Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dihampir semua


negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat penyakit
yang ringan sampai berat bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan
kematian,penyakit asma pada anak dapat menyebabkan kehilangan har-hari sekolah
atau kerja produktif yang berarti juga menyebabkan gangguan aktifitas sosial,
bahkan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran napas yang
melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lainlain.
Inflamasi kronik ini berhubungan dengan hiper responsif jalan napas yang
menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya
ditandai dengan obstruksi jalan napas yang bersifat reversible baik secara spontan
atau dengan pengobatan.(Wijaya and Toyib, 2018)
Data dari WHO, saat ini ada sekitar 300 juta orang yang menderita asma di
seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang disebabkan oleh serangan
asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di negara dengan ekonomi rendah-
sedang. Prevalensi asma terus mengalami peningkatan terutama di negara-negara
berkembang akibat perubahan gaya hidup dan peningkatan polusi udara.
(Kementerian Kesehatan RI, 2018) melaporkan prevalensi asma di Indonesia
adalah 4,5% dari populasi, dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032.
Asma berpengaruh pada disabilitas dan kematian dini terutama pada anak usia 10-14
tahun dan orang tua usia 75-79 tahun. Saat ini, asma termasuk dalam 14 besar
penyakit yang menyebabkan disabilitas di seluruh dunia. (Soetjiningsih, 2015)
Jumlah penderita penyakit asma mencapai lebih 27% pada perempuan dan
laki-laki mencapai 14%. Untuk anak perempuan, penyakit asma yang diderita tidak
mengalami penurunan karena pada saat beranjak dewasa, pada perempuan
mengalami penyempitan saluran pernapasan hingga 20%. Akan tetapi, saat ini
kejadian asma lebih banyak pada laki-laki akibat polusi asap rokok. (Ekarini, 2012)
Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi asma bronchial di Provinsi
Sulawesi selatan sebesar 2,54 % sedangkan di Kabupaten bulukumba sebesar 3.88
%. Data yang diperoleh dari bagian Rekam medis RSUD H.A.Sulthan Dg Radja
jumlah kasus asma bronchial pada anak 3 ( tiga ) terakhir yaitu tahun 2019 sebanyak
181 kasus, Tahun 2020 sebanyak 8 kasus, Tahun 2021 sebanyak 11 kasus 4

Penyakit asma bronchial ada 7 faktor presipitasi yang berperan dalam


munculnya serangan. Dan faktor alergi merupakan faktor presipitisasi yang paling
berperan dalam munculnya serangan pada anak. hiperresponsif jalan napas dapat
menimbulkan episode berulang dari mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa
berat, dan batuk terutama pada malam dan pagi dini hari. Kejadian ini biasanya
ditandai dengan obstruksi jalan napas yang bersifat reversible

Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan asma


bronkiale
adalah bersihan jalan napas tidak efektif, (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018), salah
satu intervensi keperawatannya yaitu Fisioterapi dada. Modalitas fisioterapi dada
pada kondisi asma akut yang bertujuan untuk mengurangi derajat sesak napas,
mengeluarkan dahak, mengurangi nyeri, dan spasme otot yaitu dengan menggunakan
modalitas infra red (IR), breathing exercise,mobilisasi sangkar thoraks dan terapi
latihan

Berdasarkan masalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan


penelitian dengan judul “Analisis praktik Keperawatan pemberian fisioterapi dada
terhadap efektifitas bersihan jalan napas pada pasien Asma Bronchial di Ruangan
Mawar RSUD H.Andi Sulthan Dg Radja Tahun 2022”

