Anda di halaman 1dari 8

Reservoir

Infeksi kulit dapat terjadi melalui kontak dengan jaringan binatang (sapi, biri-biri,
kambing, kuda, babi dan sebagainya) yang mati karena sakit; mungkin juga karena gigitan
lalat yang hinggap pada binatang-binatang yang mati karena anthrax, atau karena kontak
dengan bulu yang terkontaminasi wol, kulit atau produk yang dibuat dari binatang-binatang
ini seperti kendang, sikat atau karpet; atau karena kontak dengan tanah yang
terkontaminasi oleh hewan. Tanah dapat juga tercemar anthrax karena dipupuk dengan
limbah pakan ternak yang terbuat dari tulang yang tercemar.

Inhalasi spora anthrax dapat terjadi pada proses industri yang berisiko, seperti pada
waktu mewarnai kulit dan pada pemrosesan wol atau tulang; dimana saat itu dapat terjadi
percikan dari spora B. anthracis. Anthrax usus dan orofaringeal muncul karena memakan
daging terkontaminasi yang tidak dimasak dengan baik; tidak ada bukti bahwa susu
dari binatang terinfeksi dapat menularkan anthrax.

Penyakit ini dapat menyebar dengan perantara binatang pemakan rumput melalui makanan
dan tanah yang terkontaminasi, sedangkan penyebaran penyakit pada binatang omnivora
dan karnivora melalui daging, tulang atau makanan lain dan penyebaran pada binatang liar
terjadi karena binatang tersebut makan bangkai yang terkontaminasi anthrax. Infeksi tidak
sengaja bisa terjadi pada petugas laboratorium.

Infeksi pada petugas laboratorium juga bisa terjadi secara tidak sengaja. Pada Tahun
1979, telah terjadi KLB karena inhalasi anthrax di Yekaterinburg (Sverdlovsk),
Rusia, dimana pada waktu itu 66 orang tewas dan 11 orang lainnya selamat. Hasil
investigasi memperlihatkan bahwa kasus anthrax ini diduga berasal dari sebuah institut
penelitian biologi dan disimpulkan bahwa KLB terjadi karena percikan yang tidak disengaja
sebagai akibat kecelakaan kerja pada kegiatan penelitian senjata biologis.

Pencegahan dan pengawasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Berikan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yang
disiapkan dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif . Terbukti bahwa
vaksin ini efektif mencegah anthrax kulit dan pernapasan. Vaksin ini
direkomendasikan untuk diberikan kepada petugas labororatorium yang secara rutin
bekerja dengan B. anthracis dan para pekerja yang menangani bahan industri mentah
yang potensial terkontaminasi. Vaksin ini juga dapat digunakan untuk melindungi
personil militer yang terpajan senjata perang biologis.
2. Beri penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial
terkontaminasi anthrax sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga
kulit agar tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan.
3. Membersihkan debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada
industri berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukan
supervisi medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka
dikulit. Pekerja sebaiknya menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang
baik untuk mencuci tangan dan pakaian dan mengganti sesudah kerja. Menempatkan
ruang makan jauh dari tempat kerja. Menggunakan Uap formaldehid untuk
disinfeksi pabrik tekstil yang terkontaminasi anthrax.
4. Lakukan pencucian secara menyeluruh, disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan
tulang atau bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak
sebelum diproses.
5. Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di jual. Bangkai binatang yang terpajan
anthrax jangan digunakan sebagai bahan pakan ternak.
6. Jika dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut.
Jika ingin mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindari
kontaminasi tempat pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak
hati-hati, sterilkan seluruh bahan dan alat yang dipakai dengan otoklaf,
insinerator atau dilakukan disinfeksi dan fumigasi dengan bahan kimia.
7. Karena spora anthrax bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur,
maka teknik pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatang
tersebut dengan suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan
mengangkut bangkai tersebut ke tempat insenerator, hati-hati agar tidak terjadi
kontaminasi sepanjang jalan menuju insenerator. Jika cara ini tidak memungkinkan,
kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di tempat binatang itu mati; jangan
dibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau
kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida anhydrous
(quicklime). Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan
quicklime.
8. Awasi dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-
binatang yang potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yang
menghasilkan produk bulu, wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
9. Berikan Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada
semua hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan
gejala anthrax dengan penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi
dihentikan. Hewan ini sebaiknya tidak disembelih hingga beberapa bulan setelah
sembuh. Pengobatan sebagai pengganti imunisasi dapat diberikan kepada hewan
yang terpajan sumber infeksi, seperti terpajan dengan makanan ternak komersiil
yang terkontaminasi.

