Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

“CVA”

DI SUSUN OLEH :

SILFIYATUL FAUZIYAH

NIM.19.20.114

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

MALANG

1
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang

diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Brunner&

Suddarth, 2002).

Stroke hemoragi adalah stroke karena pecahnya pembuluh

darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah

merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya (Pudiastuti,

2011).

2. Etiologi

a. Perdarahan intraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena

hipertensi memgakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,

membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan

edema otak. peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat

mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak.

Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering

di jumpai di daerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum.

b. Perdarahan Subarakhnoid

Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering

adalah kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan

Malvormasi arteri – vena kongenetal. Gejala-gejala pada umumnya

2
mendadak, peningkatan intracranial (TIK), perubahan tingkat

kesadaran, sakit kepala (mungkin hebat), vertigo, kacau mental,

stupor sampai koma, gangguan ocular, hemiparesis atau

hemiplegic, mual muntah, iritasi meningeal (kekakuan nukhal,

kernig’s, Brudzinski’s positif, Fotofobia, penglihatan ganda, peka

rangsang, kegelisahan, peningkatan suhu tubuh)

c. Perdarahan Serebral

Faktor risiko stroke

Beberapa faktor penyebab stroke antara lain:

1) Hipertensi, merupakan faktor risiko utama

2) Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari jantung.

3) Kolesterol darah tinggi.

4) Obesitas atau kegemukan.

5) Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral.

6) Diabetes mellitus terkait dengan aterogenesis terakselerasi.

7) Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi,merokok,dan kadar

estrogen tinggi)

8) Merokok

9) Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)

10) Konsumsi alkohol

(muttaqin, 2008)

3. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana

yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi

kolateral.

3
Pada stroke akut gejala klinis meliputi :

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis)

yang timbul secara mendadak

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau

koma)

d. Afasia (kesulitan dalam bicara)

e. Disatria (bicara cadel atau pelo)

f. Gangguan penglihatan, diplopia

g. Ataksia

h. Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala

(Tarwoto, 2007)

4. Patofisiologi

Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area

tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti

lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral

terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat.

Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau makin cepat)

pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme

vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru

dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark

pada otak. Thrombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah

dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami

perlambatan atau terjadi turbulensi.

Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa

4
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan iskemia

jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan

dan edema dan kogestri disekitar area. Area edema ini menyebabkan

disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema

dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah

beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan

perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak

terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh

embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika

terjadi septic infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka

akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada

pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisme

pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika

aneurisme pecah atau rupture.

Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik

dan hipartensi pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat

luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan

keseluruhan penyakit serebrovaskular,karena perdarahan yang luas

terjadi destruksi masa otak,peningkatan tekanan intracranial dan yang

lebih berat dapat mengakibatkan herniasi otak pada falk serebri atau

lewat foramen magnum.

Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,henisfer

otak,dan perdarahan sibatang otak sekunder atau ekstensi perdarahan

ke bataang otak.Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada

sepertiga kasus perdarahan otak di nucleus kaudatus,thalamus dan

5
pons.

Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang enuksia

serebral.perubahan yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk

waktu 4 sampai 6 menit. Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari

10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang

bervariasi salah satunya henti jantung.

Selain kerusakan parenkin otak,akibat volume perdarahan yang

relativ banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial

dan penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak.

Elemen-eleman vaso aktiv darah yang keluar dan kaskade iskemik

akibat menurunya tekanan perfusi,menyebabkan saraf di area yg

terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.

Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume

darah lebih dari 60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada

perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan logar. Sedangkan jika

terjadi perdarahan seregral dengan volume antara 30 sampai 60cc

diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%,namun volume

darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.

