Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Fisiologi, dengan Tema : ‘Fisiologi Sistem Imun Terhadap Anestesi”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk
saran serta masukan bahwa kritik yang membangun dari berbagai piha. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia kesehatan.
Penulis
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan anestesi adalah usaha untuk menghilangkan nyeri dengan
teknikteknik yang dipakai dalam tindakan operasi. Anestesi dapat dilakukan dengan
General Anesthesi (GA), Regional Anesthesi (RA), Local Anesthesi (LA). GA atau
anestesi umum bekerja untuk menekan aksis hipotalamus yaitu tindakan
meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat
reversible (Faridah, 2013)
Tindakan anestesi umum menggunakan teknik dan jenis obat yang berbeda
dengan tindakan anestesi regional dan anestesi lokal, hal ini yang menyebabkan
terjadinya kejadian mual muntah lebih banyak pada pasien yang menjalani operasi
dengan anestesi umum.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mengetahui Fisiologi sistem imun terhadap anestesi saat pembedahan dan
reaksi sistem imun tubuh pasca operasi.
4
BAB II
ISI
Sistem imun adalah sistem daya tahan tubuh terhadap serangan substansi
asing yang terpapar ke tubuh kita. Substansi asing tersebut bisa berasal dari luar
maupun dalam tubuh sendiri. Contoh subtansi asing yang berasal dari luar tubuh
(eksogen) misalnya bakteri, virus, parasit, jamur, debu, dan serbuk sari.
5
mengurangi pelepasan kortisol, adrenalin (epinefrin) dan hormon lain, namun
memiliki pengaruh kecil pada respon sitokin. Penelitian terbaru (kawasaki et
al.,2007) menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh bawaan, misalnya
fagositosis, ditekan oleh stres akibat pembedahan dan bahwa anestesi epidural tidak
mampu mencegah penurunan respon kekebalan tubuh ini selama operasi perut
bagian atas.
6
tubuh melawan kuman mengandung dua bagian, kekebalan bawaan (yang berperan
segera setelah mengidentifikasi patogen) dan tanggapan kekebalan yang didapat.
Respon imunitas bawaan meliputi mekanisme pertahanan seluler dan biokimia,
seperti epitel dan zat antimikroba yang dilepaskan olehnya, neutrofil, makrofag, sel
pembunuh alami (NK), protein darah, dan mediator inflamasi lain yang ada bahkan
sebelum infeksi. Respon imun didapat biasanya terjadi dua sampai tiga hari setelah
terpapar antigen dan tingkat keparahannya meningkat setelah setiap kekambuhan.
Limfosit dan produk yang disekresikannya merupakan komponen utama dari
imunitas didapat. Sel T memainkan peran penting dalam respon humoral dan seluler
melalui kontak langsung dan pelepasan sitokin . Sitokin adalah modulator utama
peradangan yang memainkan peran inflamasi dan anti-inflamasi. Sitokin
berkontribusi pada penghapusan antigen dan memainkan peran kunci dalam obat
dan respon inflamasi sistemik
Respon akibat pembedahan ini berupa lonjakan hormone stress yaitu, protein
C reaktif (SRP), kortisol, dan katekolamin, aktivasi sistem komplemen, migrasi
leukosit ketempat cedera, pelepasan sitokin (misalnya, interleukin dan tumor
nectrosis factor), dan produk seluler lainnya misalnya radikal superoksida, protease,
dan factor pertumbuhan. Respon implamasi sistemik ini adalah respon biologis
yang membantu penyembuhan, namun dapat menyebabkan komplikasi pasca
operasi pada bebrapa populasi khusus, yakni pada orang tua, neonaktus, dan pada
pasien dengan komorbit yang signifikan. Mediator inplamasi mungkin
menyebabkan keletihan dan konvalesen yang berkepanjangan pada pasien yang
sehat. Karena itu, modulasi respon imun mungkin menurunkan insiden komplikasi
pascaoperasi dan meningkatkan pemulihan.
7
umum akan menimbulkan efek yang merugikan yaitu, apabila muntah masuk ke
dalam saluran pernafasan maka dapat berakibat fatal. Dalam keadaan normal
refleks muntah dan batuk dapat mencegahnya, tetapi apabila pasien sedang
diberikan terapi obat-obat anestesi hal ini dapat mengganggu refleks pelindung
tersebut dan akibatnya pasien merasakan sesak nafas (Qudsi & Dwi dalam
Rahmayati, Irwan & Sormin,, 2017). Selain itu, efek merugikan lainyang dapat
terjadi adalah penurunan nafsu makan hingga penurunan asupan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh. Jika asupan nutrisi yang kurang kesehatan pasien juga akan
terganggu seperti tampak lemas, lesu, mudah terserang penyakit, serta penurunan
sistem imun tubuh sehingga penyembuhan luka operasi dapat terganggu. Oleh
sebab itu mual muntah ini perlu ditangani dengan baik untuk mengoptimalkan
asupan nutrisi yang dibutuhkan pasien (Choi, Kim & Chin, 2007). Efek yang
merugikan dari penggunaan anestesi umum dapat dicegah dengan pendekatan
farmakologi dan non farmakologi
Salah satu pendekatan non farmakologi sebagai alternatif terapi untuk
mengatasi mual muntah paska bedah dengan anestesi umum adalah dengan teknik
akupresur dan teknik relaksasi nafas dalam. Teknik akupresur neiguan di titik
akupresur PC6 (pericardium 6) dapat meredakan mual muntah yaitu dengan
merangsang perikardium 6 (PC6 neiguan), yang terletak rentang 3-jari di bawah
pergelangan pada lengan bagian dalam antara 2 tendon. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Farhadi, dkk (2016), stimulasi PC6 sebagai teknik relaksasi
memiliki efek yang berarti dalam mengurangi rasa mual muntah. Akupresur
merupakan terapi yang sederhana, mudah dilakukan, tidak memiliki efek samping
karena tidak melakukan tindakan invasif (Majid & Rini dalam Rahmayati, Irwan
& Sormin, 2017). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayati, Irwan
& Sormin, (2017) yang berjudul “Pengaruh Terapi Komplementer Akupresur
terhadap Mual Muntah Paska Operasi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung” dalam Jurnal Kesehatan, 8(3), 382-388 didapatkan hasil bahwa
akupresur efektif mengurangi respon mual muntah paska operasi di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Alfira (2017) dengan judul “Efek Akupresur pada titik PC6 dan ST36 untuk
8
Mencegah Post Operative Nausea and Vomiting pada Pasien Laparatomi dengan
Spinal Anastesi” dalam Thesis di Universitas Hasanuddin Makassar. juga
didapatkan hasil bahwa akupresur efektif mengurangi respon mual muntah pada
pasien paska operasi di RSUD H. Andi Sulthan Daeng Radja Bulukumba.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA
11