Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

TATA CARA PENGUBURAN JENAZAH


Diajukan untuk memenhi salah satu tugas pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam
Kelas : XI IPA 3
Guru Pembimbing : Deni Fuad Amin S.Ag

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Fadhil Rasyad
2. Irfan Faaris Firdaus
3. M. Kaffa Al’Ansori Suryadi
4. Muhamad Ilham Ramadhan
5. Muhammad Daffa Fa’iq Harumandi
6. Naufal Ilham Fauzan
7. Said Ahmad

SMA NEGERI TANJUNGSARI


KABUPATEN SUMEDANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Tata cara menguburkan jenazah".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Tanjungsari, 28 Agustus 2023

Kelompok 5
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Dalil penguburan jenazah...............................................................................6
2.2 Cara mengiringi jenazah.................................................................................6
2.3 Waktu dan tempat menguburkan jenazah.......................................................7
2.4 Tata Cara Menguburkan Jenazah..................................................................12
2.5 Seputar Persoalan Kuburan..........................................................................16
2.6 Jenazah yang Tidak Wajib Dikubur..............................................................17
2.7 Hukum Membongkar Kuburan....................................................................17
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................25
3.1 Kesimpulan...................................................................................................25
3.2 Penutup.........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
LAMPIRAN...........................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4
persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan
berikut ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain :

1. Dalil Penguburan Jenazah


2. Cara Mengiringi Jenazah
3. Waktu dan Tempat Menguburan Jenazah
4. Tata Cara Menguburkan Jenazah
5. Seputar Persoalan Mengenai Penguburan Jenazah
6. Jenazah yang Tidak Wajib Dikuburkan
7. Hukum Menggali/Membongkar Kuburan
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini antara lain :

1. Untuk mengetahui tata cara menguburkan jenazah


2. Untuk mengingatkan kita sebagai umat muslim sadar dalam melaksanakan
kewajiban beragama maupun bersosial.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan dari makalah ini antara lain :

1. Dapat mengetahui tata cara penguburan jenazah dengan baik


2. Dapat mengimplementasikan tata cara penguburan jenazah di masyarakat
3. Dapat mengetahui aturan-aturan dalam penguburan jenazah
4. Dapat mengetahui waktu dan tempat penguburan jenazah
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Dalil penguburan jenazah

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

‫َلَّم ا ُقِبَض َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْخ َتَلُفوا ِفي َد ْفِن ِه َفَق اَل َأُب و َبْك ٍر َس ِم ْعُت ِم ْن َر ُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا‬
‫َع َلْيِه َو َس َّلَم َشْيًئا َم ا َنِس يُتُه َقاَل َم ا َقَبَض ُهَّللا َنِبًّيا ِإاَّل ِفي اْلَم ْو ِض ِع اَّلِذ ي َيِج ُب َأْن ُيْد َفَن ِفيِه َف َد َفُنْو ُه ِفي َم ْو ِض ِع‬
)‫ِفَر اِش ِه (رواه الترمذي‬

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, para


sahabat berselisih pendapat dalam masalah tempat untuk mengubur Beliau.

Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu berkata,”Saya mendengar dari Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam sesuatu yang aku belum lupa.

Beliau bersabda,’Tidaklah Allah mewafatkan seorang Nabi, kecuali di


tempat tersebut wajib untuk dikubur’.” Kemudian mereka mengubur Beliau di
tempat tidurnya. [HR At Tirmidzi].

2.2 Cara mengiringi jenazah


1. Menurut pendapat ulama madzhab Syafi’I dan Hanafi, pengiring jenazah
lebih utama berada di depan jenazah.
2. Menurut pendapat ulama madzhab Maliki dan Hambali, pengiring jenazah
lebih utama berada di belakang jenazah.

Artinya, bagi pengiring jernazah bisa memilih mana yang sekiranya lebih
aman dan nyaman, dan jenazah bisa segera sampai ke kuburan.