6
5. Anatomi fisiologi otak

a. Otak

Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang

dewasa (sekitar 3 lbs). Otak menerima 20% dari curah jantung dan

memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400

kilokalori energy setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling

banyak memakai energy dalam seluruh tubuh manusia dan terutama

berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.jaringan otak sangat

rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah

adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan

kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10

detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan

13
penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan

ireversibel. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak

besar), serebelum (otak kecil), brainsterm (batang otak), dan

diensefalon. (Price, 1995)

Serebrum merupakan letak pusat-pusat saraf yang mengatur semua

kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran,

ingatan, dan intelegensi. Serebrum terdiri dari dua hemisfer, korteks

serebri dan korpus kalosum. Hemisfer serebri merupakan bagian yang

terbesar dari otk. Masing-masing terdiri atas korteks, suatu selaput

bagian luar dari sel-sel saraf, tersusun dalam lapisan; dengan ketebalan

sekitar 2 mm dan mengandung sekitar 70% dari semua neuron dalam

system persarafan. (Price, 1995)

Sereblum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Fungsi

Sereblum adalah untuk mengatur sikap badan. Sereblum berperan

penting dalam koordinasi otot dan menjaga keseimbangan. Bila

serabut kortiko-spinal yang melintas dari korteks serebri ke sumsum

tulang belakang mengalami penyilangan dan dengan demikian

mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer

serebri mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.

(Price, 1995)

Brainstrem terdiri dari otak tengah (diensefalon), pons varoli, dan

medula oblongata. (Pearce, 2002)

Otak tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueduktus

serebri yang menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi

14
otak tengah ini. (Pearce, 2002)

Talamus, berkenaan dengan penerimaan impuls sensorik yang

dapat di tafsirkan pada tingkat subkortikal atau di salurkan pada daerah

sensorik kortex otak dengan tujuan mengadakan kegiatan penting

mengatur perasaan dan gerakan pada pusat-pusat tertinggi. (Pearce,

2002)

Medulla oblongata adalah sehelai jaringan saraf yang sempit

bersambungan dengan pons di sebelah atas dan medulla spinalis

disebelah bawah. Medulla oblongata sebagian besar terdiri dari saraf.

Medulla oblongata mengandung sel-sel pusat jantung dan pusat

pernapasan tempat jantung dan paru-paru dikendalikan. Medulla

oblongata mengandung nucleus atau badan sel dari berbagai saraf otak

yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital” yang

berfungsi mengendalikan pernapasan dan system kardiovaskular. Oleh

karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang

otak, dapat membawa akibat yang sangat serius. (Price, 1995)

b. Nervus Cranialis
1) Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi , membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak,
2) Nervus optikus
Mensarafi bola mata , membawa rangsangan penglihatan ke otak.
3) Nervus Okulomotoris
Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital(otot
penggerak bola mata). Didalam saraf ini terkandung serabut-
serabut saraf otonom(para simpatis).saraf penggerak mata keluar
dari sebelah tangkai otak dan menuju ke lekuk mata yang berfungsi
mengangkat kelopak mata atas, selain itu mensarafi otot miring

15
atas mata dan otot lurus sisi mata.
4) Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital.saraf pemutar mata
yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
5) Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris), saraf ini mempunyai tiga
buah cabang. Fungsinya saraf kembar tiga, saraf ini merupakan
saraf otak besar, sarafnya yaitu:
a) Nervus oltamikus; sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas ,selaput lendir kelopak
mata,dan bola mata.
b) Nervus maksilaris; sifatnya sensoris mensarafi gigi-gigi
atas,bibir atas, palatum, batang hidung,rongga hidung, dan
sinus maksilaris.
c) Nervus mandibularis; sifatnya majemuk(sensori dan motoris).
Mensarafi otot-otot pengunyah.serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal, dan dagu.
6) Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital. Fungsinya sebagai
saraf penggoyang sisi mata.
7) Nervus fasialis
Sifatnya majemuk(sensori dan motoris), serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga
mulut. Di dalamn saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya sebagai
mimic wajah dan menghantarkan rasa pengecap.

8) Nervus auditoris
Sifatny sensoris, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan
dari pendengaran dan dari telinga ke otak. Fungsanya sebagai saraf
pendengar.
9) Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris),mensarafi faring,tonsil,
dan lidah. Saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.

