Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Fadhil Rasyad
2. Irfan Faaris Firdaus
3. M. Kaffa Al’Ansori Suryadi
4. Muhamad Ilham Ramadhan
5. Muhammad Daffa Fa’iq Harumandi
6. Naufal Ilham Fauzan
7. Said Ahmad
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
"Tata cara menguburkan jenazah".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Dalil penguburan jenazah...............................................................................6
2.2 Cara mengiringi jenazah.................................................................................6
2.3 Waktu dan tempat menguburkan jenazah.......................................................7
2.4 Tata Cara Menguburkan Jenazah..................................................................12
2.5 Seputar Persoalan Kuburan..........................................................................16
2.6 Jenazah yang Tidak Wajib Dikubur..............................................................17
2.7 Hukum Membongkar Kuburan....................................................................17
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................25
3.1 Kesimpulan...................................................................................................25
3.2 Penutup.........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27
LAMPIRAN...........................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami
kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-
baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam
sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu,
menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia
mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka
hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk
menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan
menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4
persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan
berikut ini.
َلَّم ا ُقِبَض َر ُس وُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم اْخ َتَلُفوا ِفي َد ْفِن ِه َفَق اَل َأُب و َبْك ٍر َس ِم ْعُت ِم ْن َر ُس وِل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا
َع َلْيِه َو َس َّلَم َشْيًئا َم ا َنِس يُتُه َقاَل َم ا َقَبَض ُهَّللا َنِبًّيا ِإاَّل ِفي اْلَم ْو ِض ِع اَّلِذ ي َيِج ُب َأْن ُيْد َفَن ِفيِه َف َد َفُنْو ُه ِفي َم ْو ِض ِع
)ِفَر اِش ِه (رواه الترمذي
Artinya, bagi pengiring jernazah bisa memilih mana yang sekiranya lebih
aman dan nyaman, dan jenazah bisa segera sampai ke kuburan.
Dan ada penjelasan dari beberapa Riwayat hadis ibnu majah, abu daud dan an
nasai. Ketika mengantar jenazah harus khusyu dan ada Sebagian yang berjalan di
depan jenazah, di samping kanan atau kiri dan di belakang sedangkan yang naik
kendaraan berada paling belakang.
- Perempuan tidak dianjurkan mengantarkan jenazah
1. Waktu
َيْنَهاَنا َأْن ُنَص ِّلَى ِفيِهَّن َأْو َأْن َنْقُبَر ِفيِهَّن َم ْو َتاَنا ِح يَن َتْطُلُع-صلى هللا عليه وسلم- َثَالُث َس اَعاٍت َك اَن َر ُسوُل ِهَّللا
الَّش ْم ُس َباِزَغ ًة َح َّتى َتْر َتِفَع َو ِح يَن َيُقوُم َقاِئُم الَّظِهيَر ِة َح َّتى َتِم يَل الَّشْم ُس َو ِح يَن َتَض َّيُف الَّشْم ُس ِلْلُغ ُروِب َح َّتى
َتْغ ُر َب
، فالحق عدم جواز الدفن ولو لغير متعمد، والحديث مطلق يشمل المتعمد وغيره،وهذا تأويل ال دليل عليه
فمن أدركته فيها فليتريث حتى يخرج وقت الكراهة
A. Lahan Kuburan
Catatan :
B. Kedalaman Kuburan
1. Lahd
Lahd adalah cara pembuatan liang kubur di tanah yang keras dengan
membuat galian yang menjorok kea rah kiblat untuk menempatkan jenazah.
2. Syaq
Syaq adalah cara pembuatan liang kubur di tanah yang gembur dengan
membuat galian baru berbentuk segi empat yang cukup untuk meletakkan jenazah
di tengah galian kuburan.
Catatan :
Yang paling bagus di antara kedua cara tersebut adalah yang sesuai dengan
keadaan tanah.
Adapun hukum mengubur jenazah memakai peti tan- pa ada tujuan untuk
kemaslahatan jenazah adalah makruh. Akan tetapi, menjadi tidak makruh jika
untuk kemaslahatan jenazah, seperti mayat yang terbakar, hancur, terpatah-pa- tah
yang sekiranya akan susah dikubur, kecuali dengan cara diletakkan di peti.
Posisi kaki jenazah ketika dikeluarkan dari keranda tepat berada di posisi
kepala lubang kubur, sehingga ketika jenazah diturunkan ke kubur kaki
dimasukkan terlebih dahulu.
Keterangan :
Keterangan :
Catatan :
Artinya: "Dengan nama Allah dan dengan pertolongan Allah dan dengan (tetap
berpegang kepada) agama Rasulullah."
Agar jenazah bisa dalam posisi miring, maka badan jenazah diganjal
dengan gumpalan tanah atau apa saja yang bisa menahan jenazah agar tidak
berpaling dari kiblat.
3. Mengadzani Jenazah
Mengazani bayi ketika lahir karena berpindah dari alam rahim ke alam
dunia, maka seorang yang dikubur juga dianjurkan di Adzani karena berpindah
dari alam dunia ke alam barzakh.
Karena dalam hal ini ulama telah berbeda pendapat maka yang perlu kita
hindari adalah permusuhan yang disebabkan oleh perbedaan para ulama.