Dan ada penjelasan dari beberapa Riwayat hadis ibnu majah, abu daud dan an
nasai. Ketika mengantar jenazah harus khusyu dan ada Sebagian yang berjalan di
depan jenazah, di samping kanan atau kiri dan di belakang sedangkan yang naik
kendaraan berada paling belakang.
- Perempuan tidak dianjurkan mengantarkan jenazah

Perempuan tidak dianjurkan untuk mengantarkan jenazah ke kuburan


seperti dijelaskan oleh umu athiyyah

2.3 Waktu dan tempat menguburkan jenazah

1. Waktu

Dianjurkan mempercepa dalam menguburkan jenazah, karena jenazahnya:

- Orang baik, hendaknya segera diantarkan ke kuburnya agar jenazah bisa


segera menikmati alam barzakh.
- Orang tidak baik, hendaknya segera dijauhkan dari rumah dan
keluarganya

A. Waktu terlarang untuk menguburkan jenazah

Sahabat Uqbah bin Amir Radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan :

‫ َيْنَهاَنا َأْن ُنَص ِّلَى ِفيِهَّن َأْو َأْن َنْقُبَر ِفيِهَّن َم ْو َتاَنا ِح يَن َتْطُلُع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َثَالُث َس اَعاٍت َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا‬
‫الَّش ْم ُس َباِزَغ ًة َح َّتى َتْر َتِفَع َو ِح يَن َيُقوُم َقاِئُم الَّظِهيَر ِة َح َّتى َتِم يَل الَّشْم ُس َو ِح يَن َتَض َّيُف الَّشْم ُس ِلْلُغ ُروِب َح َّتى‬
‫َتْغ ُر َب‬

Ada tiga waktu, di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


melarang kita untuk melakukan shalat sunah mutlak dan menguburkan jenazah
kaum muslimin, yaitu ketika matahari baru terbit hingga sudah naik ke atas, ketika
matahari tepat berada di atas kepada hingga dia condong sedikit dan ketika
matahari hampir terbenam, sampai tenggelam. (HR. Ahmad 17841, Muslim 1966,
Abu Daud 3194 dan yang lainnya).

Sebagian ulama berpendapat, bahwa larangan dalam hadis ini statusnya


larangan makruh. Dan ini merupakan pendapat mayoritas ulama. Diantara yang
berpendapat demikian adalah an-Nawawi. Dalam Syarh Muslim, beliau
mengatakan,
‫الصواب أن معناه تعمد تأخير الدفن إلى هذه األوقات كما يكره تعمد تأخير العصر إلى اصفرار الشمس بال‬
‫عذر وهي صالة المنافقين كما سبق في الحديث الصحيح قام فنقرها أربعا فأما إذا وقع الدفن في هذه األوقات‬
‫بال تعمد فال يكره‬

Yang benar, mengenai makna hadis, bahwa secara sengaja mengakhirkan


pemakaman mayit di 3 waktu tersebut hukumnya terlarang, sebagaimana
dimakruhkan mengakhirkan pelaksanaan shalat asar hingga cahaya matahari
menguning, tanpa udzur. Dan ini merupakan shalatnya orang munafik.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih, bahwa orang munafik shalatnya
sangat cepat seperti mematuk 4 kali. Namun jika pemakaman dilakukan di 3
waktu ini dilakukan tanpa sengaja, maka tidak dimakruhkan. (Syarh Muslim,
6/114).

Sementara ulama lain, berpendapat bahwa hadis ini berlaku sebagaimana


makna tekstualnya. Artinya hukumnya terlarang kecuali jk dlm kondisi darurat.
Tanpa memandang kesengajaan. Sehingga ketika ada jenazah yang karena sebab
tertentu baru bisa dimakamkan di 3 waktu tersebut, maka yang harus dilakukan
adalah menunggu berlalunya tiga waktu larangan itu.

