Anda di halaman 1dari 15

ZOONOSIS : penyakit yang menular dari hewan kepada manusia(zooanthoponoses), dan penyakit yang menular dari manusia kepada

hewan (anthropozoonoses)

penyebab, sumber penyakit, serta cara penularannya

1. ANTHRAX Sinonim : radang limpa, malignant postule, woolsorters disease, miltvuur Penyebab :bakteri bentuk batang(bachillus anthracis) Sumber penularan : domba, sapi, kerbau, kambing, kuda, babi, anjing, burung onta Cara penularan: makanan/air hewan-----manusia(melalui kontak dengan hewan hasil hewan) Cara pencegahan dan pengobatan : y y y y Memasak daging secara matang Pengawasan petugas pada pemotongan ternak sakit di luar Rumah Pemotongan Hewan Setiap hewan yang mati dengan dugaan anthrax tidak boleh diautopsi, tapi diyakinkan dahulu lewat pemeriksaan darah Di daerah tertular pencegahan hanya dilakukan pada hewan dengan menggunakan vaksin

Gambar : 2. BARTONELLOSIS Sinonim : cat-stratch disease/fever, benign lymphoreticulosis Penyebab : bartonella sp (bartonella henselae) Sumber penularan : kucing Cara penularan: makanan/air hewan-----manusia(melalui kontak dengan hewan hasil hewan) Cara pencegahan dan pengobatan : Mencegah dari cakaran/gigitan/jilatan kucing Mengobati penderita dengan antibiotika siprofloksasin/doksisiklin/eritromisin/gentamisin/setriakson/asitromisin 3. BRUCELLOSIS y y Sinonim

Penyebab : Brucella sp Sumber penularan : Sapi, babi, anjing, domba, kambing Cara penularan: kontak langsung manusia dengan hewan(plasenta,fetus,cairan/organ reproduksi) Cara pencegahan dan pengobatan : y y y y y y Pada orang pengobatan dilakukan dengan tetrasiklin yang diberikan 2-4minggu. Pada hewan, khususnya sapi yang berada si daerah dengan prevalensi 2% divaksinasi Br.abortus strain 19, < prevalensi 2% dilakukan tindakan pengujian dan pemotongan Pada anjing pencegahan dilakukan dengan uji serologik agglutinasi cepat Adanya kebijakan larangan memasukkan sapi lain(contoh pemurnian sapi Bali) Pasteurisasi susu sapi Menghindari kontak langsung dengan plasenta, fetus, cairan/organ reproduksi sapi, khususnya orang yang beresiko tinggi tertular(contoh berprofesi sebagai dokter hewan, mantri hewan, petugas rumah pemotongan hewan, tukang perah sapi,dll)

4. ERYSIPELAS BABI dan ERYSIPELOID Sinonim : schweinerotlauf, vlekziekte, rouget de porc, mal rossino, entrace eresipelatoso, rozyca, erisipela del cerdo, diamond skin disease. Penyakit dengan penyebab yang sama pada manusia dinamakan erysipeloid Penyebab : bakteri Erysipelothrix rhusiopahiae Sumber Penularan : babi, ikan, unggas, domba(daging dan tulang), berbagai hewan liar termasuk amphibia dan reptilia Cara penularan Pada manusia penularan umumnya terjadi lewat luka luka pada kulit jari dan tangan Pada hewan penularan lewat makanan/minuman tercemar Cara pencegahan dan pengobatan : y y Tindakan pencegahan dilakukan vaksinasi inaktif pada babi Pengobatan yang paling cocok Penicillin G, disamping itu dapat diguankan tetrasiklin, eritromisin, sefalosporin

Gambar

5. LEPTOSPIROSIS Sinonim : Weil s disease, red water disease, infectious haemoglobinuria, yellow disease, canicola fever(pada manusia Penyebab : Leptospira interrogans

Sumber penularan : hampir semua mamalia terutama sapi, babi, anjing, tikus, domba, kuda, kucing, kambing Cara penularan : melalui air dan tanah yang tercemari urine/jaringan/cairan tubuh hewan tertular. Cara pencegahan dan pengobatan : y y y y y Pada orang yang beresiko tinggi tertular(contoh petani, petugas Rumah pemotongan Hewan, dokter, dll) mencegah kontak langsung sumber penular Pasteurisasi susu Vaksinisasi erovar tertentu pada hewan Pengobatan menggunakan streptomisin, tetrasiklin, eritromisisn Mencegah timbulnya kembali infeksi melalui tindakan kebersihan lingkungan

