Anda di halaman 1dari 13

Melaksanakan Pengurusan

Jenazah
Kelompok 3:
1. Afrizalwuli A
2. Alvin Randhi W
3. Bagas Wicaksono
4. Felizio Saputra D N
5. Filial Vito Fadil H
6. Hilmy Andrian S
7. Mohammad Syaiful
8. Muhammad Alfino P
9. Surya Hendro F
10. Wildan Aziz
PERAWATAN JENAZAH
Umat islam dianjurkan membimbing orang yang akan meninggal
dengan mengucap kalimat la ilaha illallah.

Secara bahasa jenazah berarti mayat atau jasad. Hukum perawatan


jenazah adalah fardu kifayah, maksudnya kewajiban bagi umat Islam dapat
gugur apabila telah dikerjakan oleh sebagian atau beberapa orang muslim.

Apabila seseorang telah dinyatakan positif meninggal dunia baik secara


medis maupun kebiasaan, ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
memandikan, mengafani, menyalati, dan menguburnya, yaitu sebagai
berikut :
1. Pejamkan matanya dan memohon apun kepada Allah SWT.
2. Tutuplah seluruh badannya dengan kain agar tidak kelihatan auratnya.
3. Ditempatkan di tempat aman yang jauh dari jankauan binatang.
4. Bagi keluarga dan sahabat dekatnya diperbolahkan untuk mencium si
mayat.
MEMANDIKAN JENAZAH
Memandikan jenazah dilakukan untuk menyucikan dari kotoran atau najis. Cara memandikan
jenazah yaitu menyiramkan air keseluruh tubuhnya satu kali dan disunahkan 3 kali. jenazah yang
wajib dimandikan adalah jenazah muslim yang tidak gugur dalam peperangan. Jenazah yang
hendak dimandikan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat jenazah yang harus
dimandikan sebagai berikut :
• Jenazah beragama islam.
• Didapati tubuhnya walaupun sedikit.
• Bukan bayi yang lahir premature atau belum sempurna bentuknya.
• Tidak mati secara syahid yaitu mati membela agama islam.
Panduan dalam memandikan jenazah dijelaskan Rasulullah saw. pada hadits
berikut : Dari Ummu Atiyah r.a , ia berkata: telah datang kepada kami Rasulullah
saw. Sedangkan kami masih memandikan jenazah putri beliau, lalu beliau
bersabda: Siramilah tiga kali atau lima kali atau jika perlu lebih dari itu, yaitu
dengan air, campurilah dengan kapur atau sedikit dari kapur yang paling
akhir memandikanmu itu. Setelah kami memandikan kami serahkan kepada
beliau, lalu beliau menyodorkan sehelai kain sambil bersabda: Bungkuslah
bandanya dengan kain ini.

Hadits tersebut menjelaskan diperbolehkanya penggunaan wangi-wangian seperti


air kapur dalam memandikan jenazah. Perhatikan langkah berikut:
• Memandikan jenazah dilakukan ditempat tertutup.
• Meletakan jenazah ditempat yang tinggi dengan memberikan alas dibawahnya.
• Memberikan kain basahan untuk menutupi aurat jenazah.
• Menekan dan mengurut bagian perut jenazah untuk mengeluarkaj kotoran.
• Mengalirkan air keseluruh tubuh jenazah minimal 3 kali siraman. Air yang
pertama digunakan adalah air sabun kemudia air bersih, dan kemudian yang
terkahir air yang dicampur kapur barus.
• Jenazah di wudhukan.
MENGAFANI JENAZAH
Mengafani jenazah hukumnya fardu kifayah. Kriteria kain kafan yang digunakan untuk mengafani
jenazah senagai berikut:

• Baik, bersih, dan menutupi seluruh tubuh jenazah.


• Kain bewarna putih.
• Kering dan berminyak wangi.
• Buka berbahan sutra bagi laki-laki.
• Tiga lapis untuk jenazah laki-laki dan lima lapis untuk jenazah perempuan.

Kain kafan dibeli menggunakan uang atau harta peninggalan jenazah. Jika
jenazah tidak meninggalkan harta, biaya membeli kain kafan menjadi tanggungan
keluarga yang di tinggalkan. Jika keluarga tidak mampu, biaya membeli kain
kafan dapat diambilkan dari baitul mal. Jika tidak ada baitul mal, uang untuk
membeli kain kafan menjadi tanggungan muslim yang mampu.
MENYALATI JENAZAH
Salat jenazah merupakan salat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah
dengan cara berdiri dan 4 kali takbir, tanpa rukuk dan tanpa sujud.
Salat jenazah hanya dilakukan untuk menyalati jenazah muslim. Hukum
salat jenazah adalah fardu kifayah. Syarat bagi jenazah yang harus
dipenuhi antara lain :
• Jenazah beragama islam.
• Jasad ada ditempat. Jika kematianya disebabkan kecelakaan yang
menghancurkan bagian tubuhnya, hendaklah sebagian besar anggota
tubuh jenazah ada saat disalati.
• Hendaknya jenazah ada di hadapan orang-orang yang menyalati.
• Diketahui secara pasti bahwa ia pernah hidup.
• Jenazah itu suci, yaitu telah dimandikan dan di wudhui sebelum
disalati.
• Jenazah meninggal dunia bukan karena mati syahid.
Terdapat syarat-syarat bagi orang akan menyalati jenazah. syarat-syarat tersebut
yaitu:
• Beragama islam.
• Berakal.
• Balig.
• Menutup aurat.
• Suci dari hadas besar dan kecil.
• Menghadap kiblat.

