriler yang menyebabkan
konstriksi lumen.
3. Obstruksi akuaduktus oleh septum ependim yang tipis (biasanya pada ujung kaudal).
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga
subarakhnoid yang tidak adekuat dan hal ini dapat tampil pada saat lahir. Kasus ini biasanya
tampak pada 3 bulan pertama.
Malformasi ini melibatkan kelainan sususan saraf pusat yang rumit (khas pada fosa
posterior). Batang otak tampak memanjang dan mengalami malformasi dan tonsil sereblum
memanjang dan ekstensi ke dalam kanalis spinalis.
a. Lesi massa
Secara umum proses ekspansi ini menyebabkan peningkatan resistensi aliran cairan sebro
spinal, dan kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.
b. Perdarahan
7
Yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti kelahiran prematur, cidera kepala, ruptura
malformasi vesikuler, dapat menyebabkan gangguan hidrodinamik cairan serebro spinal.
Pengentalan cairan cairan sebro spinal sendiri tampaknya tidak mencukupi untuk menyebabkan
terjadinya hidrosefalus. Pada stadium kronis biasanya hidrosefalus terjadi akibar fibrosis
leptomeningeal.
c. Meningitis
Biasanya terjadi akibat adanya sumbatan anatomis atau fungsional seperti: akhondroplasia
dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis kranii, kraniostenosis, tumor yang menekan
atau invasi sinus-sinus vena, trombosis jugularis atau vena kava malformasi arterior-venosa.
e. Hidrosefalus iatrogenik
Jarang sekali hal ini dapat disebabkan oleh hipervitaminosis A yang akut atau kronis,
dimana keadaan tersebut dapat mengakibatkan sekresi cairan serebro menjadi meningkat atau
meningkatnya permeabilitas sawar darah otak (Satyanegara,dkk.2014:515-517).
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis bervariasi sesuai dengan usia, derajat dari hidrosefalus pada saat diketahui,
penyebab utama dan kecepatan waktu terjadinya hidrosefalus.
Pada bayi, karena plastisitas otak bayi dan kemampuan tulang tengkorak bayi untuk meluas,
ventrikulomegali dapat berlangsung tanpa tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial yang
jelas. Pada anak-anak yang ubun-ubunnya telah menutup , gejala hidrosefalus dapat muncul
secara akut karena tidak adanya kemapuan kompensasi dari kepala terhadap pelebaran ventrikel
dan peningkatan tekanan ventrikel (Satyanegara,dkk.2010:347).
Gejala klinis hidrosefalus yang tampak adalah membesarnya lingkar kepala bayi atau anak
yang melebihi ukuran normal, utau ubun-ubun besar yang tetap terbuka disaat seharusnya sudah
8
menutup. Sering juga terlihat pembuluh darah disekitar kepala yang melebar, dan matanya
berbentuk seperti matari terbit. Bila kepalanya diketuk- ketuk, akan terdengar seperti kalau kita
mengetuk kendi rengat (retak). untuk mngetahui keadaan secara cermat, pemeriksaan dengan CT
Scan bahkan MRI adalah yang paling tepat. Untuk mengobati penyakit hidrosefalus, satu satunya
cara yang terbaik adalah operasi kepala (Satyanegara,.2011:67).
D. Patofisiologi
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu
(1)produksi likuor yang berlebihan, (2) peningkatan resistensi aliran likuor, dan (3)
peningkatan tekanan sinus venosa. Namun hal ini bukanlah hal yang sederhana sebagaimana
akumulasi akibat dari ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi.dilatasi ini terjadi
sebagai akibat dari :
2. Redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler atau keduanya di dalam
sistem susunan saraf pusat.
3. Perubahan mekanis dari otak (peningkatan elastisitas otak, gangguan viskoelastisitas otak,
kelainan turgor otak).
E. Penatalaksanaan Hidrosefalus
Untuk mengobati penyakit hidrosefalus, satu-satunya cara yang terbaik adalah operasi
kepala.Tindakan operasi pembuatan bypass bertujuan untuk mengurangi pengumpulan cairan
otak yang berlebihan di dalam tengkorak. Biasanya, operasi semacam itu dilakukan dengan
memasang pompa dan selang khusus untuk mengalirkan cairan tersebut dari bagian kepala ke
dalam rongga perut. Meskipun operasi semacam ini untuk bayi atau anak termasuk operasi yang
9
cukup besar, bila tidak ada komplikasi, penderita sudah di perbolehkan pulang 3 atau 4 hari
sesudah operasi. Untuk kasus hidrosefalus yang disebabkan oleh desakan tumor otak, selain
operasi pembuatan bypass, juga perlu tindakan lain untuk menghilangkan penyebab
itu( Satyanegara, 2011:68)
Dalam profesi kedokteran, kesadaran akan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat penting dalam upaya menyelamatkan kehidupan. Dalam bidang bedah saraf,
teknik neuroendoskopi yang dikenal sejak tahun 2003 telah memperbarui standar pengobatan
hidrosefalus. Tidak diperlukan lagi pemasangan selang dari ruangan cairan otak ke perut atau
jantung pada kasus-kasus hidrosefalus yang diakibatkan oleh hambatan aliran cairan otak, karena
teknik ini mampu menjangkau daerah yang sulit untuk membuka sumbatan, sehingga cairan otak
dapat mengalir kembali ( Satyanegara, 2011: 68-69).
