Anda di halaman 1dari 128

PENGARUH EDUKASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN

UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK USIA BALITA PADA


ORANG TUA DI DUSUN ULUSADAR KECAMATAN
HUAMUAL BELAKANG
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

DIKI IBRAHIM
NPM : 123 050 914 032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2018
PENGARUH EDUKASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN
UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK USIA BALITA PADA
ORANG TUA DI DUSUN ULUSADAR KECAMATAN
HUAMUAL BELAKANG
TAHUN 2018

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada

Oleh :

DIKI IBRAHIM
NPM : 123 050 914 032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2018
SESUATU AKAN MENJADI KEBANGGAN, JIKA SESUATU ITU DI

KERJAKAN, DAN BUKAN HANYA DI PIKIRKAN, SEBUAH

CITA – CITA AKAN MENJADI KESUKSESAN, JIKA KITA

MENGAWALI DENGAN BEKERJA UNTUK

MENGGAPAINYA, BUKAN HANYA

MENJADI IMPIAN
KATA PENGANTAR

Alhamdulilla syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT,

karena atas rahmat dan Inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi

yang berjudul “PENGARAUH EDUKASI TERHHADAP TINGKAT

PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK USIA

BALITA PADA ORANG TUA DI DUSUN ULUSADAR KECAMATAN

HUAMUAL BELAKANG TAHUN 2018” dengan lancar dan baik. Skripsi ini

dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjan

Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Keperawatan STIKes Maluku Husada.

Dalam proses penyusunan Skripsi ini Saya bersungguh banyak

memperoleh arahan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak terutama dari

bimbingan peneliti saya, untuk itu saya mengucapakan begitu banyak terimakasih

yang sungguh tak terhingga kepada ibu Ns. Syariefah H. Waliulu,

.S.kep.,M.Kep, selaku pembimbing satu dan juga ibu Ns. Fathmy F. Soulissa,

S.Kep, selaku pembimbing dua yang telah meluangkan begitu banyak waktunya

serta mengesampingkan kesibukannya untuk memberikan arahan serta bimbingan

dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhirnya dapat saya selesaikan tepat

pada waktunya.

Tak lupa pula perkenakan juga saya menyampaikan rasa terimakasih dan

penghargaan yang setingi tingginya kepada :


1. Teruntuk kedua orang tuaku, Ayahanda dan ibunda tercinta

terimakasih atas kasih sayang selama ini, doa dan dukungannya baik

secara material dan spiritual yang telah di berikan selama ini, serta

kakakku tersayang Rani Ibrahim yang selama ini menjadi motivator

terbaikku. Sesorang ahli Suhfi pernah berkata” Jika Apa yang kau

inginkan akhirnya di kabulkan oleh Allah SWT, mungkin bukan doamu

yang di dengar tapi Doa mereka kedua orang tuamu maka berbaktila

kepada mereka” Doakan saya agar tidak akan pernah mengecewakan

kalian.

2. Ny Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STIKes Maluku Husada,

yang telah menyediakan fasilitas fasilitas kepada saya selama menempuh

pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada.

3. Bapak Lukman La Basy, S.Farm.,Msc.,Apt, selaku Ketua Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada, yang telah memberikan

begitu banyak motivasi selama saya berproses di kampus STIKes Maluku

Husada

4. Ibu Ira Sandi Tunny, S.Si.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husda.

Yang telah banyak memberikan inspirasi bagi saya hingga dapat terus

berproses sampai akhir di STIKes Maluku Husada.

5. Staf Dosen STIKes Maluku Husada yang selama ini banyak berjasa

menyumbangkan ilmu pengetahuan maupun pengalaman belajar yang

diajarkan kepada peneliti.


6. Kepala Posyandu serta Kepala dusun Ulusadar yang telah banya

kmemberikan informasi terkait masalah yang diteliti peneliti.

7. Sahabatku tercinta RatniMahuTuharea, Elta hehanusa, napsia

salampessy , Ditya Melinda Labiru, muji dan group Delamdet yang

telah memberikan doa, semangat serta dorongan bagi peneliti guna

menyelesaikan Skripsi ini.

8. Teman Teman seangkatan B14 yang telah banyak memberikan warna

dalam perjalan menyelesaikan studi ini.

9. Rekan - rekan Departemen Anak yang telah sama – sama memberikan

dukungan selama penyusunan Skripsi ini.

10. Bagi semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu hingga akhir.

Akhirnya, semoga bantuan dan dukungan yang di berikan Insya

Allah akan di catat sebagai amal baik oleh ALLAH SWT. Akhirnya kata

penulis bahwa skripsi ini masihlah jauh dari kesempurnaan olehkarennya

kritik saran dan tanggapan yang bersifat membangun begitu saya harapkan

guna kemajuan penelitian selanjutnya

Wassalam’alaiqum Wr.Wb.

Kairatu, 13 September 2018

Peneliti
Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan
Stunting Anak Usia Balita Pada Orang Tua Di Dusun Ulusadar
Kecamatan Huamual Belakang
Tahun 2018

1
Ibrahim Diki, 2Hidayati S Waliulu, 3Fathmy F. Soulissa
Email :dikiibrahim81@gmail.com
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Maluku Husada
2
Dosen STIKes Maluku Husada
3
Dosen STIKes Maluku Husada

ABSTRAK

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi
dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat berpengaruh pada anak balita pada jangka panjang
yaitu mengganggu kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di kemudian hari. Anak balita
stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
baik secara fisik maupun psikomotorik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan stunting anak usia Balita.
Desain penelitian menggunakan quasy experimental non equivalent control group dengan jumlah
sampel sebanyak 40 yang diperoleh dengan consecutive sampling. Pengambilan data
menggunakan intrumen penelitian berupa kuesioner yang terdiri dari data demografi, pengetahuan
orang tua dan upaya orang tua tua terhadap stunting. Hipotesis dianalisa dengan cara uji beda
mean antra kelompok sebelum dan sesudah edukasi dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil
penelitian menunjukan bahwa edukasi efektif terhadap pengetahuan dan upaya pencegahan
stunting dengan p value=0,000. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan upaya preventif di
masyarakat dapat dilakukan dengan optimal dan berkesinambungan.

Kata Kunci: Edukasi, Pengetahuan, pencegahan, stunting


Effect of education to knowledge and prevention stunting on children under
five years
1
Ibrahim Diki, 2Syariefah Hidayati Waliulu, 3Fathmy F. Soulissa
Email : dikiibrahim81@gmail.com
1
Student of Nursing Program STIKes Maluku Husada
2
Lecturer of STIKes Maluku Husada
3
Lecturer STIKes Maluku Husada

ABSTRACT

Stunting is a primary nutrition problem that give impact to social and economy society.
Furthermore, stunting can give long term effect to children under five years are health
problem, education, and their productivity future. Children under five years with stunting
disposed will be hard to get growth and optimal development in physically or
psycomotor. This study aimed to know effect of education to knowledge and prevention
stunting on children under five years. Design this study has used quasy experimental one
group pre and post test without control group with twenty respondents who got by
consecutive sampling. Data has taken using questionnaire that consist of demography
data, knowledge parent and prevention of stunting. Hypotesis has analyzed by wilcoxon
test. Result of statistic test showed that education effect to knowledge and prevention
stunting with p value = 0,000. Based on the result, prevention stunting more increased to
society optimaly and continued.

Keywords: Education, knowledge, prevention, stunting


DAFAR ISI

Halaman Sampul ……………………………………………………... i


Lembaran Persetujuan ………………………………………………... iii
Lembaran Pengesahan Usulan Penelitian ……………………………. iv
Lembaran Pengesahan ………………………………………………... v
Lembaran Pernyataan Keaslian ………………………………………. vi
Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………... vii
Motto …………………………………………………………………. viii
Kata Pengantar ……………………………………………………….. ix
Abstrak ……………………………………………………………….. xiv
Abstrac ……………………………………………………………… xv
Daftar Isi……………………………………………………………… xvi
Daftar tabel………..………………………………………………… viii
Daftar gambar………………………………………………………… xix
Daftar lampiran……………………………………….......................... xx
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………... 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah……………………….............................. 6
1.3 Tujuan………………………................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum ………………………………………... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ……………………………………….. 6
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………. 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ……………………………………… 7
1.4.2 Manfaat Praktis ………………………………………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 8
2.1 Tinjauan Umum Stunting…………………………………… 8
2.1.1 Defenisi Stunting ……………………………………. 8
2.1.2 Faktor Penyebab Stunting …………………………… 10
2.1.3 Upaya Pencegahan Stunting ………………………… 23
2.2 Tinjauan Umum Pengetahuan……………………………… 25
2.2.1 Defenisi Pengetahuan ………………………………... 25
2.2.2 Tingkat Pengetahuan ………………………………… 25
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan …………... 31
2.3 Ruang Lingkup Edukasi…………………………………… 33
2.4 Media pendidikan kesehatan ………………………………. 37
2.5 Kerangka teori……………………………………………… 38
2.6 Kerangka Konsep…………………………………………... 38
2.7 Hipotesis………………………............................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN………………………………... 41
3.1 Desain Penelitian…………………………………………… 41
3.2 Tempat Penelitian ………………………………………….. 43
3.3 Waktu Penelitian …………………………………………… 43
3.4 Populasi, Sampel, ……………………................................... 43
3.4.1 Populasi ………………………………………………. 43
3.4.2 Sampel ……………………………………………….. 43
3.5 Variabel Penelitian………………………………………….. 45
3.6 Defenisi Operasional……………………………………….. 45
3.7 Instrumen Penelitian………………………………………... 48
3.7.1 Uji Validitas ………………………………………….. 48
3.7.2 Uji Releabilitas ………………………………………. 49
3.8 Prosedur Pengumpulan Data………………………………... 50
3.8.1 Tahap Persiapan ……………………………………… 50
3.8.2 Tahap Pelaksanaan …………………………………… 51
3.9 Pengelolaan Data …………………………………………... 52
3.10 Analisa Data………………………………………….. 53
3.11 Etika Penelitian……………………………………………. 54
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………. 55
4.1 Gambaran lokasi penelitian ………………………………... 56
4.1.1 Letak Dan Batas Wilayah …………………………… 56
4.1.2 Kondisi Demografi …………………………………... 56
4.2 Hasil Penelitian …………………………………………….. 57
4.2.1 Analisa Univariat …………………………………….. 57
4.2.2 Analisa Bivariat ……………………………………… 63
4.3 Pembahasan ………………………………………………. 65
4.3.1 Karakteristik Responden ……………………………... 65
4.3.2 Perbedaan Mean Pre test – Post test …………………. 66
4.3.3 Perbedaan Post test Kontrol Dan Intervensi …………. 68
4.4 Keterbatasan Penelitian ……………………………………. 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………….. 71
5.1 Kesimpulan ………………………………………………… 71
5.2 Saran ……………………………………………………….. 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitian ……………………………………………. 41

Tabel 3.2 Defenisi Operasional………………………………………... 46

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ……………... 57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan … 60

Tabel 4.3 Uji Syarat Normalitas Data …………………………………. 62

Tabel 4.4 Uji Willcoxon ………………………………………………. 63

Tabel 4.5 Uji Beda Mann Whitney…... ………………………………... 64


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori………………………………………… 38

Gambar 2.2 Kerangka Konsep . …………………………………….. 39


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran1 kuesoner…………………………………………………

Lampiran 2 Informed consent ……………………………………….

Lampiran 3 Master Tabel Penelitian ………………………………...

Lampiran 4 Surat pengambilan data awal …………………………..

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian …………………………………....

Lampiran 6 Surat Selesai Penelitian ………………………………...

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ………………………………..

Lampiran 8 HasilOut Put pengolahan data…………………………..


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stunting adalah sebuah proses yang dapat mempengaruhi

perkembangan anak dari tahap awal konsepsi sampai tahun ketiga atau

keempat kehidupan, dimana gizi ibu dan anak merupakan penentu penting

pertumbuhan. Kegagalan memenuhi persyaratan mikronutrien, lingkungan

yang tidak mendukung dan penyediaan perawatan yang tidak adekuat

merupakan faktor yang bertanggung jawab dan mempengaruhi kondisi

pertumbuhan hampir 200 juta anak dibawah umur 5 tahun (Branca dan

Ferrari, 2013).

Stunting atau anak pendek di gambarkan sebagai seorang balita

yang memiliki tinggi badan lebih rendah dari standar tinggi badan balita

seumurnya. Stunting merupakan salah satu karakteristik yang menandakan

menjadi masalah gizi yang berulang dan dalam waktu yang lama. Stunting

pada awal masa anak anak di ketahuai memiliki tingkat kecerdasan,

motorik, dan integrasi neuro sensorik yang lebih rendah. Stunting pada

masa balita akan mempengaruhi kualitas kehidupan di masa usia sekolah,

remaja, bahkan dewasa ( Amina 2016 ).

Pertumbuhan Stunting yang terjadi pada usia dini dapat berlanjut

dan berisiko untuk tumbuh pendek pada usia remaja. Anak yang tumbuh

pendek pada usia dini (0-2 tahun) dan tetap pendek pada usia 4-6 tahun
memiliki risiko 27 kali untuk tetap pendek sebelum memasuki usia

pubertas sebaliknya anak yang tumbuh normal pada usia dini dapat

mengalami growth faltering pada usia 4-6 tahun memiliki risiko 14 kali

tumbuh pendek pada usia pra-pubertas.10 Oleh karena itu, intervensi

untuk mencegah pertumbuhan Stunting masih tetap dibutuhkan bahkan

setelah melampaui 1000 HPK.

Menurut World Health Organization (WHO) (2014) dalam

Global Nutrition Targets 2025, stunting (pendek)atau kurang gizi kronis

dianggap sebagai suatu gangguan pertumbuhan irreversibel yang sebagian

besar dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi

berulang selama 1000 hari pertama kehidupan. Insiden stunting di dunia

diperkirakan sekitar 171 juta sampai 314 juta yang terjadi pada anak

berusia di bawah 5 tahun dan 90% diantaranya berada di negara-negara

benua Afrika dan Asia (Fenske et al, 2013).

Untuk tingkat Asia, pada tahun 2009-2012 Indonesia menduduki

peringkat kelima prevalensi stunting tertinggi, Berdasarkan hasil

Riskesdas Tahun 2014, Masalah gangguan pertumbuhan seperti pendek

(stunting) pada balita di Indonesia masih mengkhawatirkan. Hasil survei

nasional sebesar 36,8 persen (Riskesdas 2007), 35,6 persen (Riskesdas

2010), dan 37 persen (Riskesdas 2013). Hasil penelitian yang dihimpun

oleh World Bank 2012 menunjukkan bahwa dampak stunting pada balita

mengakibatkan penurunan IQ usia sekolah sebesar 10-15 persen. Stunting


menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada masa

pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan.

Prevalensi stunting Indonesia tahun 2013 di wilayah pedesaan

adalah 42,1%, dan wilayah perkotaan sebesar 32,5%. Stunting pada anak

balita merupakan konsekuensi dari beberapa faktor yang sering dikaitkan

dengan kemiskinan termasuk gizi, kesehatan, sanitasi dan lingkungan serta

pengetahuan. ada enam faktor utama penyebab stunting yaitu kemiskinan,

sosial dan budaya, peningkatan paparan terhadap penyakit infeksi,

kerawanan pangan dan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

serta pengetahuan orang tua .

Prevalensi Stunting atau gizi buruk pada provinsi maluku tahun

2014 (22,11%) tahun 2015 ( 32,3 % ) dan di tahun 2016 ( 29,0% ),

meskipun terjadi penurunan prevalensi balita Stunting, namun masih

terdapat 5 kabupaten kota yang mengalami peningkatan prevalensi balita

stunting yakni : Kabupaten seram bagian barat 23,1% (2015) mengalami

peningkatan 30,9 % (2016), kabupaten maluku tengah 21,1% (2015)

mengalami peningkatan 23,2 % (2016), kota ambon 30,0 % (2015)

mengalami peningkatan 32,6 % (2016 ), kabupaten maluku barat daya

28,9 % (2015)berubah menjadi 35,7 % (2016) dan kepulauan aru 36,7 %

(2017) mengalami peningkatan 40,2 % (2016). Dengan demikian harus

ada ada perhatian khusus pada masyarakat maluku untuk mengatasi

permasalahan Stunting yang ada (Riskesdas 2013).


Faktor yang berhubungan dengan status gizi kronis pada anak balita

tidak sama antara wilayah perkotaan dan pedesaan, sehingga upaya

penanggulangannya harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi.

Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan

sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat

berpengaruh pada anak balita pada jangka panjang yaitu mengganggu

kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di kemudian hari. Anak balita

stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun psikomotorik

(Kesuma, 2015 ).

Sedangkan Stunting atau gizi buruk yang terjadi pada masyarakat

provinsi Maluku. salah satu faktor pemicu ialah kurangnya pengetahuan

orang tua terhadap pentingnya asupan nutrisi yang baik pada anak,

terutama pada kabupaten seram bagian barat sesuai dengan data awal yang

di Peroleh peneliti pada tanggal 27 mei 2018 dari salah satu bidan

posyandu Dusun Ulusdar ( 2018 ), bahwa masalah stunting yang terjadi di

dusun ulusadar ialah kurangnya pengetahuan orang tua terhadap hal

tersebut. Terbukti dengan hasil wawancara peneliti dengan 15 orang tua

yang ada pada Dusun Ulusadar, Di dapat 10 orang tua yang memiliki anak

Stunting dan pengetahuan kurang .

Rendahnya pengetahuan Stunting pada Orang tua di Dusun

Ulusadar di sebabkan oleh kurangnya informasi kesehatan, terutama pada

orang tua terhadap pemanfaatan nutrisi oleh kesehatan anak balita.


Sehingga masih banyak orang tua yang menyimpang dalam pemberian

asupan nutrisi yang baik pada anak.

Oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah

terhadap kesehatan dalam mengatasi peningkatan Stunting yang ada pada

masyarakat dusun ulusadar, Selain pemenuhan zat gizi yang baik pada

anak, orang tua juga perlu di dasari dengan pengetahuan yang cukup.

dengan demikian orang tua mampu memahami dan mengetahui apa itu

Stunting serta bagaimana cara penanggulanganya.

Melihat gambaran tersebut sangat di perlukan adanya upaya

peningkatan pengetahuan pada masyarakat dusun ulusadar pada umumnya

dan orang tua terkhususnya dalam hal untuk mengatasi masalah tersebut.

Kesalahan dalam pemenuhan zat gizi balita akan membawa dampak

terhadap pertumbuhan dan perkembangan saat dewasa. Balita yang

kekurangan gizi akan berisiko mengalami penurunan IQ, penurunan

imunitas dan produktivitas, masalah kesehatan mental dan emosional, serta

kegagalan pertumbuhan hingga menyebabkan kematian (Fleck, 2014).

Berdasarkan Uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan dan

upaya pencegahan stunting anak usia balita pada orang tua di Dusun

Ulusadar, Kecamatan Huamual Belakang Tahun 2018”.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka peneliti menetapkan

rumusan masalahnya sebagai berikut “Adakah pengaruh edukasi terhadap

tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan stunting anak usia balita pada

orang tua Di Dusun Ulusadar, Kecamatan Huamual Belakang Tahun

2018?”.

1.3 Tujuan Penelitan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap tingkat

pengetahuan dan upaya pencegahan stunting anak usia balita pada

orang tua di Dusun Ulusadar, Kecamatan Huamual Belakang Tahun

2018.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden (umur, tingkat

pendidikan, status pekerjaan dan jumlah anak).

2. Untuk Mengetahui pengetahuan dan upaya pencegahan sebelum dan

sesudah edukasi pada kelompok intervensi.

3. Untuk Mengetahui pengetahuan dan upaya pencegahan Sesudah

Edukasi pada kelompok Intervensi dan kelompok kontrol.


1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Menambah Evidance based, serta Menambah pustaka

ilmiah di STIKes Maluku Husada pada Program Studi

Keperawatan serta pustaka utama STIKes Maluku Husada

mengenai tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan Stunting,

anak usia balita pada orang tua.

1.4.2 Praktis

a. Memberikan pengetahuan atau referensi terkait, Pengaruh edukasi

terhadap tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan Stunting,

anak usia balita pada orang tua Di Dusun Ulusadar, Kecamatan

Huamual Belakang.

b. Sebagai masukan dan evaluasi yang berguna dalam melakukan

tindakan khususnya menyangkut masalah Stunting pada Anak usia

balita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Stunting

2.1.1 Defenis Stunting

Stunting merupakan salah satu masalah gizi balita. Stunting

menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak

sebelum dan sesudah kelahiran yang diakibatkan oleh tidak tercukupinya

asupan zat gizi (Milman et al., 2014). Balita Pendek (Stunting) adalah

status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana dalam

standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran tersebut

berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD

(pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted)

(Kemenkes R.I, 2013).

Stunting (pendek) atau kurang gizi kronik adalah suatu bentuk

lain dari kegagalan pertumbuhan. Kurang gizi kronik adalah keadaan

yang sudah terjadi sejak lama, bukan seperti kurang gizi akut. Anak yang

mengalami stunting sering terlihat memiliki badan normal yang

proporsional, namun sebenarnya tinggi badannya lebih pendek dari tinggi

badan normal yang dimiliki anak seusianya. Stunting merupakan proses

kumulatif dan disebabkan oleh asupan zat-zat gizi yang tidak cukup atau

penyakit infeksi yang berulang, atau kedua-duanya. Stunting dapat juga

terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi yang sangat

kurang saat masa kehamilan, pola asuh makan yang sangat kurang,
rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi infeksi sehingga

dapat menghambat pertumbuhan (UNICEF, 2009).

Stunting digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang

menggambarkan riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama

sehingga kejadian ini menunjukkan bagaimana keadaan gizi sebelumnya

(Kartikawati, 2011). Pada anak balita masalah stunting lebih banyak

dibandingkan masalah kurang gizi lainnya. Dalm penentuan seorang anak

dengan stunting di dapat dengan rumus yaitu: PB/U atau TB/U: indeks ini

diperoleh dari perbandingan antara PB atau TB dengan umur yang dapat

digunakan untuk menggambarkan keadaan kurang gizi kronis yaitu

pendek.

Balita Pendek (Stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada

indeks PB/U atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian

status gizi anak, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-

Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan <-3 SD

(sangat pendek / severely stunted) (Kemenkes R.I, 2012). Stunting

digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan

riwayat kurang gizi anak dalam jangka waktu lama sehingga kejadian ini

menunjukkan bagaimana keadaan gizi sebelumnya (Kartikawati, 2011).

Pada anak balita masalah stunting lebih banyak dibandingkan masalah

kurang gizi lainnya.


2.1.2 Faktor penyebab stunting

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting

pada anak. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri

maupun dari luar diri anak tersebut. Faktor penyebab stunting ini dapat

disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab

langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit

infeksi sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh,

pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi,

factor Gen dan masih banyak lagi faktor lainnya (Bappenas R.I, 2013).

A. Faktor Langsung

1. Asupan Gizi balita

gizi lebih telah meningkat. Keadaan gizi dibagi menjadi 3

berdasarkan pemenuhan asupannya yaitu:

a. Kelebihan gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat

pemenuhan asupan zat gizi yang lebih banyak dari kebutuhan

seperti gizi lebih, obesitas atau kegemukan

b. Gizi baik adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan

asupan zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan.

c. Kurang gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan

asupan zat gizi yang lebih sedikit dari kebutuhan seperti gizi

kurang dan buruk, pendek, kurus dan sangat kurus (Depkes R.I,

2009).
Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk

pertumbuhan dan perkembangan tubuh balita. Masa kritis ini

merupakan masa saat balita akan mengalami tumbuh kembang dan

tumbuh kejar. Balita yang mengalami kekurangan gizi sebelumnya

masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik sehingga dapat

melakukan tumbuh kejar sesuai dengan perkembangannya.

Namun apabila intervensinya terlambat balita tidak akan

dapat mengejar keterlambatan pertumbuhannya yang disebut dengan

gagal tumbuh. Begitu pula dengan balita yang normal kemungkinan

terjadi gangguan pertumbuhan bila asupan yang diterima tidak

mencukupi. Dalam penelitian yang menganalisis hasil Riskesdas

menyatakan bahwa konsumsi energi balita berpengaruh terhadap

kejadian balita pendek, selain itu pada level rumah tangga konsumsi

energi rumah tangga di bawah rata-rata merupakan penyebab

terjadinya anak balita pendek (Sihadi dan Djaiman, 2011).

Dalam upaya penanganan masalah stunting ini, khusus untuk

bayi dan anak telah dikembangkan standar emas makanan bayi dalam

pemenuhan kebutuhan gizinya yaitu

1) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang harus dilakukan sesegera

mungkin setelah melahirkan.

2) Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan tanpa

pemberian makanan dan minuman tambahan lainnya.


3) Pemberian makanan pendamping ASI yang berasal dari makanan

keluarga, diberikan tepat waktu mulai bayi berusia 6 bulan.

4) Pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun (Bappenas

R.I, 2011).

Asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan akan membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebaliknya asupan gizi yang

kurang dapat menyebabkan kekurangan gizi salah salah satunya dapat

menyebabkan stunting.

2. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab

langsung stunting, Kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan

asupan gizi tidak dapat dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan

memperburuk keadaan bila terjadi kekurangan asupan gizi. Anak balita

dengan kurang gizi akan lebih mudah terkena penyakit infeksi.

Penyakit infeksi akan ikut menambah kebutuhan akan zat gizi untuk

membantu perlawanan terhadap penyakit ini sendiri. Pemenuhan zat

gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit infeksi yang

diderita tidak tertangani akan tidak dapat memperbaiki status

kesehatan dan status gizi anak balita. Untuk itu penanganan terhadap

penyakit infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu

perbaikan gizi dengan diiimbangi pemenuhan asupan yang sesuai

dengan kebutuhan anak balita.


Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan,

Infeksi saluran pernafasan Atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya

sangat erat hubungannya dengan status mutu pelayanan kesehatan

dasar khususnya imunisasi, kualitas lingkungan hidup dan perilaku

sehat (Bappenas R.I, 2013). Ada beberapa penelitian yang meneliti

tentang hubungan penyakit infeksi dengan stunting yang menyatakan

bahwa diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting pada

anak usia dibawah 5 tahun (Taguri et all, 2007; Paudel et all, 2012).