Dalam buku Ahkam al-Janaiz dinyatakan,

،‫ فالحق عدم جواز الدفن ولو لغير متعمد‬،‫ والحديث مطلق يشمل المتعمد وغيره‬،‫وهذا تأويل ال دليل عليه‬
‫فمن أدركته فيها فليتريث حتى يخرج وقت الكراهة‬

Takwil an-Nawawi (bahwa larangan ini sifatnya makruh), tidak memiliki


dalil. Karena hadisnya bersifat mutlak, berlaku bagi orang yang sengaja maupun
yang tidak sengaja. Sehingga yang benar, tidak boleh memakamkan jenazah
ketika waktu itu, meskipun tanpa sengaja. Oleh karena itu, ketika kita menjumpai
3 waktu itu bertepatan dengan pemakaman jenazah, hendaknya kita menundanya
sampai waktu larangan itu berlalu. (Ahkam Janaiz, hlm. 139).
2. Tempat

Tidak semua tanah/lahan boleh digunakan untuk mengubur jenazah.


Penjelasan rincinya adalah sebagai berikut :

A. Lahan Kuburan

1. Di tanah waqaf untuk kuburan (kuburan umum)


2. Di tanah pribadi atau tanah yang diizinkan oleh pemiliknya. Dan
secara otomatis saat itu tanah tersebut menjadi tanah waqaf untuk
kuburan.

Catatan :

1. Tidak diperkenankan mengubur jenazah di tanah waqaf untuk


pesantren atau untuk masjid, dan hukumnya adalah haram. Dosa bagi
yang menguburnya, sedangkan bagi yang dikubur tidak dosa.
2. Jika seseorang meminta dikubur di tanah miliknya sendiri, maka dia
boleh dikuburkan di tanah tersebut denga izin ahli waris. Jika
demikian, maka tanah tersebut menjadi waqaf hanya untuk kuburan
mayat tersebut.
3. Jika seseorang meminta mengizinkan orang lain untuk mengubur
jenazah du tanah pribadinya, maka secara otomatis tanah tersebut
menjadi waqaf hanya untuk kuburan mayat tersebut.
4. Jika seseorang membeli tanah dan di tanah tersebut ada kuburan. Jika
ia tidak tahu sebelumnya, maka ia boleh membatalkan jual belinya dan
jika ia telah mengetahui sebelumnya, artinya dia hanya membeli tanah
selair dari kuburan tersebut. Karena hukum kuburan tersebut adalah
waqaf dan tidak boleh diubah statusnya.

B. Kedalaman Kuburan

Ukuran minimal kedalaman lubang kubur adalah sekiranya bau jenazah


tidak tercium oleh manusia dan jenazah tidak dijarah oleh binatang buas.
Sementara itu, kedalaman lubang kubur yang sempurna adalah setinggi
badan umumnya manusia, kemudian ditambah lagi sejengkal dari kepala sampai
permukaan tanah. Misalnya, ketika orang dengan tinggi tubuh normal, jika
memasuki lubang kubur tersebut, maka kepalanya di bawah permukaan kubur

Adapun panjang dan lebarnya disesuaikan dengan ukuran tinggi jenazah.


Jangan sampai saat mengubur badan jenazah ditekuk.

C. Bentuk Lubang Kuburan

1. Lahd

Lahd adalah cara pembuatan liang kubur di tanah yang keras dengan
membuat galian yang menjorok kea rah kiblat untuk menempatkan jenazah.
2. Syaq

Syaq adalah cara pembuatan liang kubur di tanah yang gembur dengan
membuat galian baru berbentuk segi empat yang cukup untuk meletakkan jenazah
di tengah galian kuburan.

Catatan :

Yang paling bagus di antara kedua cara tersebut adalah yang sesuai dengan
keadaan tanah.

Adapun hukum mengubur jenazah memakai peti tan- pa ada tujuan untuk
kemaslahatan jenazah adalah makruh. Akan tetapi, menjadi tidak makruh jika
untuk kemaslahatan jenazah, seperti mayat yang terbakar, hancur, terpatah-pa- tah
yang sekiranya akan susah dikubur, kecuali dengan cara diletakkan di peti.

Dengan catatan jenazah tetap menghadap ke kiblat, di saat peti diletakkan


di kubur.

2.4 Tata Cara Menguburkan Jenazah


Berikut adalah tata cara dalam mengubur jenazah.

