Di Susun Oleh :
1. Merly Sofiyan
2. Muhamad Agus Salim
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Aswaja 3.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
Makalah ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada Dosen,
apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan
saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tiada makhluk bernyawa yang akan kekal hidup selamanya. Firman
Allah: “Tiap-tiap yang bernyawa akan merasa mati” (Ali ‘Imran :185).
Ketahuilah bahwa kematian pasti tiba kepada seluruh umat tanpa mengenal
arti bangsa, kedudukan, kekayaan atau kekuatan. Tiada siapapun yang boleh
melarikan diri dari pada maut. Apabila ditetapkan waktu kematian seseorang,
ia tidak akan tertunda atau dicepatkan walaupun sesaat. Firman Allah
bermaksud: “Katakanlah (wahai Muhammad): "Sebenarnya maut yang kamu
larikan diri dari padanya itu, tetap menemui kamu; kemudian kamu akan
dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang
nyata, lalu Dia memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah lakukan (serta
membalasnya)” (Al-Jumu’ah: 8).
Setelah tercabut nyawa seseorang maka dia akan menempuh alam
barzakh dan alam akhirat dan menerima balasan yang setimpal dengan
amalannya semasa di dunia. Oleh karena itu Rasulullah SAW memerintahkan
kita untuk banyak-banyak mengingat kematian agar kita lebih berwaspada
dalam menghadapi liku kehidupan dan sentiasa berusaha menurut perintah
Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan larangannya karena kita tidak tahu
bila ajal tiba. Oleh karena itu, Islam amat menganjurkan kita sentiasa
mengingat kematian. Baginda Rasulullah SAW bersabda: “Perbanyaklah
mengingat pemutus kelezatan (kematian)” (Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi).
Di antara cara yang paling efektif untuk kita merenungkan tentang alam
kematian dan akhirat adalah dengan menziarahi kubur.1
Kubur menjadi tempat persinggahan manusia paska kematian.
Kematian identik dengan sesuatu yang sudah berlalu dan tidak memberikan
efek apapun kepada makhluk hidup. Islam akrab dengan budaya ziarah kubur,
yaitu mendatangi makam-makam orang tua, kakek, nenek, anak, leluhur, para
1
http://akob73.blogspot.com/2012/07/ziarah-kubur-menurut-sunnah-rasulullah.html
1
ulama’, wali dan lain sebagainya. Disini kami akan memaparkan hal-hal yang
berkaitan dengan ziarah kubur.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian ziarah kubur?
2. Bagaimana Hukum ziarah kubur?
3. Bagaimana Etika dalam ziarah kubur?
4. Bagaimana Hikmah yang bermanfaat dalam ziarah kubur.?
2
BAB II
PEMBAHASAN
قال رسول هللا صلى هللا عليه:َعن بريدة رضي هللا عنه قال
وفى. رواه المسلم.كنت نهيت عن زيارة القبور فزورها:وسلم
. فمن اراد ان يزور القبور فليزر فإنها تذكر با ألخرة:رواية
Artinya: Dari Buraidah RA, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Semula aku melarang kalian untuk ziarah kubur, tetapi sekarang
berziarahlah kalian!” (HR. Muslim)
2
M. Hanif Muslih, Lc, Kesahihan Dalil Ziarah Kubur Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits,
(Semarang:Ar-Ridha Toha Putra Grup,1998), hlm. 7
3
Achmad Latif, &. Endah Sutanti, Ke-Nu-An Ahlussunnah Waljama’ah, (Semarang:LP
Ma’arif NU, 2009), hlm. 67
3
Dari Riwayat lain dikatakan:”Maka siapa saja yang menginginkan
ziarah kubur, maka berziarahlah. Sesungguhnya ziarah kubur dapat
mengingatkan akhirat.”4
Tidak jarang seseorang menziarahi kuburan dan meminta sesuatu
kepada si mayit, padahal si mayit sudah tergolek mati dan tidak bisa
memberikan apa-apa. Ini di satu sisi. Pada sisi yang lain, ada riwayat yang
menyatakan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk
menziarahinya. Dengan ziarah kubur, diharapkan seseorang akan selalu
mengingat kematian, sehingga hidupnya menjadi terukur dan tidak urakan.
Di sinilah kemudian ulama’ berbeda pendapat tentang perintah yang
datang setelah larangan. Sebagian berpendapat bahwa perintah disini berfaidah
wajib. Sebagian yang lain mengatakan mubah. Bahkan, ada ulama’ yang
mengatakan bahwa faedahnya adalah sunnah. Meskipun demikian, ada ulama’
yang tetap berpendapat bahwa hukum haramnya tidak dianulir.
Laki-laki diperbolehkan berziarah kubur. Imam Nawawi menukil dari
Al-Abdary dan Al-Hazimy mengatakan bahwa para ulama’ sepakat secara
mutlak bahwa seorang laki-laki diperbolehkan berziarah kubur. Di sisi lain,
ada sebagian ulama’ seperti Ibnu Sirin, Imam An-Nakha’i, Al-Sya’by, yang
berpendapat bahwa hukumnya makruh. Bagi yang mengatakan boleh secara
mutlak sebagaimana dinukil dari Imam Nawawi mungkin mengartikan
perintah yang datang setelah larangan memberi faidah hukum mubah.