Berlapang hati adalah cara yang paling tepat dalam menghadapi masalah seperti
ini.
Menaruh bantalan tanah di pipi dan di kiri kanan tubuh jenazah adalah hal
yang diperkenankan, apalagi jika untuk kesempurnaan di dalam meletakkan posisi
jenazah. Artinya, hal tersebut bukanlah suatu kewajiban dan bukan pula sesuatu
yang terlarang.
Menutup Lahd dengan papan adalah hal yang diperkenankan apalagi jika
untukku kesempurnaan di dalam penguburan jenazah. Artinya, hal tersebut
bukanlah suatu kewajiban dan bukan plus sesuatu yang terlarang.
Jika posisinya dekat dengan daratan, maka wajib pergi ke daratan untuk
menguburkannya.
Adapun jika posisinya jauh dari daratan, maka ada dua cara untuk
menguburnya:
Catatan :
a. kafir harbi,
b. orang murtad, dan
c. bayi yang belum tampak darinya tanda kehidupan.
Walau ketiga golongan ini tidak wajib dikubur, akan tetapi bagi kita yang
masih hidup tetap diperbolehkan untuk menguburkannya dan akan menjadi wajib
jika jenazah tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan bau hingga mengganggu
yang hidup.
Kuburan wajib dibongkar jika terdapat salah satu dari dua hal di atas, dengan
catatan tubuh jenazah belum berubah atau membusuk.
Jika jenazah sudah membusuk atau dapat membaw penyakit, maka tidak
dianjurkan bahkan haram untuk membongkar kuburan karena akan mengganggu
orang lain yang ada di sekitarnya dan dikhawatirkan akan menjadi bahan
gunjingan.
Kuburan wajib dibongkar jika jenazah membawa harta, seperti cincin emas,
anting, dan lain-lain, serta ahli warisnya tidak rela jika tidak diambil.
Akan tetapi, jika ahli warisnya rela, maka tidak perlu dibongkar untuk
menjaga kehormatan jenazah.
Kuburan wajib dibongkar jika diduga kuat bahwa jenazah mengandung bayi
yang masih hidup. Yang demikian itu adalah karena untuk menjaga nyawa bayi.
Ada dua pendapat tentang hukum memindahkan jenazah dari satu tempat
untuk dikuburkan di tempat lain, yaitu sebagal berikut.
A. Haram
Catatan :
Mengubur jenazah di tanah waqaf akan tetapi waqaf bukan untuk kuburan,
seperti waqaf untuk pesantren, masjid, dan lain-lain. Maka, hukum mengubur
jenazah di tanah tersebut adalah haram, karena tidak sesuai dengan keinginan
yang mewaqafkannya (waqif). Selagi masih memungkinkan untuk dipindah, maka
jenazah harus dipindahkan.
B. Kuburan kafir
A. Haram
B. Mubah
Jika sudah tidak ada lagi sisa-sisa jenazah (menurut ahlinya) dan
jenazah sudah menjadi debu, maka kuburan boleh (mubah) digali dan
digunakan untuk mengubur jenazah yang baru.
10. Hukum Mengubur Dua Jenazah atau Lebih dalam Satu Lubang
Haram mengubur dua jenazah atau lebih dalam satu lubang. Kecuali dalam
keadaan darurat, misalnya terlalu banyak jenazah karena korban bencana alam,
wabah, dll.
Jika janin dan ibunya adalah sama-sama muslim, maka yang didahulukan
adalah jenazah sang ibu dengan dihadapkan ke kiblat.
Catatan:
Hukum membuat tanda kuburan atau nisan adalah disunnahkan agar bisa
diketahui bahwa itu adalah kuburan.
Hukum menulis nama atau tulisan yang lain di batu tanda kuburan adalah
makruh. Kecuali jika diperlukan untuk mengenal karena keshalehan, kealiman,
atau orang yang perlu dikenali karena keteladanannya.
A. Haram
B. Mubah
Jika tidak ada maksud yang bertentangan dengan syariat atau tidak
ada maslahat menurut syariat. Dan tidak ada maslahat untuk kuburan
dan peziarah kubur.
C. Sunnah
D. Wajib
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
1. Memperoleh pahala yang besar.
2. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
3. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
4. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan
mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup
setelah mati.
5. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,
sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan
diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan Rasul-
Nya.
3.2 Penutup
Demikianlah laporan hasil analisis ini kami buat dengan yang sebenar
benarnya tidak lupa ucapa terimakasih kepada Allah SWT. yang telah memberikan
kemudahan kepada kami sehingga hasil analisis ini bisa terlaksanakan dengan
baik.
(Pengasuh LPD Al-Bahjah), Buya Yahya (2022). Silsilah Fiqih Praktis: Jenazah.
Cirebon: Pustaka Al-Bahjah.
Drs.H.Uu Suhendar M.Ag (2018). Panduan Lengkap Shalat Wajib & Sunat.
Tasikmalaya: Al-Razi.
[1] https://www.youtube.com/live/azbrXokZISM?si=qOIWne2NrCKZtpz-
LAMPIRAN
1. Penggalian Kubur
2. Pengiringan Jenazah
3. Memasukan Jenazah kedalam Kubur
8. Foto Kelompok