Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

Training of Trainer (TOT) DENGAN JUDUL PEMULASARAAN


JENAZAH

Disusun Oleh:

1. Ati’ Puput Safitri (20902100019)


2. Elma Safitri (20902100045)
3. Erna Nur Safitri (20902100049)
4. Ika Febriana (20902100068)
5. Intan Septiana Putri (20902100080)
6. Nandita Sasabella (20902100110)
7. Putri Aura R. (20902100125)
8. Siti Rohmatun (20902100150)
9. Solikul Hadi (20902100153)
10. Susanti Duwi R (20902100154)
11. Ugik Rusmantoro (20902100163)
12. Widya (20902100174)
13. Zulvi Ubaedah N.A (20902100184)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2022/2023

1
A. Topik
Training of Trainer dengan tema pemulasaraan jenazah di Aula Rumah Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang
Sesi 1 : Demonstrasi SOP pemulasaraan jenazah
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk mensosialisasikan peran dalam
penyelenggaraan pemulasaraan jenazah. Harapannya pelatihan ini dapat
memaksimalkan peran nilai-nilai humanis dan religius kemaslahatan untuk
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Karyawan mendapatkan Pelatihan baik teori mapun Praktek dari Pelatihan
Pemulasaraan Jenazah sehingga dapat memperkaya pengetahuan dan
pemahaman para penerima manfaat khususnya berkenaan dengan
pemulasaraan jenazah
b. Memahami SOP untuk pemularasaan jenazah
c. Karyawan mampu memahami dan mempraktikan Pemulasaraan Jenazah dan
dapat digunakan di rumah pelayanan kesehatan jika diperlukan.
C. Landasan Teori
Penyelanggaraan jenazah yang biasa dilakukan dalam masyarakat memang
berbeda-beda tradisinya. Namun hal-hal yang bersifat sunah tentu tidak ada
perbedaan. Pandangan inilah yang mendasari perlunya dilakukan upaya pelatihan.
Zainimal (2010) secara khusus Nabi memberi-kan tuntunan dalam perawatan jenazah
ini yang meliputi memandikan jenazah, mengkafani, menshalatkan, sampai
menguburkannya. Dalam hal ini Nabi tidak memberikan aturan yang rinci, hanya
ketentuan umum saja yang memper-mudah kita umat Islam untuk
mengembangkannya sendiri di tengah masyarakat yang memiliki budaya yang
berbeda-beda. Namun secara khusus Nabi juga memberikan rambu- rambu mana yang
harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Di samping petunjuk Nabi
Saw, tata cara penyelenggaraan jenazah juga harus mengikuti petunjuk dokter,
terutama tata cara memandikan mayat yang terkena penyakit menular agar tidak
menimbulkan bahaya menular bagi yang memandikannya. Seperti menggunakan
sarung tangan, baju, dan mengacu pada protap (protokol tetap) tata cara memandikan
jenazah penderita penyakit menular. Ini dimaksudkan demi kemaslahatan diri maupun
1
orang lain. “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri dalam kebinasaan”
(alBaqarah [2]:195). Begitu pula sabda Nabi SAW: “janganlah mendatangkan bahaya
bagi diri sendiri dan kepada orang lain”. (H.R. Ibnu Majah). Adapun kaifiyat
pemulasaraan jenazah adalah Ketika meninggal, dalam Islam dituliskan aturan, syarat,
serta cara dalam mengurus jenazah. Termasuk di dalamnya bagaimana mengurus
Jenazah muslimah mulai dari memandikan, menyolati, hingga menguburkan. Untuk
urusan memandikan jenazah muslimah, maka wajib diserahkan kepada sesama
muslimah. Tidak diperbolehkan seorang laki-laki baik saudara, suami, maupun anak
untuk turut serta. Adapun syarat bagi yang ingin memandikan jenazah adalah muslim,
berakal, mumayiz, terpercaya, amanah, dan paham atas hukum-hukum memandikan