Para ulama berbeda pendapat tentang rukun dalam salat jenazah. Mazhab Maliki
berpendapat rukun salat jenazah ada 5 yaitu niat, takbir empat kali, berdoa
untuk jenazah di antara 4 takbir, berdiri, dan salam. Sementara itu, ulama
mazhab Hanafi berpendapat rukun salat jenazah ada dua yaitu berdiri dan takbir
sebanyak empat kali. dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
rukun salat jenazah yaitu membaca niat, berdiri, takbir 4 kali, membaca Surah Al
Fatihah, membaca sholawat nabi, berdoa, dan salam.
Salat jenazah dapat dilakukan dengan tata cara berikut :
• Jenazah diletakan didepan orang yang akan menyakatkan. Apabila jenazah laki-
laki, imam salat berdiri sejajar dengan kepala jenazah. Akan tetapi apabila
jenazah perempuan, imam salat berdiri sejajar dnegan perut jenazah.
• Imam berdiri paling depan dengan diikuti makmum dengan jumlah saf diusahakan
3 baris.
• Niat, yaitu niat melaksanakan salat jenazah.
Untuk jenazah laki-laki :

Untuk jenazah perempuan :

• Takbir pertama, yaitu mengucap Allahuakbar sambil mengangkat kedua tangan


dan dilanjutkan membaca Surah al-Fatihah
• Takbir kedua membaca shalawat Nabi :
• Takbir ketiga membaca doa untuk jenazah yang sedang dishalati.
Untuk jenazah laki-laki :

Untuk jenazah perempuan :

• Takbir yang keempat kalinya, lalu membaca

Untuk jenazah laki-laki :

Untuk jenazah perempuan :

• Terakhir ucapkan salam dengan sempurna


MENGUBUR JENAZAH
Mengubur jenazah berarti memasukan jenazah ke liang lahat dengan tanah. Pemakaman
ini dilakukan untuk menutupi bau busuk serta mencegah agar jenazah tidak dimakan
binatang buas atau burung.
Mengubur jenazah sebaiknya dilakukan dengan segera. Ketentuan
tersebut sesuai perintah hadits yang artinya “Dari Abu Hurairah r.a Nabi Muhammad
saw. bersabda; Segerakanlah mengubur jenazah.
.” (H.R Bukhari dan Muslim).

Ada beberapa waktu yang dianggap makruh oleh para ulama untuk penguburan jenazah,
yaitu saat matahari terbit, saat matahari tepat berada diatas kepala, dan saat matahari
terbenam. Beberapa ulama juga berpendapat mengubur jenazah boleh dilakukan pada
malam hari jika dapat dipastikan hak-hak jenazah tidak ada yang tertinggal.
Terdapat tata cara penguburan jenazah yang sesuai syariat islam :

a) Membuat liang kubur yang dalam dan luas kurang lebih 2 meter
untuk menutupi bau busuk jenazah dan mecegah agar tidak dimakan binatang buas.

b) Jenazah diturunkan secara perlahan-lahan, kemudian dibaringkan


miring menghadap kiblat. Disunahkan mendahulukan bagian kaki.
Akan tetapi, jika jenazah sulit dimasukan ke liang lahat, boleh dilakukan dengan cara
yang mudah dilakukan.

c) Membaca doa saat memasukan jenazah kemliamg lahat.

d) Membaringkan dan menghadapkan jenazah kearah kiblat dengan posisi miring ke kanan.

e) Pada saat meletakan jenazah dalam kubur diperbolehkan


meletakan tanah yang di bulatkan atau dikeraskan untuk mengganjal atau
meyangga punggung dan kepala jenazah.
f) Melepas tali-tali yang mengikat jenazah, yaitu bagian muka serta kaki dibuka sedikit agar
pipi kanan dan ujung kaki jenezah menempel di tanah.

g) Menutup liang lahat dengan papan atau kayu dan ditimbun dengan tanah. Timbunan tanah
pada liang lahat boleh ditinggikan lebih kurang satu jengkal dengan tujuan memberi tanda.

h) Setelah ditimbun, orang yang hadir di sunahkan menaburkan tanah dan bunga kearah
posisi kepala jenazah sebanyak 3 kali.

Memohonkan ampunan bagi si jenazah, sesuai yang diterangkan Rasulullah saw. pada hadits
berikut : “Dari Usman bin Affan r.a ia berkata : Rasulullah saw. ketika beliau selesai dari
mengikuti penguburan jenazah, beliau berhenti ditasnya dan bersabda : Mintalah ampun
untuk saudaramu dan mintalah ketetapan iman untuknya karena ia sekarang dalam
pertanyaan malaikat.” (H.R Abu Daud)

Anda mungkin juga menyukai