Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“FARMAKOLOGI PADA PASIEN DENGAN MASALAH


MUSKULOSKELETAL DAN INTEGUMEN”

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

Dosen pengampu : Ns. Dini Rudini, S.Kep., M.Kep.

DISUSUN OLEH :

Nama : Mutmainah

NIM : G1B120016

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah
memberikan taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat untuk
menyusun dan menyelesaikan makalah tentang “Farmakologi pada pasien
dengan masalah musculoskeletal dan integumen”.

Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada


mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III program studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun makalah ini baik dari segi moral dan materil.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Akhir kata, saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin. Dan
akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Terimakasih.

Jambi, 24 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1

1.3 Tujuan ........................................................................................................1

1.4 Manfaat ......................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

2.1 Obat pada sistem muskuloskeletal.............................................................3

2.2 Obat pada sistem integumen......................................................................6

BAB III PENUTUP ................................................................................................8

3.1 Kesimpulan ................................................................................................8

3.2 Saran ..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai
jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling
berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini
adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh
karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi
tersebut juga akan terganggu. Salah satunya adalah infeksi
muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan
seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang
menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa.

Terdapat banyak lesi dan erupsi kulit yang membutuhkan terapi


obat yang ringan sampai agresif. Erupsi kulit dapat timbul akibat infeksi
virus, jamurdan bakteri. Kebanyakan dari pengobatan erupsi kulit
mencakup krim topical, salep, pasta, dan lotion. Bab ini akan membahas
beberapa obat yang bekerja pada system integument, diantaranya adalah
Acne vulgaris dan Psoriasis, Dermatitis, Luka Bakar dan Preparat Luka
Bakar.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa saja farmakologi pada sistem muskuloskeletal?
2) Apa saja farmakologi pada sistem integumen?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui Apa saja farmakologi pada sistem muskuloskeletal
2) Untuk mengetahui Apa saja farmakologi pada sistem integumen

1.4 Manfaat
a. Untuk mahasiswa

1
Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang farmakologi
pada pasien dengan masalah sistem muskuloskeletal dan integument.

b. Untuk FKIK UNJA


Meningkatkan pengetahuan mahasiswa FKIK UNJA tentang
farmakologi pada pasien dengan masalah sistem muskuloskeletal dan
integument dan meningkatkan ilmu dalam mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah (KMB) maupun mata kuliah yang bersangkutan agar
lebih komprehensif.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Pada Sistem Muskuloskeletal


Sistem Muskuloskeletal penting terkait fungsi lokomotorik atau gerak
anggota badan. Terdiri atas jaringan otot, tulang dan persendian.

Kelompok obat (yang biasa digunakan) pada system musculoskeletal


misalnya:

1. Vitamin
2. Mineral
3. Anagetik & Antireumatik
4. Antinflamasi Streoroid dan Nonstreoid
5. Antibiotik
6. Antineoplastic (sitostatika)

1. Vitamin
Adalah zat organic yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
berbagai reaksi metabolism dan mempertahankan Kesehatan. Sumbernya
bisa berasal dari makanan dan obat.

Vitamin A, D, E, K

• Diabsorpsi sejalan absorpsi lemak


• Defisiensi asam empedu, icterus & enteritis mengakibatkan defisiensi
vitamin
• Berpengaruh pada permeabilitas membrane sel, bekerja sebagai
oksidator atau reduktor, koenzim
• Disimpan di hati, eksresi melalui feses

Vitamin D

• Sumber : minyak ikan, ragi, jamur & provitamin D yang disintesa


kulit oleh sinar ultraviolet sinar matahari (pagi hari) diubah menjadi
Vit D
• Fungsi :
1. Pengatur kalsium dan fosfat plasma
2. Mempertahankan fungsi neuromuscular

4
• Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang: penyakit
rachitis (pada anak atau bayi) & osteomalasia (dewasa).

2. Mineral
Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolism
berupa 7 dalam banyak dan 6 “trace elements” (Fe, Cu, Mn, I, Co, Zn). Ca
(Kalsium) dan P (Posfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang.

3. Analgesik & Antireumatik


Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi
atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran. Antipiretik
adalah zat-zat yang dapat mengurangi suhu tubuh. Antireumatik
ditujukan untuk gangguan peradangan pada jaringan lunak juga
persendian. Kelompok obat tersebut memiliki kesamaan efek terapi
dan efek samping berdasar penghambatan biosintesis prostaglandin.

Atas kerja farmakologisnya, analgetic dibagi dalam dua kelompok besar,


yaitu:
1. Analgetik Perifer (non narkotik). Terdiri dari obat-obatan yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Anagetik Narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti fraktur dan kanker.

4. Antiinflamasi
Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati
peradangan, termasuk di dalamnya menghalau nyeri dan pembengkakan.

Obat Anti Inflamasi Non streroid (OAINS)

1. Turunan asam salisilat. Contoh: aspirin, Salisilamid, Diflunisal.


2. Turunan 5-pirazolidin. Contoh: Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
3. Turunan asam N-antranilat. Contoh: asam mefenamat, Asam
Flufenamat.
4. Turunan asam arilasetat. Contoh: Natrium diklofenak, Ibuprofen,
Ketoprofen.
5. Turunan heteroarilasetat. Contoh: Indometasin
6. Turunan oksikam. Contoh: Peroksikam, Tenoksikam

5. Antineoplastik (sitostatika/kemoterapi)
Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan
penyakit. Dalam penggunaan modern, istilah ini hampir merujuk

5
secara khusus kepada obat sitostatik yang digunakan untuk melawan
atau membunuh sel kanker (antineoplastik).