jenazah. Hukum memandikan jenazah ini fardhu kifayah. Berdasarkan hadis dari
Abdullah bin Abbas, "Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama Nabi
SAW. Tiba-tiba ia terjatuh dari hewan tunggangannya lalu meninggal. Maka Nabi
bersabda: 'mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua
lapis kain, jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah'." Dikisahkan pula oleh
Ummu Athiyyah dalam HR Bukhari, "Salah seorang putri Nabi SAW meninggal
(yaitu Zainab). Maka beliau keluar dan bersabda: 'mandikanlah ia tiga kali, atau lima
kali atau lebih dari itu jika kalian menganggap itu perlu. Dengan air dan daun bidara.
Dan jadikanlah siraman akhirnya adalah air yang dicampur kapur barus, atau sedikit
kapur barus. Jika kalian sudah selesai, maka biarkanlah aku masuk.
Ketika kami telah menyelesaikannya, maka kami beritahukan kepada beliau.
Kemudian diberikan kepada kami kain penutup badannya, dan kami menguncir
rambutnya menjadi tiga kunciran, lalu kami arahkan ke belakangnya." Beberapa
proses atau tahapan memandikan jenazah yaitu pertama jenazah ditempatkan di
tempat pemandian yang tertutup dari pandangan manusia lainnya. Kedua di dalam
pemandian tidak boleh ada orang selain yang akan memandikan jenazah atau
membantu proses pemandian. Selanjutnya meletakkan kain penutup diatas aurat
jenazah dari pusar sampai kedua lutut jika mayat laki-laki dan dari dada sampai kedua
lutut jika jenazahnya perempuan. Langkah selanjutnya adalah melepaskan seluruh
baju dan membungkukkan jenazah dengan mengangkat kepalanya hampir dalam
keadaan duduk. Hal ini dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa kotoran di bagian
belakang. Membersihkan kemaluan jenazah dengan kain lalu mewudhukan jenazah.
Setelahnya membersihkan badan dengan sarung tangan yang lain. Jenazah kemudian
2
disiram dengan buih air sidr (daun sidr). Dalam memandikan jenazah dimulai dari
kanan depan, lalu kanan belakang, kiri depan lalu kiri belakang yang dilakukan
sebanyak tiga kali. Selanjutnya menyirami seluruh tubuh jenazah dengan
menggunakan air dari kapur barus. Mengeringkan jenazah dilakukan dengan
menggunakan handuk. Bagi jenazah laki-laki rambutnya harus disisir, sementara bagi
jenazah muslimah dikepang tiga kali. Terakhir bagi yang memandikan jenazah dan
berwudhu bagi yang membawa jenazah disunnahkan mandi setelahnya. Setelah
dimandikan, jenazah wajib dikafani. Bagi jenazah wanita, dianjurkan menggunakan
lima helai kain berwarna putih. Mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh
tubuhnya dengan bagus. Dalam HR Muslim Nabi bersabda, "Apabila salah seorang
diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah memperbagus kafannya."
Jumhur ulama berpendapat disunahkan bagi jenazah muslimah menggunakan lima
helai kain kafan. Namun, hadis tentang hal ini lemah. Maka dalam hal ini perkaranya
longgar, boleh hanya dengan tiga helai, namun lima helai juga lebih utama. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata dalam Asy Syarhul Mumti, "Dalam hal
ini telah ada hadits marfu' (kafan seorang wanita adalah lima helai kain). Akan tetapi,
di dalamnya ada seorang rawi yang majhul (tidak dikenal). Oleh karena itu, sebagian
ulama berkata: “Seorang wanita dikafani seperti seorang lelaki. Yaitu tiga helai kain,
satu kain diikatkan di atas yang lain." Perihal menyolati jenazah, hukumnya fardhu
kifayah. Bagi yang menjalankan, maka akan menjadi amalan yang besar baginya.
