Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembedahan atau operasi adalah segala tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

yang akan ditangani, proses ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan

yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan dilakukan

karena beberapa alasan, seperti diagnostik (biopsi, laparatomi eksplorasi),

kuratif (eksisi massa tumor, pengangkatan apendiks yang mengalami

inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multipel), rekonstruksi dan paliatif

(Ditya, 2016).

Bedah laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor,

dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen untuk

mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah. Laparotomi

dilakukan pada kasus-kasus seperti apendisitis perforasi, hernia inguinalis,

kanker colon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis

dan peritonitis. Sayatan pada bedah laparatomi menimbulkan luka yang

berukuran besar dan sangat dalam sehingga membutuhkan waktu

penyembuhan yang lama dan perawatan berkelanjutan (Permatasari, 2017).

Data WHO menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan

bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh

dunia. Diperkirakan setiap tahun terdapat 230 juta tindakan bedah yang

dilakukan di seluruh dunia (Kusumayanti, 2015).


2

Pada tahun 2006 di USA, tercatat hampir 1,4 juta pasien yang

mendapatkan prosedur laparatomi. Salah satu jenis laparatomi yang sering

dilakukan adalah seksio sesarea yang memiliki angka rata-rata sebesar 18,6%

dari seluruh kelahiran di dunia (Betrán et al., 2016). Sedangkan di negara

Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, tindakan

bedah seksio sesarea yang telah dilakukan mempunyai rasio sebesar 9,8%

(Iffat, 2018).

Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Tahun 2009 menjabarkan bahwa tindakan bedah menempati urutan ke-11 dari

50 kasus penyakit di Indonesia dengan persentase 12,8% dan diperkirakan

32% diantaranya merupakan bedah laparotomi (Kusumayanti, 2015).

Berdasarkan data 10 penyakit terbesar di Provinsi Maluku didapatkan bahwa

infeksi penyakit usus menempati urutan ke 5 dan sejak tahun 2012-2014

mengalami peningkatan prevalensi infeksi penyakit usus sebesar 45% (Profil

Kesehatan Maluku, 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Masohi

Kabupaten Maluku Tengah didapatkan bahwa prevalensi post laparatomi dari

tahun 2016 sebanyak 49 pasien (18%), tahun 2017 sebanyak 44 pasien (16%),

tahun 2018 sebanyak 74 pasien (26%), dan pada bulan Januari-Juni 2019

sebanyak 112 pasien (40%). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa

prevalensi post laparatomi mengalami fluktuatif dan puncaknya pada tahun

2019 mengalami peningkatan yang drastis.

Pasien post operasi terutama operasi bagian perut dapat menyebabkan

ileus paralitik. Kondisi ini dapat menghambat atau menghentikan kerja dari
3

usus. Sedangkan tindakan post operasi dapat juga menimbulkan rasa nyeri,

mual, dan distensi abdomen. Lamanya tinggal di rumah sakit akan

menyebabkan resiko infeksi dan mahalnya biaya perawatan (Sulistiyawati,

2018). Untuk itu dalam mengatasi dan mencegah terjadinya masalah di atas

perlu intervensi keperawatan yang bertujuan untuk mempercepat kembalinya

fungsi usus. Karena jika peristalitik usus tidak segera kembali normal dalam

waktu yang telah ditentukan maka dikhawatirkan akan terjadi komplikasi

seperti: semakin melambatnya pasien mendapatkan nutrisi secara oral,

beresiko terjadinya komplikasi pada paru- paru, dan beresiko terjadinya

infeksi nosokomial, terlambatnya proses penyembuhan luka pembedahan

(Sulistiyawati, 2018).

Dalam masa pemulihan, peristaltik usus pasien post laparatomi belum

aktif kembali secara normal. Karena keadaan tersebut, pasien dianjurkan

untuk tidak makan dan minum terlebih dahulu selama beberapa waktu hingga

aktifasi usus kembali seperti semula. Hal tersebut sering dikeluhkan oleh

pasien post operasi. Selain itu operasi pada organ abdomen tidak terkecuali

appendiktomi dapat menyebabkan ileus paralitik. Kondisi ini dapat

menghambat atau menghentikan kerja dari usus, menimbulkan rasa nyeri,

mual, distensi abdomen, serta semakin lama pasien harus dirawat di rumah

sakit. Lamanya pasien tinggal di Rumah sakit akan menyebabkan tingginya

resiko infeksi dan mahalnya biaya perawatan. Oleh karena itu, diperlukan

tindakan yang dapat mempercepat kembalinya peristaltik usus pasien. Salah

satu intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan mengunyah permen karet,

