Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HEPATITIS A

MAKALAH

Oleh:
KELOMPOK IV (Empat)

1. Aldila Nurhilali Patty NPM : 1420119006


2. Sri Astari Rumodar NPM : 1420119160
3. Eca Astika Masiri NPM : 1420119116
4. Ramla Rumalean NPM : 1420119109
5. Ika Tamnge NPM : 1420119030
6. Kevin Nikijuluw NPM : 1420119138
7. Frisland Louhanapessy NPM : 1420119132
8. William pulu NPM : 1420119167

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam memahami makalah ini.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Kairatu 02 November 2021

Penulis

Kelompok IV

DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1...............................................................................................................Latar Belakang
1.2..........................................................................................................Rumusan Masalah
1.3...........................................................................................................Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum.........................................................................................................
1.3.2. Tujuan Khusus........................................................................................................
1.4........................................................................................................ Manfaat Penulisan
1.4.1. Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga.........................................................................
1.4.2. Manfaat Bagi Perawat dan Instansi rumah sakit.....................................................
1.4.3. Manfaat Bagi Instansi Pendidikan .........................................................................
BAB II : TINJAUAN TEORI ............................................................................................
2.1. Definisi.........................................................................................................................
2.2. Anatomi Fisiologi........................................................................................................
2.3. Etiologi ........................................................................................................................
2.4. Manifestasi Klinis........................................................................................................
2.5. Patofisiologi.................................................................................................................
2.6. Komplikasi...................................................................................................................
2.7. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................
2.8. Penatalaksanaan..........................................................................................................
2.9. Discharge Planning......................................................................................................
BAB III : KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN : HEPATITIS A................................
3.1. Pengkajian Keperawatan..............................................................................................
3.2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................
3.3. Intervensi Keperawatan...............................................................................................
BAB IV : PENUTUP..........................................................................................................
4.1. Kesimpulan .................................................................................................................
4.2. Saran............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi hepar Sumber: www. Gambar anatomi hepar.com

Gambar 2.2.Gambar skematik virus hepatitis A . Dikutip dari kepustakaan

Gambar 2.3. Patogenesis hepatitis A. Dikutip dari kepustakaan

Gambar 2.4. Pathway (WOC Hepatitis )

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus, toksin, atau kimia
(termasuk obat). Ada beberapa tipe hepatitis seperti akut, kronis, fulminant, dan
alkoholik. Hepatitis karena virus dapat menyebabkan peradangan pada hepar dengan
gejala klinik berupa penyakit kuning yang akut disertai malaise, mual dan muntah, serta
dapat pula disertai peningkatan suhu badan (Black & Hawks, 2014; Sanityoso, 2006;
Warouw, 2007).
Berdasarkan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemenkes RI tahun 2015 penyakit
hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia, yang
terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E, sering muncul sebagai kejadian
luar biasa, ditularkan secara fekal oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku hidup
bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C
dan D (jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan menimbulkan
cirrhosis dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar
orang di dunia, sekitar 240 juta orang diantaranya menjadi pengidap Hepatitis B kronik,
sedangkan untuk penderita Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang.
Terdapat 1,2 % penduduk di Indonesia mengidap penyakit hepatitis dan kondisi ini
meningkat 2 kali lipat dibandingkan tahun 2007 yaitu sekitar 0,6 %.
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada
sel- sel hati yang menghasilakan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Sampai saat ini telah teridentifikasi lima tipe hepatitis virus yang pasti: hepatitis A,
B, C, D, E. Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa ( jalur fekal – oral )
sedangkan hepatitis B, C, dan D memilki banyak karateristik yang sama. Hepatitis
kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi dengan virus-
virus lainnya, seperti :

 Cytomegalovirus
 Virus Epstein-Barr
 Virus Herpes simplex
 Virus Varicella-zoster

Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan


mempunyai penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama,
pada hepatitis virus akut bisa berakhir dengan kematian.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja konsep penyakit dari hepatitis A?
2. Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Hepatitis A?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui masalah tentang hepatitis A dan asuhan keperawatan
pada klien dengan hepatitis A
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus “ Hepatitis A“ ini disusun supaya:
1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian, etiologi, klasifikasi,
manisfestasi klinis,patofisiologi, pemeriksaan penunjang,penatalaksanaan,
serta proses keperawatan.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan
hepatitis A
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pendidikan kesehatan yang diperlukan
pada pasien yang dirawat dengan keluhan hepatitis A
4. Agar makalah ini dapat menjadi bahan ajar bagi mahasiswa lainnya tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan hepatitis A
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Teoritis
Mampu menjadi referensi dalam memberikan Asuhan Keperawata pada pasien dengan
Luka Bakar sesuai dengan standar Keperawatan Profesional yang Komprehensif.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Dapat mengaplikasikan atau dapat meningkat pengetahuan tentang penyakit hepatitis baik
di Rumah atau di Rumah Sakit.
b. Bagi Perawat dan Instansi Rumah Sakit
Bagaimana cara Perawat melaksanakan Asuhan Keperawatan secara komprehensif sesuai
dengan SOP
c. Bagi Instansi Pendidikan
Untuk menambah pengetahuan bagi civitas Akademika bagaimana penerapan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan hepatitis A