16
10) Nervus vagus
Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris), mengandung serabut-
serabut saraf motorik, sensorik, dan parasimpatis faring, laring,
paru-paru, esophagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen dan lain-lain. Fungsinya sebagai saraf
perasa.
11) Nervus asesorius
Sifatnya motoris dan mensarafi muskulus sternokleidomsatoid dan
muskulus trapezius. Fungsinya sebagai saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus
Sifatnya motoris dan mensarafi otot-otot lidah. Fungsinya sebagai
saraf lidah. Saraf ini terdapat didalam sumsum penyambung.
(Syarifuddin, 2003)
6. Komplikasi

a. Hipoksia serebral

Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah

adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen

yang dikirimkan ke jaringan.

b. Penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera

Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah

jantung, dan itegritas pembuluh darah serebral. Hidrasi

adekuat(cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas

darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi atau

hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada

aliran darah serebral dan potensi luasnya area cedera.

c. Embolisme serebral

Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard.

Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya

menurunkan aliran darah serebral.Disritmia dapat mengakibatkan


17
curah jantung tidak konsisten dan penghentikan thrombus lokal.

Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus

diperbaiki. (Suddarth, 2001)

7. Pemeriksaan diagnostik

a. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari

sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler

b. CT scan

Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,

adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara

pasti

c. Lumbal pungsi
Tekanan yang menngkat dan di sertai bercak darah pada cairan

lumbal menunjukan adanya hemoragi pada subaraknoid atau

perdarahan pada intrakranial

d. MRI (Magnetic Imaging Resonance)

Menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil

pemeriksaan biasanya di dapatkan area yang mengalami lesi dan

infark akibat dari hemoragik

e. USG Doppler

Mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

arteri karotis)

f. EEG

Melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark

sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak


18
g. Sinar tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang

berlawanan dari masa yang meluas, kalsifikasi karotis interna

terdapat pada trombosis serebral, kalsifikasi parsial dinding

aneurisma pada perdarahan subaraknoid. (Batticaca, 2008)

8. Penatalaksanaan medis

a. Penatalaksanaan umum

1) Pada fase akut

a) Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen, penggunaan

ventilator

b) Monitor peningkatan tekanan intrakranial

c) Monitor fungsi pernapasan : analisa gas darah

d) Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG

e) Evaluasi status cairan dan elektrolit

f) Kntrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan,

dan cegah resiko injuri

g) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi

lambung dan pemberian makanan

h) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan

antikoagulan

i) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran,

keadaan pupil, fungsi sensorik dan motorik, nervus

kranial, dan refleks

2) Fase rehabilitasi

a) Pertahankan nutrisi yang adekuat

19
b) Program management bladder dan bowel

c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dengan rentang

gerak sendi (ROM)

d) Pertahankan integritas kulit

e) Pertahankan komunikasi yang efektif

f) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

g) Persiapan pasien pulang

3) Pembedahan

Di lakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3cm

atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau

pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada

hidrosefalus obstruktif akut

4) Terapi obat-obatan

Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke :

Stroke hemoragik

a) Antihipertensi : captropil, antagonis kalsium

b) Diuretik : manitol 20%, furosemide

c) Antikonvulsan : fenitolin (Tarwoto, 2007)

20
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Masalah Pasca Stroke

A. Pengkajian

Menurut Friedman, 1998

1. Identitas data

a) Usia

Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi resiko terkena stroke.

Setelah berusia 55tahun, resikonya berlipat ganda setiap kurun

waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari semua serangan stroke

terjadi pada orang yang berusia di atas 65tahun. Tetapiitu tidak

berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena

stroke dapat menyerang semua kelompok umur. (Vitahealth, 2006)

b) Jenis kelamin

Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian

menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang mninggal

karena stroke. Resiko stroke pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita,

tetapi serangan stroke pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga

tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan perkataan

lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita

terserang pada usia lebih tuasehingga kemungkinan meninggal

lebih besar. (Vitahealth, 2006)

c) Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga

Stroke terkait dengan keturunan, faktor genetik yang berperan

antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes

dan cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu

21
keluarga juga dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk

pembuluh darah mungkin merupakan faktor genetik yang paling

berpengaruh di bandingkan faktor risiko stroke yang lain.