B. Faktor Tidak Langsung

1. Ketersediaan Pangan

Akses pangan pada rumah tangga menurut Bappenas adalah

kondisi penguasaan sumberdaya (sosial, teknologi,

finansial/keuangan, alam, dan manusia) yang cukup untuk

memperoleh dan/atau ditukarkan untuk memenuhi kecukupan

pangan, termasuk kecukupan pangan di rumah tangga. Masalah

ketersediaan ini tidak hanya terkait masalah daya beli namun juga

pada pendistribusian dan keberadaan pangan itu sendiri, sedangkan

pola konsumsi pangan merupakan susunan makanan yang biasa

dimakan mencakup jenis dan jumlah dan frekuensi dan jangka waktu

tertentu.

Aksesibilitas pangan yang rendah berakibat pada kurangnya

pemenuhan konsumsi yang beragam, bergizi, seimbang dan nyaman

di tingkat keluarga yang mempengaruhi pola konsumsi pangan


dalam keluarga sehingga berdampak pada semakin beratnya masalah

kurang gizi masyarakat (Bappenas R.I, 2011).

Ketersediaan pangan yang kurang dapat berakibat pada

kurangnya pemenuhan asupan nutrisi dalam keluarga itu sendiri.

Rata-rata asupan kalori dan protein anak balita di Indonesia masih di

bawah Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dapat mengakibatkan

anak balita perempuan dan anak balita laki-laki Indonesia

mempunyai rata-rata tinggi badan masing-masing 6,7 cm dan 7,3 cm

lebih pendek dari pada standar rujukan WHO 2005 (Bappenas R.I,

2011). Oleh karena itu penanganan masalah gizi ini tidak hanya

melibatkan sektor kesehatan saja namun juga melibatkan lintas

sektor lainnya.

Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab kejadian

stunting, ketersediaan pangan di rumah tangga dipengaruhi oleh

pendapatan keluarga, pendapatan keluarga yang lebih rendah dan

biaya yang digunakan untuk pengeluaran pangan yang lebih rendah

merupakan beberapa ciri rumah tangga dengan anak pendek (Sihadi

dan Djaiman, 2011). Penelitian di Semarang Timur juga menyatakan

bahwa pendapatan perkapita yang rendah merupakan faktor risiko

kejadian stunting (Nasikhah dan Margawati, 2012). Selain itu

penelitian yang dilakukan di Maluku Utara dan di Nepal menyatakan

bahwa stunting dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah


faktor sosial ekonomi yaitu defisit pangan dalam keluarga (Ramli,

2009; Paudel, 2012).

2. Status Gizi Ibu saat Hamil

Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor,

faktor tersebut dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama

kehamilan. Beberapa indikator pengukuran seperti

 kadar hemoglobin (Hb) yang menunjukkan gambaran kadar Hb

dalam darah untuk menentukan anemia atau tidak

 Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu gambaran pemenuhan gizi

masa lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau tidak.

 hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat

badan selama hamil yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum

hamil (Yongky, 2009; Fikawati, 2011).

a. Pengukuran LILA

Pengukuran LILA dilakukan pada ibu hamil untuk

mengetahui status KEK ibu tersebut. KEK merupakan suatu keadaan

yang menunjukkan kekurangan energi dan protein dalam jangka

waktu yang lama (Kemenkes R.I, 2013). Faktor predisposisi yang

menyebabkan KEK adalah asupan nutrisi yang kurang dan adanya

faktor medis seperti terdapatnya penyakit kronis. KEK pada ibu

hamil dapat berbahaya baik bagi ibu maupun bayi, risiko pada saat

prsalinan dan keadaan yang lemah dan cepat lelah saat hamil sering
dialami oleh ibu yang mengalami KEK (Direktorat Bina Gizi dan

KIA, 2012)

Pada wanita hamil dan WUS digunakan ambang batas

LILA <23,5 cm dikategorikan risiko KEK (Kemenkes R.I, 2013).

Pengukuran LILA ini dilakukan dengan mengukur lengan atas ibu

hamil tangan yang jarang digunakan dengan menggunakan alat

pengukur LILA.

Kekurangan energi secara kronis menyebabkan cadangan

zat gizi yang dibutuhkan oleh janin dalam kandungan tidak adekuat

sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan baik pertumbuhan

maupun perkembangannya. Status KEK ini dapat memprediksi hasil

luaran nantinya, ibu yang mengalami KEK mengakibatkan masalah

kekurangan gizi pada bayi saat masih dalam kandungan sehingga

melahirkan bayi dengan panjang badan pendek (Najahah, 2013).

Selain itu, ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR). Panjang badan lahir rendah dan

BBLR dapat menyebabkan stunting bila asupan gizi tidak adekuat.

Hubungan antara

Stunting dan KEK telah diteliti di Yogyakarta dengan hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa ibu hamil dengan riwayat

KEK saat hamil dapat meningkatkan risiko kejadian stunting pada

anak balita usia 6-24 bulan (Sartono, 2013).


b. Kadar Hemoglobin

Pemeriksaan darah dilakukan pada ibu hamil untuk

mengetahui kadar Hb ibu sehingga dapat diketahui status anemia

yang dialami ibu saat hamil. Anemia pada saat kehamilan merupakan

suatu kondisi terjadinya kekurangan sel darah merah atau

hemoglobin (Hb) pada saat kehamilan. Ada banyak faktor

predisposisi dari anemia tersebut yaitu diet rendah zat besi, vitamin

B12, dan asam folat, adanya penyakit gastrointestinal, serta adanya

penyakit kronis ataupun adanya riwayat dari keluarga sendiri

(Moegni dan Ocviyanti, 2013).

Ibu hamil dengan anemia sering dijumpai karena pada saat

kehamilan keperluan akan zat makanan bertambah dan terjadi

perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang (Wiknjosastro

dkk, 2005). Nilai cut-off anemia ibu hamil adalah bila hasil

pemeriksaan Hb <11,0 g/dl (Kemenkes R.I, 2013). Penyebab anemia

pada ibu hamil adalah karena gangguan penyerapan pada

pencernaan, kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan,

perdarahan akut maupun kronis, meningkatnya kebutuhan zat besi,

kekurangan asam folat dan vitamin, menjalankan diet miskin zat besi

dan pola makan yang kurang baik ataupun karena kelainan pada

sumsum tulang belakang.

Akibat anemia bagi janin adalah hambatan pada

pertumbuhan janin, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan BBLR,


serta lahir dengan cadangan zat besi kurang sedangkan akibat dari

anemia bagi ibu hamil dapat menimbulkan komplikasi,.

gangguan pada saat persalinan dan dapat membahayakan

kondisi ibu seperti pingsan, bahkan sampai pada kematian

(Direktorat Bina Gizi dan KIA, 2012). Kadar hemoglobin saat ibu

hamil berhubungan dengan panjang bayi yang nantinya akan

dilahirkan, semakin tinggi kadar Hb semakin panjang ukuran bayi

yang akan dilahirkan (Ruchayati, 2012). Prematuritas, dan BBLR

juga merupakan faktor risiko kejadian stunting, sehingga secara tidak

langsung anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan kejadian

stunting pada balita.

c. Kenaikan Berat Badan Ibu saat Hamil

Menurut Almatsier, Ibu hamil akan membutuhkan tambahan

energi dari pada ibu yang tidak hamil, penambahan tersebut dibedakan

berdasarkan umur kehamilannya yaitu:

1. Trimester I ibu hamil membutuhkan tambahan energi 150-200

kal/hari.

2. Trimester II ibu hamil membutuhkan tambahan energi 250-350

kal/hari.

3. Trimester III ibu hamil membutuhkan tambahan energi 400

kal/hari dan jumlah cairan yang dibutuhkan minimal 1500 ml/hari

(Minarti dkk, 2013).


Penambahan berat badan ibu hamil dihubungkan dengan IMT

saat sebelum ibu belum hamil. Apabila IMT ibu sebelum hamil dalam

status kurang gizi maka penambahan berat badan seharusnya lebih

banyak dibandingkan dengan ibu yang status gizinya normal atau

status gizi lebih. Penambahan berat badan ibu selama kehamilan

berbeda pada masing–masing trimester. Pada trimester pertama berat

badan bertambah 1,5-2 Kg, trimester kedua 4-6 Kg dan trimester

ketiga berat badan bertambah 6-8 Kg.

Total kenaikan berat badan ibu selama hamil sekitar 9-12 Kg

(Direktorat Bina Gizi dan KIA, 2012). Pada penelitian yang dilakukan

oleh Yongky tahun 2004 menyatakan bahwa pertambahan berat badan

saat hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status

kelahiran bayi (BBLR) (Yongky dkk, 2009). Penambahan berat badan

saat hamil perlu dikontrol karena apabila berlebih dapat menyebabkan

obesitas pada bayi sebaliknya apabila kurang dapat menyebabkan bayi

lahir dengan berat badan rendah, prematur yang merupakan faktor

risiko kejadian stunting pada anak balita.

d. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang anak balita, pada penelitian yang

dilakukan oleh Anisa tahun 2012 menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara berat lahir dengan kejadian stunting

pada balita di Kelurahan Kalibaru (Anisa, 2012). Bayi yang lahir


dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir

rendah akan mengalami hambatan pada pertumbuhan dan

perkembangannya serta kemungkinan terjadi kemunduran fungsi

intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena infeksi dan terjadi

hipotermi (Direktorat Bina Gizi dan KIA, 2012).

Banyak penelitian yang telah meneliti tentang hubungan

antara BBLR dengan kejadian stunting diantaranya yaitu penelitian di

Klungkung dan di Yogyakarta menyatakan hal yang sama bahwa ada

hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting (Susanti,

2014; Sartono, 2013). Selain itu, penelitian yang dilakukan di Malawi

juga menyatakan prediktor terkuat kejadian stunting adalah BBLR

(Milman et all, 2005).

e. Panjang Badan Lahir

Asupan gizi ibu yang kurang adekuat sebelum masa

kehamilan menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin sehingga

dapat menyebabkan bayi lahir dengan panjang badan lahir pendek.

Bayi yang dilahirkan memiliki panjang badan lahir normal bila

panjang badan lahir bayi tersebut berada pada panjang 48-52 cm

(Kemenkes R.I, 2013). Penentuan asupan yang baik sangat penting

untuk mengejar panjang badan yang seharusnya. Berat badan lahir,

panjang badan lahir, usia kehamilan dan pola asuh merupakan

beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting. Panjang badan


lahir merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting pada balita

(Anugraheni dan Kartasurya, 2012; Meilyasari dan Isnawati, 2014).

Menurut Riskesdas tahun 2013 kategori panjang badan lahir

dikelompokkan menjadi tiga, yaitu <48 cm, 48-52 cm, dan >52 cm,

panjang badan lahir pendek adalah bayi yang lahir dengan panjang <48

cm (Kemenkes R.I, 2013). Panjang badan lahir pendek dipengaruhi

oleh pemenuhan nutrisi bayi tersebut saat masih dalam kandungan.

f. ASI Eksklusif

ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan

dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain yang

diberikan kepada bayi sejak baru dilahirkan selama 6 bulan (Kemenkes

R.I, 2013). Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah dapat terpenuhi

dengan pemberian ASI saja. Menyusui eksklusif juga penting karena

pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna oleh enzim-

enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa pembakaran

makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal belum

sempurna (Kemenkes R.I, 2013).

Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak mulai

dari peningkatan kekebalan tubuh, pemenuhan kebutuhan gizi, murah,

mudah, bersih, higienis serta dapat meningkatkan jalinan atau ikatan

batin antara ibu dan anak. Penelitian yang dilakukan di Kota Banda
Aceh menyatakan bahwa kejadian stunting disebabkan oleh rendahnya

pendapatan keluarga, pemberian ASI yang tidak eksklusif, pemberian

MP-ASI yang kurang baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor

yang paling dominan pengaruhnya adalah pemberian ASI yang tidak

eksklusif (Al-Rahmat dkk, 2013).

Hal serupa dinyatakan pula oleh Arifin pada tahun 2012

dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kejadian stunting

dipengaruhi oleh berat badan saat lahir, asupan gizi balita, pemberian

ASI, riwayat penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu balita, pendapatan

keluarga, jarak antar kelahiran namun faktor yang paling dominan

adalah pemberian ASI (Arifin dkk, 2013). Berarti dengan pemberian

ASI eksklusif kepada bayi dapat menurunkan kemungkinan kejadian

stunting pada balita, hal ini juga tertuang pada gerakan 1000 HPK

yang dicanangkan oleh pemerintah Republik Indonesia.

1. Dampak buruk stunting

Dampak Buruk yang dapat di timbulkan oleh stunting yaitu

a. Jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,

kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan

metabolism dalam tubuh.

b. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat di timbulkan

adalah menurunya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,

menurunya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko

tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,


penyakit jantung, dan pertumbuhan darah, kanker, stroke dan di

sabilitas pada usia tua.

2.1.4 Upaya Pencegahan Stunting

Penanganan stunting di lakukan melalui intervensi

spesifik dan intervensi sensitive pada sasaran 1.000 hari pertama

kehidupan seorang anak sampai berusia 6 tahun

( Kemenkes RI 2013 ) :

A. Intervensi Spesifik

Intervensi ini ialah intervensi yang ditujukan kepada anak

dalam 1.000 hari pertama kehidupan ( HPK ). Kerangka kegiatan

ini umumnya di lakukan pada sektor kesehatan :

1. Intervensi dengan sasaran ibu hamil

a. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk

mengatasi kekurangan energy dan protein kronis.

b. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.

c. Mengatasi kekurangan lodium.

d. Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.

e. Melindungi ibu hamil dari malaria.

2. Intervensi dengan ibu menyusui dan anak usia 0 – 6 bulan :

a. Mendorong inisiasi menyusui dini .

b. Mendorong pemberian ASI eksklusif.