Pengawasan :

1. Membuat laporan kepada instansi kesehatan setempat; kasus anthrax wajib


dilaporkan di sebagian besar negara bagian dan negara-negara lain di dunia,
Kelas 2A (lihat tentang pelaporan penyakit menular). Laporan kepada badan
yang berwenang menangani pertanian dan hewan ternak wajib dilakukan juga.
2. Walaupun hanya ditemukan satu kasus anthrax pada manusia; terutama jenis
pernafasan, dianggap sebagai kejadian luar biasa sehingga harus dilaporkan
segera kepada pejabat yang berwenang di bidang kesehatan masyarakat dan
kepada penegak hukum sebagai bahan pertimbangan kemungkinan bahwa KLB
ini bersumber dari kegiatan terorisme.
3. Isolasi : untuk anthrax kulit dan pernapasan lakukan tindakan kewaspadaan
standar selama sakit. Dengan pemberian terapi antibiotik yang tepat lesi kulit
bebas dari bakteri dalam waktu 24 jam namun lesi ini tetap berkembang sesuai
dengan siklus yang sangat khas dari lesi anthrax yaitu adanya ulcerasi,
pengelupasan dan resolusi.
4. Disinfeksi serentak. Disinfeksi dilakukan terhadap discharge dari lesi dan
terhadap alat-alat yang kontak dengan tanah. Hipoklorit sangat baik dipakai
untuk disinfeksi karena dapat membunuh spora dan digunakan jika bahan yang
akan didisinfeksi volumenya kecil dan bahan tersebut tidak mudah korosif;
hidrogen peroksida, asam perasetik dan glutaraldehid bisa menjadi alternatif;
formaldehid, etilen oksida dan iradiasi kobalt juga sering digunakan.
Memusnahkan spora dilakukan dengan sterilisasi uap, otoklaf atau dibakar
untuk meyakinkan bahwa spora tersebut betul-betul telah musnah. Fumigasi
dan disinfeksi kimia dapat digunakan untuk alat-alat berharga. Lakukan
pembersihan menyeluruh.
5. Karantina : tidak diperlukan.
6. Imunisasi kontak : tidak diperlukan.
7. Investigasi kontak dan sumber infeksi. Lakukan investigasi terhadap
kemungkinan adanya riwayat seseorang terpajan dengan binatang yang
terinfeksi atau terpajan dengan produk dari binatang, dan lacak tempat asalnya.
Pada pabrik yang mengolah produk binatang, periksa apakah telah dilakukan
tindakan preventif yang tepat seperti yang dijelaskan pada 9A diatas, Seperti
dijelaskan pada 9B1 kemungkinan Anthrax bersumber dari kegiatan
bioterorisme tidak bisa dikesampingkan terutama untuk kasus anthrax pada
manusia, kasus-kasus tersebut sumber infeksinya tidak jelas.
8. Pengobatan spesifik; penisilin adalah obat pilihan untuk anthrax kulit dan
diberikan selama 5 – 7 hari. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol juga
efektif. Angkatan bersenjata Amerika merekomendasikan pemberian
Ciprofloxacin parenteral atau doksisiklin untuk anthrax pernapasan, lama
pengobatan tidak dijelaskan secara rinci.

Diagonsis laboratoris

Untuk penegakan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan laboratoris dengan pengecatan


langsung atau kultur terhadap specimen yang diambil dari malignant pustule, sputum , darah
atau discharge penderita. Hal ini tergantung dari manifestasi klinis yang terjadi pada
penderita tersebut. Kesulitan dalam isolasi Bacillus anthracis dari kultur ini umumnya
adalah banyaknya bakteri pencemar berupa genus Bacillus yang non pathogen misalnya
Bacillus cereus. Beberapa sifat dari Bacillus anthracis yang berbeda dengan Bacillus cereus
dapat digunakan untuk membedakan keduanya misalnya kemampuan membentuk capsule,
sensitive terhadap penicillin, non motil dan kemampuan melisis bakteriophaga merupakan
sifat Bacillus anthracis yang tidak dimiliki oleh Bacillus cereus.

Immunodiagnostik berupa test PCR atau Elisa juga dapat dilakukan sebagai diagnosa
laboratoris selain Test ascoli yang merupakan test serologis khususnya terhadap hewan yang
mati tersangka anthrax. Yang perlu diketahui adalah bahwa diagnosa laboratoris terhadap
tersangka anthrax hanya boleh dilakukan oleh laboratorium tertentu yang mempunyai
standar BSL2 /Biological Safety Level 2.

Pengobatan, dan Penatalaksanaannya

Pada manusia, penanganan yang baik senantiasa harus berpedoman pada pengamatan
komprehensif, sehubungan dengan penanganan penyakit antraks ini perlu kiranya dilakukan
anamnesa terarah karena diagnosa dini penyakit anthrax umumnya sulit ditegakkan. Setiap
orang yang memiliki resiko tinggi terkena anthrax harus segera diberikan antibiotika sambil
menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk kasus anthrax inhalasi, Food and Drug
Administration / FDA menganjurkan penggunaan antibiotika penisilin, doksisiklin, dan
siprofloksasin sebagai antibiotika pilihan.

Pada anthrax kulit dapat diberikan Procain penisilin 2 x 1,2 juta IU diberikan secara IM
selama 5 - 7 hari. Atau dapat juga dengan menggunakan benzil penicillin 2500 IU secara IM
setiap 6 jam. Perlu diperhatikan mengingat drug of choise untuk antraks adalah penicillin
sehingga sebelum diberikan suntikan harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila
penderita/ tersangka hipersensitif terhadap penisilin dapat diganti dengan memberikan
tetrasiklin, klorampenikol atau eritromisin.