Imam Bukhori dari Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda, "Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sehingga dia menshalatkannya
maka baginya satu qirath dan barangsiapa yang menyaksikannya sehingga
menguburkannya maka baginya dua qirath. Lalu Rasulullah ditanya, 'Seberapakah dua
qirath itu?', beliau saw menjawab, 'Seperti dua buah gunung yang besar'." Posisi
berdiri iman adalah di tengah-tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan dan di
kepala jenazah apabila jenazahnya adalah laki-laki. Disyariatkan untuk menshalati
jenazah di kuburan jika jenazahnya tertinggal dan terlanjur dikubur.
Tidak ada larangan bagi wanita untuk ikut melaksanakan shalat jenazah. Ummu
Athiyah dalam HR Muslim berkata, "Kami pernah dilarang untuk mengiringi jenazah
namun kami tidaklah ditekankan (di dalampelarangan itu)." Dalam HR Muslim
lainnya disebutkan zaman dahulu terdapat kisah mengenai wanita yang melakukan
shalat jenazah. "Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash meninggal dunia, istri-istri Nabi SAW
meminta agar jenazahnya di bawa ke masjid agar mereka dapat menshalatkannya,
3
kemudian hal itu mereka lakukan." Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya,
"Apakah seorang wanita dibolehkan berkumpul di salah satu rumah wanita, dan
mereka shalat jenazah kepada mayat di rumah itu?" Beliau menjawab, "Ya, tidak
mengapa seorang wanita melakukan shalat jenazah. Baik dia shalat di Masjid bersama
orang-orang Atau dia shalat (jenazah) di rumah jenazah. Karena para wanita tidak
dilarang menshalati jenazah."
D. Penerima Pelayanan
1. Kriteria
a. Peserta yang sehat fisik
b. Peserta adalah mahasiswa dan karyawan di rumah pelayanan sosial lanjut
usia pucang gading
c. Peserta yang mengetahui maupun belum mengetahui SOP pemulasaraan
jenazah
2. Proses Seleksi
Berdasarkan informasi dan diskusi dengan petugas rumah pelayanan sosial lanjut
usia pucang gading
E. Pengorganisasian
1. Waktu
a. Hari/ tanggal : Kamis, 19 Mei 2022
b. Jam : 10.00-Selesai WIB
c. Acara :
1) Pembukaan
2) Narasumber perkenalan pada peserta
3) Pelaksanaan TOT
4) Penutup
d. Tempat : Aula Rumpelsos Pucang Gading
e. Peserta : Karyawan dan Mahasiswa
2. Tim Terapis
a. Leader
Tugas Leader:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya pelatihan
3) Memimpin diskusi.
4) Kontrak waktu
4
a) Menyimpulkan hasil kegiatan
b) Menutup acara
b. Fasilitator
Tugas fasilitator
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalm ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalm lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisispasi masalah.
c. Observer
Tugas observer
1) Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
2) Mendampingi peserta TOT
3) Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
4) Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
d. Anggota
Tugas Anggota
Menjalankan dan mengikuti kegiatan demonstrasi
3. Metode dan media
a. Metode:
1) Diskusi
2) Demonstrasi SOP pemulasaraan jenazah
b. Alat:
1) Speaker
2) Microfon
3) Kain kafan
4) Alat pelindung
5) Sarung tangan karet Panjang
6) Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut
7) Masker, kacamata, waslap dan handuk.
8) Waskom berisi air dan sabun
9) Plester kedap air
5
10) Kapas
11) Pembalut
12) Sisir atau sikat
13) Pewangi.
14) Wadah barang berharga
15) Brankar jenazah
c. Setting:
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang

Pemateri

Brankar Fasilisator
Jenazah

Peserta Peserta
Peserta

OBSERVER OBSERVER
Peserta

Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta
Peserta

F. Pembagian Tugas
1. Leader : Solikul Hadi
2. Observer : Elma Safitri dan Nandita Sasabella
3. Fasilitator : Ika Febriana
4. Pantum Jenazah : Ugik Rusmantoro
5. Pemateri : Anies Kuncoro S.Ag.,MA
G. Proses pelaksanaan
Langkah kegiatan
Demonstrasi SOP pemulasaraan jenazah
6
1. Tujuan:
a. Penerima manfaat mendapatkan Pelatihan baik teori mapun Praktek dari
Pelatihan Pemulasaraan Jenazah sehingga dapat memperkaya pengetahuan
dan pemahaman para penerima manfaat khususnya berkenaan dengan
pemulasaraan jenazah
b. Memahami SOP untuk mencegah penularan penyakit
c. Penerima manfaat mampu memahami dan mempraktikan Pemulasaraan
Jenazah dan dapat digunakan di rumah pelayanan kesehatan jika diperlukan
Setting:
1. Mahasiswa Ners dan Pegawai Rumpelsos Pucang Gading duduk bersama.
2. Tempat nyaman dan tenang.
Alat:
1. Speaker
2. Microfon
3. Kain kafan
4. Alat pelindung
5. Sarung tangan karet Panjang
6. Sebaiknya memakai sepatu boot sampai lutut
7. Masker, kacamata, waslap dan handuk.
8. Waskom berisi air dan sabun
9. Plester kedap air
10. Kapas
11. Pembalut
12. Sisir atau sikat
13. Pewangi.
14. Wadah barang berharga
15. Brankar jenazah
Metode:
1. Diskusi dan Tanya jawab
2. Demonstrasi pemulasaraan jenazah
Langkah Kegiatan:
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan pemateri
b. Mengumpulkan karyawan Rumpelsos Pucang Gading
7
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari Mahasiswa Ners kepada Pemateri dan Peserta.
2) Mempersilahkan pemateri untuk perkenalkan nama dan panggilan.
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan kesiapan peserta.
c. Kontrak
1) Mahasiswa ners menjelaskan tujuan kegiatan pemulasaraan jenazah
2) Mahasiswa Ners menjelaskan lama kegiatan yang akan dilakukan
3) Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
d. Tahap kerja
1) Petugas memakai APD sesuai kebutuhan
2) Jenazah laki-laki hanya dimandikan oleh petugas laki-laki dan begitu
sebaliknya kecuali dalam dalam keadaan darurat
3) Tata cara memandikan jenazah
Adapun cara memandikan jenazah secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Menaruh mayat di tempat yang tinggi supaya memudahkan
mengalirnya air yang telah disiramkan ke tubuh mayat.
b) Melepaskan pakaian mayat lalu ditutup dengan kain agar auratnya
tidak terlihat, kecuali anak kecil.
c) Orang yang memandikan mayat hendaknya menggunakan sarung
tangan, terutama ketika menggosok aurat si mayat.
d) Mengurut perut si mayat dengan pelan untuk mengeluarkan
kotorankotoran yang ada dalam perutnya, kecuali perut perempuan
yang hamil.
e) Memulai membasuh anggota badan si mayat sebelah kanan dan
anggota tempat wudlu.
f) Membasuh seluruh tubuh si mayat dengan rata tiga kali, lima kali,
tujuh kali, atau lebih dengan bilangan ganjil. Di antaranya dicampur
dengan daun bidara atau yang sejenisnya yang dapat menghilangkan
kotoran-kotoran di badan mayat, seperti sabun,sampo, dan
sebagainya.
8
g) Menyiram mayit berulang-ulang hingga rata dan bersih dengan
jumlah ganjil. Waktu menyiram tutuplah lubang-lubang tubuh mayit
agar tidak kemasukan air.
h) Jangan lupa membersihkan rongga mulut mayit, lubang hidung,
lubang telinga, kukunya, dan sebagainya.
i) Yang terakhir, siramlah dengan larutan kapur barus atau cendana.
j) Untuk mayat perempuan setelah rambutnya diurai dan dimandikan
hendaknya dikeringkan dengan semacam handuk lalu dikelabang
menjadi tiga, satu di kiri, satu di kanan, dan satu di ubun-ubun, lalu
ketiga-tiganya dilepas ke belakang.
k) Setelah selesai dimandikan, badan mayat kemudian dikeringkan
dengan semacam handuk.
4) Tata cara mengkafan
Cara membuat kain kafan bisa bermacam-macam. Di antara cara yang
praktis adalah seperti berikut:
a) Guntinglah kain kafan menjadi beberapa bagian:
(1) Kain kafan sebanyak 3 helai sepanjang badan mayit ditambah 50
cm.
(2) Tali untuk pengikat sebanyak 8 helai: 7 helai untuk tali kain kafan
dan satu helai untuk cawat. Lebar tali 5-7 cm.
(3) Kain untuk cawat. Caranya dengan menggunting kain sepanjang
50 cm lalu dilipat menjadi tiga bagian yang sama. Salah satu
ujungnya dilipat, kira-kira 10 cm lalu digunting ujung kanan dan
kirinya untuk lubang tali cawat. Lalu masukkanlah tali cawat pada