Gambar 6. LISTERIOSIS Sinonim Penyebab : Listeria monocytogenes Sumber Penularan : bahan makanan berasal dari hewan, seperti susu, keju, ikan asap, dll Cara Penularan Penularan bisa lewat kontak langsung(contoh dokter hewan) atau lewat bahan makanan Cara pencegahan dan pengobatan : y y y Memasak bahan makanan secara matang Pengobatan dengan ampisilin, penisilin Mencegah kontak langsung, contoh penggunaan sarung tangan saat dokter hewan menolong kelahiran sapi

Gambar

7. PENYAKIT LYME Penyebab : Borrelia burgdorferi Sumber Penularan : Mencit ( tikus putih) liar dengan kaki putih merupakan reservoir (induk semang pertama)spirokheta ---- caplak hinggap di rusa berekor putih (induk semang kedua)--- caplak hinggap di -anjing(induk semang ketiga), caplak di anjing menularkan ke manusia. Sumber penularan : Pada manusia penularan lewat gigitan caplak

Gejala : kulit yang digigit caplak tampak menggelembung, penderita demam, kedinginan, lelah, nyeri, pembengkakan kelenjar limfe. Cara pencegahan dan pengobatan y y y Pemberian vaksin pada anjing Pemberian insektesida secara teratur pada anjing Pengobatan dilakukan dengan antibiotik ampisilin dan doksisiklin selama 2-4 minggu.

8. MELIODOSIS Sinonim : pseudoglanders Penyebab: Burkholderia pseudomallei Sumber Penularan : satwa primata, sapi, domba, kambing, babi anjing, kucing, rodensia, tanah yang tercemar tinja rodensia Cara penularan : Terjadi peroral melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri penyebab melewati tinja rodensia. Penularan dapat terjadi melalalui kulit lecet dan saluran pernafasan. Kontak dengan hewan penderita meliodosis Pencegahan dan pengobatan : y y y Pasteurisasi susu Pengobatan dengan tetrasiklin, kanamisin, kloramfenikol, sulfadiasin, novobiosin, cotrimoxazole Untuk pasien manusia pembuangan spuctum, urine, faeces harus dilakukan seaman mungkin

Gambar

9. PSITTACOSIS Sinonim : Ornithosis, parrot fever, chlamydiosis Penyebab : bakteri Chlamydia(Bedsonia ) psittaci Sumber penularan : bermacam macam burung terutama Famili Psittacidae, contoh kakaktua, parkit. Unggas lain merpati, ayam, kalkun Cara penularan : ditularkan burung kepada manusia melalui kontak langsung, kotoran burung, dll Gejala : kedinginan, demam, anoreksia, nyeri, fotofobia Cara pencegahan dan pengobatan :

y y y y 10.

Memakai saraung tangan saat kontak dengan burung Memberi desinfektan kandang burung secara teratur Mengisolasi burung yang dicurigai berpenyakit, agar tidak menular pada burung lain. Burung yang sakit diobati dengan klortetrasiklin DEMAM Q

Sinonim : Q fever, rickettsia Penyebab : mikroba Rickettsia burnetti, Coxiella burnetti Sumber penularan : sapi, domba, kambing, susu segar, caplak Cara Penularan : lewat inhalasi percikan (droplet) dari hewan tertular/debu yang tercemar Rickettsia burnetti Pencegahan dan pengobatan y y y Vaksin yang diproduksi dalam telur berembrio diberikan pada pekerja beresiko tinggi, contoh petugas laboratorium Plasenta sapi atau domba ditanam atau dibakar Antibiotik pada manusia tetrasiklin selama 5 hari Desinfeksi terhadap peralatan, darah, spuctum penderita Q fever harus dilakukan

11. SALMONELLOSIS Penyebab : Genus Salmonella Sumber penularan : hampir semua jenis ternak, hewan kesayangan(contoh ayam, burung,dll) Cara penularan : makanan yang tercemar tinja, termasuk daging, bahan olahan daging, telu, ikan, susu, produk dari susu, dan sayuran yang tercemar tinja. Makanan yang telah dimasak dapat tercemar bakteri Salmonella sp lewat sisa sisa bahan makanan mentah yang masih menempel pada peralatan dapur seperti pisau, telenan, dll. Tikus, kecoa, lalat, dan serangga lain juga merupakan penular yang potensial bagi manusia dan ternak. Gejala : gangguan pencernaan muilai dari rasa mual, diare, nyeri lambung, dan muntah, gejala lain nyeri kepala, keringat dingin, suhu tubuh naik 37,1C-38,5C, dehidrasi. Cara pencegahan dan pengobatan : y y Merancang konstruksi rumah pemotongan hewan yang hiegenis Menjaga lingkungan peternakan, alat pengangkut hewan, tempat pemasaran produk ternak, dapur, dan sebaginya selalu hiegenis y Cara pengobatan dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang akibat diare 12. STREPTOCOCCOSIS

Penyebab : Streptococcus equi subspecies zooepidemics

Sumber penularan : daging, dan eksreta babi tertular. Peralatan kandang, alat transportasi, dan keranjang pengangkut babi yang tercemar Cara penularan : tidak mencuci tangan dengan baik sewaktu memotong daging babi Gejala : informasi gejala klinik pada manusia masih kurang, biasanya bakteri diisolasi dari kasus endokarditis, meningitis, artritis septik, dan pneumonia. Cara pencegahan dan pengobatan : y Menjaga hieginitas kandang bHewan ternak yang teabi maupun daging babi yang akan dimasak dan kegiatan rumah pemotongan hewan y Pengobatan dilakukan dengan penisilin dan tetrasiklin 13. RINGWORM

Penyebab : jamur Microsporum dan Trichophyton spp Sumber dan cara penularan : antar hewan, antar manusia, tanah ke hewan atau manusia, dan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Gejala : lesi kulit bentuk cincin tunggal disertai peradangan ringan, eksudasi, berkerak Cara pengobatan dan pencegahan: y y y Hewan yang terserang wormring diisolasi untuk mengurangi kesempatan kontak dan penularan pada hewan dan manusia. Peralatan yang digunakan untuk merawat hewan sakitdirendam dengan air panas apabila selesai digunakan. Diberikan griseovulvin untuk pengobatan.

PENYAKIT PARASITER
1. Ascariasis oleh Ascaris Suum y Penyebab : parasit yang bernama latin Nemathelminthes Ascaris lumbricoides y Sumber penularan : manusia y Cara penularan : Pada tinja penderita askariasis yang membuang air tidak pada tempatnya dapat mengandung telur askariasis yang telah dIbuahi. Telur ini akan matang dalam waktu 21 hari. bila terdapat orang lain yang memegang tanah yang telah tercemar telur Ascaris dan tidak mencuci tangannya, kemudian tanpa sengaja makan dan menelan telur Ascaris. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran, yakni hati, jantung dan kemudian di paru-paru. Pada paru-paru, cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring. Ia akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.

Gejala : Pada stadium larva, Ascaris dapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkan sindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda seperti demam, sesak napas, eosinofilia, dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat menyebabkan kolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembus peritoneum badan atau abdomen maka dapat menyebabkan akut abdomen. Cara pencegahan (diagnosis) : Menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing dewasa pada anus, hidung, atau mulut. Pengobatan : Menggunakan obat-obat sepreti pirantel pamoat, aspirin, paracetamol, decolgen.

2. Balantidiasis (Reservoir) y Penyebab : penyakit disentri yang disebabkan oleh Balantadium coli. Balantidium coli adalah parasit jenis ciliate yang bersel tunggal. y Sumber Penularan : Babi, biri-biri, sapi, kuda, tikus, kura-kura, kera y Cara Penularan :