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Definisi
Hepatitis adalah peradangan hati yang bisa berkembang menjadi fibrosis (jaringan
parut), sirosis atau kanker hati. Hepatitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti
infeksi virus, zat beracun (misalnya alkohol, obat-obatan tertentu), dan penyakit
autoimun (Kemenkes, 2017).
Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Hepatitis A adalah hepatitis
yang disebabkan oleh infeksi Hepatitis A Virus. Infeksi virus hepatitis A dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi, diantaranya adalah hepatitis fulminant,
autoimun hepatitis, kolestatik hepatitis, hepatitis relaps, dan sindroma pasca hepatitis
(sindroma kelelahan kronik). Hepatitis A tidak pernah menyebabkan penyakit hati
kronik. (yuliana Elin.,2009)
Hepatitis A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal – oral. Virus
ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang
ditunjukan oleh virus hepatitis darah. Pada anak,penyakit ini sering tidak dikenali atau
tampak dengan keluhan tidak parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan
dapat berupa kelemahan sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit
ini baisanya berlangung 1 sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan
di rumah sakit dan pada saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada
orang lain. Karena dapat ditularkan dengan makanan dan air yang terkontaminasi,
hepatitis A dapat menjadi potensi epidemic di Negara dengan penanganan yang
buruk. Petugas penyiapan makanan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan
penyakit pada orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik. Tes
antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang menunjukan infeksi akut atau
yang baru terjadi.atau IgG yang menunjukan infeksi yang sudah sembuh. (yuliana
Elin.,2009).
2.2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi hati. Hati adalah
salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian teratas dalam
rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara luas dilindungi
oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang
deawa normal, hati dibagi menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus
kiri 3/10 hati, sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus
hati terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu
sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu
disebut lobulus (Pearce, 2006).

Gambar 2.1 Anatomi hepar Sumber: www. Gambar anatomi hepar.com

Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena porta. Arteri
hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati, darah ini mempunyai
kejenuhan 95–100% masuk ke hati akan akhirnya keluar sebagai vena hepatica.
Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis dan vena mensentrika superior
menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini
membawa zat makanan kehati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus.
Cabang vena porta arteri hepatica dan saluran membentuk saluran porta (Syaifuddin,
2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan jaringan
elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam parenchym hepar
mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari hepar seperti
spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun di dalam lempengan-lempengan atau plate
dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara
lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang
mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari
vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam sinusoid
setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam
intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar dari saluran
empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006).
b. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena porta yang
menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting dalam fisiologis hati,
mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus gastrointestinal. Bagian lain
suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat arteri hepatika dan banyak
mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk dari vena linealis dan vena
mesenterika superior, mengantarkan 4/5 darahnya kehati darah ini mempunyai
kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limpa
dan usus. Darah ini membawa kepada hati zat makanan yang telah di absorbs oleh
mukosa usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava
inferior. Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati,
dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu
vena hepatika dan saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya kedalam
venulel yang berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan
dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang
merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena
kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah
masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar (FKUI,
2006).
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga sangat
penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap metabolik tubuh.
Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai berikut:
1) Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah. Aliran darah melalui hati
sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena porta kesinosoid hati tiap menit, dan
tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan
total rata-rata 1450 ml/menit.
2) Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar system
metabolisme tubuh. Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme
karbohidat, mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa,
gluconeogenesis membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil
perantara metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.

3) Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang mengalir
melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4) Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5) Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6) Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral (termasuk
zat besi).
7) Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8) Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9) Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
memetabolisme alkohol.
10) Membantu menghambat infeksi

2.3. Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Wening Sari (2008) meliputi:
1) Obat-obatan, bahan kimia, dan racun. Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga
sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
2) Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3) Infeksi virus.