2.2 Obat Pada Sistem Integumen

1. Acne vulgaris dan Psoriasis


Acne vulgaris merupakan pembentukan papula, nodul dan kista
pada muka, leher, bahu dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar
kelenjar minyak di dekat folikel rambut. Bertambahnya produksi androgen
yang terjadi selama pubertas meningkatkan produksi sebum, suatu
pelumas kulit. Sebum bergabung dengan keratin dan membentuk
sumbatan. Akne yang ringan memerlukan pembersihan yang lembut dan
pemakaian keratolitik. Benzoil peroksida dioleskan sebagai krim sekali
atau dua kali sehari. Agen ini melonggarkan permukaan epidermis bagian
luar yang bertanduk. Akne yang sedang berat membutuhkan benzoil
peroksida dalam konsentrasi yang lebih tinggi (10%) dan antibiotika
topical seperti Tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin. Psoriasis ditandai
papula dan plak eritematosa yang ditutupi sisik seperti perak yang terdapat
pada kulit kepala siku, telapak tangan, lutut dan telapak kaki. Pada
psoriasis, pertumbuhan dan pergantian epidermis adalah 5 kali lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan kulit normal. Terapi obat antipsoriosis
menggunakan preparat seperti produk tar batubara dan artralin untuk
mengendalikan psoriasis. Sisik psoriasis dapat dilonggarkan dengan
keratolitik. Obat antikanker metroteksat untuk mengurangi cepatnya
pertumbuhan sel epidermis. Sinar ultraviolet untuk menekan mitosis dan
fotokemoterapi untuk mengendalikan proliferasi.

2. Dermatitis
Dermatitis kontak, disebabkan iritasi kimia atau tumbuhan, ditandai
dengan ruam kulit yang disertai rasa gatal, pembengkakan, melenting dan
keluar cairan atau bersisik pada tempat yang terkena. Tindakan
nonfarmakologi adalah menghindari kontak langsung dengan agen
penyebab. Pengobatan dapat berupa kompres basah yang mengandung
alumunium asetat, lotion dengan antihistamin. Bila rasa gatal tidak
menghilang dapat digunakan antipruritus dypenhidramin topical. Anti
pruritus tidak boleh digunakan pada luka terbuka. Agen yang digunakan
sebagai anti pruritus adalah
a. Obat sistemik seperti siproheptadin hidroklorida
b. Larutan Kalium Permanganat atau normal salin
c. Salf, krim atau gel glukokortikoid.

6
Krim deksametazon, salep hidrokortizon, Triamsinolon
asetoid merupakan contoh obat glukokortikod topical untuk
menyembuhkan dermatitis.

3. Luka Bakar
Luka bakar akibat panas dapat menyebabkan lesi pada kulit.
Luka bakar dikelompokkan berdasar derajat dan dalamnya jaringan
luka bakar.

Luka bakar membutuhkan perhatian segera tanpa


memandang derajat dan dalamnya jaringan. Untuk luka bakar derajat
pertama dan minor, kompres basah dingin harus dikenakan pada
daerah luka bakar untuk mengkonstriksi pembuluh darah dan
mengurangi pembengkakan serta nyeri. Untuk derajat kedua –ketiga
harus dibawa ke klinik atau rumah sakit. Daerah luka bakar
dibersihkan dengan normal salin dan antiseptic. Antibakterial
spectrum luas biasanya diberikan pada daerah yang terbakar untuk
mencegah infeksi.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kelompok obat (yang biasa digunakan) pada system musculoskeletal
misalnya:

1. Vitamin
2. Mineral
3. Anagetik & Antireumatik
4. Antinflamasi Streoroid dan Nonstreoid
5. Antibiotik
6. Antineoplastic (sitostatika)

• Akne vulgaris merupakan pembentukan papula, nodul dan kista pada


muka, leher, bahu dan punggung akibat sumbatan keratin pada dasar
kelenjar minyak di dekat folikel rambut. Akne yang ringan
memerlukan pembersihan yang lembut dan pemakaian keratolitik.
Benzoil peroksida dioleskan sebagai krim sekali atau dua kali sehari.
• Psoriasis ditandai papula dan plak eritematosa yang ditutupi sisik
seperti perak yang terdapat pada kulit kepala siku, telapak tangan,
lutut dan telapak kaki. Terapi obat antipsoriosis menggunakan
preparat seperti produk tar batubara dan artralin untuk mengendalikan
psoriasis.
• Dermatitis kontak, disebabkan iritasi kimia atau tumbuhan, ditandai
dengan ruam kulit yang disertai rasa gatal, pembengkakan, melenting
dan keluar cairan atau bersisik pada tempat yang terkena. Pengobatan
dapat berupa kompres basah yang mengandung alumunium asetat,
lotion dengan antihistamin. Bila rasa gatal tidak menghilang dapat
digunakan antipruritusdypenhidramin topical.
• Luka bakar akibat panas dapat menyebabkan lesi pada kulit. Luka
bakar dikelompokkan berdasar derajat dan dalamnya jaringan luka
bakar. Daerah luka bakar dibersihkan dengan normal salin dan
antiseptic.

3.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh mahasiswa agar dapat mengetahui
farmakologi pada pasien dengan masalah musculoskeletal dan integument
setelah membaca makalah ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Siti Lestari, (2016). Farmakologi dalam keperawatan. Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai