Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pola hidup sehat mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan

dan mempertahankan derajat kesehatan dimasyarakat. Memulai gaya hidup

sehat bagi sebagian masyarakat merupakan suatu kegiatan yang melelahkan.

Beberapa faktor gaya hidup yang kurang sehat diantaranya adalah

peningkatan kemakmuran, kemajuan teknologi dan westernisasi. Faktor

tersebut mengakibatkan perubahan gaya hidup di masyrakat dan menjadi

salah satu penyebab terjadinya penyakit degeneratif yaitu jantung, hipertensi,

diabetes melitus, obesitas, gagal ginjal, hepatitis dan stroke (Indrawati Lili,

Wening Sari, 2016)..

Stroke sebagai salah satu penyakit degeneratif didefinisikan sebagai

gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak (dalam beberapa

detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan gejala klinis

baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, disebabkan

oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik)

ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian

otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau

kematian (Junaidi, 2012).

Kejadian stroke di Indonesia pada tahun 2018 yaitu sebanyak 10,9%

dari 1.000 penduduk, sedangkan prevalensi di Kalimantan Timur sebanyak

1
2

14,7% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh dari studi

pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 20 Januari 2020 di

Ruang Unit Stroke RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan didapatkan

angka kejadian pasien dengan stroke sejak bulan Januari 2019 hingga tanggal

20 Januari 2020 berjumlah 971 pasien. Jumlah penderita stroke hemoragik

sebanyak 260 pasien, dan dengan penderita stroke non hemoragik sebanyak

711 pasien.

kalau bisa di paragraf ini dicari lis penyebab tingginya kasus stroke

kenapa, coba cari di perdossi (persatuan dokter neurologi indonesia).

Baru masuk ke dalam penyebab stroke sendiri adalah apa..........Stroke

merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian di dunia diantara

penyakit berbahaya lainnya seperti kanker dan penyakit jantung. Stroke juga

merupakan penyebab kecacatan serius menetap nomor 1 diseluruh dunia.

Untuk negara-negara berkembang di benua Asia kejadian stroke didominasi

oleh stroke non hemoragik dengan perbandingan 70% banding 30% dengan

stroke hemoragik (Junaidi, 2012).

Stroke non hemoragik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif

Huda, 2016). Hal ini disebabkan karena penumpukan kolestrol pada dinding

pembuluh darah (aterosklerosis) atau bekuan darah yang telah menyumbat

suatu pembuluh darah ke otak (Pudiastuti, 2011).

Pada kejadian stroke non hemoragik, suplai oksigen ke otak terganggu

sehingga mempengaruhi kinerja saraf di otak. Hal ini dapat menyebabkan


3

berbagai masalah diantaranya penurunan kesadaran dan kelemahan otot

(Hartikasari, 2015). Meskipun demikian, penderita stroke masih memiliki

potensi untuk pulih setelah melewati serangan stroke. Namun, mereka yang

bertahan hidup pasca serangan stroke memiliki tantangan untuk menjalani

keberlangsungan hidupnya.

Sebagian besar pasien pasca stroke akan mengalami gejala sisa yang

sangat bervariasi, dapat berupa gangguan mobilisasi atau gangguan motorik,

gangguan penglihatan, gangguan bicara, perubahan emosi dan gejala lain

sesuai lokasi otak yang mengalami penyumbatan (Misbach, 2013). Gejala sisa

ini dapat berpengaruh pada aspek fisik, psikologis serta sosial mereka yang

akan berdampak pada penurunan produktivitas dan kualitas hidup baik secara

permanen maupun sementara (Ayuningputri, 2013).

Dampak fisik yang dapat muncul mislnya kelumpuhan parsial,

gangguan komunikasi dan gangguan kognitif. Defisit yang paling umum

dialami oleh pasien stroke yaitu melibatkan aksi motorik. Adapun dampak

psikologis diantaranya kemarahan, isolasi, kelabilan emosi, depresi, dan lain-

lain. Sedangkan dampak sosial akibat dari gejala sisa ialah penderita tidak

lagi dapat bekerja seperti sediakala. Dari dampak-dampak yang ditimbulkan

akibat stroke, maka perlu penangan yang tepat agar tidak terjadi komplikasi

(Ayuningputri, 2013).

Adapun peran perawat sebagai care giver yaitu memberikan asuhan

keperawatan pada pasien stroke. Selain itu perawat juga berperan sebagai

educator dalam bentuk pendidikan kesehatan yang meliputi kebutuhan


4

nutrisi, perawatan pasca stroke, serta anjuran-anjuran pada keluarga sebagai

upaya membantu pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan pencegahan agar

tidak terjadi serangan stroke berulang (Praditiya, 2017).

Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien stroke yaitu pasien

dibantu untuk bergerak atau tubuh klien digerak-gerakkan secara sistematis

yang biasa disebut rentang gerak atau Range Of Motion (ROM) dimana ROM

adalah tindakan latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien

yang mobilitasnya terbatas karena penyakit, disabilitas dan trauma baik

secara aktif maupun pasif. ROM Pasif yaitu latihan ROM yang dilakukan

pasien dengan bantuan perawat setiap melakukan gerakan latihan (Praditiya,

2017). Untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik, pemerintah

membuat program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Germas

merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk masyarakat melakukan

budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat

yang kurang sehat (Kemenkes RI, 2017).. yang ini bisa dimasukkan dalam

solusi lis......

Berdasarkan uraian di atas tergambar bahwa stroke non hemoragik

merupakan masalah serius baik di Indonesia maupun dunia. Hal tersebut

kemudian mendasari peneliti untuk memilih stroke non hemoragik sebagai

kasus kelolaan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ditunjang dengan data

penelitian yang cukup, studi literature yang luas serta tempat penelitian yang

memadai dan dekat dengan tempat perkuliahan.


5

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah diuraikan pada latar belakang, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana asuhan keperawatan klien

dengan stroke non hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Tujuan umum

Untuk menggambarkan asuhan keperawatan klien dengan stroke

non hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Tujuan khusus

a. Mengkaji klien dengan stroke non hemoragik di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan.

b. Menegakkan diagnosa keperawatan klien dengan stroke non

hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

c. Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan stroke non

hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan stroke non

hemoragik di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan klien dengan stroke non hemoragik

di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.


6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman

belajar dilapangan dan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang

asuhan keperawatan klien dengan stroke non hemoragik yang dilakukan di

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

2. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

saran dan bahan dalam merencanakan asuhan keperawatan di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

ilmu keperawatan dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien

dengan stroke non hemoragik yang dirawat di rumah sakit sehingga dapat

mengurangi bertambahnya angka kesakitan.

Anda mungkin juga menyukai