Gambar 2.2.Gambar skematik virus hepatitis A . Dikutip dari kepustakaan


Hepatitis A, yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa, disebabkan oleh virus
RNA dari family enterovirus. Masa inkubasi virus Hepatitis A diperkirakan
berkisar dari 1 hingga 7 minggu dengan rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit
dapat berlangsung lama, dari 4 minggu hingga 8 minggu. Virus Hepatitis A hanya
terdapat dalam waktu singkat di dalam serum, pada saat timbul ikterik
kemungkinan pasien sudah tidak infeksius lagi (Smeltzer, 2001).
Hepatitis A merupakan penyakit hati serius yang disebabkan oleh virus Hepatitis
A (HAV). HAV ditemukan di tiap tubuh manusia pengidap Hepatitis A.
Terkadang penyakit ini menular melalui kontak personal. Terkadang pula melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi HAV (Sari, 2016)

2.4. Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala awal infeksi virus Hepatitis A sangat bervariasi dan bersifat tidak
spesifik. Demam, kelelahan, anoreksia (tidak nafsu makan) dan gangguan pencernaan
(mual, muntah, kembung) dapat ditemukan pada awal penyakit.
Dalam waktu 1 minggu, beberapa penderita dapat mengalami gejala kuning disertai
gatal (ikterus), buang air kecil berwarna seperti teh, dan tinja berwarna pucat. Infeksi
pada anak berusia di bawah 5 tahun umumnya tidak memberikan gejala yang jelas
dan hanya 10% yang akan memberikan gejala ikterus. Pada anak yang lebih tua dan
dewasa, gejala yang muncul biasanya lebih berat dan ikterus terjadi pada lebih dari
70% penderita. Masa inkubasi 15-50 hari, rata-rata 28-30 hari ( Kemenkes, 2012).
Menurut Wicaksono (2014) gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase
inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen
(penyembuhan).
1) Fase Inkubasi
Fase Inkubasi merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau
ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar
dosis inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi
dapat berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.
2) Fase Prodromal (Pra-Ikterik)
Pada fase ini akan timbul keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Tandanya berupa malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala
saluran napas atas dan anoreksia.
3) Fase Ikterus
Fase Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan dengan
munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah timbul
ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata.
4) Fase Konvalesen (Penyembuhan)
Fase penyembuhan diawali dengan proses menghilangnya ikterus dan keluhan
lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan
sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan
membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium
lengkap terjadi dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin
lebih sulit ditangani, hanya <1% yang menjadi fulminant.
2.5. Patofisiologi
VHA memiliki masa inkubasi ± 4 minggu. Replikasi virus dominasi terjadi pada
hepatosit, meski VHA juga ditemukan pada empedu, feses, dan darah. Anti gen VHA
dapat ditemukan pada feses pada 1-2 minggu sebelum dan 1 minggu setelah awitan
penyakit (Arif A., 2014).
Fase akut penyakit ditandai dengan peningkatan kadar aminotransferase serum,
ditemukan antibodi terhadap VAH (IgM anti-VAH), dan munculnya gejala klinis
(jaundice). Selama fase akut, hepatosit yang terinfeksi umumnya hanya mengalami
perubahan morfologi yang minimal, hanya <1% yang menjadi fulminant. Kadar IgM
anti-VAH umumnya bertahan kurang dari 6 bulan, yang kemudian digantikan oleh
IgG anti-VAH yang akan bertahan seumur hidup. Infeksi VHA akan sembuh secara
spontan, dan tidak pernah menjadi kronis atau karier (Arif A., 2014).

Gambar 2.3. Patogenesis hepatitis A. Dikutip dari kepustakaan

PATHWAY (WOC)
2.6. Komplikasi
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1) Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
2) Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3) Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

2.7. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan biokimia dari fungsi
liver (pemeriksaan laboratorium dari: bilirubin urin dan urobilinogen, total dan direct
bilirubin serum, alanine transaminase (ALT) dan aspartate transaminase (AST),
alkaline phosphatase (ALP), prothrombin time (PT), total protein, serum albumin,
IgG, IgA, IgM, dan hitung sel darah lengkap). Apabila tes lab tidak memungkinkan,
epidemiologic evidence dapat membantu untuk menegakan diagnosis. (Nanda, jilid 2.
2016)
1) Bilirubin direk
2) Bilirubin indirek
3) Bilirubin serum total
4) Protein serum total
5) Kolestrol serum
6) Masa protombin

2.8. Penatalaksanaan
1) Medis
Penatalaksanaan medis untuk pasien hepatitis A yang tergolong akut yaitu dengan
melakukan Transplantasi Hati
2) Keperawatan
Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suportif, yang terdiri
dari bed rest sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi kalori, penghentian dari
pengobatan yang beresiko hepatotoxic, dan pembatasan dari konsumsi alkohol
Penderita dengan gejala menunjukan hepatitis A di anjurkan untuk tidak banyak
beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk
mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul. Dapat diberikan pengobatan
simptomatik seperti antipiretik dan anlgesik serta vitamin untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual
dan muntah. (Nanda,jilid 2. 2016).

