Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

POST SC DI RUANG MELATI

RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

Di Susun Oleh :

DESI SUSANTI

JNR0190016

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

TAHUN 2019
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Sectio Caesarea
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Nurarif dan
Kusuma, 2013).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat
badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Mitayani, 2009).

II. Etiologi
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion ) Chepalo Pelvik
Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu
tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang - tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan
atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam
proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran - ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
2. PEB (Pre - Eklamsi Berat) Pre - eklamsi dan eklamsi merupakan
kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab
terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre -
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa
dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini) Ketuban pecah dini adalah pecahnya
ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah
hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan,
adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan
dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira -
kira 0,27 - 0,5 %.
c. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu,
biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka
atau letak belakang kepala.
d. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak
sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki,
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2002).

III. Manifestasi Klinis


1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik : ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan
ukuran panggul
4. Rupture uteri mengecam
5. Partus lama (prolonges labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Pre-eklamsia dan hipertensi
9. Mal presentasi janin
10. Letak lintang, letak bokong, presentasi dahi dan muka (letak defleksi),
presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
(Manuaba & Ida, 2002).

IV. Penatalaksanaan
1. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah
operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
c. Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri, dan pada hari ke-3 pasca
operasi.pasien bisa dipulangkan
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
a. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
b. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
1) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
2) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
3) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
6. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
7. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.

V. Komplikasi
1. Infeksi Puerperal (nifas) :
a. Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
b. Sedang, kenaikan suhu disertai dehidrasi dan perut kembung
c. Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
2. Perdarahan, karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia Uteri
c. Perdarahan pada plasenta.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan komplikasi lainnya yang
jarang terjadi.
4. Kemungkinan ruptura uteri atau terbukanya jahitan pada uterus
karena operasi sebelumnya.
VI. Diagnosa Banding
1. Nyeri akut
2. Risiko tinggi infeksi
3. Ansietas
4. Defisit perawatan diri
5. Intoleransi aktivitas

B. Pengkajian
I. Wawancara
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan,
malposisi janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
II. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
3. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kuning
4. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7. Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena rupture
10. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

III. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan pelepasan mediator nyeri (histamin,
prostaglandin) akibat trauma jaringan dalam pembedahan (section
caesarea)
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
kering bekas operasi
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
4. Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik akibat tindakan anestesi
dan pembedahan
5. Intoleransi aktivitas b/d tindakan anestesi