(Vitahealth, 2006)

d) Ras dan etnik

Ada perbedaan stroke di antara kelompok ras dan etnik. Timbulnya

stroke yang menyebabkan kematian di antara orang Afro-Amerika

hampir dua kali lipat di bandingkan orang Amerika kulit putih.

Pada usia antara 45 hingga 55 tahun tingkat kematian yang di

sebabkan stroke pada orang Afro Amerika mencapai empat hingga

lima kali lipat jika dibandingkan pada orang Amerika kulit putih.

Tetapi setelah usia 65 tahun, tingkat kematian karena stroke pada

orang Amerika kulit putih meningkat dengan pesat dan menyamai

tingkat kematian pada orang Afro-Amerika. Orang Afro-Amerika

cenderung terpengaru penyakit genetik seperti diabetes dan anemia

sel sabit yang lebih memungkinkan terjadinya serangan stroke.

Orang Amerika keturunan Spanyol dan Indian mempunyai risiko

stroke dan tingkat kematian yang mirip dengan orang Amerika

kulit putih.pada orang Asia-Amerika risiko stroke dan kematian

juga mirip dengan orang Amerika kulit putih, walau orang Asia di

Jepang, Cina dan negara lain di Timur jauh memiliki risiko stroke

dan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada orang Amerika

kulit putih. (Vitahealth, 2006)

e) Hipertensi

Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan

22
pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki

faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat di bandingkan

orang yang tanpa hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien

stroke ternyata menderita hipertensi sebelum terkena stroke.

(Vitahealth, 2006)

f) Kebiasaan makan

Penelitian menunjukan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan

kolesterol seperti daging, telur, dan produksi susu

dapatmeningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh dan berpengaruh

pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar

kolesterol di bawah 200mg/dl di anggap aman sedangkan di atas

240mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada

risiko terkena penyakit jantung dan stroke. (Vitahealth, 2006)

g) Kebiasaan merokok

Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling

mudah untuk di ubah. Perokok berat menghadapi risiko lebih besar

di bandingkan dengan perokok ringan. Meroko hampir

melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor risiko

yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid

hemoragik hingga 3,5 persen. Merokok memicu produksi

fibrinogen yang lebih banyak sehingga merangsang timbulnya

aterosklerosis. (Vitahealth, 2006)

h) Pekerjaan

Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap

keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota

23
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena hipertensi.

Menurut (Effendy, 1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan

keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya

disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada

pada keluarga. (Suprajitno, 2004)

i) Aktivitas

Aktivitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan

tekanan darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau

waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga. (Friedman,

1998)

j) Pendidikan

Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam

mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula

terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan

dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.

2. Riwayat perkembangan keluarga

Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat

perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik

atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan

keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis

seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan (Friedman, 1998).

3. Data lingkungan

a. Karakteristik rumah

Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai

rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai

24
faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke fase

rehabilitasi.

b. Karakteristik lingkungan

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan

lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak

terkecuali pada hipertensi dan stroke. (Friedman, 1998)

c. Karakter tetangga dan komunitas

Lingkungan tetangga dan komunitas yang lebih luas memliki

efektifitas yang pasti terhadap kesehatan masyarakat.

Pembentukan suatu sikap dan kebiasaan tidak sedikit

dipengaruhi adanya karakteristik-karakteristik dari masing-

masing komunitas disuatu tempat tertentu sehingga kebiasaan

yang ada dalam masyarakat sedikit banyak berpengaruh

terhadap komunitas kecil didalamnya. (Friedman, 1998)

d. Mobilitas geografis keluarga

Meskipun lingkungan sosialnya lebih mengikuti selera pribadi

orang desa dan lingkungan tenang, nampaknya lingkungan

pedesaan mempunyai beberapa masalah unik dan khusus.

