FIKIH
Anggota Kelompok 12 :
I
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah fikih yang berjudul
”Penyelenggaraan Pengurusan Jenazah Sesuai Tuntunan Rasulullah SAW”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang mana telah mengajarkan kepada kita begitu banyak hal, terutama berkaitan dengan
jenazah yang telah kami rangkum dalam makalah ini, di antaranya adalah tata cara
memandikan jenazah, shalat jenazah, menguburkan jenazah, dan takziah.
Selanjutnya, kami memohon kepada Allah SWT, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kami, juga kepada setiap orang yang membacanya.
Sesungguhnya Allah SWT maha mendengar lagi maha mengabulkan.
Kelompok 12
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................2
C. Tujuan Masalah............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
C. MENGKAFANI JENAZAH.......................................................................................4
H. TAKZIAH..................................................................................................................10
I. KETENTUAN TAKZIAH.........................................................................................11
Kesimpulan........................................................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam Islam, perlakuan terhadap jenazah diatur dengan rinci. Kata jenazah sendiri
diambil dari bahasa arab Jenazah yang berarti orang yang telah meninggal. Sebagaimana
manusia semasa hidupnya, memiliki aturan-aturan tertentu yang harus diketahui dan
dilaksanakan, maka setelah kematiannya merekapun memiliki aturan-aturan tertentu yang harus
diketahui dan dilaksanakan.
َأس ِرعوا بِاجْلِن از ِة فَِإ ْن تَك حِل :عن َأيِب هرير َة رضي اهلل عنه عن النَّيِب صلى اهلل عليه وسلم قَ َال
ض ُعونَهُ َع ْن َ ك ِس َوى ذَل
َ َِك فَ َش ٌّر ت ُ َِّمو َن َها َوِإ ْن ي
ُ ص ا َةً فَ َخْي ٌر ُت َق د
َ ُ ََ ُ ْ ِّ ْ َ َْ َ ُ ْ َ
ِرقَابِ ُك ْم
"Segeralah mengurus jenazah. Karena jika jenazah itu adalah orang shalih, berarti kalian telah
mempercepat kebaikan untuknya. Dan jika jenazah tersebut selain orang shalih, berarti kalian
telah meletakkan kejelekan di pundak kalian.” (HR Bukhari no 1315 dan Muslim no 944).
1
berusaha untuk melunasi seluruh utangnya. Kalau pemerintah atau negara tidak juga
memperhatikan hal ini, maka diperbolehkan dari sebagian kaum muslimin untuk
melunasinya dengan sukarela.1
Wajib bagi setiap orang hidup untuk mengetahui ajaran bagaimana menghadapi orang
sekarat sebelum meninggal, atau jika telah meninggal; memandikan, mengafani, menyolatkan,
serta menguburkannya, berdasarkan ajaran kitabullah dan sunnah Rasulullah. Kewajiban
terhadap jenazah ini hukumnya fardhu kifayah, yaitu kewajiban yang akan gugur apabila
dikerjakan oleh sebagian umat Islam. Jika tidak ada yang mengerjakannya, maka seluruh umat
Islam menanggung dosanya. Oleh karena itu, agar dapat mengetahui lebih jelas tentang empat
hal tersebut, berikut kami akan menguraikannya dalam penjelasan di bawah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tata cara memandikan dan mengkafani jenazah
2. Bagaimana tata cara mensholatkan jenazah
3. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah
4. Apa itu takziah
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui tata cara memandikan dan mengkafani jenazah
2. Untuk mengetahui tata cara mensholatkan jenazah
3. Untuk mengetahui tata cara menguburkan jenazah
4. Untuk mengetahui apa itu takziah
D.
1
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Ahkaamul-Janaa’iz wa Bid’ihaa (Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah, Jakarta: 1999),
hlm. 30-32.
2
BAB II PEMBAHASAN
3. Orang yang mati syahid atau bayi prematur yang sama sekali tidak bernafas sejak keluar dari
rahim tidak harus dimandikan
4. Jenazah perempuan baligh dimandikan oleh sesama perempuan, suami atau mahromnya,
jenazah laki-laki dimandikan oleh sesama laki-laki, istri atau mahromnya. Adapun jika
jenazahnya adalah anak kecil di bawah usia tujuh tahun, maka baik laki-laki maupun perempuan
boleh memandikannya2
3. Jenazah dimandikan di tempat tertutup, tidak ada yang melihat kecuali yang memandikan.
4. Mulailah dimandikan dengan air suci, menghilangkan dan mengeluarkan najis/kotoran yang di
luar maupun di dalam tubuh jenazah, membilas tubuh jenazah hingga bersih & diulang 3 kali,
setelah selesai maka jenazah dirapikan rambutnya, diwudhukan, dan selesai
5. Jika berhalangan dalam memandikan jenazah, maka dapat diganti dengan melakukan
tayammum
2
Nur Hasyim S. Anam, KULLU NAFSIN DZA’IQATUL MAUT Panduan Lengkap Merawat Jenazah (Jawa Timur: 2018), hlm.
