Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK 12

MATA KULIAH : FIQIH ISLAM

DOSEN PENGAMPU : DRA. HJ. AJENG KARTINI, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

1. Karina Mailiani 18.07.0212


2. Rini Sumarni 18.07.0213
3. Tri Rizqi Yuliani 18.07.0214
4. Muhammad Saufi Azhari 18.07.0215

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar perbuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah fiqih ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin , 6 april 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………..…………………………………….
C. Tujuan………………………………………………………….

BAB II. PEMBAHASAN

A. Membawa Jenazah ke Kubur ………..........................................


B. Menguburkannya………………….............................................
C. Memindahkan Mayat……………...............................................
D. Membongkar Kubur…...…………..............................................
E. Ta’siah (Melawat)……………...……………………………….
F. Sabar……………………………………………………………
G. Memberi Makan Ahli Mayat…………………………………...
H. Ziarah Kubur…………………………………………………...

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan
mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai
makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang
tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal
dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang
yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia
maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup
untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk
lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membawa jenazah ke kubur?
2. Bagaimana tata cara Ta’ziah (melawat)?
3. Apa hukumnya ziarah kubur?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui cara membawa jenazah ke kubur
2. Mengetahui tata cara Ta’ziah (melawat)
3. Mengetahui hukum ziarah kubur
BAB II

PEMBAHASAN

A. Membawa Jenazah ke Kubur


Sesudah mayat dimandikan, dikafani,dan disembahyangkan,lalu dibawa ke
kubur dengan memikul pada empat penjuru. Berjalan membawa jenazah
hendaknya dengan segera.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari Ibnu Mas’ud “barang siapa yang mengikut jenazah, hendaknya memikul
pada ke empat penjuru ranjang karena sesungguhnya cara yang begitu adalah
sunah Nabi”. (Riwayat Ibnu Majah)

Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Muhammad SAW berkata, “hendaklah kamu


segerakan mengangkat jenazah karena jika ia orang saleh, kamu
melekaskannya kepada kebaikan atau ia bukan orang saleh kejahatan itu lekas
terbuang dari tanggungan kamu.” (Riwayat Jama’ah)
Berjalan mengantarkan jenazah adalah suatu amal kebaikan. Caranya,
sebagian ulama berpendapat bahwa orang yang mengantarkan jenazah itu
sebaiknya berjalan dahulu dari mayat (mazhab syafi’i), sebagian ulama yang
lain berpendapat sebaiknya orang yang mengantar itu berjalan dibelakang
(terkemudian) dari mayat (mazhab Abu Hanifah)
Tidak boleh mengikuti jenazah dengan peresapan karena yang demikian
adalah suatu perbuatan jahiliyah yang dicela agama Islam.
Apabila seorang melihat jenazah, hendaklah ia berdiri meskipun mayat itu
bukan orang islam.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari jabir, “Jenazah telah lalu di depan kami, lalu Nabi Muhammad SAW
berdiri,kami pun berdiri pula, lantas kami katakana kepada beliau bahwa
jenazah itu jenazah seorang yahudi” Beliau berkata: “Apabila kamu melihat
jenazah, hendaklah kamu berdiri” (Riwayat Bukhari)

B. Menguburkannya
Kewajiban yang ke empat terhadap mayat ialah menanamkan
(menguburkan). Hukum menanamkan mayat adalah fardhu kifayah terhadap
yang hidup. Dalam kubur sekurang-kurangnya mayat itu tidak berbau busuk
dari atas kubur dan kira-kira tidak dapat dibongkar oleh binatang buas karena
maksud menguburkan mayat ialah untuk menjaga kehormatan mayat itu dan
menjaga kesehatan orang-orang disekitar tempat itu.
Lubang kubur itu disunatkan memakai lubang lahad kalau tanah
perkuburan itu keras. Akan tetapi, jika tanah perkuburan tidak keras, mudah
runtuh seperti tanah yang bercampur dengan pasir, maka lebih baik dibikinkan
lubang tengah.
Sesampainya mayat dikubur hendaklah kepalanya diletakkan di sisi
kaki kubur, lalu diangkat ke dalam lahad atau lubang tengah, dimiringkan ke
sebelah kanannya, dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan mayat ke dalam
kubur disunatkan membaca :