1. Memasukan Jenazah ke dalam Kubur

Setelah lubang kubur dipersiapkan, dan jenazah sudah berada di


area pemakaman. Lalu, jenazah dikeluarkan dari kerandanya. Kemudian,
jenazah dimasukan ke lubang kubur dengan beberapa cara berikut ini.

A. Kaki jenazah diletakkan di posisi kepala lubang kubur

Perhatikan ilustrasi di bawah ini.


Keterangan:

Posisi kaki jenazah ketika dikeluarkan dari keranda tepat berada di posisi
kepala lubang kubur, sehingga ketika jenazah diturunkan ke kubur kaki
dimasukkan terlebih dahulu.

B. Kepala jenazah diletakkan di posisi kaki lubang kubur

Perhatikan ilustrasi di bawah ini.

Keterangan :

Posisi kepala jenazah ketika dikeluarkan dari keranda tepat berada di


posisi kaki lubang kubur. Jenazah diturunkan secara perlahan dengan cara
melewatkan kepala jenazah di atas kepala lubang kubur. Kemudian, kaki jenazah
diturunkan terlebih dahulu dengan perlahan agar kepala tetap terjaga.

C. Jenazah diletakkan di arah kiblat (di samping kubur) sejajar dengan


lubang kubur

Perhatikan ilustrasi di bawah ini.

Keterangan :

1. Jenazah ditempatkan di samping lubang kubur.


2. Jenazah diturunkan secara perlahan ke lubang kubur serempak beserta
sekujur tubuhnya.

Catatan :

Dalam madzhab Imam Malik tidak ada ketentuan khusus. Artinya,


disesuaikan dengan situasi dan kondisi kuburan. Yang terpenting adalah
menjaga kehormatan jenazah yang akan dikubur dan tidak menginjak-
injak kuburan yang sudah ada.
Bagi yang mengubur dianjurkan membaca:

‫بْس ِم ِهللا َو ِباِهلل َو َع َلى ِم َّلِة َر ُسْو ِل ِهللا‬

Artinya: "Dengan nama Allah dan dengan pertolongan Allah dan dengan (tetap
berpegang kepada) agama Rasulullah."

2. Menghadapkan Jenazah ke Arah Kiblat

Setelah memasukkan jenazah ke dalam kubur, selanjutnya adalah


menghadapkannya ke arah kiblat. Wajib menghadapkan jenazah ke arah kiblat
dengan memiringkannya ke sebelah kanan. Dianjurkan untuk menempelkan pipi
sebelah kanan jenazah ke permukaan tanah.

Agar jenazah bisa dalam posisi miring, maka badan jenazah diganjal
dengan gumpalan tanah atau apa saja yang bisa menahan jenazah agar tidak
berpaling dari kiblat.

3. Mengadzani Jenazah

Hukum mengadzani jenazah saat di kubur, ulama berbeda pendapat.


Sebagian ulama melarang jenazah diadzani dengan adzan yang khusus. Akan
tetapi, jika adzan tersebut bersamaan dengan adzan untuk shalat, maka
diperbolehkan.

Adapun sebagian ulama yang lain memperkenankan adzan saat mengubur,


karena disamakan dengan adzan saat menyambut kelahiran bayi. Seperti halnya
dianjurkan

Mengazani bayi ketika lahir karena berpindah dari alam rahim ke alam
dunia, maka seorang yang dikubur juga dianjurkan di Adzani karena berpindah
dari alam dunia ke alam barzakh.

Karena dalam hal ini ulama telah berbeda pendapat maka yang perlu kita
hindari adalah permusuhan yang disebabkan oleh perbedaan para ulama.
Berlapang hati adalah cara yang paling tepat dalam menghadapi masalah seperti
ini.

4. Membuka ikatan kain kafan pada jenazah

Dianjurkan melepas ikatan-ikatan pada kain kafan karena umumnya


jenazah setelah 3 hari akan membengkak sehingga tali-tali tersebut tidak
menghalangi proses pembengkakan dan kehancuran jenazah.