15.
3
Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah, Tata Cara Mengurus Jenazah (Arab Saudi: 1407 H), hlm. 10
3
C. MENGKAFANI JENAZAH
1. Hukumnya Fardhu Kifayah
2. Kain kafan/mori dibeli dari uang pihak Jenazah, berwarna putih dan tidak murah.
4. Jenazah laki-laki dilapisi tiga lapis kain, sedangkan perempuan dilapisi lima kain. Tempelkan
kapas pada kedua mata, telinga, hidung, mulut, dubur, qubul, jemari tangan dan kaki, dan ikat
kain pada kepala, perut, dan kaki
4
Nur Hasyim S. Anam, Op.Cit, hlm. 33
4
E. TATA CARA SHALAT JENAZAH
Syarat-syaratnya:
1. Menghadap kiblat
2. Menutup aurat
3. Suci badannya dan tempatnya
4. Hadirnya jenazah jika dia ada di tempat
5. Mukallaf (orang yang telah sampai kewajibannya)5
Rukun-rukunnya:
1. Dilakukan dengan berdiri tanpa ruku’, tanpa sujud dan tanpa duduk
2. Empat kali takbir
3. Membaca al-Fatihah
4. Sholawat atas nabi
Sunnah-sunnahnya:
1. Mengangkat kedua tangan setiap kali takbir
2. Membaca ta’awwuz sebelum membaca Al-Fatihah
3. Berdoa utuk dirinya dan laum muslimin
4. Tidak mengeraskan bacaan
5. Berhenti sejenak antara takbir keempat sebelum salam
6. Meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya
7. Menengok ke kanan ketika salam6
5
Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah, Op.Cit, hlm. 22.
6
Ibid, hlm. 23.
5
Tata Cara Shalat Jenazah:
1. Niat
Lafadz niat:
USHOLLI 'ALAA HAADZAL/HADZIHIL MAYYITI/MAYYITATI ARBA'A
TAKBIIROTIN FARDHOL KIFAAYATI MAKMUUMAN/IMAAMAN FARDHOL
LILLAAHI TA'ALA
*HADZAL & MAYYITI untuk jenazah laki-laki
*HADZIHIL & MAYYITATI untuk jenazah perempuan
2. Takbirotul Ikhrom, lalu membaca surat Fatihah
َّ ض ِم َن ِِ ٍ ٍ ِ مِب ِِ ِ
ِ َالدن
س ُ َاَألبي
ْ ب ُ اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَهُ َو ْارمَحْهُ َو ْاع
ُ ف َعْنهُ َو َعافه َوَأ ْك ِر ْم نُُزلَهُ َو َو ِّس ْع ُم ْد َخلَهُ َوا ْغسْلهُ َاء َوثَْل ٍج َو َبَرد َو َنقِّه م َن اخْلَطَايَا َك َما يَُنقَّى الث َّْو
ِ ِِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
َ َوَأبْدلْهُ َد ًارا َخْيًرا م ْن َدا ِر ِه َو َْأهالً َخْيًرا م ْن َْأهله َو َز ْو ًجا َخْيًرا م ْن َز ْوجه َوقه فْتنَةَ الْ َقرْبِ َو َع َذ
اب النَّا ِر
6
5. Takbir keempat, lalu membaca doa
6. Salam :
SELESAI, dan hendaknya ditambah dengan pembacaan kalimat thoyyibah & Tahlil secara
Catatan:
Bagi mereka yang ketinggalan sebagian takbir dalam shalat jenazah maka dia ikut masuk
bersama imam dari shalat yang tersisa, jika imamnya salam dia sempurnakan apa yang
tertinggal. Namun jika dia khawatir jenazahnya terlanjur diangkat maka dia bertakbir secara
berturut-turut (tanpa jeda diantaranya) kemudian dia salam. Sedangkan orang yang terlambat ikut
shalat mayat sebelum dikubur maka dia dapat menyalatkan di kuburnya.7
7
8. Anak dari saudara laki-laki seayah
9. Saudara ayah kandung
10. Saudara ayah seayah
11. Orang laki-laki yang memiliki hubungan kerabat8
ِئ ِ ِ واتل علَي ِهم نبَأ اب آدم بِاحْل ِّق ِإ ْذ قربا قربانا فتقبل ِمن ِ مِه
َّت ِإيَل َ َأحد َا َومَلْ يَُت َقبَّ ْل ِم َن اآْل َخ ِر قَ َال َأَل ْقُتلَن
َ َّك قَ َال ِإمَّنَا َيَت َقبَّ ُل اللَّهُ م َن الْ ُمتَّق
َ ْ) لَ ْن بَ َسط27( ني َ ْ َ ُِّ َُ ً َ ْ ُ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ْ ََ ْيَن
ِ ِ ِ ٍِ ِ ِ
ِ َأصح
َ اب النَّا ِر َو َذل
ُك َجَزاء َ ِيد َأ ْن َتبُوءَ بِِإمْثِي َوِإمْث
