PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan
dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut.
2. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Menguburkan Jenazah
Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di
atas pundak dari keempat sudut usungan.
"Janganlah jenazah diiringi dengan rintihan suara dan api." (HR. Abu Dawud
dan Ahmad dari Abu Hurairah Ra.)
B. Cara membuat liang lahat
Kedalaman Lubang
Lubang kubur harus cukup dalam, setinggi orang yang berdiri di dalamnya
dengan tangan terentang ke atas. Lebar lubang harus sekitar satu hasta lebih satu
jengkal, atau sekitar 50 cm.
Lubang kubur yang cukup dalam bertujuan untuk mencegah bau yang tidak
sedap dari jenazah yang mungkin tercium saat terjadi proses pembusukan.
Selain itu, ini juga untuk menghindari risiko longsor akibat aliran air hujan.
Bentuk Lubang
Panjang lubang harus mencukupi untuk menampung jenazah dengan melebihi
tinggi badannya. Jika tanahnya keras, disarankan untuk membuat liang lahat di
dinding lubang kubur.
Liang lahat adalah lubang yang dibuat di dinding kubur yang menghadap ke
arah kiblat. Ukurannya cukup untuk meletakkan jenazah di dalamnya. Jenazah
diletakkan di liang lahat tersebut dan ditutup dengan batu pipih, meskipun di
Indonesia seringkali digunakan papan kayu sebagai penggantinya.
Disunnahkan mendalamkan lubang kubur, agar jasad si mayit terjaga dari
jangkauan binatang buas, dan agar baunya tidak merebak keluar.
Lubang kubur yang dilengkapi liang lahad lebih baik daripada syaq.
Dalam masalah ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain
kita (nonmuslim).” (HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-
Albani dalam “AhkamulJanaaiz” hal. 145)
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian
tengahnya (membentuk huruf U memanjang).
10. Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam
dan diperciki air, berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi
wassalam (dalam masalah ini terdapat riwayat - riwayat mursal yang
shahih). Lalu diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar
mudah dikenali
11. Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula
menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan,
menginjaknya serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wassalam telah melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim).
Dari hadits ini jelas sekali bahwa duduk di atas kuburan adalah haram.
Hal itu tampak dari cara Nabi membuat perumpamaan bahwa orang yang
duduk di atas bara api yang panas membara lebih baik ketimbang duduk
di atas kuburan. Tentu ini indikasi larangan keras dalam hadits ini.
Satu qirath setara dengan besar gunung Uhud. Sebagaimana hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ................................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Menguburkan Jenazah ...................................................................................
B. Cara Membuat Liang Lahat ...........................................................................
C. Langkah-Langkah Menguburkan Jenazah .....................................................
D. Hal-hal yang Dilarang dan Dimakruhkan Ketika Ziarah Kubur....................
E. Hikmah Yang Dapat Diambil Dari Menguburkan Jenazah ...........................
F. Keutamaan Mengiringi Jenazah .....................................................................