5. Menaruh bantalan tanah di tubuh jenazah

Menaruh bantalan tanah di pipi dan di kiri kanan tubuh jenazah adalah hal
yang diperkenankan, apalagi jika untuk kesempurnaan di dalam meletakkan posisi
jenazah. Artinya, hal tersebut bukanlah suatu kewajiban dan bukan pula sesuatu
yang terlarang.

6. Menutup Lahd dengan papan

Menutup Lahd dengan papan adalah hal yang diperkenankan apalagi jika
untukku kesempurnaan di dalam penguburan jenazah. Artinya, hal tersebut
bukanlah suatu kewajiban dan bukan plus sesuatu yang terlarang.

7. Meninggikan tanah urugan sekitar satu jengkal

Dianjurkan meninggikan tanah kuburan, kurang lebih setinggi satu jengkal


untuk bisa diketahui bahwa itu adalah kuburan Manusia yang perlu dijaga
kehormatannya (agar tidak diinjak dan diduduki).

2.5 Seputar Persoalan Kuburan


Dalam menguburkan jenazah, terdapat beberapa persoalan yang sering ditemukan
di tengah-tengah masyarakat, di antaranya:

1. Cara Mengubur Orang yang Mati di Tengah Laut

Jika posisinya dekat dengan daratan, maka wajib pergi ke daratan untuk
menguburkannya.
Adapun jika posisinya jauh dari daratan, maka ada dua cara untuk
menguburnya:

A. Jenazah diletakkan di atas papan, kemudian dihanyutkan dengan


harapan bisa terdampar di daratan lalu ada yang menguburkannya.

B. Ditenggelamkan ke dasar laut dengan diberi beban pada jenazah agar


bisa
tenggelam.

Catatan :

Ini semua dilakukan setelah tiga kewajiban yang lainnya dilaksanakan,


yaitu setelah jenazah dimandikan, dikafani, dan dishalati.

2.6 Jenazah yang Tidak Wajib Dikubur


Semua jenazah wajib dikubur. Akan tetapi, ada beberapa jenazah yang
tidak wajib bagi kita untuk menguburkannya, di antaranya yaitu:

a. kafir harbi,
b. orang murtad, dan
c. bayi yang belum tampak darinya tanda kehidupan.

Walau ketiga golongan ini tidak wajib dikubur, akan tetapi bagi kita yang
masih hidup tetap diperbolehkan untuk menguburkannya dan akan menjadi wajib
jika jenazah tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan bau hingga mengganggu
yang hidup.

2.7 Hukum Membongkar Kuburan


Diperkenankan membongkar kuburan, jika terdapat salah satu dari kelima hal
berikut ini.

A. Jika jenazah belum dimandikan atau tidak dihadapkan ke arah kiblat

Kuburan wajib dibongkar jika terdapat salah satu dari dua hal di atas, dengan
catatan tubuh jenazah belum berubah atau membusuk.

Jika jenazah sudah membusuk atau dapat membaw penyakit, maka tidak
dianjurkan bahkan haram untuk membongkar kuburan karena akan mengganggu
orang lain yang ada di sekitarnya dan dikhawatirkan akan menjadi bahan
gunjingan.

B. Jika jenazah membawa harta

Kuburan wajib dibongkar jika jenazah membawa harta, seperti cincin emas,
anting, dan lain-lain, serta ahli warisnya tidak rela jika tidak diambil.

Akan tetapi, jika ahli warisnya rela, maka tidak perlu dibongkar untuk
menjaga kehormatan jenazah.

C. Jika jenazah mengandung bayi yang masih hidup

Kuburan wajib dibongkar jika diduga kuat bahwa jenazah mengandung bayi
yang masih hidup. Yang demikian itu adalah karena untuk menjaga nyawa bayi.

D. Jika jenazah diperlukan untuk autopsi

Autopsi diperkenankan jika memenuhi syarat berikut.

- Untuk mengungkap kebenaran, karena ada indikasi yang jelas pada


jenazah sebagai usaha untuk mengungkap sebuah kejahatan.
- Di negara yang keadilan bisa ditegakkan.

- Atas seizin keluarga jenazah.