F. Komplikasi Hidrosefalus
Komplikasi dan ketidakberhasilan tindakan ETV ini bisa terjadi segera saat atau setelah
tindakan, atau belakangan. Komplikasi yang terjadi dapat berupa cedera hipotalamus, gangguan
nervus kranialis III dan VI , bahkan sampai henti jantung. Kegagalan lain di mana ada
pembesaran ventrikel namun tekanannya normal. Kriteria diagnostic klinis yang saat ini dibuat
sebagai patokan adalah sindroma yang terdiri dari trias gejala: gangguan berjalan, demensia dan
inkontensia urin. Trias gejala ini dapat diingat menggunakan jembatan kedelai:
wet( inkontenensia), wacky( demensia), dan wobbly( gangguan berjalan) ( Satyanegara, 2014:
528-529).
10
Hidrosefalus okulta, Demensia hidrosefalik, hidrosefalus low- pressure, sindroma hakim,
sindroma hakim-adam, dilatasi ventrikel, dan abnormalitas berjalan( Satyanegara, 2014: 529).
F. WOC Hidrosefalus
Prenatal
Postnatal
Infeksi
Perdarahan
Perlekatan
Fibrosis
liptomeningens
terutama padadaerah Kelainan Obliterasi
basal otak kongenital Subasakhnoi
Hidrosefalus
Deficit
Kurang info nutrisi
Deficit volume
cairan tubuh
Kecemasan
A.Pengkajian Keperawatan
Riwayat kesehatan
1. Infeksi intrauterus
2. Prematuritas dengan perdarahan intracranial
3. Meningitis
4. Ensefalitis Gondong
Kaji deskripsi penyakit dan keluhan utama saat ini. Tanda dan gejala yang umum
dilaporkan selama pengumpulan riwayat kesehatan untuk anak yang belum terdiagnosis
dapat meliputi:
1. Iritabilitas
2. Letargi
3. Pemberian makan buruk
4. Muntah
5. Keluhan sakit kepala pada anak yang lebih besar
6. Gangguan, penurunan, atau perubahan tingkat kesadaran.
12
Anak yang diketahui mengalami hidrosefalus sering kali dibawa ke rumah sakit untuk
mengatasi malfungsi pirau atau komplikasi lain penyakit tersebut. Riwayat kesehatan
harus meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi atau anak penderita hidrosefalus meliputi inspeksi dan
observasi, palpasi dan perkusi
13
B.Diagnosis/ Masalah Keperawatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik( mis, abses, amputasi, prosedur
operasi)
14
Penurunan kapasitas Manajemen peningkatan Kapasitas adaptif intracranial
adaptif intracranial tekanan intracranial
- Tingkat kesadaran
Factor risiko : Observasi meningkat
Obstruksi aliran cairan - Identifikasi penyebab - Fungsi kognitif
serebrospinalis peningkatan TIK ( mis. menurun
edema serebral) - Muntah menurun
- Monitor tanda/ gejala - Gelisah menurun
peningkatan TIK( mis.
kesadaran menurun)
- Monitor ICP ( intra
cranial pressure ) ,
jika tersedia
- Monitor gelombang
ICP
Terapeutik
- Pertahankan suhu
tubuh normal
D.0077 Intervensi utama Luaran utama
Nyeri Akut Manajemen nyeri Tingkat nyeri
15
- Monitor efek samping
penggunaan analgesic
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
16
yang - Frekuensi
disukai makan
Terapeutik membaik
- Sajikan
makanan
secara
menarik
dan suhu
yang
sesuai.
- Berikan
suplemen
makanan
Penurun Intervensi utama Luaran Utama Perfusi serebral
an Manajemen Kapasitas adaptif
kapasitas peningkatan intracranial - Mengidentifika
adaptif tekanan si penyebab
intracran intracranial - Tingkat peningkatan
ial kesadaran TIK
Observasi meningkat - Memonitor
- Identifikasi - Fungsi tanda/gejala
penyebab kognitif peningkatan
peningkata menurun TIK
n TIK - Muntah - Memonitor ICP
( mis. menurun - Memonitor
edema - Gelisah gelombang ICP
serebral) menurun - Mempertahanka
- Monitor n suhu tubuh
tanda/ normal
gejala
peningkata
17
n TIK( mis.
kesadaran
menurun)
- Monitor
ICP ( intra
cranial
pressure ) ,
jika
tersedia
- Monitor
gelombang
ICP
Terapeutik
- Pertahanka
n suhu
tubuh
normal
Nyeri Intervensi utama Luaran utama Manajemen nyeri
Akut Manajemen nyeri Tingkat nyeri - Mengidentifika
si lokasi,
Observasi - Keluhan karakteristik,
- Identifikasi nyeri durasi,
lokasi, menurun frekuensi,
karakteristi - Kesulitan kualitas,
k, durasi, nyeri intensitas nyeri
frekuensi, menurun - Mengidentifika
kualitas, - Meringis si respons nyeri
intensitas menurun non verbal
nyeri - Gelisah - Mengidentifika
- Identifikasi menurun si factor yang
respons memperberat
18
nyeri non dan
verbal memperingan
- Identifikasi nyeri
factor yang - Memonitor efek
memperber samping
at dan penggunaan
mempering analgesic
an nyeri - Memberikan
- Monitor teknik
efek nonfarmakologi
samping s untuk
penggunaa mengurangi
n analgesic rasa nyeri
Terapeutik
- Berikan
teknik
nonfarmak
ologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri
Evaluasi
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada criteria
evaluasi yang telah ditentukan masing-masing diagnose keperawatan sehingga:
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Semoga makalah yang dibuat kelompok dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah ilmu
bagi yang membacanya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Satyanegara, dkk. 2010. Ilmu Bedah Syaraf Satyanegara. Edisi IV. Jakarta: Gramedia
Meihartati, Tuti, dkk. 2019. 1000 Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta: Deepublish
Publisher
Satyanegara, dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. Edisi V. Jakarta: Gramedia
Marilyn, dkk. 2010. Keep Your Brain Young. Yogyakarta: Media Pressindo
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Kyle, Terri.2015. Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Jakarta: EGC
21