Berbeda dengan dua pendapat diatas, Ibnu Hazm berpendapat bahwa
ziarah kubur hukumnya wajib, yang harus dilaksanakan sekalipun hanya
sekali dalam seumur hidup. Karena dalam beberapa riwayat sudah jelas bahwa
Rasulullah SAW memerintahkan. Sedangkan perintah itu memiliki indikasi
hukum wajib, selagi tidak ada hal yang memberikan indikasi selain hukum
wajib.5
4
Achmad Sunarto, Terjemah Riyadhush Sholihin, (Jakarta:Pustaka Amani,1999), hlm.
552
5
Fadlolan Musyaffa’ Mu’thi, M. A, Potret Islam Universal, (Semarang:Syauqi Press,
2008), hlm. 80-81
4
Ada yang berpendapat bahwa ziarah kubur bagi perempuan itu
dimakruhkan karena tabiat perempuan lemah hati dan lekas susah, maka
dikhawatirkan akan mencucurkan air mata dan akan berkeluh kesah serta
berduka cita, sehingga lupa akan kekuasaan Allah. Pendapat ini di dasarkan
pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:
عن ابى هريرة ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم لعن زوارات
. رواه احمد وابن ماجه والترمذى.القبور
Artinya: Dari Abu Hurairah: “Sesungguhnya Rasulullah SAW telah
mengutuk perempuan-perempuan yang ziarah ke kuburan.” (HR. Ahmad,
Ibnu Majah dan Tirmidzi).6
Adapun jumhur ulama’ membolehkan seorang perempuan menziarahi
kubur selama tidak menimbulkan fitnah. Pendapat ini lebih di dasarkan
kepada ketetapan (taqrir) Rasulullah SAW yang tidak melarang dan
memerintahkan. Taqrir Rasulullah SAW merupakan salah satu bentuk dari
sunnah yang berarti bahwa Rasulullah secara spesifik tidak pernah melarang
atau memerintahkan seorang perempuan berziarah kubur.
Dalam satu riwayat, Al-Hakim pernah melihat Sayyidah ‘Aisyah RA
menziarahi kubur saudaranya, Abdurrohman. Kemudian ketika dikatakan
kepadanya, “Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur?” Sayyidah ‘Aisyah
RA menjawab, “Iya. Awalnya Beliau melarang, lalu memerintahkannya”.7
6
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung:Sinar Baru Algensindo, 2009), hlm. 190-191
7
Fadlolan Musyaffa’ Mu’thi, M. A, Potret Islam Universal., hlm. 81-82
5
1. Ketika akan masuk ke area pemakaman disunahkan berdo’a:
السالم عليكم دار قوم مؤمنين وإنا إن شاء هللا بكم الحقون
“Salam bagi kamu sekalian, tempat kaum mukminin, dan sesungguhnya
kami akan menyusul kamu sekalian, Insya Allah”.
2. Di saat ziarah menghadap ke arah timur dan menghadap ke arah wajah
makam yang di ziarahi.
3. Ketika mendo’akan jenazah menghadap ke arah kiblat.
4. Menghindari berkumpulnya antara laki-laki dan perempuan.8
8
Ahmad Idris Marzuki, Kang Santri Menyingkap Problematika Umat, (Kediri:Lirboyo
Press, 2013), hlm. 221
6
Setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang waktunya tidak dapat
diketahui sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum ajal datang manusia selalu
memperbanyak amal kebaikannya dan meninggalkan amal keburukan
serta bertaubat memohon ampun kepada Allah SWT.
4. Mendapatkan barokah
Hal ini yang diziarai adalah orang yang shaleh, dimana hidupnya telah
dimintai barokahnya. Menurut faham Ahlussunnah Waljama’ah, setelah
wafatnya orang tersebut boleh untuk kita mohon barokahnya.
5. Membulatkan niat mencari ridha Allah SWT
Seorang muslim yang berziarah hendaknya wajib meyakinkan hatinya
bahwa tidak ada yang dapar memberi syafa’at dan madlarat, kecuali atas
kekuasaan Allah SWT. Yakinkan niat bahwa berziarah itu semata-mata
mencari ridha Allah SWT.9
9
Achmad Latif, & Endah Sutanti, Ke-Nu-An Ahlussunnah Waljama’ah, hlm. 67-68
7
BAB III
KESIMPULAN
Pada masa awal Islam, ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah
SAW. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga aqidah mereka yang belum kuat agar
tidak menjadi musyrik dan penyembah kuburan. Namun setelah Islam kuat dan
aqidah mereka juga kuat, Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin untuk
melakukannya.
Etika dalam berziarah kubur menurut syara’, yaitu: disunahkan
mengucapkan salam kepada ahli kubur dan mendo’akan mereka, ketika berdo’a
alangkah baiknya menghadap ke arah kiblat, menghindari tercampurnya antara
laki-laki dan perempuan.
Adapun hikmah dari ziarah kubur itu sendiri, yaitu: mengingat akan alam
akhirat, berzuhud terhadap dunia, mengambil suri tauladan, mendapatkan barakah
dan membulatkan niat mencari ridha Allah SWT.
8
DAFTAR PUSTAKA
Marzuqi, KH. Ahmad Idris. 2013. Kang Santri Menyingkap Problematika Umat.
Lirboyo Press:Kediri
Muslih, Lc, KH. M. Hanif. 1998. Kesahihan Dalil Ziarah Kubur Menurut Al-
Qur’an dan Al-Hadits. Ar-Ridha Toha Putra Grup:Semarang