4. Hukum Mengubur Jenazah ke Tempat Lain

Ada dua pendapat tentang hukum memindahkan jenazah dari satu tempat
untuk dikuburkan di tempat lain, yaitu sebagal berikut.

A. Haram

Menurut mayoritas ulama hukumnya adalah haram, karena akan


menjadi sebab tertundanya proses penguburan.
B. Makruh

Menurut sebagian ulama hukumnya adalah makruh, dengan catatan


jika jenazah tidak berubah karena proses pemindahan tersebut.\

Catatan :

Hendaknya jenazah dikuburkan di mana ia meninggal. Yang


demikian itu agar memudahkan bagi yang melakukan pengurusan jenazah
dan untuk mempercepat dalam proses penguburan.

5. Hukum Mengubur Jenazah di Tanah Ghasab (Tanpa Izin)

Mengubur jenazah di tanah seseorang tanpa izin pemiliknya hukumnya


adalah haram. Jika sang pemilik tidak meridhai, maka jenazah harus dipindahkan
selagi masih memungkinkan.

6. Hukum Mengubur Jenazah di Tanah Waqaf Bukan untuk Kuburan

Mengubur jenazah di tanah waqaf akan tetapi waqaf bukan untuk kuburan,
seperti waqaf untuk pesantren, masjid, dan lain-lain. Maka, hukum mengubur
jenazah di tanah tersebut adalah haram, karena tidak sesuai dengan keinginan
yang mewaqafkannya (waqif). Selagi masih memungkinkan untuk dipindah, maka
jenazah harus dipindahkan.

7. Hukum Mengubur Jenazah di dalam Masjid

Hukum mengubur jenazah di dalam masjid adalah haram karena masjid


dibangun dan diwaqafkan sebagai tempat beribadah/shalat, bukan untuk
mengubur jenazah.
5. Hukum Membangun Masjid di Atas Kuburan

A. Kuburan orang muslim dan kafir dzimmi

Jika di tanah kuburan masih ada jenazah-jenazah kaum muslimin


dan ahli dzimmah (7) yang diduga masih tersisa, maka haram hukumnya
membangun masjid di atasnya.

Akan tetapi, jika sudah dipastikan di dalam kuburan tersebut sudah


tidak ada lagi sisa-sisa jenazah (karena lamanya umur kuburan) sehingga
diduga kuat semua bagian tubuh jenazah sudah menjadi tanah, maka lahan/
tanah tersebut tidak lagi dihukumi sebagai kuburan. Artinya,
diperkenankan membangun masjid di atas bekas tanah kuburan tersebut,
tentunya juga harus dengan memenuhi syarat-syarat mendirikan masjid
yang lainnya.

B. Kuburan kafir

Jika kuburan tersebut adalah kuburan orang kafir harbi, maka


diperbolehkan untuk dibangun masjid di atasnya, baik jenazahnya sudah
hancur maupun masih ada.

9. Hukum Mengubur Jenazah di Lubang yang Sudah Pernah Digunakan


untuk Mengubur Jenazah Orang Lain

A. Haram

Jika di dalam kuburan masih ada sisa-sisa jenazah (menurut


ahlinya), maka hukum menggali dan mengisi dengan jenazah yang baru
adalah haram.

B. Mubah
Jika sudah tidak ada lagi sisa-sisa jenazah (menurut ahlinya) dan
jenazah sudah menjadi debu, maka kuburan boleh (mubah) digali dan
digunakan untuk mengubur jenazah yang baru.

10. Hukum Mengubur Dua Jenazah atau Lebih dalam Satu Lubang

Haram mengubur dua jenazah atau lebih dalam satu lubang. Kecuali dalam
keadaan darurat, misalnya terlalu banyak jenazah karena korban bencana alam,
wabah, dll.

11. Jika Wanita Meninggal Dunia Bersama Janinnya

Jika janin dan ibunya adalah sama-sama muslim, maka yang didahulukan
adalah jenazah sang ibu dengan dihadapkan ke kiblat.

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.