3. Intervensi dengan ibu menyusui dan anak usia 7 – 23 bulan :


a. Mendorong penurerusan pemberian ASI hingga usia 23 Bulan

di damping oleh pemberian MP – ASI.

b. Menyediakan obat cacing.

c. Menyediakan siplementasi zink.

d. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.

e. Memberikan perlindungan terhadap malaria.

f. Memberikan imunisasi lengkap.

g. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.

B. Intervensi gizi sensitive

Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat secara

umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita :

1. Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih.

2. Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi.

3. Melakukan fortifikasi bahan pangan.

4. Menyedikan akses kepada layanan kesehatan dan keluarga

berencana (KB).

5. Menyediakan jaminan kesehatan nasional (JKN).

6. Memberikan pendidikan pengasuh pada orang tua.

7. Memberikan pendidikan gizi pada masyarakat.

8. Memberikan edukasi kesehtan seksual dan reproduksi, serta

gizi pada remaja.

9. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.

10. Meningkatkan ketahanan pangan gizi.


2.2 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

2.2.1 Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam Lamani (2017)

menjelaskan bahwa, pengetahuan adalah hasil penginderaan

manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera

yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan

sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

penglihatan (mata).

2.2.2 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014) dalam Lamani (2017)

memaparkan bahwa, pengetahuan seseorang terhadap objek

mempunyai intenstias atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis

besarnya dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan yakni :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya

seseorang mengetahui pengertian stunting factor penyebab dan

dampak buruk dari stunting, dan sebagainya. Untuk mengatahui atau

mengukur bahwa orang mengetahui sesuatu dapat menggunakan


pertanyaan-pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang

gizi, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terdapat objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetatpi orang tersebut

harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut. Misalnya sesorang mengetahui apa itu stunting

dampak dari stunting dan sebagainya dengan demikian di katakana

seseorang tersebut memahami stunting ia bukan hanya mampu

mengetahuinya melainkan ia juga mampu memahi upaya

pencegahanya serta mampu mengintervensi pada keluarganya

terutama pada anak.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. misalnya

seorang yang telah paham tentang proses perencanaan, dia harus

dapat membuat program perencanaan, dia harus dapat membuat

program perencanaan kesehatan ditempat ia bekerja atau dimana

saja, orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah

membuat proposal penelitian dimana saja dan seterusnya.


d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

atau memisahkan, kemudian mencari hububngan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu telah sampai

pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut sudah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkumkan atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis

terhadap pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menysun suatu formulasi-

formulasi yang telah ada. misalnya dapat membuat kesimpulan dari

artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.


1. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin diketahui disesuaikan dengan tingkat-tingkat

dalam kawasan kognitif (Notoatmodjo,2014).

Skinner seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2014)

mengatakan bahwa bila seseorangdapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan baik secara lisan

atau tulisan, maka dapat dikatakan dirinya mengetahui bidang itu.

Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan orang tersebut

dinamakan pengetahuan (knowledge).

Pertanyaan dapat dipergunakan untuk mengukur

pengetahuan dan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu :

(Notoatmodjo, 2014).

a. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay

b. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan berganda

(multiple choice), benar-salah, dan pertanyaan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif

khususnya pilihan berganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai

alat pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan

pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.


Menurut Arikunto (2013) dalam Lamani (2017) pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat

tes atau kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau diukur,

selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari

masing-masing pertanyaan diberi nilai 5 dan jika salah diberi nilai 0.

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor

jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalian

100% dan hasilnya presentase dengan rumus yang digunakan sebagai

berikut :

SP

N= x 100%

SM

Keterangan :

N : Nilai pengetahuan

SP : Skor yang didapat

SM : Skor tertinggi maksimum

Selanjutnya presentase jawaban yang diinterprestasikan

dalam kalimat kualitatif dengan cara sebagai berikut :


a. Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-

100% dari seluruh pertanyaan.

b. Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-

75% dari seluruh pertanyaan.

c. Kurang : bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-

55% dari seluruh pertanyaan.

2. Pengetahuan Sebagai Determinan Terhadap Perilaku

Menurut Kholid (2014) dalam Lamani (2017)

menjelaskan bahwa faktor penentu untuk determinan pada manusia

sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari

berbagai faktor. Pada realitanya sulit dibedakan dalam menentukan

perilaku karena menentukan faktor lainya, yaitu antara lain faktor

pengalaman, keyakinan sarana fisik, sosio budaya masyarakat dan

lain sebagainya sehingga proses terbentuknya pengetahuan dan

perilaku dapat dipahami seperti yang dikemukakan sesuai teori

Green Lawrence (1980), secara garis besar dipengaruhi oleh dua

faktor pokok,yakni faktor perilaku (behavior causes), dan faktor

diluar perilaku (non-behavior) selanjutnya perilajku itu sendriri

ditentukan atau tebentuk dari tiga faktor:

 Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan,nilai-nilai dan sebagainya.


 Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud

dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas atau sarana-saran kesehatan.

 Faktor-faktor pendukung (reinforcing factors), yang terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku seseorang

yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan perilaku

seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,

tradisi,dan sebagainya dari seseorang. Disamping itu, ketersediaan

fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya

pengetahuan dan perilaku (Kholid,2014).

2.2.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Budiman (2013) dalam Azis (2016), adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.


2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan.

3) Usia

Usia adalah individu menghitung mulai usia sejak lahir

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari yang sebelum tinggi dewasanya.

b. Faktor eksternal

1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

3) Kriteria tingkat pengetahuan


Menurut Budiman dan wawan (2013) yang dikutip dari

Arinkunto, 2006 bahwa Pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu:

a) Baik : hasil presentasi 76% - 100%

b) Cukup : hasil presentase 56% - 75 %

c) Kurang : hasil presentase <56 %.

2.3 Ruang lingkup Edukasi

Menurut Firiani (2011) dalam Bactiar (2017) ada beberapa

dimensi ruang lingkup pendidikan kesehatan (Edukasi), antara lain :

a. Dimensi Sasaran

1. Individu

Metode yang dapat dilakukan adalah :

a) Bimbingan dan konseling

Konseling kesehatan adalah kegiatan pendidikan

kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya

sadar,tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bersedia

melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan.

b) Wawancara

Wawancara adalah bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Menggali informasi mengapa individu tidak atau

belum mau menerima perubahan, apakah individu tertarik atau

tidak terhadap perubahan, bagaimanakah dasar pengertian dan


apakah mempunyai dasar yang kuat jika belum, maka

diperlukan penyuluhan yang lebih mendalam.

2. Kelompok

Metode yang bisa digunakan unutk kelompok kecil diantaranya :

a) Diskusi kelompok

Diskusi kelompok adalah membahas suatu topic

dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih dalam

suatu kelompok yang dirancang untuk mencapai tujuan

teretentu.

b) Mengungkapkan pendapat (Brainstorming)

Merupakan modifikasi metode diskusi kelompok.

Pada prinsipnya sama dengan diskusi kelompok. Tujuannya

adalah untuk menghimpun gagasan, pendapat, informasi,

pengetahuan, pengalaman, dari setiap peserta.

c) Bermain peran

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode

untuk menghadirkan peran yang ada dalam dunia nyata ke

dalam satu pertunjukkan di dalam kelas pertemuan.

d) Kelompok yang membahas tentang desas-desus

Dibagi menjadi kelompok kecil kemudian diberikan

suatu permasalahn yang sama atau berbeda antara kelompok

satu dengan kelompok lain kemudian masing-masing dari


kelompok tersebut mendiskusikan hasilnya lalu kemudian tiap

kelompok mendiskusikan kembali dan mencari kesimpulannya.

e) Simulasi

Berbentuk metode praktek yang berfungsi untuk

mengembangkan ketrampilan peserta belajar.metode ini

merupakan gabungan dari role play dan diskusi kelompok.

3. Masyarakat luas

Metode yang dapat dipakai untuk masyarakat luas diantaranya :

a) Seminar

Metode seminar ini hanya cocok untuk sasaran

kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar

adalah suatu presentasi dari suatu ahli atau beberapa ahli

tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya sedang

ramai dibicarakan di masyarakat.

b) Ceramah

Metode ceramah adalah suatu metode pengajaran

dengan menyamaikan informasi secara lisan kepada sejumlah

siswa, yang pada umumnya mengikuti secara pasif.


b. Dimensi Tempat Pelaksana

1) Pendidikan kesehatan (Edukasi) di Masyarakat.

2) Pendidikan kesehatan (Edukasi) di rumah sakit atau di tempat

pelayanan kesehatanlainnya, dengan sasaran pasien juga keluarga

pasien

3) Pendidikan kesehatan (Edukasi) di tempat kerja dengan sasaran

buruh atau karyawan.

c. Dimensi Tingkat Pelayanan Kesehatan

a) Peningkatan kesehatan

Dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan seperti

pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, Konsultasi kesehatan

anak, pendidikan seks, pengendalian lingkungan, dan sebagainya.

b) Perlindungan umum dan khusus

Perlindungan umum dan khusus merupakan usaha

kesehatan dalam rangka memberikan perlindungan secara khusus

atau umum kepada seseorang atau masyarakat. Bentuk

perlindungan tersebut seperti imunisasi dan hygiene perseorangan,

perlindungan diri dari kecelakaan, kesehatan kerja, pengendalian

sumber-sumber pencemaran, dan lain-lain.

c) Diagnosis dini dan pengobatan segera atau adekuat

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang rendah

terhadap kesehatan mengakibatkan masyarakat mengalami


kesulitan untuk mendeteksi penyakit bahkan enggan untuk

memeriksakan kesehatan dirinya dan mengobati penyakitnya.

d) Pembatasan kecacatan

Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan dan penyakit sering membuat masyarakat tidak

melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, yang akhirnya dapat

mengakibatkan kecacatan atau ketidakmampuan. Oleh karena itu,

pendidikan kesehatan (Edukasi Kesehatan) juga diperlukan pada

tahap ini dalam bentuk penyempurnaan dan intensifikasi terapi

lanjutan, pencegahan komplikasi, perbaikan fasilitas kesehatan,

penurunan beban sosial penderita, dan lain-lain.

e) Rehabilitasi

Latihan diperlukan untuk pemelihan seseorang yang telah

sembuh dari suatu penyakit atau menjadi cacat. Karena kurangnya

pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya rehabilitasi,

masyarakat tidak mau untuk melakukan latihan-latihan tersebut.

2.4 Media Pendidikan Kesehatan

Media adalah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan

pesan. Media sebagai alat pembelajaran mempunyai syarat antara

lain:

1. harus bisa meningkatkan motivasi subyek untuk belajar,

2. merangsang pembelajaran mengingat apa yang sudah dipelajari.


3. mengaktifkan subyek belajar dalam memberikan tanggapan/umpan

balik,

4. mendorong pembejalar untuk melakukan praktek-praktek yang

benar (Boore, 199 dalam Septiana, 2014).

Sedangkan alat bantu yang digunakan antara lain alat bantu

lihat (visual), alat bantu dengar (audio) atau alat bantu dengar dan

lihat (audio visual) serta alat bantu media tulis seperti poster, leaflet,

booklet, lembar balik, flipchart (Notoatmodjo, 2014).

2.5 Kerangka Teori

Edukasi

Pengetahuan

Stunting
Perilaku upaya
pencegahan
Normal

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada

kerangka teori yang dibahas dalam tinjauan pustaka, variabel

dependent (terikat) yaitu pengetahuan dan Upaya pencegahan stunting


sedangkan untuk variabel independen (bebas) yaitu Edukasi. Kerangka

konsep :

penelitian sebagai berikut :Dependent

Pengetahuan dan
Independen Upaya pencegahan
Stunting anak usia
EDUKASI balita pada Orang
Tua di Dusun
Ulusadar setelah Di
Keterangan : Berikan Edukasi
Pada Kelompok
intervensi dan
kontrol

= Variabel yang Diteliti

= Garis Penghubung

Gambar 2.1
Kerangka Konsep
Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Tingkat
Pengetahun Dan Upaya pencegahan pada orang tua tentang stunting
2.7 Hipotesis

Ha :

1. Ada perbedaan pengetahuan dan upaya pencegahan sebelum dan

sesudah edukasi pada kelompok intervensi.

Ho :

1. Tidak ada perbedaan pengetahuan dan upaya pencegahan

sesudah edukasi pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.
BAB III

METODO PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan quasy experimental dengan

rancangan non equivalent control group. Desain ini digunakan untuk

membandingkan hasil intervensi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi

dan kelompok kontrol yang keduanya diukur sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi (Notoatmodjo, 2012) dalam waliulu (2017).

Tabel 3.1: Desain penelitian

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

K O1 I O3

K O2 - O4

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Sumber : Nursalam (2014)

Keterangan :

K1 : Subjek Intervensi (Ibu/yang mengasuh anak)

K2 : Subjek kelompok kontrol (Ibu/yang mengasuh anak)

O1 :Pengukuran pertama, tingkat pengetahuan dan upaya

pencegahan tentang stunting sebelum diberikan edukasi


untuk kelompok intervensi Subjek Intervensi (Ibu/yang

mengasuh anak)

O2 : Pengukuran pertama, tingkat pengetahuan dan upaya

pencegahan tentang stunting sebelum diberikan edukasi

untuk kelompok Kontrol.

