Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA

“SHOLAT JENAZAH”

KELAS XI IPS

Kelompok 5 :

Siti Salwah
Suci Ramadani
Suci Ramadona
Ilmia Nur Aziza
Ditha Gladi Syah

Guru Mata Pelajaran :


DRS. Hamidi, M. PD. l

SMA NEGERI 8 SAROLANGUN

2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun topik dari makalah ini adalah “SHOLAT JENAZAH”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada bapak mata pelajaran agama yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami dalam mengerjakan tugas ini.

Penulisan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
perlukan untuk memperbaiki penulisan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Hormat kami

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI…............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN….........................................................................1

1.1. Latar Belakang….....................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah…................................................................................1
1.3. Tujuan penulisan…..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2

2.1. pengertian sholat jenazah.........................................................................2

2.2. cara memandikan jenazah........................................................................2

2.3. cara mengkafani jenazah..........................................................................3

2.4. cara sholat jenazah...................................................................................4

BAB III PENUTUP.......................................................................................6


3.1. Kesimpulan…..........................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA…................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menshalatkan jenazah menjadi kewajiban bersama menshalatkan
jenazah setelah jenazah dalam keadaan suci atau setelah dimandikan dengan
seorang imam sebagai pemimpinnya disunnahkan dibuat tiga baris berderat ke
belakang, dengan empat kali takbir tanpa ruku dan sujud. Shalat jenazah yang
dilakukan oleh ratusan orang akan mampu memberikan syafaat bagi si mayit
sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Jika seorang muslim wafat kemudian di
shalatkan oleh lebih dari seratus muslim, maka doa yang dipanjatkan oleh
mereka akan memberikan syafa’at bagi si mayit ( HR. Muslim) (Dahlan,
2020).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sholat jenazah?
2. Bagaimana cara memandikan jenazah ?
3. Bagaimana cara mengkafani jenazah ?
4. Bagaimana cara sholat jenazah ?

1.3. Tujuan
1. Siswa mampu mengetahui apa yang dimaksud dengan sholat jenazah
2. Siswa mampu mengetahui cara memandikan jenazah
3. Siswa mampu mengetahui cara mengkafani jenazah
4. Siswa mampu mengetahui sholat jenazah

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sholat Jenazah


Salah satu ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah
perawatan terhadap jenazah, termasuk menyolatkan jenazah. Tetapi pada
kenyatannya kebanyakan orang melakukannya karena kebiasaan atau dengan
melihat pendahulu mereka tanpa sepenuhnya memahami dalil dan petunjuknya.
Jenazah harus dimandikan sebelum disholatkan dan dikuburkan (Putra &
Hasbiyah, 2020; Siregar, 2019).
Menshalatkan jenazah menjadi kewajiban bersama menshalatkan
jenazah setelah jenazah dalam keadaan suci atau setelah dimandikan dengan
seorang imam sebagai pemimpinnya disunnahkan dibuat tiga baris berderat ke
belakang, dengan empat kali takbir tanpa ruku dan sujud. Shalat jenazah yang
dilakukan oleh ratusan orang akan mampu memberikan syafaat bagi si mayit
sebagaimana Nabi SAW bersabda: “Jika seorang muslim wafat kemudian di
shalatkan oleh lebih dari seratus muslim, maka doa yang dipanjatkan oleh
mereka akan memberikan syafa’at bagi si mayit ( HR. Muslim) (Dahlan, 2020).
Ulama telah sepakat bahwa hukum shalat jenazah adalah fardhu
kifayah. Rasul SAW menganjurkan kepada umat Beliau untuk menshalatkan
jenazah kaum muslimin yang meninggal dunia, hal itu karena mayat akan
mendapatkan syafaat dari orang muslim yang mensholatkannya selama
keduanya tidak melakukan kesyirikan kepada Allah Swt.
Hal inimenunjukkan betapa pentingnya shalat jenazah terhadap si
mayat sehingga Rasul Saw. selalu menyempatkan diri untuk shalat jenazah
meskipun jenazah tersebut telah dikebumikan sekalipun. Dalam melaksanakan
shalat jenazah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain seperti
orang yang berhak mengimami shalat jenazah dan shalat jenazah atas pelaku
maksiat dalam hal ini terfokus pada jenazah pelaku zina dan koruptor.
Dalam salah satu hadis disebutkan bahwa orang yang berhak
mengimami jenazah adalah keluarga si mayat. hal ini berdasarkan riwayat dari

2
an-Nasai dari Abu Mas’ud yang melarang seseorang mengimami orang lain
dalam wilayah kekuasaannya. Di sisi lain, juga tedapat adanya riwayat yang
meyebutkan bahwa yang berhak mengimami jenazah adalah wali / pemimpin.
Hal ini sebagaimna yang dilakukan oleh Hasan r.a (cucu Nabi SAW)
menyuruh Sa’id bin al’Ash yang merupakan gubernur Madinah saat itu untuk
mengimami shalat jenazah atas jenazah saudaranya Husain r.a. Kedua riwayat
ini sepertinya bertentangan satu sama lain. Terlepas dari permasalahan di atas,
fenomena yang terjadi hari ini ketika hendak mengimami shalat jenazah adalah
selalu mendahulukan keluarga mayat tanpa memperhatikan kefasihan
membaca al-Quran.
2.2. Cara Memandikan Jenazah
Nurdin (2016) mengungkapkan bahwa cara memandikan Jenazah
diawali dengan cara jenazah didudukan secara lemah lembut dengan posisi
miring kebelakang. Orang yang memandikan meletakan tangan kanan di bahu
dengan ibu jarinya pada lekukan tengkuk, dan lututnya menahan punggung
jenazah, lalu perut jenazah diurut dengan tangan kiri untuk mengeluarkan
kotoran yang ada.
Kemudian jenazah ditelentangkan dan kemaluannya dibersihkan
dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca. Setelah perca diganti, gigi dan
lubang hidungnya dibersihkan juga. Dan jangan lupa bahwa disunnahkan
mendahulukan yang kanan dari yang kiri didalam memandikan jenazah mulai
dari rambut sampai kaki.
Disunnahkan juga menyirami tubuh mayat sebanyak bilangan ganjil:
3,5,7 atau 9. Menyirami dengan air sabun dengan menggosoknya secara
perlahan dan merata. Jika dirasa sudah bersih lalu disiram dengan air yang
bersih dengan bilangan ganjil juga, lalu disiram dengan air kapur barus atau
minyak wangi.
Sabda Rasulullah Saw: Dari Ibnu Abbas, Ia berkata, tatkala laki-laki
jatuh dari kendaraannya lalu ia meninggal, sabda Rasulullah, Mandikanlah dia
dengan air serta daun bidara (sejenis sabun).”HR Bukhari Dan muslim para
ulama sepakat bahwa jenazah laki-laki sebaiknya dimandikan oleh laki-laki