َ ْ ك َفتَ ُكو َن م ْن ُ ) ِإيِّن ُأ ِر28( ني ِ َّ اف اللَّه ر
َ ب الْ َعالَم َ ك ِإيِّن
َ َ ُ َأخ َ ي ِإلَْي
َ َك َأِل ْقُتل َ يَ َد َك لَت ْقُتلَيِن َما َأنَا ببَاسط يَد
ِ ض لِ ِ يه َكيف يوا ِري سوء َة
َأخ ِيه قَ َال يَا ِ ِ ِِ ِِ
َ َْ ْ ث يِف
َ ُ َ ْ ُ َ اَأْلر ِ رُي ُ ث اللَّهُ غَُرابًا َيْب َح َ َأصبَ َح م َن اخْلَاس ِر
َ ) َفَب َع30( ين ْ َت لَهُ َن ْف ُسهُ َقْت َل َأخيه َف َقَتلَهُ ف َ الظَّالم
ْ ) فَطََّو َع29( ني
ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
)31( ني
َ َأصبَ َح م َن النَّادم َ ت َأ ْن َأ ُكو َن مثْ َل َه َذا الْغَُراب فَ َُأوار
ْ َي َس ْوءَةَ َأخي ف ُ َأع َج ْز
َ َو ْيلَتَا
Artinya: “Ceritakanlah kepada mereka kisah dua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari
mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia (Qabil) berkata, "Aku pasti
membunuhmu!" Berkata Habil, "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-
orang yang bertakwa." "Sungguh, kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Sesungguhnya
aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dari dosamu sendiri,
maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-
orang yang zalim." Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang
8
Ahmad Fathoni El-Kaysi, Panduan Praktis Shalat Jenazah dan Perawatan Jenazah, hlm. 56
8
merugi. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk mem-
perlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya dia menguburkan mayat saudaranya.
Berkata (Qabil), "Aduhai, celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak
ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu, jadilah dia seorang di
antara orang-orang yang menyesal.” (QS. Al-Maidah 5:27-31).
1. Diwajibkan bagi muslim untuk membawa (mengusung) jenazah hingga ke kuburan dan
mengiringinya.
2. Keutamaan mengiring jenazah ini adalah khusus bagi kaum laki-laki, namun tidak demikian
halnya dengan kaum wanita.
3. Tidak diperkenankan ketika mengiringi jenazah melakukan hal-hal yang menyalahi syariat,
diantaranya yaitu mengiringinya dengan tangisan keras dan membawa setanggi.
4. Diharuskan untuk menyegerakan penguburannya dan mempercepat perjalanannya, namun
tidak dengan berlari-lari kecil.
5. Diperbolehkan mengiri jenazah dengan mengendarai kendaraan dengan syarat berjalan
dibelakangnya. Akan tetapi, yang lebih utama adalah berjalan kaki.
6. Berdiri menghormati jenazah adalah mansukh9 hukumnya. Tentang sikap berdiri ini ada dua
macam. Pertama, berdirinya orang yang sedang duduk ketika melihat iringan jenazah di
hadapannya. Kedua, berdirinya para pengiring ketika usai meletakkan jenazah ke dalam liang
lahat.
7. Lebih utama bagi yang mengusung jenazah untuk berwudhu.
8. Jenazah wajib dikuburkan di tempat yang aman dari binatang buas.
9. Jenazah dihadapkan ke kiblat, semakin dalam kuburnya, semakin baik.
10. Tidak dibolehkan menguburkan dalam tiga waktu:
Tatkala matahari terbit hingga setinggi tombak
Tatkala matahari persis berada di atas hingga tergelincir
Jika matahari tinggal seukuran tombak sebelum terbenam hingga terbenam
Kadar waktu pertama dan terakhir sekitar seperempat jam, sedangkan kadar waktu kedua
sekitar tujuh menit.
9
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Op.Cit., hlm 76-86.