2.9. Discharge Planning


1) Vaksinasi
2) Biasakan konsumsi makanan yang bersih, aman dan lihat dulu jika memilih
tempat makan
3) Biasakan cuci tangan sebelum makan dan setelah makan atau beraktivitas karena
mencuci tangan dapat menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
infeksi
4) Buanglah sampah pada tempatnya dan sediakan tempat sampah yang efektif
5) Banyak minum air putih
6) Olah raga secara teratur dan cukup istirahat
7) Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam memilih makanan
8) Bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah
terjadinya hepatitis
9) Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,HBV. Dan HCV. Sebelum
diterima menjadi pendonor (Nanda, jilid 2. 2016)

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
HEPATITIS A
3.1. Pengkajian (yuliana Elin.,2009).

1) Data Dasar

a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
keluhan tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal
linu dan sakit kepala
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA).
Rasa pegal linu dan sakit kepala . Dan akhirnya di larikan ke rumah sakit,
kemudian diberikan tindakan keperawatan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.

2) Pengkajian fisik
a. Aktifitas
Kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Sirkulasi
Hipertermi , Bradikardi, ikterik pada sclera kulit, dan membran mukosa.
c. Eliminasi
urine gelap dan diare feses warna tanah liat.
d. Makanan dan cairan
Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedem dan
ansietas.
e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
f. Nyeri atau kenyamana Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit
kepala dan gatal.

3) Pemeriksaan dianostik pada pasien hepatitis yang perlu dikaji menurut Doengoes
(2002):
a. Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan hepatitis
virus dari non virus.
b. SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu sebelum
ikterik kemudian tampak menurun.
c. Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan masa
hidup SDM (gangguan fungsi hati).
d. Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.
e. Alkali fostatase: Agak meningkat.
f. Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.
g. Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
h. Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.
i. HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).
j. Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.Masa protrombin:
Mungkin memanjang (disfungsi hati).
k. Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml, prognosis
buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
l. Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
m. Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
n. Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim

4) Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1 Ds : Hipertermia invasi agent dalam
Pasien mengeluh sering demam, sirkulasi darah
rasa pegal linu dan sakit kepala sekunder terhadap
Do: inflamasi hepar
a. Anti-HAV IgM: Positif
pada tipe A.
b. Gula darah: Hiperglikemia
transien/hipoglikemia
(gangguan fungsi hati).
c. Feses: Warna tanah liat, dan
diare feses warna tanah liat.
d. TTV:
TD: 130/80
S : 38,50C
RR: 23X/Menit
N: 70x.menit
2 Ds : Ketidakseimbangan Gangguan absorbs,
Pasien mengeluh tidak nafsu makan nutrisi kurang dari dan metabolisme
, malaise kebutuhan tubuh pencernaan makanan,
Do: Anoreksia, berat badan kegagalan masukan
menurun, mual dan muntah, untuk memenuhi
peningkatan oedem dan ansietas. kebutuhan metabolic
a. Anti-HAV IgM: Positif karena anoreksia,
pada tipe A. mual, dan muntah.
b. Gula darah: Hiperglikemia
transien/hipoglikemia
(gangguan fungsi hati).
c. BB: menurun
Ds: Nyeri akut Pembengkakan hepar
Pasien mengeluh nyeri pada untuk mengalami
abdomen kuadran kanan bawah inflamasi hati dan
Do: bendungan vena porta
a. Anti-HAV IgM: Positif
pada tipe A.
b. Gula darah: Hiperglikemia
transien/hipoglikemia
(gangguan fungsi hati).
c. Nyeri atau kenyamana
Kram abdomen, nyeri tekan
pada kuadran kanan, sakit
kepala

3.2. Diagnosa Keperawatan (Nanda,jilid 2. 2016)


1) Hipertermia b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Perasaan tidak nyaman di
kuadran kanan atas, gangguan absorbs, dan metabolisme pencernaan makanan,
kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolic karena anoreksia, mual,
dan muntah.
3) Nyeri akut b.d Pembengkakan hepar untuk mengalami inflamasi hati dan bendungan
vena porta.
3.3. Intervensi Keperawatan (Nanda,jilid 2. 2016)