I : Intervensi (edukasi)

- : Non Intervensi

O3 : Pengukuran kedua, tingkat pengetahuan dan upaya

Pencegahan tentang stunting sesudah diberikan edukasi

pada kelompok intervensi

O4 : Pengukuran kedua, tingkat pengetahuan dan upaya

Pencegahan tentang stunting yang tidak di intervensi pada

kelompok control

Waktui 1 : Hari pertama pemilahan sampel, baik kelompok control

maupun kelompok intervensi serta penandatangan lembaran

informed consent.

Waktu 2 : Memberikan edukasi atau perlakuan pada kelompok

intervensi pada hari ke dua.

Waktu 3 : pengambilan data post 1 minggu setelah di berikan

eduakasi.
3.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini telah di lakukan di Dusun Ulusadar Kecamatan

Huamual Belakang.

3.3 Waktu Penelitian

Waktu penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 19 juli - 4

agustus 2018 selama 2 minggu.

3.4 Populasi Dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011 dalam Septiana, 2014). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua orang tua di Dusun Ulusadar yang

berjumlah 50 orang.

3.4.2 Sampel

a. Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non probability

sampling secara consecutive sampling yaitu teknik pemilihan sampel

yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan

memenuhi kriteria yang ditentukan peneliti. Dalam pemilihan sampel,

peneliti menetapkan kriteria sampel sebagai berikut:


1) Kriteria inklusi

a) Ibu atau yang mengasuh anak yang memiliki anak usia 1 – 5

tahun

b) Ibu atau yang mengasuh anak bisa menulis dan membaca dengan

baik

c) Bersedia menjadi responden

2) Kriteria eksklusi

a) Ibu atau yang mengasuh anak kurang kooperatif

b) Ibu atau yang mengasuh anak dengan gangguan tertentu/cacat

b. Besar sampel

Pada umumnya penelitian eksperimen hanya menggunakan

sampel yang relatif kecil, bila dibandingkan dengan besarnya populasi.

Oleh karena itu, hasil penelitian eksperimen ini diolah dan dianalisis

dengan uji statistik yang cermat sehingga dapat dilakukan generalisasi

yang memadai (Notoatmodjo, 2012) Dalam waliulu (2017).

Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

kelompok intervensi berjumlah 20 dan kelompok kontrol berjumlah 20

yang memenuhi kriteria sampel yang ditentukan. penentuan jumlah

sampel ini berdasarkan Sugiono (2012) Dalam waliulu (2017). yang

menyatakan bahwa penelitian eksperimen sederhana, yang

menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka

jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20.

Pengambilan sampel pada kelompok intervensi secara bertahap saat


berkunjung ke Dusun Ulusadar hingga mencapai 20 responden

kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel pada kelompok

kontrol.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari varibael dependen

dan variabel independen. di mana variabel dependent (terikat) yaitu

pengetahuan dan Upaya pencegahan stunting sedangkan untuk

variabel independen (bebas) yaitu Edukasi..

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, meningkatkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena (Notoatmodjo, 2014)


Tabel 3.2
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional Ukur Ukur
Dependen : Pemahaman ibu Kuesioner Skor Pengetahuan
Tingkat tentang Stunting Interval
pengetahuan anak usia balita 10 pertanyaan dan
orang tua pilihan jawaban.
tentang
stunting Nilai 1 : jawaban benar
Nilai 0 : jawaban salah

Tingkat pengetahuan

Score :

Baik : bila subjek


mampu menjawab
dengan benar 76% -
100% dari seluruh
pertanyaan

Cukup : bila subjek


mampu menjawab
dengan benar 56% dan
75% dari seluruh
pertanyaan.

Kurang : bila subjek


mampu menjawab
dengan benar < 40% -
55% dari seluruh
pertanyaan.

(Arikunto 2013 )
Dependen : Informasi yang Kuesioner Skor Upaya Ordinal
Upaya diketahui orang Pencegahan
pencegahan tua mengenai
stunting tindakannya 10 pertanyaan dan
dalam pilihan jawaban.
penanggulangan
stunting Nilai 1 : Tidak pernah
Nilai 2 : Kadang -
kadang
Nilai 3 : Sering
Nilai 4 : Selalu

Upaya Pencegahan

Score :

Baik :
- jika distribusi
data normal >
mean (nilai rata
rata).
- jika distribusi
data tidak normal
> median ( nilai
tengah ).

Kurang :
- jika distribusi
data normal <
mean (nilai rata
rata).
- jika distribusi
data tidak normal
< median ( nilai
tengah ).

Independen : Pemberian materi Leaflet 1 : kelompok intervensi Nominal


Edukasi tentang stunting 2: kelompok control
dan upaya
pencegahan
dengan metode
diskusi kelompok
dengan
menggunakan
media liffleat
selama 1-2 jam
3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen (alat) pengumpulan data adalah alat ukur dalam

penelitian (Notoatmodjo,2014). Instrument yang digunakan pada

penelitian ini adalah kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan

orang tua sebanyak 10 pertanyaan. Pengisian kuesioner tersebut

dengan melingkari pada jawaban yang dianggap benar.

Pada prtanyaan jawaban benar diberi skor 1 (ya) dan jika

jawabannya salah diberi skor (0), untuk pengetahuan stunting. Dan

untuk upaya pencegahan terdiri 10 pernyataan positife dengan score 1

(tidak pernah), 2 (kadang kadang), 3 (sering) dan 4 ( selalu ).

3.7.1 Uji Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu butir pertanyaan. Skala butir pertanyaan dinyatakan valid, jika

melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk mengukur yang

seharusnya diukur (Sunyoto, D., 2011 dalam Rahayu, 2016).

Dalam menentukan kelayakan dan tidaknya suatu item

yang akan digunakan biasanya dilakukan uji signifikasi koefisien

korelasi pada taraf 0,05. Artinya suatu item dianggap valid jika

memiliki korelasi signifikan terhadap skor total intem.

Peneliti melakukan uji validitas di dusun siompo, kecamatan

kairatu, dengan 30 orang responden yang mempunyai karakteristik


yang sama dengan lokasi. Penelitian ini menggunakan pengujian

validitas Corrected Item-Total Correlaction.

Uji Validitas menggunakan teknik Corrected Item-Total

Correlaction memiliki Kriteria sebagai berikut :

1) Item pertanyaan dikatakan valid jika nilai r hitung > r table

2) Item pertanyaan dikatakan Tidak valid jika nilai r hitung < r table

Uji validitas di lakukan di Dusun Siompo, Kecematan

Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat, yang di lakukan pada 30

responden dengan 2 kuesoner yang di bagikan diantaranya :

1) Kuesoner pengetahun dengan nilai r hitung = 0,965 sedangkan

nilai r tabelnya adalah 0,64 dengan demikian kuesoner yang telah

di uji validitas ini dapat di jadikan sebagai alat ukur dalam

penilitian ini.

2) Kuesoner upaya pencegahan dengan nilai r hitung = 0,816

sedangkan nilai r tabelnya adalah 0,64 dengan demikian kuesoner

yang telah di uji validitas ini dapat di jadikan sebagai alat ukur

dalam penilitian ini.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan stabilitas

dari data berupa skor hasil persepsi suatu variabel baik variabel bebas

maupun terikat. Dengan demikian reliabilitas meliputi stabilitas ukuran

dan konsisitensi internal ukuran. Stabilitas ukuran menunjukkan

kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau tidak rentang


terhadap perubahan situasi apapun.Kestabilan ukuran dapat

membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur

sebuah konsep (Sunyonto, D., 2011 dalam Rahayu, 2016), di sebut

releabel jika nila a crombach lebih besar dari 0,64.

1) Nilai r hitung = 0,966 untuk kuesoner pengetahuan dan

2) Nilai r hitung = 0,924 untuk kuesoner upaya pencegahan.

Dari kuesoner yang telah di uji Relealibiltas baik pengetahuan

maupun upaya pencegahan di dapat nilai r hitung lebih besar dari

nilai r table sehigga kuesoner tersebut dapat di jadikan sebagai alat

ukur dalam penelitian ini.

3.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpuan data dilakukan dalam dua tahap, yaitu,

tahap persiapan dan pelaksanaan.

3.8.1 Tahap persiapan

a. Persiapan administrasi

Pada tahap ini peneliti menyerahkan surat studi

pendahuluan dan ijin penelitian dari LPPM STIKes Maluku

Husada, kepada kepala dusun ulusadar, yang menjadi lokasi

penelitian serta memasukan surat ke KESBANPOL dan LINMAS

Seram Bagian Barat.

b. Persiapan instrumen

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan instrument yang

digunakan untuk pengumpulan data berupa lembaran kuisioner


berisi karakteristik responden, pengetahuan dan upaya pencegahan

Stunting.

c. Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada kuisioner

pengetahuan dan upaya pencegahan di Dusun Ulusadar yang

berbeda, yaitu orang tua di dusun siompu. Kuisioner diujicobakan

pada 30 responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan

kriteria inklusi yang peneliti tetapkan.

3.8.2 Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data

melalui langkah-langkah sebagai berikut;

a. Memilih responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi.

b. Memberikan informasi penelitian kepada responden dengan

jelas.

c. Meminta persetujuan orang tua untuk menjadi responden.

d. Pengukuran pertumbuhan anak untuk memastikan responden

tidak dengan anak stunting.

e. Menentukan kelompok responden (kelmpok kontrol dan

kelompok intervensi).

f. Melakukan kontrak dengan responden baik kelompok

intervensi maupun kelompok kontrol.

g. Pengambilan data pre dilakukan pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.
h. Edukasi diberikan pada kelompok intervensi pada hari ke dua

dalam hal ini ini edukasi yang di berikan berkaitan dengan

Stunting ( materi terlampir pada lampiran 5).

i. Tahap terahir data post diambil pada waktu yang berbeda pada

kedua kelompok setelah diberikan intervensi. Untuk data

pengetahuan akan diambil setelah pemberian edukasi

Sedangkan data upaya pencegahan diambil 1 minggu setelah

pemberian edukasi.

3.9 Pengelolaan data

Dalam penelitian ini peniliti menggunakan pengelolaan data

dengan cara:

1. Editing : memeriksa kembali isian lembar angket yang telah di

kumpulkan dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan

pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban. Sehingga apa bila

ada kekurangan dapat segera di lengkapi.

2. Coding memberi nomor - nomor kode atau bobot pada jawaban

yang bersifat kategorik.

3. Tabulating : menyusun atau menghitung data berdasarkan

variabel yang di teliti.

4. Entry data : proses pemasukan data ke dalam computer melalui

program SPSS 20 . sebelum di lakukan pengecekan ulang

terhadap data.
5. Cleaning : membersihkan data dan melihat variabel yang di

gunakan apakah datanya sudah benar atau belum

3.10 Analisa Data

1. Uji syarat

Sebelum melakukan analisis univariat dan, bivariat, terlebih

dahulu dilakukan uji syarat yang meliputi uji normalitas dan

dilanjutkan dengan uji homogenitas.Uji normalitas data menggunakan

Shapiro wilk. Uji homogenitas menggunakan Uji Levene’sTest.

Digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel dari kedua

kelompok.

2. Analisa univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti

(Dharma, 2015). Analisa univariat dijelaskan dengan distribusi

frekuansi untuk data yang bersifat kategorik ( pengetahuan, upaya

pencegahan,pendidikan dan status pekerjaan). Sedangkan untuk data

numerik (umur dan jumlah anak) disajikan dalam bentuk mean,

median dan standar deviasi.

3. Analisa bivariat

Dalam penelitian ini telah di teliti pengaruh edukasi terhadap

tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan stunting, pada kelompok

control dan kelompok intervensi setelah dan sesudah edukasi . Uji

analisis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Mann


Whitney U Tes, untuk uji beda pada data post test untuk kelompok

control dan kelompok intervensi dengan hasil nilai p Value > 0,05 Ho

di terima Ha di tolak.

Uji Wilcoxon untuk melihata pengaruh edukasi terhadap

tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan pada kelompok intervensi

dengan nilai P < 0,05 maka Ho di tolak Ha di terima.

3.11 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu

adanya rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan

mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian.

Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti mulai melakukan

penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat

(2012) meliputi :

1. Informent Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden

yang diteliti dan yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai

judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila subjek menolak

maka peneliti tidak akan memaksa kehendak dan tetap

menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden, tetapi lembar tersebut diberi

kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti

dan hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

peneliti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Dan Batas Wilayah

Secara Geografis Dusun Ulusadar terdiri atas daratan dan lautan.

Dusun Ulusadar merupakan salah satu Dusun di Desa waisala Kecamatan

Humual belakang Kabupaten Seram Bagian Barat. Adapun batas wilayah

Dusun ulusadar adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Laut Tanjung Karang

2. Sebelah Timur : Jalan Raya Lintas Seram (Waisala)

3. Sebelah Selatan : Negeri Waisala

4. Sebelah Barat : Laut

4.1.2 Kondisi Demografi

Data mengenai penduduk Dusun Ulusadar Kecamatan Huamul

Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat. Dusun Ulusadar terdiri dari 217

KK dengan jumlah penduduk sebanyak 1.085 jiwa.


4.2 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Ulusadar Kecamatan Huamual

Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat pada tanggal 19 juli – 4 Agustus

2018.