(Sulistiyawati, 2018).
4

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Michael Harris seorang

Profesor bedah Mountsinai Shcool of Medicine, menemukan bahwa tindakan

mengunyah permen karet dapat mempercepat pulihnya fungsi normal usus

post operasi dan mempersingkat waktu tinggal di rumah sakit dengan cara

yang mudah dan murah. Sedangkan menurut penelitian Basaran & Piktin

(2009), mengunyah permen karet adalah suatu treatment yang dipercaya

dapat menstimulasi usus halus untuk bekerja normal kembali pasca

pembedahan. Mengunyah permen karet adalah suatu proses seperti makan,

dimana ada massa di dalam mulut, ada proses mengunyah. Dengan adanya

mekanisme Vagal Cholinergic (Parasimpatis) menstimulasi saluran

pencernaan, hal ini sama dengan proses makan secara oral, namun secara

teori, proses ini lebih jarang menimbulkan respon muntah pada pasien dan

mencegah terjadinya aspirasi (Sulistiyawati, 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di RSUD Masohi dengan salah satu

perawat yang bertugas di ruang bedah pada tanggal 25 Juni 2019, perawat

tersebut mengatakan bahwa, pasien post laparatomi sering mengalami

penurunan peristaltik usus dan ditandai dengan lamanya flatus yang

dikarenakan oleh efek anestesi post laparatomi. Untuk itu, dalam mengatasi

dan mencegah terjadinya masalah di atas perlu intervensi keperawatan yang

bertujuan untuk mempercepat kembalinya fungsi usus. Karena jika peristalitik

usus tidak segera kembali normal dalam waktu yang telah ditentukan maka

dikhawatirkan akan terjadi komplikasi seperti: semakin melambatnya pasien

mendapatkan nutrisi secara oral, beresiko terjadinya komplikasi pada paru-

paru, beresiko terjadinya infeksi nosokomial, dan terlambatnya proses


5

penyembuhan luka pembedahan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Dr. Michael Harris seorang Profesor bedah Mountsinai Shcool of Medicine

dan beberapa penelitian lainnya menjabarkan tentang efektifitas atau

pengaruh pengunyahan permen karet terhadap peningkatan peristaltik usus.

Berdasarkan data di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Mengunyah Permen Karet Xylitol Terhadap Gerakan

Peristaltik Usus Pada Pasien Post Laparatomi di RSUD Masohi

Kabupaten Msaluku Tengah Tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran peristaltik usus sebelum dilakukan intervensi pada

kelompok intervensi pasien post laparatomi di RSUD Masohi Kabupaten

Maluku Tengah Tahun 2019?

2. Bagaimana gambaran peristaltik usus setelah dilakukan intervensi pada

kelompok intervensi pasien post Laparatomi di RSUD Masohi Kabupaten

Maluku Tengah Tahun 2019?

3. Bagaimana gambaran peristaltik usus pre dan post Laparatomi pada

kelompok kontrol di RSUD Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun

2019?

4. Adakah pengaruh mengunyah permen karet terhadap gerakan peristaltik

usus pada pasien post Laparatomi di RSUD Masohi Kabupaten Maluku

Tengah Tahun 2019?


6

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mengunyah

permen karet terhadap gerakan peristaltik usus pada pasien post

Laparatomi di RSUD Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi peristaltik usus sebelum dilakukan intervensi

pada kelompok intervensi pasien post laparatomi di RSUD Masohi

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2019.

2. Mengidentifikasi peristaltik usus setelah dilakukan intervensi pada

kelompok intervensi pasien post Laparatomi di RSUD Masohi

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2019.

3. Mengidentifikasi peristaltik usus pre dan post Laparatomi pada

kelompok kontrol di RSUD Masohi Kabupaten Maluku Tengah

Tahun 2019.

4. Menganalisis Pengaruh mengunyah permen karet terhadap gerakan

peristaltik usus pada pasien post Laparatomi di RSUD Masohi

Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Semoga penelitian ini dapat dijadikan indikator agar dapat

meningkatakan pelayanan kesehatan.


7

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi Pasien

Memberikan pengetahuan dan informasi kepada pasien tentang

manfaat menggunyah permen karet terhadap pergerakan usus saat

post laparatomi.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi serta

pengembangan SOP di RSUD untuk mengatasi masalah ileus

paralitik pada pasien post laparatomi.

3. Bagi institusi pendidikan

Menjadikan tambahan referensi untuk penelitian lanjutan dan

menjadikan tambahan terapi komplementer.

Anda mungkin juga menyukai