9
11. Orang kafir tidak dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Mereka juga tidak dimandikan,
tidak dikafani dan tidak dishalatkan. Akan tetapi dia dikuburkan di tanah tak bertuan, kecuali
jika dia dibawa pulang ke negerinya
12. Sunnah adzan & iqomah sebelum ditimbun tanah (dan tidak perlu dijawab).
H. TAKZIAH
Kata takziah berasal dari bahasa arab, dari akar kata al-aza yang berarti sabar. Takziah
artinya melayat atau mengunjungi orang yang sedang tertimpa musibah karena sanak saudara
atau anggota keluarganya meninggal dunia. Takziah (melayat) dan ziarah kubur merupakan etika
mengurus jenazah yang dapat meningkatkan keimanan kepada Allah Swt. serta mengingatkan
pada Qada dan Qadar-nya. Takziah dan ziarah kubur mengajarkan kita untuk menghormati orang
yang telah meninggal dunia. Takziah dilakukan dengan mendatangi keluarga jenazah. Menghibur
agar bersabar dan berteguh hati serta mendoakan jenazah agar diampuni segala dosanya. Takziah
atau melayat dilakukan untuk menunjukkan kepedulian sosial, memberikan dorongan,
meringankan kesusahan, dan menghibur keluarga yang ditinggal. Dalam kehidupan sehari-hari
orang yang bertakziah tidak hanya memberikan dorongan kekuatan mental kepada keluarga yang
ditinggal untuk bersabar dalam menghadapi ujian Allah Swt. Akan tetapi, membuatkan makanan
dan membantu mempersiapkan kebutuhan selama pengurusan jenazah juga termasuk membantu
meringankan beban keluarga yang ditinggal.
Hukum melaksanakan takziah adalah sunah. Akan tetapi, para ulama berbeda pendapat
mengenai batas waktu di sunahkannya takziah. Menurut pendapat Fukaha dari mazhab yang
10
empat (Maliki, Syafi’i, Hambali, dan Hanafi) dan Wahdah az-Zuhaili (ahli fikih dan usul fikih),
takziah sunah dilakukan dengan tenggang waktu tiga hari tiga malam. Sesudah waktu itu
hukumnya makruh, kecuali bagi orang yang sedang tidak berada di tempat agar tidak
membangkitkan kembali kesedihan orang yang terkena musibah. 10
I. KETENTUAN TAKZIAH
1. Mendoakan dan memohonkan ampunan untuk kebaikan orang yang telah meninggal dunia
serta mengucapkan bela sungkawa terhadap orang yang ditinggalkan
5. Usahakan dapat turut menyalati jenazah dan ikut hingga proses pemakaman
10
Endah Dwi Atmaja, Mengurus Jenazah, Takziah, dan Ziarah kubur, (Klaten: 2019), Bab II bagian A
11
Kesimpulan
Dengan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang muslim, wajib
bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan terhadap jenazah seorang
muslim. Hal-hal tersebut penyelenggaraannya adalah fardhu kifayah, yakni wajib dilakukan oleh
setiap orang yang mukallaf, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban semua orang yang mukallaf. Adapun hal-hal yang dimaksud adalah:
1. Memandikan
2. Mengkafani
3. Menshalatkan
4. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
Daftar Pustaka
12
al-Alban, M. N. (Rabiul Akhir 1420 H - Agustus 1999 M). Ahkaamul-fanaa'iz wa Bid'ihaa. (A.
Basalamah, Penerj.) Beirut dan Damaskus: Al-Maktab al-Islam.
Al-Ashfahani, A.-Q. A. (2021). Syarat Wajib Shalat dan Hukum Mengurus Jenazah: Seri Fikih
Sunnah Imam Syafi'i. (D. Baqir, Penyunt., & A. F. Taqiy, Penerj.) HIKAM PUSTAKA .
al-Jarullah, A. b. (1407 H). Tata Cara Mengurus Jenazah. (A. Haidir, Penerj.) as-Sulay, Riyadh,
Arab Saudi.
Atmaja, E. D. (2019). Mengurus Jenazah, Takziah dan Ziarah kubur. (L. Ricavela, Penyunt.)
Klaten: Cempaka Putih.
El-Kaysi, A. F. (t.thn.). Panduan Praktis Shalat Jenazah dan Perawatan Jenazah. Medpress
Digitas.
Juriyanto, M. (t.thn.). Tata Cara Pemulasaran Jenazah. Banten: Yayasan Pengkajian Hadis el-
Bukhari.
Sa'id, M. R. (2004). Fiqh Klenik: Fatwa-Fatwa Ulama Menyoroti Tarekat & Mistik. Mitra
Gayatri.
13