Dengan menelan kista yang berasal dari kotoran inang yang terinfeksi, pada saat wabah, penularan terutama melalui air yang terkontaminasi. Penularan sporadis terjadi karena masuknya kotoran ke mulut melalui tangan atau melalui air, dan makanan yang terkontaminasi kotoran binatang atau manusia. Masa penularan terjadi selama infeksi. Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya pada orang yang memelihara babi dan yang membersihkan kandang babi, bila tangan ini terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung bentuk kista dan kista ini tertelan, maka terjadilah infeksi. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mempengaruhi terjadinya penularan. Gejala (Diagnosis) : Umumnya keluhan saluran cerna seperti diare bisa dengan air atau darah, sembelit, mualmual, muntah, nyeri perut, nafas bau tinja, nafsu makan berkurang, sakit kepala, dan berat badan turun. Apabila sitemukan gejala diatas besar kemungkinan untuk dicurigai terinfeksi Balantidium coli. Penyakit yang ditimbulkan oleh balantidium coli hampir irip dengan penyakit yang disebabkan oleh Entamoeba Histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk abses- abses kecil yang kemudian pecah. manjadi ulkus yang menggaung. Penyakit ini dapat berlangsung akut dengan ulkus merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangrenyang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang di sertai konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah, dan kakeksia ( cachexia ). Infeksi ringan Balantidium coli biasanya idak menampakkan gejala, bila parasit hidup dirongga usus besar. Balantidium coli kadang kadang dapat menimbulkan infeksi eksterintestinal, misalnya dapat menyebabkan peritonitis dan uretritis. Pernah ditemukan bahwa Balantidium coli di hepar dan pulmo. Bahkan di ekuador Balantidium coli ditemukan sebagai sindrom disentris dan abses hepar. Diagnosa dibuat dengan menemukan trofozoit dari parasit atau kista dari balantidium coli pada kotoran segar, atau jaringan biopsi dari sekitar ulkus usus besar, atau trofozoit ditemukan melalui sigmoidoskopi. Cara Pencegahan : 1. Beri penyuluhan pada masyarakat tentang higiene perorangan. 2. Beri penyuluhan dan bimbingan kepada penjamah makanan melalui instansi kesehatan memperhatikan kebersihan dalam mengolah makanan, dengan cara mengnhindari lalat, mencuci tangan sebelum memasak, memasak dengan matang. 3. Pembuangan kotoran pada jamban yang memenuhi persyaratan sanitasi. 4. Kurangi kontak dengan babi dan kotorannya. 5. Lindungi tempat penampungan/sumber air untuk masyarakat dari kontaminasi kotoran babi. Filter pasir/tanah dapat menyaring semua kista, klorinasi air dengan cara yang biasanya dilakukan tidak menghancurkan kista. Air dalam jumlah sedikit untuk diminum lebih baik dimasak. 6. Keluarga atau pasangan seksual penderita Balantidiasis diperiksa secara rutin untuk mengetahui jumlah krista dalam tubuh. 7. Hindari makanan yang tidak bisa dimasak atau buah yang tidak bisa dikupas kulitnya bila bepergian ke negeri yang endemis Balantidiasis.

Pengawasan Penderita dan pengendalian : 1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat setiap kejadian balantidiasis yang terjadi guna mencegah wabah. 2. Disinfeksi serentak dengan cara pembuangan kotoran yang saniter dan sehat. 3. Investigasi kontak dan sumber infeksi : pemeriksaan mikroskopis tinja dari anggota rumah tangga dan kontak yang dicurigai. Lakukan investigasi terhadap mereka yang kontak dengan babi; bila perlu berikan tetrasiklin pada babi yang terinfeksi. Pengobatan : 1. Idiiodohydroxyquin, yang bekerja membunuh amoeba di dalam lumen usus halus. Dosis 600 mg diberikan per oral 3 x sehari selama 20 hari. Kontraindikasi dengan penderita gangguan fungsi hati. 2. Tetracycline, penggunaan tetrasiklin akan menghambat sintesis protein parasit. 3. Flagyl, sebagai antiprotozoa dan antibakteri. Dengan dosis 500 mg 3 x sehari selama 20 hari yang diberikan per oral. 4. Metronidazole, dengan dosis 750 mg, diberikan 3 x sehari selama 5 hari.

3. Cutaneous Larva Migrans y Penyebab : larva dari cacing tambang Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum, yang berasal dari binatang, terutama anjing dan kucing. gnatostoma, Uncinaria stenocephala, Butnostomum phlebotomum (dari sapi), Strongiloides sterconalis, dll. y Sumber penularan : Anjing, Kucing, Sapi y Cara Penularan (Diagnosis): 1. Kontak dengan larva cacing di tempat-tempat kotor (pasir, tanah, lumpur dll) 2. Tertelan telur cacing (melalui tangan secara tidak sengaja) y Cara Pencegahan : Awalnya hanya berupa bintik merah gatal (mbentol), lalu melonjong, memanjang, berkelakkelok seperti spiral. Gatal pada malam hari, lantaran saat itu si Larva cacing jalan-jalan berlenggak-lenggok menyusuri kulit rata-rata 2mm-3mm per hari. Jadi jika alur lenggak-lenggoknya sekitar 15 cm, berarti kira-kira sudah berlangsung sekitar 5 hari. y Pengobatan : 4. Scabies (Kudis) y Penyebab : cacing gelang pada anjing (Toxocara canis) atau pada kucing (Toxocara y cati) y Sumber Penularan : Anjing dan Kucing y Cara Penularan : Manusia dapat terinfeksi bila mereka mengkonsumsi sayuran yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi itu yang belum dimasak dengan sempurna. Cara masukknya menelan telurnya yang mengandung embrio. Larva menetas pada usus halus, menembus mukosa dan memasuki sistem porta vena. Beberapa larva akan terperangkap di hati, namun sisanya terbawa sampai ke paru-paru dan sistem peredaran darah, sehingga dapat menginfeksi semua organ yang dilaluinya. Organ ynag biasa diinfeksi adalah hati, paru-paru, mata, jantung, dan otak. Namun, parasit ini tidak bias menempuh seluruh siklus hidupnya