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian eksperimental semu

(quasy eksperimental) dengan pendekatan Two-Group Post Test Control

Design. Dalam penelitian ini, peneliti melihat pengaruh edukasi terhadap

tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan. Alat yang digunakan pada

penelitian adalah kuesoner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Data

yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel

univariat dan bivariat sebagai berikut:

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,
Tingkat Pendidikan, Jumlah Anak Dan Status Pekerjaan,
Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi
Di Dusun Ulusadar Kecamatan
Huamual Belakang
Tahun 2018

Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Jumlah % Jumlah %
Umur
15 – 20 tahun 2 10 1 5
21 – 25 tahun 5 25 3 15
26 – 30 tahun 7 35 10 50
31 – 35 tahun 3 15 2 10
36 – 40 tahun 3 15 4 20
Total 20 100 20 100
Tingkat pendidikan Jumlah % Jumlah %
Dasar 13 65 7 35
Menengah 7 35 10 50
Atas 3 15
Total 20 100.0 20 100.0
Jumlah anak Jumlah % Jumlah %
1 Orang 1 5
2 Orang 6 30 5 25
3 Orang 7 35 4 20
4 Orang 5 25 8 40
5 Orang 2 10 2 10
Total 20 100 20 100
Status Pekerjaan Jumlah % Jumlah %
Ibu rumah
11 55 12 60
tangga
Petani 9 45 3 15
PNS 0 0 2 10
Wirausaha 0 0 3 15
Total 20 100 20 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa kelompok

intervensi dan kelompok kontrol yang memiliki populasi terbanyak

dengan umur 26 – 30 tahun sebanyak 50% pada kelompok kontrol dan

35% pada kelompok intervensi. Sedangkan populasi umur terendah

dengan umur 15 – 20 tahun sebanyak 1 responden pada kelompok

kontrol dengan presntase 5% dan 2 responden (10%) pada kelompok

intervensi.

Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan,

pada kelompok intervensi terbanyak adalah tingkat pendidikan dasar

sebanyak 10 responden dengan presentasi 65% dan yang terendah adalah


pendidikan menengah sebanyak 7 responden dengan presentase 7%.

Sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak adalah pendidikan

menengah sebanyak 10 responden dengan presentase 50% dan terendah

adalah pendidikan atas yaitu 3 responden dengan presentase 15%..

Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jumlah anak pada

kelompok intervensi terbanyak adalah 3 orang sebanyak 7 responden

dengan presentasi 35% dan yang terendah adalah jumlah anak 5 orang

sebanyak 2 responden dengan presentase 10%. Sedangkan pada

kelompok kontrol terbanyak adalah 4 orang anak sebanyak 8 responden

dengan presentase 40% dan terendah adalah 1 orang yaitu 1 responden

dengan presentase 5%..

Hasil distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan status pekerjaan

di peroleh pekerjaan terbanyak pada kelompok intervensi adalah Ibu

rumah tangga sebanyak 11 responden dengan presentase 55% dan

terendah adalah petani sebanyak 9 responden dengan presentase 45%

sedangkan pada kelompok kontrol terbanyak adalah ibu rumah tangga

sebanyak 12 responden dengan presentase 60% dan terendah adalah PNS

sebanyak 2 responden dengan presentase 10%.


4.2.1.2 Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan
Sebelum dan sesudah di berikan edukasi Pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi

Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol


Pre test Post test Pre test Post test
n % n % n % n %
Pengetahaun
Baik 4 20 18 90 14 70 20 100
Cukup 14 70 2 10 6 30 0 0
Kurang 2 10 0 0 0 0 0 0
Total 20 100 20 100 20 100 20 100
Upaya Pencegahan
Baik 17 85 20 100 20 100 20 100
Kurang 3 15 0 0 0 0 0 0
Total 20 100 20 100 20 100 20 100

Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum edukasi pada kelompok

intervensi terbanyak adalah berpengetahuan cukup sebanyak 14 orang

dengan presentase 70 % dan terendah adalah berpengetahuan kurang

sebanyak 2 orang degan presentae 10%, sedangkan pada upaya

pencegahan sebelum di lakukan edukasi, terbabyak adalah baik sebanyak

17 orang dengan presentase 85% dan terendah adalah kurang sebanyak 3

orang dengan presentase 15%. setelah di lakukan edukasi pada kelompok

intervensi terjadi ppeningkatan baik pengetahuan ataupun upaya

pencegahan yaitu pengetahuan terbanyak adalah baik sebanyak 18 orang


dengan presentase 90% dan terendah adalah cukup sebanyak 2 orang

dengan presentase 10%.

Pada kelompok kontrol di peroleh pengetahuan terbanyak untuk

data pre test, terbanyak adalah pengetahuan baik sebanyak 14 orang

(70%) dan terendah adalah pengetahuan cukup sebanyak 6 orang (30%),

sedangkan data pre test,untuk upaya pencegahan semua responden baik

sebanyak 20 orang dengan presentase 100%. Kemudian pada post test di

ketahuan pengetahuan terbanyak adalah baik sebanyak 20 orang dengan

presentase 100% dan upaya pecegahan terbanyak adalah baik 20 orang

dengan presentase 100%.


4.2.1.3 Uji Syarat Normalitas Data

Tabel 4.2

Distribusi Normalitas Data pengetahuan dan upaya pencegahan


pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi
di Dusun Ulusadar Kecamatan
Huamual Belakang
Tahun 2018

Variabel Kelompok intervensi Kelompok kontrol


Pre test Post test Pre test Post test
Pengetahuan 0.023 0.004 0.007 0.006
Upaya Pencegahan 0.007 0.024 0.017 0.014

Berdasarkan tabel 4.2 di peroleh nilai normalitas data dari kedua variabel

baik pengetahuan maupun upaya pencegahan, pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi keduanya tidak berdistribusi normal di karenakan nilai

p < 0.05. karena syarat untuk data normal adalah p > 0.05.
4.2.2 Analisis Bivariat

4.2.2.1 Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Pada Kelompok Intervensi

Tabel 4.3

Perbedaan Nilai Mean Pengetahuan dan Upaya Pencegahan


Sebelum dan Sesudanh Edukasi pada
Kelompok intervensi
Dengan (n : 20)

Variabel Mean Std Deviation P value


(Min – Max)
Pengetahuan
Pre 65.50 (40-80) 10.501 0.000
Post 87.50 (70-100) 8.507
Upaya
Pencegahan
Pre 26.20 (23-31) 1.989 0.000
Pre 32.20 (26 – 35) 2.093
Uji Wilcoxon, 0 responden pengetahuan menurun: 19 responden pengetahuan
meningkat: 1 responden pengetahuan tetap.

Berdasarkan tabel 4.3 terlihat pengetahuan responden sebelum

perlakuan didapatkan nilai mean 65.50, nilai terendah adalah 40 dan tertinggi

adalah 80. Sedangkan hasil analisis pada pengetahuan responden sesudah

perlakuan didapat rata-rata nilai pengetahuan adalah 87.50, nilai terendah 70

dan tertinggi adalah 100.

Pada variabel upaya pencegahan terlihat nilai mean responden

sebelum perlakuan adalah 26.20, nilai terendah adalah 23 dan tertinggi adalah

31. Sedangkan hasil analisis pada upaya pencegahan responden sesudah

perlakuan di dapat rata rata nilai upaya pencegahan adalah 32.20, nilai

terendah adalah 26 dan tertinggi adalah 35.


Diperoleh nilai signifikan dari dua variabel baik pengetahuan dan

upaya pencegahan adalah 0.000 (p < 0.05), dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari edukasi terhadap

tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan stunting anak usia balita pada

orang tua.

Terjadi peningkatan untuk pengetahuan setelah di berikan edukasi

pada kelompok intervensi yaitu 33,8% dan terjadi peningkatan pada variabel

upaya penecegahan setelah di berikan edukasi pada kelompok intervensi yaitu

22,6%.

4.2.3.1 Perbedaan Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Setelah Di Berikan Edukasi

Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol. (Uji Beda Mann –

Whitney).

Tabel 4.4

Uji Beda Mean Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Setelah


Di Berikan Edukasi Pada Kelompok Intervensi
Dan Kelompok Kontrol

Variabel N Mean Std P value


(Min – Max) Deviation
Pengetahuan
Intervensi dan 40 87.00(70–100) 7.910 0.573
kontrol
Upaya Pencegahan
Intervensi dan 40 32.68 (26 – 35) 1.913 0.110
kontrol
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji beda dari dua kelompok terlihat

pengetahuan responden setelah edukasi pada kelompok intervensi dan data

post dari kelompok kontrol di ketahui nilai 87.00, nilai terendah adalah 70 dan

tertinggi adalah 100. Sedangkan pada data post upaya pencegahan baik

kelompok intervensi yang telah di berikan edukasi maupun kelompok kontrol

yang tidak di berikan edukasi di dapatkan nilai mean 32.68, nilai terendah 26

dan tertinggi adalah 35.

Diperoleh nilai signifikan dari dua variabel pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol baik pengetahuan dan upaya pencegahan adalah 0.573

untuk pengetahuan dan 0.110 untuk upaya pencegahan karena (p > 0.05),

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yan

signifikan antara pengetahuan dan upaya pencegahan setelah di berikan

edukasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengambilan data karakteristik

responden baik kelompok kontrol maupun kelompok intervensi yang terdiri

dari umur, terbanyak adalah 26 – 30 tahun sebanyak 17 responden dan

terendah adalah 15 – 20 tahun sebanyak 3 responden, tingkat pendidikan

terbanyak adalah tingkat pendidikan menengah sebanyak 20 responden dan

terendah adalah pendidikan tinggi sebanyak 3 responden, jumlah anak


terbanyak adalah jumlah anak 4 orang sebanyak 13 responden dan terendah

adalah jumlah anak 1 orang sebanyak 1 responden, dan untuk status

pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 23 responden dan

terendah adalah PNS yaitu 2 responden.

4.3.2 Perbedaan Mean Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan Sebelum Dan

Sesudah Di Berikan Intervensi Pada Kelompok Intervensi.

Pada penelitian ini menunjukan bahwa ada perbedaan atau

peningkataan pengetahuan dan upaya pencegahan sebelum dan sesudah di

berikan edukasi dengan nilai p < 0,05 . dengan demikian perlakuan yang di

berikan dari peniliti kepada responden terbilang berhasil karena apa yang di

sampaikan dari peneliti kepada responden, responden mampu memahami

dan mengerti, selain itu Selama memberikan edukasi , peneliti selalu

menggunakan kosa-kata bahasa yang sesederhana mungkin dan juga telah

memberikan materi dalam bentuk leaflet (selebaran) agar isi materi bisa

dapat dengan mudah dimengerti oleh responden.

Dari hasil penelitian jika dihubungkan dengan pengaruh edukasi

terhadap tingkat pengetahuan dan upaya pencegahan stunting anak usia

balita pada orang tua . maka orang tua yang mendapatkan edukasi akan

memiliki tambahan pengetahuan yang lebih luas serta mampu

mengimplementasikan bentuk upaya pencegahan stunting pada anak usia

balita. sehingga mereka memahami pentingnya perilaku kesehatan yang


baik untuk kepentingan seorang anak, dan nantinya mampu menerapkan

bentuk bentuk dari upaya pencegahan stunting itu sendiri.

Hasil penelitian yang mendukung terkait penilian yang di lakukan

oleh yurika (2009) yang menggambarkan adanya perbedaan ketrampilan

yang bermakna antara sebelum dan sesudah di lakukan pendidikan

kesehatan dengan nilai P 0,019.

Peningkatan Pengetahuan Dapat berimplikasi pada pengoptimalan

praktek stimulasi yang di berikan orang tua kepada anaknya. Sulistriawati

(2016) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap

ibu dalam kemampuan menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak

balita dengan nilai P = 0,002.

Tujuan pendidikan kesehatan secara umum adalah mengubah

pengetahuan, sikap dan ketrampilan individu atau masyarakat di bidang

kesehatan. Selainitu pendidikan kesehatan di antaranya : menjadikan

kesehatan sesuatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar

mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk

mencapai tujuan hidup sehat dan mendorong pengembangan dan

penggunaan secara tetap sarana pelayanan kesehatan yang ad (maulana

2009).

Dalam penelitian ini hasil penelitian ini peneliti dapat

mengasumsikan bahwa edukasi yang di berikan oleh responden merupakan

suatu bentuk perlakuan yang mampu meningkatkan pengetahuan dan upaya


pencegahan Stuntinganak usia balita pada orang tua, terbukti setelah

perlakuan di berikan pada kelompok intervensi untuk pengetahuan dan

upaya pencegahan pada responden meningkat, hal ini di karenakan

perlakuan yang di berikan responden mampu memahaminya karena

perlakuan atau edukasi yang di berikan bersifat sederhana baik tutur kata

yang mampu di pahami oleh responden, selain itu juga peneliti

memberikan liflleat kepada responden dengan alasan responden dapat di

pergunakan untuk peningkatan pengetahuan dan upaya pencegahan

Stunting anak usia balita pada orang tua di Dusun Ulusadar.

4.3.2 Perbedaan Mean Pengetahuan Dan Upaya Pencegahan setelah di

berikan edukasi pada kelompok intervensi dan kelompok Kontrol

berdasarkan hasil uji beda pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol tidak di temukan perbedaan pengetahuan yang signifikan dengan

nilai p > 0,05 hal ini di karenakan responden yang ada pada kelompok

kontrol merupakan responden yang terbilang pengetahuanya baik terbukti

dari hasil distribusi pengetahuan dan upaya pencegahannya adalah 19

orang berpengetahuan baik dan 1 orang berpengetahuan cukup.

dalam penilitian lain yang di teliti oleh Aminah Mimin (2016)

tentang pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan dan feeding practice

ibu balita stunting usia 6 – 24 bulan, dalam hasilnya ia menemukan hasil

yang tidak signifikan antara kelompok A Dan Kelompok B setelah di


lakukan edukasi dengan nilai p value adalah pengetahuan p 0,185 dan

untuk feeding practice adalah 0.967,

Riyanti (2010) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan

pengetahuan yang signifikan antara kelompok Kontrol dan kelompok

intervensi setelah di berikan edukasi tentang hiperbilirubinea pada ibu post

partum.