IV. Rencana Asuhan Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

Nyeri akut Setelah diberikan 1. Lakukan 1. Mempengaruhi


berhubungan asuhan keperawatan pengkajian secara pilihan /
dengan selama … x 24 jam komprehensif pengawasan
pelepasan diharapkan nyeri tentang nyeri keefektifan
mediator nyeri klien berkurang / meliputi lokasi, intervensi.
(histamin, terkontrol dengan karakteristik,
prostaglandin) kriteria hasil : durasi, frekuensi,
akibat trauma  Klien melaporkan kualitas, intensitas
jaringan nyeri berkurang / nyeri dan faktor
dalam terkontrol presipitasi.
pembedahan  Wajah tidak 2. Observasi respon 2. Tingkat ansietas
(section tampak meringis nonverbal dari dapat
caesarea)  Klien tampak ketidaknyamanan mempengaruhi
rileks, dapat (misalnya wajah persepsi / reaksi
berisitirahat, dan meringis) terutama terhadap nyeri.
beraktivitas ketidakmampuan
sesuai untuk
kemampuan berkomunikasi
secara efektif.
3. Kaji efek 3. Mengetahui
pengalaman nyeri sejauh mana
terhadap kualitas pengaruh nyeri
hidup (ex: terhadap kualitas
beraktivitas, tidur, hidup pasien.
istirahat, rileks,
kognisi, perasaan,
dan hubungan
sosial)
4. Ajarkan 4. Memfokuskan
menggunakan kembali
teknik nonanalgetik perhatian,
(relaksasi progresif, meningkatkan
latihan napas kontrol dan
dalam, imajinasi, meningkatkan
sentuhan harga diri dan
terapeutik.) kemampuan
koping
5. Kontrol faktor - 5. Memberikan
faktor lingkungan ketenangan
yang yang dapat kepada pasien
mempengaruhi sehingga nyeri
respon pasien tidak bertambah
terhadap 6. Analgetik dapat
ketidaknyamanan mengurangi
(ruangan, suhu, pengikatan
cahaya, dan suara) mediator kimiawi
6. Kolaborasi untuk nyeri pada
penggunaan kontrol reseptor nyeri
analgetik, jika sehingga dapat
perlu. mengurangi rasa
nyeri
Risiko tinggi Setelah diberikan 1. Tinjau ulang 1. Kondisi dasar
terhadap asuhan keperawatan kondisi dasar / seperti diabetes /
infeksi selama … x 24 jam faktor risiko yang hemoragi
berhubungan diharapkan klien ada sebelumnya. menimbulkan
dengan tidak mengalami Catat waktu pecah potensial risiko
trauma infeksi dengan ketuban. infeksi /
jaringan / luka kriteria hasil : penyembuhan
bekas operasi  Tidak terjadi tanda luka yang buruk.
(SC) - tanda infeksi Pecah ketuban
(kalor, rubor, yang terjadi 24
dolor, tumor, jam sebelum
fungsio laesea) pembedahan
 Suhu dan nadi dapat
dalam batas menimbulkan
normal ( suhu = koriamnionitis
36,5 -37,50 C, sebelum
frekuensi nadi = 60 intervensi bedah
- 100x/ menit) dan dapat
mempengaruhi
 WBC dalam batas proses
normal (4,10-10,9 penyembuhan
10^3 / uL) luka
2. Kaji adanya tanda 2. Mengetahui
infeksi (kalor, secara dini
rubor, dolor, tumor, terjadinya infeksi
fungsio laesa) sehingga dapat
dilakukan
pemilihan
intervensi secara
tepat dan cepat
3. Lakukan perawatan 3. Meminimalisir
luka dengan teknik adanya
aseptik kontaminasi pada
luka yang dapat
menimbulkan
infeksi
4. Inspeksi balutan 4. Balutan steril
abdominal terhadap menutupi luka
eksudat / rembesan. dan melindungi
Lepaskan balutan luka dari cedera /
sesuai indikasi kontaminasi.
Rembesan dapat
menandakan
terjadinya
hematoma yang
memerlukan
intervensi lanjut
5. Anjurkan klien dan 5. Cuci tangan
keluarga untuk menurunkan
mencuci tangan resiko terjadinya
sebelum / sesudah infeksi
menyentuh luka nosokomial
6. Pantau peningkatan 6. Peningkatan
suhu, nadi, dan suhu, nadi, dan
pemeriksaan WBC merupakan
laboratorium salah satu data
jumlah WBC / sel penunjang yang
darah putih dapat
mengidentifikasi
adanya bakteri di
dalam darah.
Proses tubuh
untuk melawan
bakteri akan
meningkatkan
produksi panas
dan frekuensi
nadi. Sel darah
putih akan
meningkat
sebagai
kompensasi
untuk melawan
bakteri yang
menginvasi
tubuh.
7. Kolaborasi untuk 7. Risiko infeksi
pemeriksaan Hb pasca melahirkan
dan Ht. Catat dan proses
perkiraan penyembuhan
kehilangan darah akan buruk bila
selama prosedur kadar Hb rendah
pembedahan dan terjadi
kehilangan darah
berlebihan.
8. Anjurkan intake 8. Mempertahankan
nutrisi yang cukup keseimbangan
nutrisi untuk
mendukung
perpusi jaringan
dan memberikan
nutrisi yang perlu
untuk regenerasi
selular dan
penyembuhan
jaringan
9. Kolaborasi 9. Antibiotik dapat
penggunaan menghambat
antibiotik sesuai proses infeksi
indikasi
Ansietas Setelah diberikan 1. Kaji respon 1. Keberadaan
berhubungan asuhan keperawatan psikologis terhadap sistem
dengan selama … x 6 jam kejadian dan pendukung klien
kurangnya diharapkan ansietas ketersediaan sistem (misalnya
informasi klien berkurang pendukung pasangan) dapat
tentang dengan kriteria hasil : memberikan
prosedur  Klien terlihat lebih dukungan secara
pembedahan, tenang dan tidak psikologis dan
penyembuhan, gelisah membantu klien
dan perawatan  Klien dalam
post operasi mengungkapkan mengungkapkan
masalahnya
bahwa ansietasnya 2. Tetap bersama 2. Keberadaan
berkurang klien, bersikap perawat dapat
tenang dan memberikan
menunjukkan rasa dukungan dan
empati perhatian pada
klien sehingga
klien merasa
nyaman dan
mengurangi
ansietas yang
dirasakannya
3. Observasi respon 3. Ansietas
nonverbal klien seringkali tidak
(misalnya: gelisah) dilaporkan secara
berkaitan dengan verbal namun
ansietas yang tampak pada pola
dirasakan perilaku klien
secara nonverbal
4. Dukung dan 4. Mendukung
arahkan kembali mekanisme
mekanisme koping koping dasar,
meningkatkan
rasa percaya diri
klien sehingga
menurunkan
ansietas
5. Berikan informasi 5. Kurangnya
yang benar informasi dan
mengenai prosedur misinterpretasi
pembedahan, klien terhadap
penyembuhan, dan informasi yang
perawatan post dimiliki
operasi sebelumnya dapat
mempengaruhi
ansietas yang
dirasakan
6. Diskusikan 6. Klien dapat
pengalaman / mengalami
harapan kelahiran penyimpangan
anak pada masa lalu memori dari
melahirkan. Masa
lalu / persepsi
yang tidak
realistis dan
abnormalitas
mengenai proses
persalinan SC
akan
meningkatkan
ansietas.
7. Evaluasi perubahan 7. Identifikasi
ansietas yang keefektifan
dialami klien secara intervensi yang
verbal telah diberikan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta:EGC
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.
Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai