Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Kelompok 2
Pendidikan Agama Islam (PAI)

Materi: Shalat Jenazah


Anggota:
1.Aishy Tri Wardani

2.Elyssa Desyanti

3.Marcel Febri Kurniawan

4.Mutiara Zakiah Surya

5.Rizky Rashya Maulana

6.Syaila Nazhima Fakira

7.Ali Murtadho

8.Euis Komalasari

9.Lisza Aulia Fikrotul Hasanah

KELAS: XI MIPA A

SMAN 32 KABUPATEN TANGERANG

2023
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atas Rahmat & ridho Allah SWT,karena tanpa Rahmat
& ridho-Nya kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Sholawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa'atnya di akhirat nanti.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Lina Mardiyani, S.PD.I selaku guru pengampu mata
pelajaran PAI (pendidikan agama Islam) yang membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal
mengumpulkan data-data pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang shalat
jenazah.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu
kami mohon saran & kritik, demi tercapainya makalah yang sempurna

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

A. Pengertian dan dasar hukum shalat jenazah

Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat muslim jika
ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat jenazah ini adalah fardhu
kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan pengurusan jenazah
orang muslim yang meninggal dunia maka tidak ada lagi kewajiban kaum muslim yang
lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut.

Sedangkan menurut M. Khalilurrahman shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan dengan
empat takbir tanpa rukuk, I’tidal, sujud dan duduk. Jenazah dishalatkan didepan jamaah
yang menshalatinya. Shalat ini merupakan kewajiban terhadap seorang mayit dan
hukumnya fardhu kifayah.

Dari keterangan-keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa menshalatkan


jenazah pun hukumnya sama dengan memandikan dan mengkafani jenazah yaitu fardhu
kifayah bagi orang yang hidup. Fardhu kifayah yaitu fardhu yang bersifat kolektif, artinya,
kewajiban ini telah dianggap terpenuhi bila didalam suatu wilayah ada seseorang atau
beberapa orang yang melakukannya.akan tetapi jika tidak ada satu pun yang melakukannya,
maka semua orang di wilayah itu berdosa.

Jika jenazah itu tidak utuh, misalnya tinggal sebagian anggota tubuhnya saja yang dapat
ditemukan, maka anggota tubuh yang ada itulah yang harus dimandikan, dikafani, dan
disalatkan. Hal ini pernah dilakukan sahabat Nabi SAW. yang menyalatkan tangan
Abdurrahman yang dijatuhkan oleh seekor burung. Mereka mengenal tangan Abdurrahman
dengan melihat cincinnya.

Apabila jenazah itu berupa bayi yang gugur dalam kandungan tetapi tampak tanda-tanda
hidup sebelum gugur, hukum memandikannya sama seperti jenazah biasa. Tetapi jika tidak
ada tanda-tanda yang menunjukkan hidup, maka tidak perlu disalatkan. Jadi, yang wajib
disalatkan adalah jenazah muslim, yaitu manusia yang hidup, memiliki roh sekalipun masih
dalam kandungan.
Adapun jenazah yang bukan muslim tidak boleh disalatkan hanya boleh dimandikan,
dikafani kemudian dikuburkan, karena Rasulullah SAW. Pernah menyuruh Ali bin Abi Talib
memandikan ayahnya dan mengkafaninya saja tanpa menyalatkan.

Khusus bagi jenazah yang mati syahid karena gugur dalam peperangan melawan orang kafir
untuk meninggikan agama Allah SWT. maka ia tidak dimandikan dan tidak pula disalatkan,
hanyalah dikafani dengan pakaiannya yang berlumuran darahnya, kemudian dimakamkan.
Imam Syafi’i berkata dalam kitabnya al Um bahwa telah diterima berita seolah-olah ia
disaksikan secara mutawatir bahwa Nabi SAW. tidak menyalatkan korban-korban perang
uhud.

Dalam salat jenazah disunatkan membentuk tiga shaf yang masing-masing terdiri dari dua
orang minimal dan dalam shaf lurus. Imam ahmad berkata, “jika jumlah pengikutnya sedikit,
lebih baik mereka dibagi tiga shaf.“ Selanjutnya ia berkata, “jika mereka hanya terdiri dari
empat orang, maka dijadikan dua shaf yang masing-masing shaf terdiri dari dua orang, kalau
dibentuk tiga shaf hukumnya makruh, karena ada shaf yang hanya terdiri dari satu orang.”
Disunatkan pula dalam salat jenazah dengan pengikut yang banyak jumlahnya.

B. Syarat – Syarat shalat jenazah

Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya tidak dipenuhi,
maka salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.
Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat, maka syarat-syaratnya pun sama dengan yang
telah diwajibkan pada salat-salat fardu lainnya, seperti :

1. Beragama islam
2. Suci dari hadas besar maupun kecil
3. Sudah baligh atau berakal
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita auratnya
sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak tangan
6. Jika jenazah laki-laki, posisi imam berdiri sejajar dengan kepalanya. Sebaliknya, jika
jenazah perempuan, posisi berdirinya sejajar dengan perutnya.
7. Jenazah diletakkan di arah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali shalat di atas kubur
atau shalat gaib.

Adapun orang yang utama menshalatkan jenazah, yaitu

1. Orang yang diwasiatkan oleh si jenazah dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah
2. Ulama atau Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 118 pemimpin terkemuka di
tempat tinggal jenazah;
3. Orang tua si jenazah dan seterusnya ke atas
4. Anak-anak si jenazah dan seterusnya ke bawah
5. Keluarga terdekat, dan
6. Kaum muslim seluruhnya.

C. Syarat sah jenazah

Jenazah yang wajib dishalatkan diantaranya adalah :

1. Orang islam, orang kafir yang meninggal tidak wajib dishalatkan


2. Jenazah masih dalam keadaan utuh, atau sebagian anggota tubuhnya masih dikenali
identitas nya
3. Jenazah berada di tempat menshalatkan kecuali dalam shalat gaib
4. Jenazah yang dishalatkan bukan jenis keguguran yang belum mencapai 4 bulan usia
kandungan
5. Jenazah benar benar sudah dimandikan, bagi yang bukan mati syahid

Jadi, jenazah yang wajib dishalatkan oleh orang muslim adalah jenazah yang beragama
islam. Apabila jenazah tersebut selain dari agama islam maka, kita tidak wajib untuk
menshalatkannya. Dan jenazah tersebut dalam keadaan utuhdan jika ada jenazah yang
dibunuh dan dimutilasi alias anggota tubuhnya dipisahpisah itu juga tidak wajib untuk
dishalatkan terkecuali anggota tubuhnya itu telah teridentifikasi atau dikenali oleh kita,
maka kita wajib menshalati jenazah tersebut. Dan jenazah yang akan kita shalatkan itu
berada ditempat menshalatkan, kecuali shalat ghaib yaitu menshalatkan jenazahnya tidak
ada ditempat kita. Juga jenazah yang kita shalatkan bukan jenis keguguran dimana usia anak
tersebut belum mencapai empat bulan dalam kandungannya. Dan yang paling penting lagi
bahwa jenazah yang akan kita shalatkan harus sudah dimandikan dan dikafani secara rapih
menurut ajaran agama islam.
D. Sunnah-Sunah shalat jenazah

1. Mengangkat tangan setiap kali takbir


2. Merendahkan suara bacaan (sirr), seperti bacaan pada Shalat Dzuhur atau Ashar.
3. Membaca ta’awwudz terlebih dahulu.
4. Disunatkan banyak jama’ahnya (makmum), minimal 3 shaf (jika tempatnya
memungkinkan, tetapi jika tidak memungkinkan boleh lebih dari 3 shaf, bahkan jika
jamaahnya sedikit, tetap dibuat 3 shaf).
5. Posisi imam hendaknya berada di dekat kepala apabila jenazah laki laki, dan
didekat pinggul apabila perempuan.
Didalam melakukan shalat jenazah ada beberapa sunnah-sunnah yang dapat
menambah pahala bagi si jenazah itu sendiri diantaranya shalat jenazah dilakukan
secara berjamaah dan membuat syafnya dengan hitungan yang ganjil, misalnya
hitungan tiga, lima, tujuh dan seterusnya dalam artian minimal dalam syaf-syaf
tersebut berjumlah empat puluh orang islam Dalam melakukan takbirotul ihrom
juga sama seperti shalat biasa yaitu tangan diangkat sejajar dengan pundak dan
bersedekap atau tangan diletakan diantara dada dan pusar. Disunahkan pula
membaca tahmid sebelum membaca shalawat. Dalam membaca doanya harus
pelan-pelan. Doa yang kit abaca itu ditujukan kepada mukmin dan mukminatbaik
yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Dan yang terakhir yang
disunahkan dalam menshalatkan jenazah adalah mengucapkan salam.

E. Rukun shalat jenazah

1. Niat melaksanakan salat jenazah


Jenazah laki laki:

‫ُاَص ِّلى َع َلى َهَذ ااْلَم ِّيِت َاْر َبَع َتْك ِبَر اٍت َفْر َض ِك َفاَيِة ِاَم اًم ا| َم ْأُم ْو ًم اِ ِهلل َتَعاَلى‬

Usholli 'ala hadzal mayyiti arba'a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma'muman


lillahi ta'ala.

Jenazah perempuan :

‫َص ِّلى َع َلى َهِذِه اْلَم ِّيَتِة َاْر َبَع َتْك ِبَر اٍت َفْر َض ِك َفاَيِة ِاَم اًم ا| َم ْأُم ْو ًم اِ ِهلل َتَعاَلى‬

Usholli 'ala hadzahihil mayyitati arba'a takbirotin fardho kifayatin


imaman/ma'muman lillahi ta'ala

2. Berdiri bagi yang mampu

Ini merupakan pendapat jumhur ulama, maka tidak sah menyalatkan jenazah
sambil duduk atau berkendaraan kalau tidak ada uzur. Dalam kitab al Mugni
dikatakan, “Tidak boleh menyalatkan jenazah ketika sedang berkendaraan,
karena itu menghalangi sikap berdiri yang diwajibkan”. Imam Syafi’i juga
berpendapat demikian, termasuk Abu Hanifah dan Abu Saur tanpa ada
menentangnya. Disunatkan menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan
pada saat berdiri sebagaimana yang dilakukan salat fardu biasa.

3. Membaca takbir 4 kali, seperti yang tersebut dalam hadist nabi SAW ;

“Dari jabir r.a bahwa Nabi SAW. menyalatkan Najasi (raja Habsyi), maka beliau
membaca takbir empat kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Turmudzi berkata bahwa hal itu telah diamalkan oleh kebanyakan ulama
dari para sahabat Nabi SAW. dan lainnya. Mereka berpendapat bahwa takbir
dalam salat jenazah itu sebanyak empat kali. Demikian juga pendapat Syafi’i,
Sufyan, Ahmad, Ibnul Mubarak, dan Ishak.

4. Membaca alfatihah, dilanjutkan dengan takbir ke 2

5. Membaca shalawat nabi, dilanjutkan dengan takbir ke 3

Membaca surat al Fatihah dan salawat Nabi dalam jenazah, sebaiknya dengan
cara sirri (bisik-bisik). Jumhur ulama berpendapat bahwa, baik membaca al
Fatihah atau membaca salawat Nabi, berdoa serta memberi salam disunatkan
secara sirri kecuali bagi imam, maka baginya sunat jahar pada takbir dan taslim
untuk pemberitahuan kepada makmum. Membaca salawat sekurang-kurangnya
dengan mengucapkan Allahumma shalli ‘ala Muhammad itu sudah cukup.

6. Mendoakan jenazah, dilanjutkan dengan takbir ke 4

7. Membaca doa setelah takbir ke 4

Disunatkan membaca doa setelah takbir keempat, seperti yang dijelaskan dalam
hadis nabi SAW. riwayat Ahmad dari Abdullah bin Abi Aufa :
“Ketika putrinya meninggal dunia, Abdulah bin Aufa menyalaatkan dengan
membaca empat kali takbir, kemudian setelah takbir keempat ia masih berdiri
selama kira-kira antara dua takbir membaca doa. Kemudian katanya,
“Rasulullah SAW. selalu melakukan seperti ini terhadap jenazah.”

8. Mengucap salam
Salam pada salat jenazah menurut para fuqaha termasuk fardu, kecuali Abu
Hanifah yang mengatakan bahwa salam kesebelah kanan dan kiri hukumnya
wajib, tetapi bukan termasuk rukun dengan alasan bahwa salat jenazah
termasuk salah satu macam salat dan untuk mengakhiri salat adalah dengan
membaca salam. Ibnu Mas’ud mengatakan, “Mengucapkan salam ketika salat
jenazah seperti salam waktu salat biasa, sekurang-kurangnya Assalamu’alikum,
tetapi Ahmad berpendapat membaca satu kali salam itu adalah sunah dengan
menghadapkan mukanya kesebelah kanan, boleh juga ke arah depan
berdasarkan perbuatan Rasulullah dan para sahabat. Mereka hanya memberi
salam hanya satu kali, tidak ada yang membantah pada waktu itu. Imam Syafi’i
berkata bahwa hukum mengucapkan salam dua kali adalah sunah, yaitu dimulai
dengan menghadapkan muka kesebelah kanan, kemudian salam yang kedua
kesebelah kiri, sedangkan Ibnu Hazmin menganggap bahwa salam yang kedua
termasuk dzikir dan amalan yang baik.

D. Kaifiat Salat JenazaH

Setelah syarat-syarat dipenuhi, maka orang yang mengerjakan salat jenazah berdiri
lurus di depannya, lalu mengangkat kedua tangan sambil membaca takbiratul ihram.
Letakkan tangan kanan di atas tangan kiri kemudian membaca surat al
Fatihah diikuti dengan takbir lagi dan membaca salawat Nabi, kemudian takbir yang
ketiga diikuti membaca doa kepada jenazah, lalu takbir keempat dan berdoa lagi
kemudian salam.
1. Apabila jenazah ada di depan tempat Salat
Letakkanlah jenazah orang yang menyalatkan atau di depan imam jika berjamaah dengan
kepala jenazah sebelah utara. Jika jenazah itu laki-laki maka orang yang salat (imam) berdiri
sejajar dengan kepala. Jika perempuan maka orang yang salat (imam) berdiri sejajar dengan
tengah-tengah badan jenazah. Apabila jenazah lebih dari satu orang, boleh disalatkan
sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan ketentuan, jenazah laki-laki diletakkan lebih
dekat dengan imam dan jenazah perempuan lebih dekat dengan arah kiblat, semuanya
didepan imam dengan yang lebih utama di dekatnya, kemudian disalatkan bersama-sama.
Boleh juga menyalatkan yang laki-laki terlebih dahulu, baru kemudian yang perempuan.

2. Apabila jenazah ada di tempat yang jauh


Seseorang boleh menyalatkan jenazah yang berada di tempat yang jauh, yang disebut salat
gaib. Cara melaksanakannya sama dengan melaksanakan salat jenazah biasa dengan niat
salat gaib dan wajib menghadap kiblat. Ibnu Hazmin berkata bahwa jenazah gaib itu
disalatkan secara berjamaah. Rasulullah SAW. telah menyalatkan Raja Najasyi yang
meninggal di Habsyi bersama sahabat yang berdiri bersaf-saf. Ini merupakan Ijma yang tak
di ingkari.

3. Apabila jenazah telah dikubur


Menyalatkan jenazah di atas kuburan hukumnya mubah walaupun ia telah disalatkan

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat muslim jika ada
muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat jenazah ini adalah fardhu kifayah.

2. Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan baik, maka terus disalatkan.
Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa menyalati jenazah itu hukumnya fardu kifayah. Kewajiban
menyalati jenazah berdasarkan hadis Nabi SAW : Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda,
“Salatkanlah olehmu orang-orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan salatlah kamu di
belakang orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah.”

3. Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya tidak dipenuhi, maka
salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut. Salat jenazah
termasuk dalam ibadah salat, maka syarat-syaratnya pun sama dengan yang telah diwajibkan pada salat-
salat fardu lainnya. Syarat-syaratnya adalah: beragama Islam, sudah baligh dan berakal, suci dari hadis
atau najis suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat, menutup aurat, laki-laki auratnya antara
pusat sampai lutut, sedang wanita auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak
tangan, menghadap kiblat.

4. Rukun salat jenazah yaitu: Niat, Berdiri bagi yang mampu, Membaca takbir empat kali, membaca
surat al Fatihah, membaca salawat atas nabi Muhammad SAW, Mendoakan jenazah, membaca
membaca doa setelah takbir ke empat, mengucapkan salam.

5. Kaifiat salat jenazah: Apabila jenazah ada di depan tempat Salat, Letakkanlah jenazah orang yang
menyalatkan atau di depan imam jika berjamaah dengan kepala jenazah sebelah utara. Jika jenazah itu
laki-laki maka orang yang salat (imam) berdiri sejajar dengan kepala. Jika perempuan maka orang yang
salat (imam) berdiri sejajar dengan tengah-tengah badan jenazah. Apabila jenazah ada di tempat yang
jauh. Seseorang boleh menyalatkan jenazah yang berada di tempat yang jauh, yang disebut salat gaib.
Apabila jenazah telah dikubur, menyalatkan jenazah di atas kuburan hukumnya mubah walaupun ia
telah disalatkan sebelum dikubur

B. Saran
1. Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini pemakalah berharap kepada
kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk menyanbut kematian itu.

2. Pemakalah juga berharap dengan adanya pembahasan ini dapat dijadikan pembelajaran bagi guru
pendidikan Islam untuk mendidik dan memberitahukan pada siswa sejak dini bagaimana cara menyalati
jenazah dengan baik.

3. Dan juga kepada seluruh umat muslim dalam memperlakukan jenazah hendaknya benar-benar
memperhatikan aturan-aturan Islam yang berlaku agar ia diterima di sisi Allah.

Anda mungkin juga menyukai