Anda di halaman 1dari 4

Definisi dan Pengertian

• Antraks merupakan salah satu penyakit zoonosis terabaikan (neglected zoonotic disease) yang masih
menjadi isu global yang secara umum dapat menginfeksi semua hewan homoioterm (berdarah panas)
termasuk manusia.

• Antraks merupakan penyakit pada hewan terutama hewan berdarah panas dan pemakan rumput
(herbivora) seperti sapi, kerbau,kambing, domba, dan kuda. Pada hewan liar, antraks dapat ditemukan
pada babi hutan, rusa, dan kelinci (Cieslak,2005).

• Antraks disebabkan bakteri Bacillus antrachis yang dapat membentuk spora. Spora antraks dapat
bertahan hingga ratusan tahun di tanah karena relatif tahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim dan
sulit dimatikan dengan disinfektan biasa

• Antraks disebut juga Radang Lympha, Malignant Pustule, Malignant edema, Woolsorter disease, Rag
pickers disease, Charbon.

• Persistensi spora antraks di lingkungan tersebut dapat menyebabkan terjadinya epidemi reguler

• Antraks juga menjadi perhatian dunia karena spora antraks mempunyai potensi untuk digunakan
sebagai senjata biologi atau bioterorisme dengan tingkat kematian yang tinggi

Zoonosis merupakan penyakit yang mempengaruhi populasi hewan maupun manusia

• Bakteri antraks dapat menginfeksi dan menyebabkan kematian pada mamalia liar maupun ternak
(terutama herbivora seperti sapi dan domba), beberapa jenis unggas, dan manusia

• Antraks termasuk penyakit infeksi non-contagious yaitu tidak menular antar hewan maupun antar
manusia

• Antraks bersifat enzootik dan termasuk re-emerging disease atau penyakit yang dapat berulang dan
tingkat kematian tinggi akibat antraks pada manusia umumnya disebabkan karena tidak terdiagnosis dan
tidak tepatnya pengobatan yang dilakukan.

• Kementerian Kesehatan RI mengklasifikasikan antraks pada manusia berdasarkan gejala klinisnya


menjadi 4 bentuk yaitu antraks kulit (paling sering terjadi), antraks saluran pernafasan, antraks paru-
paru, dan antraks meningitis.

• Manusia terjangkit antraks biasanya akibat kontak langsung atau tidak langsung dengan binatang atau
bahan yang berasal dari binatang terinfeksi. Manusia relatif kebal terhadap kuman antraks dibanding
dengan herbivora.

• Infeksi antraks dari hewan ke manusia umumnya melalui kontak langsung antara kulit atau membran
mukosa dengan spora B. antrachis (ketika menyembelih, memproses bagian, atau kontak dengan produk
hewan terinfeksi), mengonsumsi daging hewan terinfeksi, dan menghirup spora antraksantraks
• Infeksi antraks pada manusia umumnya mempunyai korelasi dengan kejadian antraks yang terjadi
pada hewan ternak/peliharaan, di negara-negera maju yang telah mampu mengendalikan antraks pada
hewan mempunyai tingkat infeksi antraks pada manusia sangat kecil yaitu hewan/manusia sedangkan
tingkat infeksi antraks di negara berkembang dapat lebih tinggi mencapai. Hal tersebut disebabkan
kemiskinan dan pelayanan kesehatan hewan yang tidak memadai.

• Antraks masih menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat di Afrika, Timur Tengah, Amerika Selatan,
Asia Tengah, dan Asia meskipun secara global telah terjadi penurunan kasus pada manusia maupun
hewan

• Antraks terutama terjadi pada komunitas pertanian yang berada di daerah beriklim tropis dengan
kondisi sosial ekonomi yang buruk. Terjadinya antraks pada suatu daerah dapat menyebabkan
permasalahan masyarakat karena tidak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga pada
perekonomian masyarakat terutama yang bergantung pada peternakan pastoral

• Penyakit antraks dapat ditemukan di seluruh dunia, namun kasus antraks biasanya terjadi di wilayah
geografis yang terbatas. Wabah paling sering terjadi di daerah yang memiliki karakteristik alkalin, tanah
berkapur, lingkungan yang hangat dan memiliki episode periodik banjir
• Antraks ditetapkan sebagai salah satu dari 25 jenis penyakit yang menyebabkan kematian tinggi pada
hewan, menimbulkan kerugian ekonomi, dan menyebabkan keresahan masyarakat.

• Pada hewan, penularan terjadi dengan menelan, menghirup spora atau masuk melalui lesi kulit.
Herbivora biasanya terinfeksi saat menelan cukup banyak spora di tanah atau pada tanaman di padang
rumput. Hewan karnivora biasanya terinfeksi setelah memakan daging yang terkontaminasi.

• Manusia dapat terinfeksi melalui salah satu dari ketiga kemungkinan yaitu melalui kulit, melalui
inhalasi atau melalui ingesti.

• Antraks inhalasi adalah bentuk yang paling serius, dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi
bahkan saat diobati.

• Spora Bacillus anthracis akan membentuk kapsul dan toksin guna mempertahankan diri dan merusak
sel tubuh penderita. Toksin ini terdiri dari: Protective antigen (PA), Edema factor (EF) dan Lethal factor
(LF).

• Umumnya sumber-sumber Bacillus anthracis pada tanah bukan merupakan ancaman bagi manusia
secara langsung, ancaman potensi untuk populasi manusia adalah melalui terkontaminasi produk
hewani.

• Pada tipe kulit, Bacillus anthracis masuk melalui kulit yang lecet, abrasi, luka atau melalui gigitan
serangga dengan masa inkubasi 2 sampai 7 hari.

-CARA PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan serologi
a. Imunodifisi

b. Fiksasi komplemen

c. Hemaglutinasi

2. Untuk pemeriksaan langsung, bahan dibuat sediaan dan diwarnai dengan perwarnaan Gram,
imunofluoresensi atau M’Fadyean

3. Untuk menunjang penetapan diagnosis atas dasar gambaran klinik dapat digunakan tes kulit yaitu skin
anthracin test yang mempunyai sensitifitas 82% pada infeksi yang telah berlangsung 3 hari dan 99%
untuk infeksi yang telah berlangsung 4 minggu.

Khusus untuk serologi terhadap

toksin dikerjakan dengan cara Elisa. Pemeriksaan lain

yang dapat dilakukan adalah reaksi rantai polimerasa dan

pemeriksaan histokimia

4. Pengerjaan pembiakan kuman harus dilakukan dalam

biological safety cabinet.

Pemeriksaan penyakit Antraks dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1. Immunochromatographic Assay

a. didasarkan pada pembuatan antibodi poliklonal terhadap antigen permukaan sel B.


anthracis, yang mampu mengidentifikasi isolat-isolat B. anthracis

b. mampu secara langsung mengidentifikasi B. anthracis dari spesimen dari hewan yang
terinfeksi

c. Tetapi, masih ada keterbatasan dalam uji yang telah dikembangkan, yaitu adanya reaksi
silang dengan kelompok bakteri Bacillus cereus

d. Untuk mengatasi reaksi silang tersebut, maka dilakukan pemurnian galactose/N-


acetylglucosamine polysaccharide, yang merupakan komponen dari dinding sel B. anthracis

e. Komponen ini akan dipakai untuk membuat antibodi yang akan digunakan dalam Cell Wall-
Direct Fluorescent Assay (CW-DFA). Uji ini telah berhasil dikembangkan antara lain oleh
PHILLIPS dan EZZELL (1989 dll
2. Lysis Gamma Phage

3. Direct Flourescence Assay (DFA) dan

4. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Anda mungkin juga menyukai