lubang-lubang itu. Dalam cawat ini berilah kapas yang sudah
ditaburi kapur barus atau cendana sepanjang cawat
(4) Kain sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting kain
sepanjang 90/115 cm lalu melipatnya antara sudut yang satu
dengan yang lain sehingga menjadi segi tiga. Sorban ini berguna
untuk mengikat dagu mayit agar tidak terbuka.
(5) Sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125 cm atau
lebih sesuai dengan ukuran mayit.
(6) Baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150 cm atau
lebih sesuai dengan ukuran mayit. Kain itu dilipat menjadi dua
9
bagian yang sama. Lebar kain itu juga dilipat menjadi dua bagian
sehingga membentuk empat persegi panjang. Lalu guntinglah
sudut bagian tengah menjadi segi tiga. Bukalah bukalah kain itu
sehingga bagian tengah kain akan kelihatan lubang berbentuk
belah ketupat. Salah satu sisi dari lubang itu digunting lurus
sampai pada bagian tepi, sehingga akan berbentuk sehelai baju.
b) Di samping kain kafan perlu juga disiapkan kapas yang sudah
dipotong- potong untuk:
(1) Penutup wajah/muka. Kapas ini berbentuk bujur sangkar dengan
ukuran sisi kira-kira 30 cm sebanyak satu helai.
(2) Bagian cawat sepanjang kira-kira 50 cm sebanyak satu helai.
(3) Bagian penutup persendian anggota badan berbentuk bujur
sangkar dengan sisi kira-kira 15 cm sebanyak 25 helai.
(4) Penutup lubang hidung dan lubang telinga. Untuk ini buatlah
kapas berbentuk bulat sebanyak 4 buah. Di bagian atas kapas-
kapas itu ditaburi kapur barus dan cendana yang sudah
dihaluskan.
Adapun cara mengkafani mayat dengan baik dan praktis adalah
seperti berikut:
(1) Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak 7 helai, dengan
perkiraan yang akan ditali adalah:
(a) bagian atas kepala
(b) bagian bawah dagu
(c) bagian bawah tangan yang sudah disedekapkan
(d) bagian pantat
(e) bagian lutut
(f) bagian betis
(g) bagian bawah telapak kaki.
(2) Bentangkan kain kafan dengan susunan antara lapis pertama
dengan lapis lainnya tidak tertumpuk sejajar, tetapi tumpangkan
sebagian saja, sedangkan lapis ketiga bentangkan di tengah-
tengah.
(3) Taburkan pada kain kafan itu kapus barus yang sudah
dihaluskan.
10
(4) Letakkan kain surban atau kerudung yang berbentuk segitiga
dengan bagian alas di sebelah atas. Letak kerudung ini
diperkirakan di bagian kepala mayit.
(5) Bentangkan kain baju yang sudah disiapkan. Lubang yang
berbentuk belah ketupat untuk leher mayit. Bagian sisi yang
digunting dihamparkan ke atas.
(6) Bentangkan kain sarung di tengah-tengah kain kafan. Letak kain
sarung ini diperkirakan pada bagian pantat mayit.
(7) Bujurkan kain cawat di bagian tengah untuk menutup alat vital
mayit.
(8) Lalu letakkan mayit membujur di atas kain kafan dalam tempat
tertutup dan terselubung kain.
(9) Sisirlah rambut mayat tersebut ke belakang.
(10)Pasang cawat dan talikan pada bagian atas.
(11)Tutuplah lubang hidung dan lubang telinga dengan kapas yang
bulat.
(12)Sedekapkan kedua tangan mayait dengan tangan kanan di atas
tangan kirinya.
(13)Tutuplah persendian mayit dengan kapas-kapas yang telah
ditaburi kapur barus dan cendana yang dihaluskan, seperti sendi
jari kaki, mata kaki bagian dalam dan luar, lingkaran lutut kaki,
sendi jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, pangkal lengan
dan ketiak, leher, dan wajah/muka.
(14)Lipatlah kain sarung yang sudah disiapkan.
(15)Kenakan baju yang sudah disiapkan dengan cara bagian sisi
yang telah digunting diletakkan di atas dada dan tangan mayit.
(16)Ikatkan surban yang berbentuk segitiga dengan ikatan di bawah
dagu.
(17)Lipatkan kain kafan melingkar ke seluruh tubuh mayit selapis
demi selapis sambil ditarik ujung atas kepala dan ujung bawah
kaki.
(18)Kemudian talikan dengan tali-tali yang sudah disiapkan.
e. Tahap terminasi.
1) Evaluasi
11
Mahasiswa Ners menanyakan apakah ada yang perlu di tanyakan oleh
peserta mengenai prosedur pemulasaraan jenazah.
f. Evaluasi dan dokumentasi

12
DAFTAR PUSTAKA

Hardono. (2019). Pemulasaraan Jenazah Pada Laki-Laki Dan Perempuan. Wellness And
Healthy Magazine, 1(1), 29–40.
Widiastuti, A. (2019). Pelatihan Pemulasaraan Jenazah Bagi Siswa/I Mts Insan Madani Desa
Tegallega Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor. Jurnal Agama Islam, 9(2), 178–199.
https://doi.org/10.35448/jequ.v2i2.7166

13

Anda mungkin juga menyukai