Dalam intervensi yang di lakukan oleh peneliti kepada kelompok

intervensi untuk pengetahuan dan upaya pencegahan terjadi peningkatan

akan tetapi tidak ada perbedaan pengetahuan dan upaya pencegahan

setelah di bandingkan dengan kelompok kontrol.

Peneliti berasumsi Bahwa perbedaan pengetahuan dan upaya

pencegahan Stuntingpada orang tua, untuk kedua kelompok baik intervensi

maupun kelompok kontrol pada data post-test yang di kumpulkan peneliti,

tidak ada perbedaan yang signifikan hal ini di karenakan pengetahuan dan

upaya pencegahan pada data pre – test untuk kelompok kontrol terbilang

baik terbukti hasil pengetahuan yang baik terbanyak begitupun upaya

pencegahan terbanyak merupakan upaya pencegahan sangat baik, sehingga

ketika di bandingkan dengan data post-test tidak ada perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok, karena keduanya berpengetahuan baik

dan upaya pencegahan yang baik pula.


4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti meghadapi keterbatasan yaitu

1. Pembagian data Pre Test tidak sesuai dengan waktu (target) peneliti.

2. Sebagian responden yang kurang berpartisipasi apa yang di berikan

dari peniliti.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya dapat disimpulkan antara lain yaitu :

1. Karakteristik umur terbanyak adalah umur 26 – 30 tahun, Tingkat

pendidikan terbanyak adalah adalah pendidikan menengah dan status

pekerjaan adalah ibu rumah tangga.

2. Ada perbedaan pengetahuan dan upaya pencegahan Stunting anak usia

balita pada orang tua, untuk kelompok intervensi.

3. Tidak ada perbedaan pengetahuan dan upaya pencegahan antara kelompok

kontrol dan kelompok intervensi setelah diberikan edukasi.

5.2 Saran

1. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya apabila hendak melakukan penelitian sejenis

tentang Pengaruh “Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Upaya

Pencegahan Stunting Anak Usia Balita Pada Orang Tua Di Dusun Ulusadar

Kecamatan Huamual Belakang Tahun 2018” sebaiknya dengan karakteristik

responden, lokasi dan jumlah sampel yang lebih luas sehingga diharapkan

dapat memberikan hasil yang lebih bervariasi dan lebih memuaskan


2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat

tentang Pengobatan dan Pencegahan secara umum secara benar dan tepat, baik

dari sisi kelebihan maupun kerugian, untuk memudahkan masyarakat dalam

melakukan pengobatan stunting secara benar. Juga dalam upaya

meningkatkan pengetahuan dan upaya pencegahan pada orang tua.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat memperbanyak atau menambah referensi yang

berkaitan dengan Stunting, untuk memudahkan penelitian berikutnya dan

dapat digunakan sebagai bahan atau sumber data penelitian yang lebih lanjut.

4. Masyarakat

Memberikan informasi yang dapat dilaksanakan dalam hal meningkatkan

pengetahuan dan upaya pencegahan. sehingga kesadaran, kemauan, dan pera

orang tua dan masyarakat umum lainya dalam menanggulangi Stunting pada

anak.
DAFTAR PUSTAKA

Alrahmat (2013). Model Pengendalian Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia
di Bawah Tiga Tahun. Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.

Amgga (2012). Upaya Perbaikan Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan


DalanRangka Pencegahan Stunting Balita Melalui Optimalisasi Peran
Tenaga Gizi Di Kabupaten Banyumas: Program Studi Ilmu Gizi3)
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Anugraheni dan kartasurya (2012). kejadian stunting pada balita usia 3-5 tahun
di desa sidorejo jetis mojokerto : Prodi Keperawatan STIKes Bina
Sehat PPNI Mojokerto, Jawa Timur
Arifin (2013) upaya pencegahan dan penanggulangan batita stunting :
systematic review 1Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya
Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes, Jakarta
BAPPENAS RI (2013), penanggulangan stunting di indonesia,:
jakarta
Budiman (2013), dalam bahtiar ( 2017 ), factor factor yang berhubungan
dengan kejadian sex pranika di sma negeri 2 masohi : kabupaten
maluku tengah
Branca dan ferari (2013), hubungan pemberian asi esklusif dengan kejadian
stunting pada anak usia 2-3 tahun di desa karangrejek wonosari
gunungkidul, program studi bidan pendidik jenjang diploma iv
fakultas ilmu kesehatan universitas „aisyiyah yogyakarta

DIREKTORAT bina gizi (2012) dalam bappenas ri (2013), penanggulangan


stunting di indonesia,: jakarta
Fleok (2014), hubungan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan pola asuh
ibu dengan wasting dan stunting pada balita keluarga miskin Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya: Indonesia

Freske at all (2013), hubungan panjang badan lahir terhadap perkembangan .


Anak usia 12 bulan Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan
Epidemiologi Klinik R
Kartika wati (2011), hubungan pengetahuan orang tua tentang gizi dengan
stunting pada anak usia 4-5 tahun di tk malaekat pelindung manado.
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangan

Kemenkes Ri 2013 , riset kesehatan dasar.jakarta: badan penelitian dan


pengembangan kesehatan kementrian keseharan RI

Lamani R ( 2017),Pengaruh Health Education Tentang Pemilihan Penolongan


Persalinan Pada Pasangan Usia Subur (Pus) Di Dusun Patinia
Kecamatan Seram Barat Kabupaten Seram Bagian Barat: Prodi
Keperawatan STIKes Maluku Husada
Riskesdas (2013) dalam amina (2016). faktor yang berhubungan dengan
kejadian Stunting pada balita. Skripsi prodi kesehatan masyarakat
universitas airlangga.

Waliulu. S (2017). Efektifitas Edukasi Stimulsi Perkembangan Terhadap


Pengetahuan Dan Praktik Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini
Oleh Orang Tua Di Paud Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo
: universitas muhammadiyah Jakarta
KUESIONER PENELITIAN UNTUK RESPONDEN

PENGARUH EDUKASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN


UPAYA PENCEGAHAN STUNTING ANAK USIA BALITA PADA ORANG
TUA DI DUSUN ULUSADAR KECAMTANA HUAMUAL BELAKANG
TAHUN 2018

PetunjukPengisian :

1. Bacalahsebaikbaiknyapertanyaandansetiap alternative jawaban yang di berikan


2. Pilihaltenatifjawaban yang paling sesuaimenurutandadanberikantanda (O)
padasalasatujawaban yang andaanggapbenar
3. Jikaterjadisalahpengisian, berilahtanda( X ) padajawaban yang salahtersebut.

A. Data Demografi
1. Nama Responden :
2. Tanggal Pengisian :
3. Umur :
4. Tingkat pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Penghasilan :
7. Mendapatkan informasi tentang pengetahuan stunting anak usia balita :
a. Pernah
b. Tidak pernah
8. Jika pernah Mendapatkan informasi tentang pengetahuan stunting anak
usia balita, dari :
a. Media cetak
b. Media elektronik
c. Tenaga kesehatan
d. Saudara atau teman
B. Kuesoner pengatuhuan
1. Menurut anda anak dengan tubuh pendek termasuk ?
a. Gizi baik
b. Gizi buruk
2. Apa penyebab anak dengan tubuh pendek ?
a. Factor keturunan
b. Tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi
3. Anak bertubuh pendek dengan kategori gizi buruk dapat berdampak pada
?
a. Penurunan Kecerdasan
b. cacingan
4. Apakah anda mengetahui usia balita ?
a. 1 -5 tahun
b. 2 – 5 tahun
5. Apakah gizi buruk (bertubuh pendek) dapat terjadi pada saat Hamil ?
a. Iya
b. Tidak
6. Bagaimana caranya anda dapat mengetahui bahwa tinggi badan anda tidak
sesuai dengan usia ?
a. Pola makan
b. Control secara berkala
7. Pemberian makanan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan?
a. Usia dan kebutuhan gizi anak
b. Kesenangan anak
8. Zat – zat gizi yang terdapat dalam makanan terdiri dari?
a. Karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan air
b. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin, air
9. Apa saja makanan gizi seimbang ?
a. Makanan pokok, lauk pauk, buah, vitamin
b. Makanan pokok, sayur, lauk pauk, buah, susu
10. Bagaimana cara mencegah kejadian gizi buruk ( bertubuh pendek ) pada
anak?
a. Menjaga pola makan, olahraga dan pola istirahat saat hamil
b. Menjaga kebersihan diri dan keluarga
C. Kuesoner Perilaku Upaya Pencegahan
Berilah tanda chek list () pada jawaban yang anda anggap benar.
No Pertanyaan Selalu Sering Kadang Tidak
– pernah
kadang
1 Apakah anak anda menggunaka
kelambu pada saat tidur
2 Apakah anak anda mengkonsumsi
susu setiap pagi.
3 Apakah anak anda mengkonsumsi
(-) minuman yang bersoda ( popice,
segar sari, frenta, dan lain lain ).
4 Sebelum makan apakah anak anda
mencuci tangan terlebih dulu
5 Apakah anak anda mengikuti
posyandu setiap bulan.
6 Apakah anak anda mengkonsumsi
(-) jajanan (snack ringan).
7 Pemberian makanan untuk anak di
lakukan secara teratur sesuai dengan
jadwal makan yaitu ( pagi, siang dan
malam )
8 Apakah anak anda bermain di
(-) lingkungan yang kotor atau tidak
layak untuk anak.
9 Apakh anak anda mengkonsumsi
(-) makanan pokok daerah anda (kasbi,
sagu, suami, papeda).
10 Apakah anak anda madi 2 kali dalam
sehari dan menggunakan sabun serta
menggosok gigi.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)

Assalamua‟laikum. Wr. Wb

Dengan Hormat

Saya bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Program Studi Ilmu


Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Maluku Husada:

Nama : Diki Ibrahim

NPM : 123-050-914-032

Bermaksud mengambil penelitian dengan judul “PENGARUH EDUKASI

TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN

STUNTING ANAK USIA BALITA PADA ORANG TUA DI DUSUN ULUSADAR

KECAMATAN HUAMUAL BELAKANG TAHUN 2018”. Untuk terlaksananya

kegiatan tersebut, Saya mohon kesediaan Saudari untuk berpartisipasi dengan cara

mengisi kuesioner berikut. Jawaban saudari akan saya jamin kerahasiaannya dan

hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila saudari berkenan

mengisi kuesioner yang terlampir , mohon kiranya saudari terlebih dahulu bersedia

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent).

Demikianlah permohonansaya, atas perhatian serta kerjasama saudara dalam

penelitian ini, saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Peneliti
Diki Ibrahim

Dengan ini menyatakan bersedia untuk menjadi responden penelitian yang


dilakukan oleh Diki Ibrahim (123050914032), mahasiwa Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Maluku Husada yang berjudul “PENGARUH EDUKASI
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN
STUNTING ANAK USIA BALITA PADA ORANG TUA DI DUSUN ULUSADAR
KECAMATAN HUAMUAL BELAKANG TAHUN 2018”. Saya mengerti dan
memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh
karena itu saya bersedia menjada rosponden pada penelitian ini.

DAFTAR RESPONDEN KELOMPOK KONTROL

NO NAMA UMUR PARAF


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
MASTER TABEL
No Nama Umur kategorik TKP ktrgk Pkrjn Ktrgk Jmla Ktrgk
1 4
ny w 32 4 SD 1 PETANI 2 orang 4
2 3
ny w ss 20 1 SD 1 PETANI 2 orang 3
3 4
ny w i 30 3 SD 1 IRT 1 orang 4
4 2
ny i e 19 1 SMA 2 PETANI 2 orang 2
5 3
ny w m 36 5 SD 1 PETANI 2 orang 3
6 2
ny w r 22 2 SMA 2 IRT 1 orang 2
7 3
ny w d 26 3 SD 1 IRT 1 orang 3
8 3
ny w a s 27 3 SMA 2 IRT 1 orang 3
9 5
ny w e a 37 5 SMA 2 IRT 1 orang 5
10 2
ny w e 21 2 SD 1 PETANI 2 orang 2
11 2
ny w y 24 2 SMA 2 IRT 1 orang 2
12 3
ny a w 27 3 SMP 1 PETANI 2 orang 3
13 2
ny w h 27 3 SMP 1 PETANI 2 orang 2
14 4
ny w s u 28 3 SMA 2 IRT 1 orang 4
15 3
ny w p 32 4 SD 1 IRT 1 orang 3
16 4
ny w u 24 2 SD 1 PETANI 2 orang 4
17 4
ny w yy 30 3 SMA 2 IRT 1 orang 4
18 3
ny i w 32 4 SMP 1 IRT 1 orang 3
19 2
ny w n 22 2 SMP 1 PETANI 2 orang 2
20 5
ny d 38 5 SD 1 PETANI 2 orang 5
21 ny w a 30 3 SMA 2 PETANI 2 4 4
orang
22 4
ny w t 33 4 SMA 2 WRSHA 4 orang 4
23 5
ny w j 39 5 SMA 2 PETANI 2 orang 5
24 2
ny i 26 3 SMP 1 IRT 1 orang 2
25 4
ny n m 40 5 SMA 2 WRSHA 4 orang 4
26 4
ny w aa 35 4 SMP 1 PETANI 2 orang 4
27 2
ny j 28 3 S1 3 PNS 3 orang 2
28 3
ny g 29 3 SMA 2 IRT 1 orang 3
29 4
ny w s 26 3 SMA 2 IRT 1 orang 4
30 3
ny v y 28 3 SMA 2 IRT 1 orang 3
31 5
ny a 36 5 SMP 1 IRT 1 orang 5
32 4
ny j l 26 3 SMA 2 IRT 1 orang 4
33 3
ny w 29 3 SMP 1 IRT 1 orang 3
34 4
ny j k 27 3 S1 3 WRSHA 4 orang 4
35 4
ny w s 39 5 SD 1 IRT 1 orang 4
36 2
ny w y 23 2 SMP 1 IRT 1 orang 2
37 3
ny wu 27 3 S1 3 PNS 3 orang 3
38 2
ny u s 22 2 SMA 2 IRT 1 orang 2
39 1
ny r 21 2 SMA 2 IRT 1 orang 1
40 2
ny e 18 1 SMP 1 IRT 1 orang 2
Keterangan :
umur 1 : 15 - 20 tahun
2 : 21 - 25 tahun
3 : 26 - 30 tahun
4 : 31 - 35 tahun
5 : 36 – tahun

