Disusun oleh :
SEMARANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan
yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Susetyowati et al., 2012).
Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi, laparotomi
eksplorasi), kuratif (eksisi massa tumor,pengangkatan apendiks yang mengalami
inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiplek), rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer &
Bare, 2002).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kasus kesehatan yang
memerlukan pembedahan adalah masalah kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2018).
Jumlah pasien dengan tindakan pembedahan dari tahun ke tahun jumlah pasien operasi
mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 terdapat 148 juta jiwa pasien diseluruh Rumah
Sakit di dunia yang mengalami tindakan operasi. Di Indonesia sebanyak 1,2 juta jiwa
pasien yang dioperasi (Rizki et al., 2019). Terkait tindakan bedah,diperkirakan lebih dari
100 juta pasien di dunia menerima pelayanan bedah dimana setengahnya dapat
mengalami kematian atau kecacatan akibat kejadian tidak diinginkan yang bisa dicegah
(Kementerian Kesehatan RI, 2015) (Rizkasary Dara, Khaira Nuswatul 2022)
Bedah digestif merupakan salah satu cara pembedahan (operasi) yang
terkonsentrasi pada organ-organ pencernaan yang terlibat dalam sistem pencernaan
(Sukardja, 2002). Bedah digestif adalah pembedahan dinding abdomen, saluran
pencernaan (gastrointestinal) dan organ aksesori yang melibatkan banyak sistem tubuh.
Organ yang tercakup dalam pembedahan dinding abdomen dan saluran pencernaan
adalah organ aksesori misalnya limfa, pankreas, hati, kandung empedu dan ductus serta
struktur penunjang di abdomen ((Arief 2020) Smeltzer, 2008).
Tindakan pembedahan yang dilakukan mengakibatkan timbulnya luka pada
bagian tubuh pasien sehingga menimbulkan rasa nyeri. Nyeri dapat memperpanjang masa
penyembuhan karena akan mengganggu kembalinya aktivitas pasien dan menjadi salah
satu alasan pasien untuk tidak ingin bergerak atau melakukan mobilisasi dini. Pasien
pasca operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin untuk
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan menurunkan insiden komplikasi pasca operasi.
Hampir semua pasien post operasi belum berani melakukan mobilisasi dini 6-10
jam setelah sadar, dengan alasan ketakutan akan robeknya jahitan dan rasa sakit yang
sangat dirasakan hal ini dapat menyebabkan kesembuhan luka dan kepulangan pasien
bertambah lama. Seharusnya pada 6 jam pertama pasien harus tirah baring dahulu, namun
pasien dapat melakukan mobilisasi dini dengan menggerakkan lengan atau tangan,
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis, serta menekuk
dan menggeser kaki. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan
ke kanan untuk mencegah trombosis dan tromboemboli. Setelah 24 jam pasien dianjurkan
untuk dapat belajar duduk. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan untuk belajar berjalan.
Beberapa tujuan dari mobilisasi antara lain: mempertahankan fungsi tubuh,
memperlancar peredaran darah, membantu pernafasan menjadi lebih baik,
mempertahankan tonus otot, memperlancar eliminasi urin, mengembalikan aktivitas
tertentu sehingga pasien dapat kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan gerak
harian (Ditya, Zahari, and Afriwardi 2016).
Dengan melihat sekian banyak pasien yang mengalami operasi dan tentunya
membutuhkan perawatan yang intensif untuk menyembuhkan luka operasinya, untuk
itulah perlu adanya suatu proses penyembuhan lukanya. Sehingga periode perawatan
serta biaya pengobatan bisa dijangkau oleh pasien, maka dari itu dilakukan intervensi
mobilisasi dini yaitu upaya untuk mempercepat penyembuhan dari suatu cedera atau
penyakit tertentu yang telah merubah cara hidup yang normal.
B. Tujuan
Mengaplikasikan Program Pelaksanaan Mobilisasi Dini Pasien Pasca Bedah
Digestif Apendiktomi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
BAB II
ABSTRAK ARTIKEL
PEMBAHASAN
A. Judul penelitian
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PASIEN PASCA BEDAH DIGESTIF
APENDIKTOMI DI RUMAH SAKIT dr. H. MOCH. ANSARI SALEH
BANJARMASIN TAHUN 2016
B. Penulis
Firman Arief
C. Sumber (link url/doi, jurnal penerbit, halaman jurnal)
BORNEO NURSING JOURNAL (BNJ) https://akperyarsismd.e-journal.id/ BNJ Vol. 2
No. 1 Tahun 2020
D. Tanggal publikasi : -
E. Tujuan dan masalah penelitian
Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
mobilisasi dini pasien pasca bedah digestif di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh
banjarmasin
Masalah penelitian : -
PENUTUP
A. Simpulan
1. Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka Proses penyembuhan pasien pasca tindakan
pembedahan dapat berjalan dengan baik dan tidak memakan waktu yang lama, diantaranya
Mobilisasi dini, protap untuk selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat
tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan, mobilisasi dini dapat mempercepat
waktu penyembuhan luka pasca operasi, dengan mobilisasi dapat meningkatkan
vaskularisasi sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke jaringan menjadi lebih optimal.
2. Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dengan menggunakan tabel ANOVA
dengan uji F, menunjukan nilai signifikansi 0,048 < 0,05. Sehingga hasil interaksi antara
tingkat pendidikan, tingkat stress dan nyeri berpengaruh nyata atau berhubungan dengan
tingkat mobilisasi pasien
3. Ditingkat pendidikan dari hasil penetian didadapatkan hampir 52,9% melakukan mobilisasi
tinggi dan 29,4% mobilisasi sangat tinggi dan ini merupakan salah satu faktor yang
mendukung peningkatan pengetahuan yang berkaitan dengan daya serap informasi, dimana
orang yang memiliki pendidikan tinggi diasumsikan lebih mudah menyerap informasi.
Kemungkinan pendidikan kesehatan yang diterima oleh pasien sebelum dilakukannya
pembedahan merupakan informasi dapat diserap dengan baik oleh pasien karena tingkat
pendidikan pasien yang tinggi, sehingga pasien mampu memahami pelaksanaan mobilisasi
dini pasca bedah digestif harus dilakukan. Berdasarkan uraian yang ada bahwa tingkat
pendidikan pasien akan berpengaruh pada kemampuan pasien dalam penyerapan informasi
tentang pentingnya mobilisasi dini pasca bedah digestif, merawat diri dan mengambil
keputusan bagi kepentingan pasien sendiri. Pendidikan akan berpengaruh pada aspek
kehidupan pasien baik pikiran, perasaan, maupun sikap.
B. Saran
1. Bagi rumah sakit
Perlunya rumah sakit mengeluarkan standar operasional prosedur (SOP) yang jelas tentang
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh perawat kepada pasien pasca bedah digestif agar
mobilisasi dini pasca bedah digestif dapat dilaksanakan dengan baik oleh pasien
2. Bagi keilmuwan
Penelitian ini dapat memperkaya evidance base standar operasional prosedur (SOP) yang
jelas tentang langkah-langkah yang harus dilakukan kepada pasien pasca bedah digestif
DAFTAR PUSTAKA
Ditya, Wira, Asril Zahari, and Afriwardi Afriwardi. 2016. “Hubungan Mobilisasi Dini Dengan
Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien Pasca Laparatomi Di Bangsal Bedah Pria Dan
Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.” Jurnal Kesehatan Andalas 5 (3): 724–29.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.608.