No Dx Keperawatan Noc Nic


1. Hipertermia b.d invasi agent dalam Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor vital sign
1x24 jam di harapkan hipertermia pasien dapat 2. Monitor suhu sesering mungkin
sirkulasi darah sekunder terhadap
teratasi dengan K/H: 3. Monitor warna dan suhu kulit
inflamasi hepar. a. Suhu tubuh dalam rentang normal 4. Monitor intake dan ouput
b. Nadi dan pernapasan dalam rentang 5. Berikan pengobatan untuk mengatasi
normal penyebab demam
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak 6. Kompres pasien pada lipatan paha dan
ada pusing aksila
7. Tingkatkan sirkulasi udara
8. Selimuti pasien
9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat penurun panas dan antibiotic
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor intake dan ouput
1x24 jam di harapkan ketidakseimbangan nutrisi 2. Monitor adanya penurunan berat badan
dari kebutuhan tubuh b.d Perasaan
pasien dapat teratasi dengan K/H: 3. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, a. Adanya peningkatan berat badan sesuai kalori
dengan tujuan 4. Kaji kemampuan pasien untuk
gangguan absorbs, dan metabolisme
b. Berat badan iseal sesuai dengan tinggi badan mendapatkan nutrisi yang di butuhkan
pencernaan makanan, kegagalan c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 5. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
d. Tidak ada tanda malnutrisi intake Fe
masukan untuk memenuhi kebutuhan
e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang 6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
metabolic karena anoreksia, mual, berarti 7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian makanan kepada pasien sesuai
dan muntah.
dengan apa yang di butuhkan terutama
nutrisi dan protein

3 Nyeri akut b.d Pembengkakan hepar Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
untuk mengalami inflamasi hati dan 1x24 jam di harapkan nyeri pasien dapat teratasi komprehensif termasuk lokasi,
dengan K/H: karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
bendungan vena porta.
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu dan factor presipitasi
penyebab nyeri, mampu 2. Ajarkan pasien tentang teknik
menggunakan teknik nonfarmakologi dalam mengurangi
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
nyeri, mencari bantuan) 3. Control lingkungan yang dapat
b. Melaporkan bahwa nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
berkurang dengan menggunakan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
manajemen nyeri 4. Gunakan teknik komunikasi teraupetik
c. Mampu mengenali nyeri (skala, untuk mengetahui pengalaman nyeri
intensitas, frekuensi dan tanda 5. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri) ketidaknyamanan
d. Menyatakan rasa nyaman setelah 6. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri berkurang. nyeri
7. Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan atau tindakan nyeri tidak
berhasil.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan.

Hepatitis merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang perlu segera


ditanggulangi, mengingat prevalensi yang tinggi dan akibat yang ditimbulkan
hepatitis. Penularan hepatitis terjadi melalui kontak dengan darah / produk darah,
saliva, semen, alat-alat yang tercemar hepatitis dan inokulasi perkutan dan subkutan
secara tidak sengaja. Penularan secara parenteral dan non parenteral serta vertikal dan
horizontal dalam keluarga atau lingkungan. Resiko untuk terkena hepatitis di
masyarakat berkaitan dengan kebiasaan hidup yang meliputi aktivitas seksual, gaya
hidup bebas, serta pekerjaan yang memungkinkan kontak dengan darah dan material
penderita. Pengendalian penyakit ini lebih dimungkinkan melalui pencegahan
dibandingkan pengobatan yang masih dalam penelitian. Pencegahan dilakukan
meliputi pencegahan penularan penyakit dengan kegiatan Health Promotion dan
Spesifik Protection, maupun pencegahan penyakit dengan imunisasi aktif dan pasif.

4.2. Saran

Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti hepatitis


ini, tindakan pencegahan adalah pilihan utama kita. Setelah membaca dan mengetahui
cara penularanya, sebetulnya kita semua sudah mengerti apa yang harus kita kerjakan
supaya terhindar dari penyakit menahun ini. Karena jalur penularan terutama lewat
suntikan, maka setiap kali disuntik harus yakin bahwa jarumnya steril. Yang praktis
adalah penggunakan jarum baru atau disposibel ( sekali pakai buang). Dan yang
paling penting adalah melakukan vaksinasi, vaksin merupakan suatu zat ( antigen)
yang jika disuntikan ke dalam tubuh kita dapat merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk menghasilkan zat anti ( antibody) terhadap antigen tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa


NANDA, Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2. MediAction: Jogjakarta

Daft Chandrasoma, parakrama. 2006. Patologi Anatomi. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Buku Kedokteran

EGC.

Smeltzer, suzzane C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2 Jakarta:Buku Kedokte

Anda mungkin juga menyukai