tingkat pendidikan
1 : dasar
2 : menengah
3 : atas

pekerjaan
1 : ibu rumah tangga
2 : petani
3 : PNS
4 : Wirausaha

jumlah anak
1 : 1 orang
2 : 2 orang
3 : orang
4 : orang
5 : 5 orang

Pengetahuan sebelum edukasi


PRE_TEST PENEGTAHUAN STUNTING
Jumlah kategorik
P1 P2 P3 P4 p5 p6 p7 p8 p9 p10
1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 60 2
1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 70 2
1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 40 1
1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 60 2
1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 70 2
1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 70 2
1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 50 3
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 70 2
1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 60 2
1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 70 2
1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 50 3
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 1
1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 60 2
1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 70 2
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 80 1
1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 70 2
1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 70 2
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 1
1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 60 2
1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 70 2
1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 70 2
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 80 1
1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 70 2
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 80 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 80 1
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 70 2
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 80 1
1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 70 2
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 1
1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 70 2
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 90 1
1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 80 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 70 2
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 80 1
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 80 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 80 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 90 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90 1

Pengetahuan setelah edukasi


POST_TEST PENGETAHUAN STUNTING
Jumlah kategorik
P1 P2 P3 P4 p5 p6 p7 p8 p9 p10
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 90 1
1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 70 2
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 80 1
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 70 2
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90 1
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 80 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 90 1
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 80 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 90 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 80 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 80 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 80 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 90 1
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 80 1
1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 70 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 80 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100 1
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 80 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 90 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 90 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 90 1

Keterangan :
Pengetahuan PRE TESET - POST TEST
1 : 76% - 100% ( BAIK)
2 : 56% - 75% (CUKUP)
3 : < 40% - 55% ( KURANG)

UPAYA PENCEGAHAN SEBELUM EDUKASI

PRE_TEST UPAYA PENCEGAHAN


jumlah kategorik
P1 P2 P3 P4 p5 p6 p7 p8 p9 p10
3 2 1 3 3 1 4 2 2 3 25 1
4 2 2 3 3 2 3 2 3 3 27 1
4 2 1 3 3 2 3 2 2 4 26 1
3 2 2 3 4 1 3 3 2 4 27 1
3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 31 1
3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 31 1
2 2 3 4 3 2 4 2 1 3 26 1
3 2 2 4 2 2 3 2 2 4 26 1
2 2 2 4 3 2 4 2 1 4 26 1
3 2 2 4 4 2 3 2 1 4 27 1
3 1 1 4 3 2 3 2 2 4 25 1
2 1 2 4 3 3 4 2 1 4 26 1
2 2 2 4 3 1 4 1 2 3 24 2
2 2 2 4 3 1 3 2 2 4 25 1
2 1 2 4 4 1 3 1 2 3 23 2
2 2 2 3 3 3 4 1 1 3 24 2
2 2 1 4 3 1 4 2 3 3 25 1
2 2 2 4 3 2 4 2 2 4 27 1
2 2 2 4 3 2 3 2 2 4 26 1
2 2 2 4 3 3 4 2 1 4 27 1
4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 30 1
3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 30 1
3 2 3 4 3 2 3 3 3 4 30 1
3 3 2 4 3 2 2 3 3 4 31 1
4 4 2 4 2 3 3 3 3 4 32 1
4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 33 1
4 3 3 4 4 2 3 2 3 4 32 1
4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 33 1
3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 34 1
4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 33 1
4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 34 1
4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 32 1
3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 33 1
4 4 4 4 3 2 4 2 3 4 34 1
3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 33 1
4 3 2 3 4 3 4 3 4 4 34 1
4 2 2 4 3 3 4 2 2 4 30 1
3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 34 1
4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 34 1
4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 35 1

Upaya setelah edukasi


PRE_TEST UPAYA PENCEGAHAN
jumlah kategorik
P1 P2 P3 P4 p5 p6 p7 p8 p9 p10
3 2 1 3 3 1 4 2 2 3 25 1
4 2 2 3 3 2 3 2 3 3 27 1
4 2 1 3 3 2 3 2 2 4 26 1
3 2 2 3 4 1 3 3 2 4 27 1
3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 31 1
3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 31 1
2 2 3 4 3 2 4 2 1 3 26 1
3 2 2 4 2 2 3 2 2 4 26 1
2 2 2 4 3 2 4 2 1 4 26 1
3 2 2 4 4 2 3 2 1 4 27 1
3 1 1 4 3 2 3 2 2 4 25 1
2 1 2 4 3 3 4 2 1 4 26 1
2 2 2 4 3 1 4 1 2 3 24 2
2 2 2 4 3 1 3 2 2 4 25 1
2 1 2 4 4 1 3 1 2 3 23 2
2 2 2 3 3 3 4 1 1 3 24 2
2 2 1 4 3 1 4 2 3 3 25 1
2 2 2 4 3 2 4 2 2 4 27 1
2 2 2 4 3 2 3 2 2 4 26 1
2 2 2 4 3 3 4 2 1 4 27 1
4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 30 1
3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 30 1
3 2 3 4 3 2 3 3 3 4 30 1
3 3 2 4 3 2 2 3 3 4 31 1
4 4 2 4 2 3 3 3 3 4 32 1
4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 33 1
4 3 3 4 4 2 3 2 3 4 32 1
4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 33 1
3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 34 1
4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 33 1
4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 34 1
4 3 3 4 3 3 3 2 3 4 32 1
3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 33 1
4 4 4 4 3 2 4 2 3 4 34 1
3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 33 1
4 3 2 3 4 3 4 3 4 4 34 1
4 2 2 4 3 3 4 2 2 4 30 1
3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 34 1
4 3 4 4 4 3 3 3 2 4 34 1
4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 35 1

Keterangan :

Upaya pencegahan Pre test - Post test


1 : > 25 (baik)
2 : < 25 (kurang)
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1.1 pengambilan data awal dipetugasposyandudusunulusadar

Gambar 1.2 suratizinpenelitiankekantorcamathuamualbelakang


Gambar 1.3 suratizinpenelitian di desawaisala

Gambar 1.4 suratizinpenelitian di dusunulusadar yang menjadi


lokasipenelitianbagipeneliti
Gambar 1.5 penandatangananlembaran informed consent
Gambar 1.6pembagiansekaliguspengisian data kuesonerpre untuk
kelompok control dankelompokintervensi
Gambar 1.7 edukasiatauperlakuan yang di berikanuntukkelompokintervensi
Gambar 1.8 pembagaiansekaliguspengambilan data postuntuk
kelompok kontrol dankelompokintervensi
DATA FREKUENSI KELOMPOK INTERVENSI

Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15 - 20 tahun 2 10.0 10.0 10.0

21 - 25 tahun 5 25.0 25.0 35.0

26 - 30 tahun 7 35.0 35.0 70.0

31 - 35 tahun 3 15.0 15.0 85.0

36 - 40 tahun 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

tingkat pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dasar 13 65.0 65.0 65.0

menengah 7 35.0 35.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

jumlah anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 orang 6 30.0 30.0 30.0

3 orang 7 35.0 35.0 65.0

4 orang 5 25.0 25.0 90.0


5 orang 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

status pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ibu rumah tangga 10 50.0 50.0 50.0

petani 10 50.0 50.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

pengetahuan sebelum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 4 20.0 20.0 20.0

cukup 14 70.0 70.0 90.0

kurang 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

pengetahuan setelah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 18 90.0 90.0 90.0

cukup 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


upaya sebelum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 17 85.0 85.0 85.0

kurang 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

upaya setelah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 20 100.0 100.0 100.0

DATA FREKUENSI KELOMPOK KONTROL

Frequency Table

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 15 - 20 tahun 1 5.0 5.0 5.0

21 - 25 tahun 3 15.0 15.0 20.0

26 - 30 tahun 10 50.0 50.0 70.0

31 - 35 tahun 2 10.0 10.0 80.0

36 - 40 tahun 4 20.0 20.0 100.0

Total 20 100.0 100.0


tingkat pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid dasar 7 35.0 35.0 35.0

menengah 10 50.0 50.0 85.0

atas 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

jumlah anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 orang 1 5.0 5.0 5.0

2 orang 5 25.0 25.0 30.0

3 orang 4 20.0 20.0 50.0

4 orang 8 40.0 40.0 90.0

5 orang 2 10.0 10.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

status pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ibu rumah tangga 12 60.0 60.0 60.0

petani 3 15.0 15.0 75.0

PNS 2 10.0 10.0 85.0

WIRAUSAHA 3 15.0 15.0 100.0


status pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ibu rumah tangga 12 60.0 60.0 60.0

petani 3 15.0 15.0 75.0

PNS 2 10.0 10.0 85.0

WIRAUSAHA 3 15.0 15.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

pengetahuan sebelum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 14 70.0 70.0 70.0

cukup 6 30.0 30.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

pengetahuan setelah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 20 100.0 100.0 100.0

upaya sebelum

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 20 100.0 100.0 100.0


upaya setelah

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid baik 20 100.0 100.0 100.0

NORMALITAS KELOMPOK INTERVENSI

PENGETAHUAN

Explore

[DataSet1] F:\spss diki asli.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pengetahuan sebelum 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

pengetahuan setelah 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Descriptives

Statistic Std. Error

pengetahuan sebelum Mean 1.90 .124

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.64


Mean
Upper Bound 2.16

5% Trimmed Mean 1.89

Median 2.00
Variance .305

Std. Deviation .553

Minimum 1

Maximum 3

Range 2

Interquartile Range 0

Skewness -.083 .512

Kurtosis .766 .992

pengetahuan setelah Mean 1.10 .069

95% Confidence Interval for Lower Bound .96


Mean Upper Bound 1.24

5% Trimmed Mean 1.06

Median 1.00

Variance .095

Std. Deviation .308

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness 2.888 .512

Kurtosis 7.037 .992

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengetahuan sebelum .372 20 .000 .728 20 .000

pengetahuan setelah .527 20 .000 .351 20 .000

a. Lilliefors Significance Correction


pengetahuan sebelum
pengetahuan sebelum Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

4,00 Extremes (=<1)


,00 0 .
14,00 0 . 22222222222222
2,00 Extremes (>=3)

Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)

UPAYA PENCEGAHAN

Explore

[DataSet1] F:\spss diki asli.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

upaya sebelum 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

upaya setelah 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

a
Descriptives

Statistic Std. Error

upaya sebelum Mean 1.15 .082

95% Confidence Interval for Lower Bound .98


Mean Upper Bound 1.32

5% Trimmed Mean 1.11

Median 1.00

Variance .134

Std. Deviation .366

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness 2.123 .512

Kurtosis 2.776 .992

a. upaya setelah is constant. It has been omitted.

b
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

upaya sebelum .509 20 .000 .433 20 .000

a. Lilliefors Significance Correction

b. upaya setelah is constant. It has been omitted.

upaya sebelum
upaya sebelum Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

17,00 1 . 00000000000000000
3,00 Extremes (>=2,0)

Stem width: 1
Each leaf: 1 case(s)
WILCOXON KELOMPOK INTERVENSI PENGETAHUAN

NPar Tests

[DataSet0] F:\spss diki asli.sav

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

pengetahuan sebelum 20 65.50 10.501 40 80

pengetahuan setelah 20 87.50 8.507 70 100

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
pengetahuan setelah - Negative Ranks 0 .00 .000
pengetahuan sebelum b
Positive Ranks 20 10.50 210.00
c
Ties 0

Total 20

a. pengetahuan setelah < pengetahuan sebelum

b. pengetahuan setelah > pengetahuan sebelum

c. pengetahuan setelah = pengetahuan sebelum


b
Test Statistics

pengetahuan
setelah -
pengetahuan
sebelum
a
Z -4.055

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

UPAYA PENCEGAHAN

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

upaya sebelum 20 26.20 1.989 23 31

upaya setelah 20 32.20 2.093 26 35

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
upaya setelah - upaya sebelum Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 19 10.00 190.00
c
Ties 1

Total 20
a. upaya setelah < upaya sebelum

b. upaya setelah > upaya sebelum

c. upaya setelah = upaya sebelum

b
Test Statistics

upaya setelah -
upaya sebelum
a
Z -3.874

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Anda mungkin juga menyukai