Pada anthrax intestinal dan pulmonal dapat diberikan Penisilin G 18 - 24 juta IU / hari,
IVFD ditambah dengan streptomisin 1 - 2 gram untuk tipe pulmonal, dan untuk tipe gastro
intestinal tetrasiklin 1 gram/ hari. Terapi supportif dan simptomatis perlu diberikan,
biasanya plasma ekspander dan regiment vasopresor bila diperlukan. Pada anthrax intestinal
dapat pula menggunakan chloramphenicol 6 gram/ hari selama 5 hari, kemudian diteruskan
4 gram/ hari selama 18 hari, diteruskan dengan eritromisin 4 gram/ hari untuk menghindari
supresi pada sumsum tulang.

Penanganan di Rumah Sakit : penderita anthrax yang dirujuk ke Rumah Sakit umumnya
penderita yang penyakitnya makin memburuk seperti adanya septikemi, syok, dan dehidrasi,
untuk itu penanganannya adalah harus dirawat di ruang isolasidan dilakukan tindakan medik
dan pemberian obat- obatan simptomatis/ supportif, antibiotika, desinfeksi terhadap ekreta
dan sekreta yang dikeluarkan penderita serta pengambilan dan pengiriman spesimen ke
Laboratorium.

Sebagai penentu patogenitas dari Bacillus anthracis adalah adanya 2 faktor virulensi yaitu
capsul dan antigen toxin yang berupa exotoxin complex yang terdiri dari PA /Protective
Antigen, LF / Lethal Factor dan EF /Edema Factor yang dapat dihasilkan. Capsul akan
menyebabkan gangguan pada proses fagositosis sedangkan exotoxin complex berhubungan
dengan gejala yang ditimbulkan. Protective Antigen akan mengikat receptor yang
selanjutnya diikuti masuknya Lethal Factor dan Edema Factor ke dalam sel. Sinergi antara
PA dengan EF akan menyebabkan edema sedangkan sinergi antara PA dengan LF akan
menyebabkan kematian. 5 Anthrax terutama menyerang hewan ternak sapi,kambing, domba
/ biri-biri, kuda. Endospora dariBacillus anthracis yang mencemari tanah kemungkinan akan
menempel pada rerumputan atau tanaman lainnya dan termakan oleh ternak. Manusia
umumnya terinfeksi oleh endospora bakteri ini melalui lesi di kulit, inhalasi atau per oral.
Setelah infeksi, endospora bakteri ini akan tumbuh menjadi bakteri vegetatif pada jaringan
di tempat endospora masuk. Bakteri vegetatif ini akan menyebabkan edema gelatinosa dan
congesti. Selanjutnya terjadi penyebaran bakteri ini melalui aliran lymphe menuju aliran
darah dan terjadi bakteriemia hingga sepsis.

Kombinasi PA dan EF akan menyebabkan edema lokal dan menghambat fungsi PMN
sedangakan kombinasi PA dan LF akan menyebabkan syok dan kematian yang cepat dan
bersifat akut. Spora dari Bacillius anthracis masuk kedalam tubuh penderitanya melalui 3
cara yaitu :

1. Cutaneus antrax spora akan masuk melalui kulit yang luka, di jaringan akan
berubah bentuk menjadi vegetative,bermultiplikasi dan mengeluarkan eksotoksindan
material kapsul antifagostik (px02). Akan terjadi oedema dan
nekrosis jaringan. selanjutnya bakteri akan difagosit oleh makrofag dan menyebar ke 
kelenjar getah bening setempat, dimana toksin akan meyebabkan perdarahan,
oedema, dan nekrosis
(limfadenitis). lalu masuk ke dalam peredaran darah dan mampu menyebabkan pneo
nia, meningitis dansepasis 
2. Inhalation anthrax. Umumnya hal ini jarang terjadi, apabila melalui tahap ini spora
akan terhirup saat inhalasi dimana spora akan sampai di allveoli, difagosit oleh
makrofag dan selanjutnya akan dibawa ke kelenjar limfe mediastinum, lalu akan
berkembang biak dan akan terjadi pembentukan toksin sehingga akan terjadi
limfadenitis dan mediatinitis yang hemoragis. Kapiler paru
juga bisa terkena dan akan menyebabkan gagal nafas karena thrombosis, bisa juga
terjadi efusi pleura. Pneumonia merupakan infeksi sekunder oleh hasil anthraks,
meningitis hemoragis bisa terjadi karena keadaan ini
3. Intestinal anthraks spora masuk ke dalam mulut setelah hewan memakan rumput
yang
mana di situ telah terkontaminasi. Pada oropharyngeal bisa terjadi pembengkakan pa
rynx, dan bisa menyebabkan obstruksi trakea atau limfadenopati servikal dengan
oedema. Sedangkan pada intestinal anthraks terjadi oedema, nekrosis, dan
perdarahan mukosa usus besar dan usus kecil, acites hemoraghi, dan sepsis

Anda mungkin juga menyukai