Komunitas pedesaan secara langsung dipengaruhi oleh sumber

ekonomi primer dari suatu daerah seperti pertanian, peternakan,

perhutanan. (Friedman, 1998)

e. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Untuk memperoleh informasi tentang bagaimana pergaulan dan

transaksi dari anggota keluarga dan kelompok komunitas

referensi mereka dengan mengkaji presepsi (perasaan dari

25
keluarga dalam hubungannya dengan pergaulan dengan

kelompok komunitas dan organisasi. (Friedman, 1998)

f. Sistem pendukung keluarga

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial

yang dipandang oleh anggota keluarga dan dukungan sosial

yang dapat diakses / diadakan untuk keluarga dukungan sosial

bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan seperti dukungan dari

suami, isteri, orang tua, saudara kandung atau dukungan sosial

dalam keluarga external. Dukungan sosial dalam keluarga inti

dalam jaringan kerja sosial keluarga. Sebuah jaringan sosial

keluarga secara sederhana adalah jaringan kerja sosial keluarga

inti itu sendiri. (Friedman, 1998)

Berbagai usaha di lakukan untuk pengobatan stroke, di

antaranya : terapi fisik/ fisioterapi, latihan bicara, latihan

mental, terapi okupasi, psiko-terapi, memberi alat bantu, ortotik

prostetik, olahraga, dll. (Lumbantobing, 2004)

4. Struktur keluarga

a. Struktrur komunikasi

Semua interaksi perawat dengan pasien adalah berdasarkan

komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu

tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk

26
bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup

ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa

kepedulian yang tinggi. (Friedman, 1998)

b. Struktur peran

Anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang

dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau

tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak

dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan

mengakibatkan ketegangan dalam keluarga. (Friedman, 1998)

c. Struktur kekuasaan

Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi

kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress

psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien

stroke.

d. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga

dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. (Friedman,

1998)

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang

menderita stroke, maka akan menimbulkan stressor tersendiri

27
bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang

dapat menambah seringnya terjadi serangan stroke karena

kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit (Friedman, 1998)

b. Fungsi sosialisasi

Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang

menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan

sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada

anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga

menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi

labil dan mudah stress.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Menuju pada kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak mal

nutrisi dengan pemberian asupan makanan yang seimbang

sehingga dengan perawatan keluarga yang maksimal mungkin

maka akan menjadikan anak sehat baik fisik, mental, sosial

maupun spiritualnya. (Effendy,1998)

Fungsi kehatan keluarga yaitu :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

yang berhubungan dengan : kurangnya pengetahuan

keluarga tentang stroke, tentang pengertiam, penyebab,

tanda gejala dan penatalaksanaan stroke.

2) Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan

serta dalam melakukan tindakan yang tepat tentang stroke

berhubungan dengan : tidak memahami tentang sifat, berat

28
dan luasnya masalah stroke, ketidakmampuan keluarga

dalam memecahkan masalah karena kurangnya

pengetahuan dan sumber daya keluarga (latar belakang

pendidikan dan penghasialan keluarga), ketidakmampuan

keluarga memilih tindakan di antaranya beberapa alternatif

perawatan dan pengobatan terhadap stroke

3) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang sakit berhubungan dengan tidak mengetahui

keadaan stroke, misal : sifat stroke, penyebab stroke, dan

tanda gejala stroke

4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara dan

memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi

stroke berhubungan dengan : kurang pengetahuan akan

manfaat dan keuntungan dan pemeliharaan lingkungan

rumah, kurangnya sumber daya keluarga, misal : keuangan,

keadaan fisik rumah, yang kurang memenuhi syarat,

ketidaktahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan

5) Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada untuk pengobatan stroke berhubungan

dengan : tidak tahu bahwa fasilitas itu ada

(rumahsakit,tempat pengobatan tradisional cina, fisioterapi)

tidak memahami tentang keuntungan dalam memanfaatkan

fasilitas kesehatan yang ada, tidak da fasilitas kesehatan

yang di perlukan di sekitar tempat tinggal.

6. Koping keluarga

29
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping

keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga

yang berkepanjangan.

7. Masalah keperawatan keluarga yang muncul

a. Perubahan perfusi jaringan cerebral (Doengoes, 2000)

b. Kerusakan mobilitas fisik ( Doengoes, 2000)

c. Komunikasi, kerusakan verbal dan tertulis (Doengoes, 2000)

d. Defisit perawatan diri ( Carpenito, 2006)

e. Resiko kerusakan integritas kulit ( Carpenito, 2006)

f. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi ( Carpenito, 2006)

g. Risiko cidera atau trauma (Doengoes, 2000)

8. Fokus intervensi

a. Perubahan perfusi jaringan serebral

1) Respon kognitif
a) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang sebab

peningkatan TIK dan akibatnya

b) Berikan penjelasan tentang tanda gejala terjadinya

gangguan perfusi serebral

2) Respon afektif

a) Motivasi keluarga untuk mengurangi rangsangan ekstra

dan berikan rasa nyaman seperti masae punggung,

lingkungan yang tenang, dan suasana atau permbicaraan

yang tidak gaduh

b) Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku pada pagi

hari

c) Anjurkan klien untuk mengeluarkan napas apabila


30
bergerak atau berbalik di tempat tidur

d) Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan

berlebihan

3) Respon psikomotor

a) Anjurkan keluarga untuk membaringkan klien (bed

rest) total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

b) Anjurkan keluarga untuk memonitor keadaan umum

klien

c) Berikan terapi sesuai instruksi dokter, seperti steroid,

aminofel, antibiotik, dll

b. Kerusakan mobilitas fisik

1) Respon kognitif

a) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang tanda

gejala dari kerusakan mobilitas fisik

b) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang perawatan

anggota keluarga yang menderita stroke

2) Respon afektif

a) Anjurkan keluarga untuk mengubah posisi klien setiap

2 jam

b) Anjurkan keluarga untuk membantu anggota keluarga

yang sakit dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari

c) Motivasi keluarga untuk selalu mengajarkan latihan

gerak ROM pasif kepada anggota keluarga sakit rutin

setiap hari

3) Respon psikomotor

31
a) Ajarkan kepada keluarga untuk melakukan gerakan

ROM pasif secara teratur setiap hari

b) Anjurkan keluarga untuk membawa ke fisioterapi dan

pengobatan tradisional , seperti akupuntur, terapi pijat

dll

c) Anjurkan keluarga untuk melakukan latihan di tempat

tidur. Lakukan latihan sebanyak 5 kali kemudian di

tingkatkan perlahan sebanyak 20 kali setiap latihan

c. Komunikasi, kerusakan verbal, tertulis

1) Respon kognitif

a) Mengkaji tipe disfungsi, misalnya klien mengerti

tentang kata-kata atau masalah berbicara atau tidak

mengerti bahasa sendiri

b) Berikan penyuluhan kepada keluarga untuk memilih

metode komunikasi alternatif, misalnya menulis di

kertas, menggambar, dan mendemonstrasikan secara

visual gerakan tangan

2) Respon afektif

a) Anjurkan keluarga untuk berkomunikasi dengan klien

b) Ucapkan langsung kepada klien untuk berbicara pelan

dan tenang, gunakan pertanyaan dengan jawaban ‘ya’

atau ‘tidak’ dan perhatikan respon klien

c) Motivasi keluarga untuk membantu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga yang sakit

d) Perhatikan percakapan klien dan hindari berbicara

32
secara sepihak

3) Respon psikomotor

a) Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan nada normal

dan hindari ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu

klien untuk berespon

b) Anjurkan keluarga untuk konsul ke ahli terapi bicara

d. Defisit perawatan
diri

1) Respon kognitif

a) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang defisit

perawatan diri pada anggota keluarga yang sakit

b) Kaji kemampuan dan tingkat penurunan klien dalam

skala 0-4 untuk melakukan ADL

c) Anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas

2) Respon afektif

a) Motivasi keluarga untuk menyadarkan tingkah laku/

sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan.