Jika sang ibu kafir dan janin muslim, maka yang dihadapkan ke kiblat
adalah janinnya

Catatan:

Cara menghukumi agama janin:

1. Jika salah satu orangtuanya muslim, maka Janinnya muslim. Dengan


catatan dalam pernikahan yang sah dalam syariat Islam.
2. Jika tidak diketahui agamanya, maka diikutkan agama mayoritas tempat
wanita tersebut meninggal.
3. Jika pernikahan tidak sah, maka diikutkan agama ibunya.

12. Hukum Memindah Jenazah Setelah Dikubur

Tidak diperkenankan memindah jenazah setelah dikubur. Kecuali untuk


tujuan yang dibenarkan menurut syariat, seperti memindah jenazah yang dikubur
di tanah ghasab atau di masjid.
Jika tidak ada tujuan seperti yang disebutkan di atas, maka hukum
memindah jenazah setelah dikubur adalah haram. Karena akan menjadi sebab
terpatahkannya tulang- tulang jenazah, dan bisa menjadi sebab tidak
terhormatnya jenazah.

13. Hukum Membuat Tanda Kuburan

Hukum membuat tanda kuburan atau nisan adalah disunnahkan agar bisa
diketahui bahwa itu adalah kuburan.

14- Menulis Nama Jenazah dan Tanggal Wafat di Batu Nisan

Hukum menulis nama atau tulisan yang lain di batu tanda kuburan adalah
makruh. Kecuali jika diperlukan untuk mengenal karena keshalehan, kealiman,
atau orang yang perlu dikenali karena keteladanannya.

15. Membuat Kubah di Atas Kuburan Hukum membuat kubah di atas


kuburan adalah:

A. Haram

Jika bertentangan dengan syariat, seperti memfasilitasi orang-orang


yang datang ke kuburan dengan tujuan memuja kuburan atau
menyembahnya.

B. Mubah

Jika tidak ada maksud yang bertentangan dengan syariat atau tidak
ada maslahat menurut syariat. Dan tidak ada maslahat untuk kuburan
dan peziarah kubur.
C. Sunnah

Jika ada kemaslahatan seperti kemudahan bagi peziarah kubur.

D. Wajib

Jika dengan tujuan untuk menghindarkan dari sentuhan tangan


orang jahat atau binatang buas.

16. Hukum Menyemen Kuburan

Hukum menyemen/menembok kuburan adalah makruh. Akan tetapi, bisa


menjadi sunnah bahkan menjadi wajib jika ada maslahat untuk kuburan, seperti
agar terhindar dari binatang buas, luapan banjir, longsor, dll.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia
sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya
adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf
di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan
mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup
setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan
diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan Rasul-
Nya.

3.2 Penutup
Demikianlah laporan hasil analisis ini kami buat dengan yang sebenar
benarnya tidak lupa ucapa terimakasih kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kemudahan kepada kami sehingga hasil analisis ini bisa terlaksanakan dengan
baik.

Kami selaku anggota kelompok memohon maaf sebesar besarnya apabila


ada kesalahan serta kekurangan dalam laporan hasil analisis ini sekian memenuhi
tugas Pendidikan Agama Islam tentang tata cara penguburan jenazah. Semoga
laporan hasil analisis ini dapat menjadi acuan, pertimbangan serta motivasi dan
koreksi bagi kegiatan analisis selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

(Pengasuh LPD Al-Bahjah), Buya Yahya (2022). Silsilah Fiqih Praktis: Jenazah.
Cirebon: Pustaka Al-Bahjah.
Drs.H.Uu Suhendar M.Ag (2018). Panduan Lengkap Shalat Wajib & Sunat.
Tasikmalaya: Al-Razi.
[1] https://www.youtube.com/live/azbrXokZISM?si=qOIWne2NrCKZtpz-
LAMPIRAN

1. Penggalian Kubur

2. Pengiringan Jenazah
3. Memasukan Jenazah kedalam Kubur

4. Azan dan Ikomah


5. Membuka Ikatan Kain Kafan Jenazah

6. Menaruh Bantalan Tanah di Tubuh Jenazah


7. Mendoakan

8. Foto Kelompok

Anda mungkin juga menyukai