DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar perbuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah fiqih ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………..…………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………….
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan
mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai
makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang
tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal
dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang
yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia
maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup
untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk
lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membawa jenazah ke kubur?
2. Bagaimana tata cara Ta’ziah (melawat)?
3. Apa hukumnya ziarah kubur?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara membawa jenazah ke kubur
2. Mengetahui tata cara Ta’ziah (melawat)
3. Mengetahui hukum ziarah kubur
BAB II
PEMBAHASAN
Dari Ibnu Mas’ud “barang siapa yang mengikut jenazah, hendaknya memikul
pada ke empat penjuru ranjang karena sesungguhnya cara yang begitu adalah
sunah Nabi”. (Riwayat Ibnu Majah)
Dari jabir, “Jenazah telah lalu di depan kami, lalu Nabi Muhammad SAW
berdiri,kami pun berdiri pula, lantas kami katakana kepada beliau bahwa
jenazah itu jenazah seorang yahudi” Beliau berkata: “Apabila kamu melihat
jenazah, hendaklah kamu berdiri” (Riwayat Bukhari)
B. Menguburkannya
Kewajiban yang ke empat terhadap mayat ialah menanamkan
(menguburkan). Hukum menanamkan mayat adalah fardhu kifayah terhadap
yang hidup. Dalam kubur sekurang-kurangnya mayat itu tidak berbau busuk
dari atas kubur dan kira-kira tidak dapat dibongkar oleh binatang buas karena
maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan mayat itu dan
menjaga kesehatan orang-orang disekitar tempat itu.
Lubang kubur itu disunatkan memakai lubang lahad kalau tanah
perkuburan itu keras. Akan tetapi, jika tanah perkuburan tidak keras, mudah
runtuh seperti tanah yang bercampur dengan pasir, maka lebih baik dibikinkan
lubang tengah.
Sesampainya mayat dikubur hendaklah kepalanya diletakkan di sisi
kaki kubur, lalu diangkat ke dalam lahad atau lubang tengah, dimiringkan ke
sebelah kanannya, dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan mayat ke dalam
kubur disunatkan membaca :
Artinya : “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah” (Riwayat Tirmidzi dan
Abu Daud)
Beberapa sunat yang bersangkutan dengan kubur
Beberapa sunat yang ada sangkut pautnya dengan kubur adalah sebagai berikut.
1. Ketika memasukkan mayat ke kubur, sunat menutup di atasnya dengan kain atau
sebagainya kalau mayat itu perempuan.
2. Kubur ditinggikan dari tanah biasa,kira-kira sejengkal supaya diketahui
3. Kubur lebih baik didatarkan daripada dimunjungkan
4. Menandai kubur dengan batu atau sebagainya di sebelah kepalanya
5. Menaruh kerikil (batu kecil-kecil) diatas kubur
6. Menaruh pelepah yang basah diatas kubur, keterangannya hadis dari Ibnu Abbas
yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengerjakan
demikian.
7. Menyiram kubur dengan air
8. Sesudah mayat dikuburkan,disunatkan bagi yang mengantarkan berhenti sebentar
untuk mendoakannya (meminta ampun dan minta supaya ia mempunyai
keteguhan dalam penjawabn-penjawabannya)
1. Menembok kubur
2. Duduk diatasnya
3. Membuat rumah diatasnya
4. Membuat tulisan tulisan diatasnya
5. Menjadikan pekuburan jadi masjid
C. Memindahkan Mayat
Hukum membawa mayat dari negeri tempat meninggalnya untuk dikuburkan
di negeri lain, setengah ulama berpendapat, hukumnya haram karena ditakuti
merusak kehormatan mayat. Setengah ulama berpendapat,tidak ada halangan
asalkan mayat itu terjaga dengan baik karena asal hukum sesuatu harus
(boleh), sedangkan disini tidak ada dalil untuk mengharamkannya.
D. Membongkar Kubur
Apabila mayat sudah dikuburkan, tidak boleh dibongkar (haram
dibongkar) karena merusakkan kehormatan mayat terkecuali kalau terjadi
beberapa hal yang berikut: mayat dikubur tidak dimandikan, tidak
dikafani,btidak disembahyangkan, tidak menghadap kiblat, atau dikuburkan di
tanah yang dirampas,dibungkus dengan kain yang dirampas dan yang
empunya minta dikembalikan, atau suatu barang yang terjatuh dalam kubur
itu. Jika terjadi salah satu dari hal-hal diatas, kubur boleh dibongkar selama
mayat belum busuk.
Membongkar kubur yang sudah lama tidak ada alangan asalkan mayat
sudah hancur, berarti sampai tulang tulangnya pun sudah hancur. Untuk
mengetahui berapa lama hancurnya, hendaklah ditanyakan kepada yang ahli
tentang itu karena keadaan setempat setempat tidak sama bergantung kepada
keadaan tanah ditempat tempat itu, kering atau basah.
E. Ta’ziah ( Melawat )
Melawat kepada ahli mayat hukumnya sunat, dalam tiga hari sesudah ia
meninggal dunia, yang lebih baik sebelum dikuburkan. Yang dimaksud dalam
perlawatan itu adalah untuk menganjurkan ahli mayat supaya sabar, jangan
berkeluh kesah, mendoakan mayat supaya mendapat ampunan dan juga
terhadap ahli mayat supaya malapetakanya berganti dengan kebaikan.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:
F. Sabar
Ahli mayat hendaklah sabar terhadap kedukaannya serta menyerahkan halnya
kepada Allah
Firman Allah SWT:
Dari Abdullah bin Ja’far: Tatkala datang kabar meninggalnya Ja’far ketika
terbunuh. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Buatkanlah olehmu
makanan untuk keluarga Ja’far karena mereka sedang menderita kesusahan
(kekalutan).” (Riwayat lima orang ahli hadis terkecuali Nasai)
H. Ziarah Kubur
Menziarahi kubur disunatkan bagi laki-laki. Bagi Perempuan, berziarah ke
kubur hukumnya makruh karena tabiat perempuan lemah hati, lekas susah,
takut mencucurkan air mata dan akan berkeluh kesah berduka cita sehingga
lupa terhadap kekuasaan Allah.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:
Dari Burraidah, Rasulullah Muhammad SAW telah berkata, “Dahulu saya
telah melarang kamu berziarah ke kubur, sekarang Muhammad telah
mendapat izin untuk berziarah ke kubur ibunya, maka ziarahlah kamu karena
sesungguhnya ziarah itu mengingatkan akhirat.” (Riwayat Muslim, Abu Daud,
dan Tirmidzi).
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:
1. Kesimpulan
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
1. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri
untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar
pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat
mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan
datang.