pada manusia. Larva berada pada jaringan, sehingga merangsang granulomatous dan akhirnya mati. Sehingga muncul abses atau bisul

Gejala (Diagnosis) : 1. Sakit perut, batuk, demam, iritasi kulit, alergi, nafas berat, nafas berbunyi. 2. pembengkakan hati, wajah, paru-paru, atau masalah mata Cara Pencegahan : 1. vaksinasi pada kucing, 2. mencegah kucing buang air besar pada tempat umum, 3. menjaga anak-anak dari tempat kucing buang air besar, dan 4. mencuci tangan setelah menyentuh tanah Pengobatan : 1. anti parasit seperti albendazole, mebendazole, dan thiabendazole. 2. Bisa sembuh sendiri

5. Taeniasis y Penyebab : cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia saginata,Taenia solium dan Taenia asiatica) pada manusia. y Sumber Penularan : 1. Penderita teaniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid cacing pita. 2. Hewan (terutama) babi, sapi yang mengandunglarva cacing pita (cysticercus). 3. Makanan/minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita. y Cara Penularan : Seseorang bisa terkemna infeksi cacing pita (taeniasis) melalui makanan yaitu memakan daging yang mengadung larva, baik larva yang terdapat pada daging sapi (cysticercus bovis) maupun larva Taenia Solium (Cysticerosis cellulosa) atau larva Taenia asiatica yang terdapat pada daging babi. Sedangkan penularan

sistiserkosis/neurosistiserkosis pada manusia adalah melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh telur-telur cacing Taenia Solium atau Taenia asiatica, Penularan dapat juga terjadi karena autoinfeksi, yaitu langsung melalui ano-oral akibat kebersihan tangan yang kurang dari penderita Taniasis solium, atau autoinfeksi internal akibat adanya gerakan antiperistatik dari usus maupun pemakaian obat teniacidal (gambar 3). Telur Taenia saginata tidak menimbulkan sistiserkosis pada manusia. Gejala (Diagnosis) : Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis (khas). Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik). gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung , nausea (mual), badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi (sukar buang air besar), pusing, diare, dan pruiritus ani (gatal pada lubang pelepasan). Pada pemeriksaan darah tepi (hitung jenis) terjadi peningkatan eosinofil (eosinofilia) Gejala klinis taeniasis solium hampir tidak dapat dibedakan dari gejala klinis taeniasis saginata. Secara psikologis penderita dapat merasa cemas karena adanya segmen/ proglotid pada tinja dan pada Taenia saginata segmen dapat lepas dan bergerak menuju sphincter anal yang merupakan gerakan spontan dari segmen. Segmen/Proglotid ini dikenal dengan istilah ampas nangka (bali), banasan (toraja), dan manisan (Sumatera Utara). Cara Pencegahan : a. Usaha untuk menghilangkan sumber infeksi dengan mengobati penderita taenasis b. Pemakaian jamban keluarga ,sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari tanah atau rumput. c. Pemelihara sapi atau babi pada tempat yang tidak tercemar atau sapi dikandangkan sehingga tidak dapat berkeliaran d. Pemeriksaan daging oleh dokter hewan/mantri hewan di RPH, sehingga daging yang mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas Peternakan) e. Daging yang mengandung kista tidak boleh dimakan. Masyarakat diberi gambaran tentang bentuk kista tersebut dalam daging, hal ini penting dalam daerah yang banyak memotong babi untuk upacara-upacara adat seperti di Sumatera Utara, Bali dan Irian jaya. f. Menghilanglkan kebiasaan maka makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah. g. Memasak daging sampai matang ( diatas 57 C dalam waktu cukup lama ) atau membekukan dibawah 10 selama 5 hari . Pendekatan ini ada yang dapat diterima ,tetapi dapat pula tidak berjalan , karena perubahan yang bertentangan dengan adat istiadat setempat akan mengalami hambatan. Untuk itu kebijaksanaan yang diambil dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah tersebut. Pengobatan : dengan Praziquantel , Dosis 100 mg / kg , dosis tunggal. Carapemberian obat praziquantel adalah sebagai berikut: a. Satu hari sebelum pemberian obat cacing, penderita dianjurkan untuk makan makanan yang lunak tanpa minyak dan serat.