3
dan jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, dan istri boleh
memandikan suaminya.
Menurut Jumhur ulama si suami juga boleh memandikan istrinya.
Menurut riwayat dari Aisyah, Abu Bakar berwasiat kepda Asma‟ bin “Umaisy
agar memandikannya bila ia meninggal dunia. Dalam hal ini ada
pendapat yang mengatakan bahwa istri seseorang lebih berhak memandikan
jenazahnya dari pada kerabatnya sendiri, karena istri boleh melihat bagia-
bagian tubuh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain.
Dari kelompok keluarga sendiri yang paling berhak untuk memandikan
jenazah seoarang laki-laki adalah ayahnya, kakeknya, dan para‘ashobahnya
secara berurutan, yaitu anak, cucu, anak saudara, paman dan lain-lain, kalau ia
mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya, Kalau tidak, berpindahlah
hak itu kepada keluarga yang jauh yang berpengetahuan dan dapat dipercaya.
Apabila di tempat jenazah laki-laki hanya ada perempuan yang bukan muhrim,
atau pada jenazah perempuan hanya ada laki-laki, maka jenazah itu tidak
dimandikan, cukup
ditayamumkan saja (Nurdin, 2016).
2.3. Cara Mengkafankan Jenazah
Mengkafankan atau membungkus dengan kain putih merupakan fardhu
kifayah. Kewajiban mengkafankan dan segala penyelenggaran jenazah, diambil
dari harta peninggalan mayat. Apabila jenazah tidak meninggalkan apa-apa
atau harta khusus untuk keperluan ini maka yang wajib membiayai adalah
orang yang memikul, yang memberi nafkah ketika masih hidup.
Jika yang tersebut di atas juga tidak ada, maka dari harta Baitul Mal
umat Islam, atau ditanggung oleh kaum muslimin yang mampu untuk
mengurusi. Adapun kain kafan untuk jenazah laki-laki terdiri dari 3 (tiga)
lembar kain putih. Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari 5 (lima)
lembar yaitu: kain panjang, baju kurung, kerudung kepala, kain panjang untuk
basahan, penutup pingggang hingga kaki. Kain panjang untuk penutup pinggul
dan paha, kain kafan untuk anak-anak terdiri dari 1 (satu) lembar kain putih
atau 3 (tiga) lembar kain putih. Utamanya kain kafan: kain putih, bersih, suci,
sederhana, kuat (Dahlan, 2020).

4
2.4. Cara Sholat Jenazah
Cara shalat jenazah sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits Nabi
SAW adalah sebagai berikut. Dari Abi Umamah bin Sahl bahwa seorang
shahabat Nabi SAW mengabarkannya bahwa aturan sunnah dalam shalat
jenazah itu adalah imam bertakbir kemudian membaca Al-Fatihah sesudah
takbir yang pertama secara sirr di dalam hatinya. Kemudian bershalawat
kepada Nabi SAW, menyampaikan doa khusus kepada mayyit dan kemudian
membaca salam (HR. Al-Baihaqi).
1) Niat
Kecuali Al-Hanafiyah, semua mazhab sepakat mengatakan bahwa niat
adalah rukun shalat Jenazah. Sedangkan Al-Hanafiyah sendiri mengatakan
bahwa niat dalam shakat jenazah merupakan syarat bukan rukun. Jumhur
ulama mengatakan shalat Jenazah sebagaimana shalat dan ibadah lainnya
tidak dianggap sah kalau tidak diniatkan. Dan niatnya adalah untuk
melakukan ibadah keapada Allah SWT. Niat itu adanya di dalam hati dan
intinya adalah tekad serta menyengaja di dalam hati bahwa kita akan
melakukan shalat tertentu saat ini.
2) Berdiri Bila Mampu
Shalat jenazah tidak sah bila dilakukan sambil duduk atau di atas kendaraan
(hewan tunggangan) selama seseorang mampu untuk berdiri dan tidak ada
uzurnya.
3) Takbir 4 kali
Aturan ini didapat dari hadits Jabir yang menceritakan bagaimana bentuk
shalat Nabi ketika menyalatkan jenazah Dari Jabir ra bahwa Rasulullah
SAW menyolatkan jenazah Raja Najasyi (shalat ghaib) dan beliau takbir 4
kali. (HR. Bukhari : 1245, Muslim 952 dan Ahmad 3:355). Najasyi
dikabarkan masuk Islam setelah sebelumnya seorang pemeluk nasrani yang
taat. Namun begitu mendengar berita kerasulan Muhammad SAW, beliau
akhirnya menyatakan diri masuk Islam.

5
4) Membaca Surat Al-Fatihah
Bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu membacanya pada shalat jenazah
dan berkata,"Ketahuilah bahwa itu adalah sunnah". (HR. Bukhari). Dalam
riwayat Al-Baihaqi, membaca surat AlFatihah ini setelah takbir yang
pertama dan tanpa didahului dengan doa iftitah. Namun pendapat yang
mukatamad dalam mazhab Asy-Syafi'i tidak mempermasalahkan apakah
Al-Fatihah ini dibaca setelah takbir pertama, kedua, ketiga atau keempat.
5) Membaca Shalawat kepada Rasulullah SAW
Shalawat yang dimaksud adalah shalawat ibrahimiyah, yaitu yang di
dalamnya ada shalawat dan keberkahan buat Nabi Ibrahim juga. Shalawat
ini dibaca setelah takbir yang kedua. Pendapat yang muktamad dalam
mazhab Asysyafi'iyah tidak diharuskan membaca shalawat kepada
keluarga Nabi Muhammad SAW. Mazhab Al-Hanabilah mengatakan
bahwa shalawat ini sama dengan shalawat yang dibaca di dalam lafadz
tasyahhud.
6) Doa Untuk Jenazah
Dalilnya adalah sabda Rasulullah SAW bila kalian menyalati jenazah,
maka murnikanlah doa untuknya. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW antara lain:
“Allohummaghfirlahu warhamhu wa'aafihi wa'fu 'anhu,”.
Artinya: Ya Allah, ampunilah dia, sayangi, afiatkan dan maafkan
kesalahannya. Muliakan tempat turunnya, luaskan tempat masuknya,
sucikan dia dari kesalahankesalahannya, sebagaimana baju putih yang
disucikan dari kotoran. Mandikan dia dengan air, es dan embun. Ya Allah,
jadikanlah kuburnya taman di antara tamantaman surga dan jangan jadikan
liang dari lubanglubang neraka.
7) Salam
Dari Ibnu Masud radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Nabi SAW melakukan
salam kepada jenazah seperti salam dalam shalat. (HR. Al-Baihaqi)

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dengan adanya kegiatan memandikan jenazah, mengkafani jenazah dan
menyolatkan jenazah, dapat memberikan manfaat yang cukup besar bagi umat
manusia. Serta tingkat pengetahuan dan wawasan umat manusia semakin
bertambah, khususnya dalam hal penyelenggaraan jenazah yaitu memandikan
dan mengkafani jenazah serta menyolatkan jenazah sesuai dengan ajaran islam.
Salah satu ajaran Islam yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah
perawatan terhadap jenazah, termasuk menyolatkan jenazah. Tetapi pada
kenyatannya kebanyakan orang melakukannya karena kebiasaan atau dengan
melihat pendahulu mereka tanpa sepenuhnya memahami dalil dan petunjuknya.
Jenazah harus dimandikan sebelum disholatkan dan dikuburkan (Putra &
Hasbiyah, 2020; Siregar, 2019).

7
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, M. (2020). Membangun Kemandirian Masyarakat Desa dalam


Penyelenggaraan Jenazah. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(1), 29-36.
https://doi.org/10.31764/jmm.v4i1.1655.
Hamidi, I., Atiyatna, D. P., Igamo, A. M., & Bashir, A. (2020). Penyuluhan Tata
Cara Penyelenggaraan Jenazah Bagi Generasi Muda di Desa Kerinjing,
Kabupaten Ogan Ilir. Sricommerce: Journal of Sriwijaya Community
Services, 1(2), 125-133.
Nurdin, Z. (2016). Problematika Penyelenggaraan Jenazah di Kota Bengkulu
(Studi Analisis Terhadap Persepsi Masyarakat Kota Bengkulu. Manhaj:
Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, 5(1), 79-88
Ramadhanil, F. (2018). Kajian Hadis-hadis tentang Shalat Jenazah. Hadharah:
Jurnal Keislaman dan Peradaban , 12 (1).

Rahmaliya, R., Herviati, A., & Supriyanto, A. (2023). Prosesi Memandikan dan
Mengkafanu Jenazah Dengan Metode Demonstrasi Pada Masyarakat di
Desa Setiajaya . An-Nizam, 2(1), 240-248.
Sarwat, A., & MA, L. (2018). Fiqih Shalat Jenazah. Siregar, N. H. (2019).
Analisis Hadis-Hadis Tentang Memandikan Jenazah. Darul Ilmi: Jurnal
Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 7(01), 78–93.

Anda mungkin juga menyukai