Anda di halaman 1dari 3

makalah menguburkan jenazah

Pendahuluan
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian
yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi
kematian,orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim
lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4
perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah
meninggal tersebut. Dan kami akan menjelaskan tentang tatacara menguburkan mayat.

Menguburkan Jenazah

1. Apa yang di lakukan setelah jenazah selesai di shalati ?


Setelah jenazah selesai dishalati hendaknya segera dibawa ke pemakaman untuk di
kebumikan / di makamkan .Mengantar jenazah ke pemakaman .[1]
a. Mayat diletakkan di tempat yang dibuat membawanya (kranda) dengan posisi terlentang dan
kepala didepan .
b. Mayat dipikul tiga orang laki-laki menggunakan dua tongkat , yang depan satu orang dan
belakang dua orang .
c. Kemudian berjalan dengan cepat (sunah). Dan makruh apabila jenazah dibawa menggunakan
kendaraan.
d. Selain yang memikul berjalan di depan dan dekat dengan jenazah lebih afdol daripada
berkendaraan atau berjalan tidak di depan dan jauh dari jenazah . namun ketika pulang tidak
makruh seandainya naik kendaraan.

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menguburkan mayat.

a. Lubang kubur itu disunnahkan berbentuk lahad yaitu digali di bawah kubur sebelah kiblat
kira-kira termuat mayat.
b. Ada pula lubang kubur itu berbentuk tsaqab jika bentuk lahad sulit dibuat karena jenis
tanahnya mungkin mudah gugur. Tsaqab yaitu lubang kecil ditengah kira-kira muat mayat.
c. Apabila kuburannya berbentuk lahad, maka papan penutup berada di belakang jenazah dan
apabila lubangya berbentuk tsaqab, maka penutup berada di atas lambung kirinya. Sesudah
ditutup dengan papan penutup, lalu ditimbun dengan tanah.
d. Apabila tanah kuburannya berair (banjir) dibuat pakai peti. Dasar peti hanya memakai kain
tipis (tanpa papan) dan ketika meletakkan jenazah dalam peti itu dikuburnya memotong kain
tipis yang berada di bawah pipinya kanannya. Atau tidak memotong kain tipis tersebut, tetapi
memasukkan tanah ke dalam peti tepat ditempat letak pipi kanannya.

e. Memasukkan mayat dimulai dari arah kaki kubur dengan membaca do’a sesuai hadis riwayat
at-Tirmidzi dan Abu Daud:
” ‫” بسم هللا وعلى ملة رسول هللا‬
“Dengan Nama Allah dan atas agama Rasulullah” ( HR Tirmidzi dan Abu Daud)

f. Kepalanya berada disebelah kanan arah kiblat dan dibaringkan atas lambung kanannya
menghadap kiblat.
g. Ikatan kafannya dibuka, demikian pula pipi kanannya harus menyentuh tanah.
h. Badannya diganjal dengan tanah supaya tetap pada posisi lambung kanannya. Tanah
genggaman pertama diletakkan dibahagian kepala, tanah genggaman kedua untuk mengganjal
pinggangnya, tanah genggaman ketiga diletakkan di atas.
i. Liang kubur (baik berbentuk liang lahat atau cepuri) wajib di tutup dengan bata merah atau
sejenisnya ( seperti papan dan lain-lain ) untuk menghindari mayat dari tertimpa / tertimbun
tanah secara langsung .
j. Tanah galian di timbunkan dengan cangkul dan sejenisnya (sunah).
k. Disunahkan menyiram kuburan tersebut dengan air , meletakkan kerikil diatasnya ,
meletakkan pelepah kurma dan kembang atau sejenisnya . disunahkan juga memasang batu /
kayu (pathok : jawa ) dibagian kepala mayat .
l. Sesudah mayat dikuburkan, disunnahkan bagi yang mengantarakan berdiri sejenak disis
kubur untuk mendoakannya (memintakan ampun dan supaya mempunyai keteguhan dalam
menjawab pertanyaan) sebagaimana hadis dari Usman: “Nabi Saw. Apabila selesai
menguburkan mayat, beliau berdiri lalu bersabda. “Mintakanlah ampun saudaramu dan
mintakanlah supaya ia berketetapan. Karena ia sekarang ditanya”. (HR. Abu Daud dan
Hakim)
m. Menembok/mendinding dan membangun kubur serta duduk di atas kubur termasuk
perbuatan-perbuatan yang dilarang dalam agama Islam.[2]
· Doa Tiga genggam tanah kearah makam
Genggam Bacaan Arti nya
tanah
1 ‫ِم ْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم‬ Dari tanah Kami menjadikan kamu

2 ‫َوفِ ْي َها نُ ِع ْيدُ ُك ْم‬ Dan ke dalam tanah


Kami mengembalikan kamu

3 ‫َارة ً ا ُ ْخ َرى‬
َ ‫َو ِم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ت‬ Dan dari tanah Kami mengeluarkan kamu
pada waktu yang lain (pada hari kiamat)

Menguburkan Beberapa Jenazah dalam Satu Liang Lahat

Diperbolehkan menguburkan dua atau tiga jenazah secara bersamaan dalam satu liang
lahat dalam kondisi darurat, seraya mendahulukan yang lebih utama secara berurutan.
Mengenai hal ini ada sejumlah hadits seperti berikut.
Pertama, Jabir bin Abdillah ra. Berkata, “Adalah Nabi saw. dahulu pernah
membarengkan dua jenazah (dan juga tiga ) dalam penguburan para korban Perang Uhud dan
membungkuskannya dengan satu kain kafan sambil bersabda, ‘Yang manakah di antara
mereka yang paling menguasai Al-Qur’an?’ Ketika diisyaratkan kepada beliau salah satunya,
beliau pun mendahulukannya untuk dimasukkan ke dalam liang lahat (sebelum yang lain).
Lebih jauh beliau saw. bersabda, Aku akan memberi kesaksian kepada mereka kelak di hari
Kiamat.’ Kemudian, beliau saw. memerintahkan untuk mengubur mereka dengan bercak
darah yang masih membekas, tanpa memandikan dan menshalatkan mereka.”(Jabir berkata,
“Beliau kemudian menguburkan ayah dan pamanku kala itu dalam satu liang lahat”) (HR
Bukhari, an-Nasa’I, at-Tirmidzi, iBnu Majah, Ibnul Jarud, Baihaqi dan Ahmad)[3]

a.
Kesimpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi


makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan
jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, wajib.
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain
adalah menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama muslim.dan mengingatkan
dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-masing supaya
mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

[1] H.Muhibbuthabary, Fiqh Amal Islami Teoritis dan Praktis, (Citapustaka Media Printis,
Bandung, 2012) 181
[2]H.Muhibbuthabary, Fiqh Amal Islami Teoritis dan Praktis, (Citapustaka Media Printis,
Bandung, 2012), 183
[3]M.Nashiruddn al-Albani, Fiqih Lengkap Mengurus Jenazah, (Gema Insani, Jakarta, 2015),
125

Anda mungkin juga menyukai