b. Malam harinya setelah makan malam penderita menjalani puasa c. Keesok harinya dalam keadaan perut kosong penderita diberi obat cacing. Dua sampai dua setengah jam kemudian diberikan garam Inggris ( MgS O4 ), 30 gram untuk dewasa dan 15 gram atau 7,5 gram untuk anak anak, sesuai dengan umur, yang dilarutkan dalam sirop ( pemberian sekaligus ). Penderita tidak boleh makan sampai buang air besar yang pertama. Setelah buang air besar , penderita diberi makan bubur, d. Sebagian kecil tinja dari buang air besar pertama dikumpulkan dalam botol yang berisi formalin 5-10 % untuk pemeriksaan telur Taenia sp . Tinja dari buang air besar pertama dan berikutnya selama 24 jam ditampung dalam baskom plastik dan disiram dengan air panas/ mendidih supaya cacingnya relaks. Kemudian diayak dan disaring untuk mendapatkan proglotid dan skoleks Taenia sp. e. Proglotid dan skoleks dikumpulkan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70 % untuk pemeriksaan morfologi yang sangat penting dalam identifikasi spesies cacing pita tersebut f. Pengobatan taeniasis dinyatakan berhasil bila skoleks taenia sp. Dapat ditemukan utuh bersama proglotid 6. Toxoplasmosis y Penyebab : sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan y Sumber Penularan : Kucing dan Anjing, Hewan Peliharaan y Cara Penularan : Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii. y Gejala (Diagnosis) : Anjing : otak terlihat sebagai depresi, paraplegia atau epilepsi, jadi sangat menyerupai gangguangangguan otak disebabkan oleh kausa lain, antara lain seperti penyakit distemper pada anjing. Umumnya pneumoni atau diare yang ditimbulkan oleh parasit yang bersifat menahun dan selang-seling tidak dapat dipengaruhi oleh obat-obatan. Diantara anjing yang diserang penyakit ini kira-kira 47% memperlihatkan gejala-gejala paru-paru, 31% gejala-gejala digesti dan 21% gejala-gejala syaraf. y Cara Pencegahan : Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66C atau dibekukan pada suhu -20C. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga. Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala

akan kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan. Pengobatan : Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus pamino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprimn juga temyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya. Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.

7. Visceral Larva Migrans y Penyebab : cacing gelang pada anjing (Toxocara canis) atau pada kucing (Toxocara cati) y Sumber Penularan : Anjing dan Kucing y Cara Penularan : Manusia dapat terinfeksi bila mereka mengkonsumsi sayuran yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi itu yang belum dimasak dengan sempurna. Cara masukknya menelan telurnya yang mengandung embrio. Larva menetas pada usus halus, menembus mukosa dan memasuki sistem porta vena. Beberapa larva akan terperangkap di hati, namun sisanya terbawa sampai ke paru-paru dan sistem peredaran darah, sehingga dapat menginfeksi semua organ yang dilaluinya. Organ ynag biasa diinfeksi adalah hati, paru-paru, mata, jantung, dan otak. Namun, parasit ini tidak bias menempuh seluruh siklus hidupnya pada manusia. Larva berada pada jaringan, sehingga merangsang granulomatous dan akhirnya mati. Sehingga muncul abses atau bisul

Gejala (Diagnosis) : 1. Sakit perut, batuk, demam, iritasi kulit, alergi, nafas berat, nafas berbunyi. 2. pembengkakan hati, wajah, paru-paru, atau masalah mata Cara Pencegahan : 1. vaksinasi pada kucing, 2. mencegah kucing buang air besar pada tempat umum, 3. menjaga anak-anak dari tempat kucing buang air besar, dan 4. mencuci tangan setelah menyentuh tanah Pengobatan : 1. anti parasit seperti albendazole, mebendazole, dan thiabendazole. 2. Bisa sembuh sendiri

8. SAPI GILA Sinonim : bovine sponiform encephalopathy(BSE), madcow Penyakit pada sapi yang ditandai dengan Penyebab Sumber penular Cara Penularan Gejala Cara pencegahan dan penularan

Anda mungkin juga menyukai