Pertahankan dukungan pola pikir ijinkan klien

melakukan tugas, beri umpan balik, positif untuk

usahanya

b) Motivasi keluarga untuk menghindari apa yang tidak

dapat di lakukan klien dan bantu bila perlu

c) Anjurkan keluarga untuk memberi kesempatan klien

menolong diri seperti menggunakan kombinasi pisau

garpu, sikat dengan pegangan panjang, ekstensi untuk

berpijak pada lantai atau ke toilet, kursi untuk mandi


33
3) Respon psikomotor

a) Anjurkan keluarga untuk melakukan oral hygiene

b) Ajarkan kepada keluarga dalam membantu klien mandi,

mengganti dan berpakaian, menyisir rambut, dll

c) Rencanakan tindakan untuk defisit penglihatan seperti

tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat,

dekatkan tempat tidur ke dinding

d) Konsul ke dokter terapi okupasi

e. Resiko kerusakan integritas kulit

1) Respon kognitif

a) Berikan penjelasan tentang resiko kerusakan integritas

kulit

2) Respon afektif

a) Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan kulit dan

seminimal mungkin trauma dan panas terhadap kulit

b) Motivasi keluarga untuk menggunakan bantal air atau

pengganjal yang lunak di bawah di daerah yang

menonjol

3) Respon psikomotor

a) Anjurkan keluarga untuk mengubah posisi anggota

keluarga yang sakit setiap 2 jam sekali

b) Anjurkan keluarga untuk melatih ROM pasif pada

anggota keluarga yang sakit setiap hari secara rutin

c) Anjurkan keluarga melakukan masase pada daerah

yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada

34
waktu berubah posisi

35
f. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

1) Respon kognitif

a) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang

pentingnya nutrisi dan pemberian makanan

b) Berikan penjelasan kepada keluarga untuk memusatkan

pada makanan yang padat ketimbang cairan karena

cairan secara umum kurang di toleransi dengan baik

c) Kaji kebiasaan makan klien

2) Respon afektif

a) Anjurkan keluarga untuk memposisikan klien duduk

tegak di kursi dengan leher sedikit fleksi

b) Anjurkan keluarga untuk menghindari mulut yang

terlalu penuh, karena hal tersebut dapat menurunkan

keefektifan menelan

c) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan padat

dan cairan secara terpisah

d) Ajarkan kepada keluarga untuk memodifikasi penyajian

makanan dalam porsi sedikit tapi sering

3) Respon psikomotor

a) Ajarkan kepada keluarga untuk memberi makan dengan

lambat, pastikan gigitan sebelumnya telah di telan

b) Konsulkan pada ahli patologi wicara

36
c) Anjurkan keluarga untuk mengamati saat klien

menelan dan priksa pengosongan mulut

d) Kolaborasi dengan tim gzi dan dokter untuk

penentuan kalori. Diet melindungi dengan

penyebab stroke seperti hipertensi, DM, dan

penyakit lainnya

g. Risiko cidera atau trauma

1) Respon kognitif

a) Berikan penyuluhan tentang resiko cidera atau

trauma yang mungkin terjadi

2) Respon afektif

a) Anjurkan keluarga untuk menggunakan cahaya

yang cukup

b) Motivasi keluarga untuk melakukan

kewaspadaan keamanan untuk klien

c) Anjurkan periode istirahat pada klien saat berjalan

d) Anjurkan klien untuk meminta bantuan selama

malam hari

3) Respon psikomotor

a) Anjurkan keluarga untuk menggunakan

tempat tidur pada klien yang rendah, dngan

pagar tempat tidur terpasang.

37

Anda mungkin juga menyukai