Artinya : “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah” (Riwayat Tirmidzi dan
Abu Daud)
Beberapa sunat yang bersangkutan dengan kubur
Beberapa sunat yang ada sangkut pautnya dengan kubur adalah sebagai berikut.
1. Ketika memasukkan mayat ke kubur, sunat menutup di atasnya dengan kain atau
sebagainya kalau mayat itu perempuan.
2. Kubur ditinggikan dari tanah biasa,kira-kira sejengkal supaya diketahui
3. Kubur lebih baik didatarkan daripada dimunjungkan
4. Menandai kubur dengan batu atau sebagainya di sebelah kepalanya
5. Menaruh kerikil (batu kecil-kecil) diatas kubur
6. Menaruh pelepah yang basah diatas kubur, keterangannya hadis dari Ibnu Abbas
yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengerjakan
demikian.
7. Menyiram kubur dengan air
8. Sesudah mayat dikuburkan,disunatkan bagi yang mengantarkan berhenti sebentar
untuk mendoakannya (meminta ampun dan minta supaya ia mempunyai
keteguhan dalam penjawabn-penjawabannya)

Larangan yang bersangkutan dengan kubur

Ada lima larangan yang bersangkutan dengan kubur,yaitu:

1. Menembok kubur
2. Duduk diatasnya
3. Membuat rumah diatasnya
4. Membuat tulisan tulisan diatasnya
5. Menjadikan pekuburan jadi masjid

Sabda Rasulullah Muhammad SAW:


Dari Jabir: “Rasulullah Muhammad SAW telah melarang menembok kubur,
duduk diatasnya, dan membuat rumah diatasnya” (Riwayat Ahmad dan
Muslim) Pada riwayat Nasai: “Rasulullah Muhammad SAW telah melarang
membuat rumah di atas kubur dan membuat tulisan diatasnya”.

C. Memindahkan Mayat
Hukum membawa mayat dari negeri tempat meninggalnya untuk dikuburkan
di negeri lain, setengah ulama berpendapat, hukumnya haram karena ditakuti
merusak kehormatan mayat. Setengah ulama berpendapat,tidak ada halangan
asalkan mayat itu terjaga dengan baik karena asal hukum sesuatu harus
(boleh), sedangkan disini tidak ada dalil untuk mengharamkannya.

D. Membongkar Kubur
Apabila mayat sudah dikuburkan, tidak boleh dibongkar (haram
dibongkar) karena merusakkan kehormatan mayat terkecuali kalau terjadi
beberapa hal yang berikut: mayat dikubur tidak dimandikan, tidak
dikafani,btidak disembahyangkan, tidak menghadap kiblat, atau dikuburkan di
tanah yang dirampas,dibungkus dengan kain yang dirampas dan yang
empunya minta dikembalikan, atau suatu barang yang terjatuh dalam kubur
itu. Jika terjadi salah satu dari hal-hal diatas, kubur boleh dibongkar selama
mayat belum busuk.
Membongkar kubur yang sudah lama tidak ada alangan asalkan mayat
sudah hancur, berarti sampai tulang tulangnya pun sudah hancur. Untuk
mengetahui berapa lama hancurnya, hendaklah ditanyakan kepada yang ahli
tentang itu karena keadaan setempat setempat tidak sama bergantung kepada
keadaan tanah ditempat tempat itu, kering atau basah.

E. Ta’ziah ( Melawat )
Melawat kepada ahli mayat hukumnya sunat, dalam tiga hari sesudah ia
meninggal dunia, yang lebih baik sebelum dikuburkan. Yang dimaksud dalam
perlawatan itu adalah untuk menganjurkan ahli mayat supaya sabar, jangan
berkeluh kesah, mendoakan mayat supaya mendapat ampunan dan juga
terhadap ahli mayat supaya malapetakanya berganti dengan kebaikan.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari Usman: Seorang anak perempuan Rasulullah Muhammad SAW telah


memanggil beliau serta memberitahukan bahwa anaknya dalam keadaan
hampir mati. Rasulullah Muhammad SAW berkata kepada utusan itu, “
Kembalilah engkau kepada-Nya dan katakana bahwa segala yang diambil dan
yang diberikan bahkan apapun jua kepunyaan Allah. Dialah yang menentukan
ajalnya, suruhlah ia sabar serta tunduk kepada perintah.” (Riwayat Bukhari
dan Muslim).

F. Sabar
Ahli mayat hendaklah sabar terhadap kedukaannya serta menyerahkan halnya
kepada Allah
Firman Allah SWT:

“Apabila orang-orang mendapat malapetaka, mereka berkata, Sesungguhnya


kita kepunyaan Allah dan Kepada-Nya kita menyerah. Merekalah yang
mendapat rahmat dari Tuhan dan merekalah yang dapat petunjuk.” (Al-
Baqarah 155-156)

G. Memberikan Makan Ahli Mayat


Kaum kerabat, tetangga, sahabat handai-taulan dari ahli mayat
hendaklah memberi makan kepada keluarga (ahli) mayat karena keadaan
mereka sedang dalam kekalutan, belum sempat mengurus makanan mereka
sendiri.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari Abdullah bin Ja’far: Tatkala datang kabar meninggalnya Ja’far ketika
terbunuh. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Buatkanlah olehmu
makanan untuk keluarga Ja’far karena mereka sedang menderita kesusahan
(kekalutan).” (Riwayat lima orang ahli hadis terkecuali Nasai)

Inilah yang disyariatkan dalam agama islam, bukan sebagaimana yang


biasa dilakukan di Indonesia. Semua tetangga, sahabat yang dekat atau yang
jauh, keluarga, teman, dan orang sekampung, semua itu datang beramai-ramai
berkumpul di rumah ahli mayat untuk makan-makan dan ahli mayat terpaksa
menyediakan makanan yang bermacam-macam biarpun sampai
menghabiskan harta peninggalan si mayat. Malahan kalau kurang, hartanya
sendiri dihabiskan pula. Orang-orang yang datang di tempat kematian itu
sepanjang hari tidak perlu berbelanja lagi, sudah cukup keperluannya
ditanggung oleh yang kematian yang bersedihan dan berduka cita kehilangan
anak atau bapak yang dicintainya, bahkan yang datang itu pun berates-ratus
pula. Selain dari perayaan di hari matinya itu, diadakan pula ramai-ramai
untuk makan-makan di hari ketiga dari hari meninggalnya, hari ketujuh,
kesepuluh, empat puluh, seratus, dan seterusnya. Kesedihan itu selalu
dibaharui (dibangkitkan) dan kerugian selalu ditambah-tambah. Semua itu
hukumnya haram, tidak diizinkan oleh agama Islam yang maha suci, lebih-
lebih kalau ahli mayat itu ada yang belum sampai umur (belum balig).
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari jarir bin Abdullah Al-Bajali: “ Berkumpul-kumpul pada ahli


mayat serta membikin makanan-makanan sesudah mayat dikuburkan, kami
anggap sebagian dari meratap.” (sama hukumnya dengan meratap, yaitu
haram) (Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah)
Memang kalau kita renungkan lebih jauh serta kita pikirkan dengan
pikiran yang sehat dan tenang tidak dipengaruhi oleh apapun juga, alangkah
sedihnya ahli mayat sesudah ia kehilangan anak, buah jantungnya, atau
kehilangan bapak penegang kemudi hidup dan penghidupannya, hartanya
dihabiskan pula. Kalau tidak diikutinya kehendak adat yang semacam itu, ia
tercela di mata kaum adat yang berpikiran tidak sehat itu.

H. Ziarah Kubur
Menziarahi kubur disunatkan bagi laki-laki. Bagi Perempuan, berziarah ke
kubur hukumnya makruh karena tabiat perempuan lemah hati, lekas susah,
takut mencucurkan air mata dan akan berkeluh kesah berduka cita sehingga
lupa terhadap kekuasaan Allah.
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:
Dari Burraidah, Rasulullah Muhammad SAW telah berkata, “Dahulu saya
telah melarang kamu berziarah ke kubur, sekarang Muhammad telah
mendapat izin untuk berziarah ke kubur ibunya, maka ziarahlah kamu karena
sesungguhnya ziarah itu mengingatkan akhirat.” (Riwayat Muslim, Abu Daud,
dan Tirmidzi).
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari Abu Hurairah: “Sesungguhnya Rasullah Muhammad SAW telah


mengutuki perempuan-perempuan yang ziarah ke kubur.” (Riwayat Ahmad,
Ibnu Madjah, dan Tirmidzi)
Orang yang menziarahi kubur disunatkan memberi salam kepada ahli kubur
dan mendoakan mereka (memitakan ampun dan memintakan keselamatan ahli
kubur).
Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Dari Sulaiman bin Buraidah dari Bapaknya: “Rasulullah Muhammad SAW


mengajari mereka, ketika mereka akan pergi ke kubur, supaya mengatakan:
mudah-mudahan selamatlah dan sejahteralah orang mukminin dan muslimin
yang disini, kami mudah-mudahan akan menyusul kamu, kami mohonkan
kepada Allah supaya kami dan kamu mendapat keselamatan. (Riwayat
Muslim dan Ahmad)
BAB III

1. Kesimpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi


makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu
perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika
telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:

1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:

1. Memperoleh pahala yang besar.


2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati
dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-
baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

1. SARAN

Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri
untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar
pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat
mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan
datang.

Anda mungkin juga menyukai