B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial dengan intervensI fisioterapi dada di Ruang Mawar
RSUD H.Andi Sulthan Dg Radja
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang dicapai dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
yang menderita asma bronchial di Ruang Mawar RSUD H.Andi Sulthan Dg
Radja adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
c. Mahasiswa mampu merencankan intervensi keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien
yang menderita asma bronchial
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
f. Mahasiswa mampu melaksanakan tekhnik fisioterapi dada
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung,penghambat
serta mencari solusi/alternative pemecahan masalah
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada kasus
asma bronchial.
C. Ruang lingkup
Analisis praktik klinik Keperawatan pada pasien Asma Bronchial dengan intervensi
pemberian tekhnik fisioterapi dada di Ruang Mawar RSUD H.Andi Sulthan Dg
Radja pada Tanggal 20 Januari sampai dengan 22 Januari 2022
D. Manfaat penulisan
Manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan karya tulis ilmiah terdiri dari
1. Mahasiswa
Menjadi sumber referensi bagi mahasiswa update teori mengenai asma bronchial
dan menjadi acuan dalam penerapan asuhan keperawatannya
2. Lahan praktek
Referensi bagi institusi pelayanan kesehatan dalam pemberian asuhan
keperawatan asma bronchial dan untuk peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan
3. Institusi pendidikan keperawatan
Dapat memberikan informasi ke Penulis lain dan memberikan masukan sebagai
referensi dalam proses pembelajaran tentang asuhan keperawatan asma bronchial
serta dapat digunakan acuan bagi Mahasiswa untuk menambah wawasan dan
keterampilan khususnya tindakan keperawatan fisioterapi dada.
4. Profesi keperwatan
Sebagai sumber literatur untuk pengembangan profesi keperawatan
E. Metode penulisan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode studi kepustakaan.
Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus untuk
mendeskripsikan proses keperawatan pada kasus asma bronchial dengan fokus
intervensi pilhan yaitu tindakan fisioterapi dada
F. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan karya ilmiah akhir ners secara garis besar adalah
sebagai berikut:
1. Bagian awal
Merupakan bagian pertama dari KTI yang berisi hal-hal pendahuluan.
Secara umum Untuk penomoran halaman pada bagian ini adalah dengan
menggunakan angka Romawi huruf kecil dari mulai halaman judul, lembar
persetujuan, lembar pengesahan, lembar pernyataan orisinalitas, kata pengantar,
daftar isi, abstrak.
2. Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan akan dibahas tentang:
a. Latar belakang
b. Tujuan
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
c. Ruang lingkup
d. Manfaat penulisan
e. Metode penulisan
f. Sistematika penulisan
3. Bab II Tinjaun umum
Bab ini menjelaskan tentang teori yang relevan dengan judul KTI. Tinjaun
pustaka merupakan hasil telusuran bahan acuan yang berkaitan tentang kasus
yang diambil.
a. Konsep dasar
1) Pengertian
2) Etiologi
3) Patofisiologi
4) Manifetasi klinik
5) Komplikasi
6) Pemeriksaan diagnostik
7) Penatalaksanaan medis
b. Konsep keperawatan
1) Pengkajian keperawatan
2) Diagnosa keperawatan
3) Perencanaan keperawatan
4) Pelaksanaan keperawatan
5) Evaluasi keperawatan
6) Discharge planning
c. Standar operasional prosedur intervensi tindakan pilihan yang dilakukan
d. Artikel yang mendukung tindakan pilihan yang dilakukan
4. Bab III Metodologi penelitian
Bab ini terdiri dari:
a. Rancangan penelitian
b. Populasi dan sampel
c. Tempat dan waktu penelitian
5. Bab IV Pembahasan
Pada bab berisi tentang:
a. Data demografi
b. Status kesehatan sekarang
c. Status kesehatan masa lalu
d. Proses keperawatan
e. Artikel yang mendukung
6. Bab V Penutup
Pada bagian penutup terdiri dari:
a. Kesimpulan
b. Saran
7. Bagian akhir
a. Daftar pustaka
b. Lampiran-lampiran
BAB II
TINJAUAN UMUM

I. KONSEP DASAR
A. Konsep anak

1. Pengertian

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.35 Tahun

2014 tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak

adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang

masih didalam kandungan, yang berarti segala kepentingan akan

pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut

berada didalam kandungan hingga berusia 18 tahun (Damayanti,2008).

2. Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum

digolongkan menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi,

pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak,

sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau

kasih saying (Asih), pada tahun- tahun pertama kehidupan, hubungan yang

erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak

merupakansyarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang

selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi

mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar

(pendidikan dan pelatihan) pada anak.


Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental psikososial

diantaranya kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama,

kepribadian dan sebagainya.

3. Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Damaiyanti (2008), karakteristik anak sesuai tingkat perkembangan

a. Usia bayi (0-1 tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan

pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi

lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar,

haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa

mengekspresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian,

sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang

berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya memberikan

sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah lembut.

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi

misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi

pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang.

Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan

langsung menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa

takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan

bahwa kita ingin membina hubungan yang baik dengan ibunya.

b. Usia pra sekolah (2-5 tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3

tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan

takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang
akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan

merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu

jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk

memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak

berbahaya untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini

disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh

karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan

gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek

transisional seperti boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-

malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa

keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk

meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan

memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.

c. Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang

dirasakan yang mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila

berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang

jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya.

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang

dewasa. Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi

dan anak sudah mampu berpikir secara konkret.


d. Usia remaja (13-18)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa

anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah

laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak

harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.

Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak

bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percaya. Menghargai

keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam

berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah

bahagia.

4. Tugas Perkembangan Anak

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (1961) adalah tugas yang

harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas

perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan padat, kestabilan

jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat kesempatan

bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis kelamin,

membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam, belajar

mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar serta

mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.

Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai keterampilan

fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul

dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan jenis kelamin,

mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,

mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan pembentukan

kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap
kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah

menerima

keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki- laki,

menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin,

menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta

mengembangkan nilai-nilai hidup.

a. Konsep Atraumatice Care


1) Pengertian Atraumatic Care

Atraumatic care merupakan perawatan terapeutik yang diberikan oleh

tenaga kesehatan dalam bentuk tatan pelayanan kesehatan anak melalui

penggunaan tindakan yg dapat mengurangi distress fisik maupun psikologis

yg dialami ank maupun orang tua (Usman, 2020).

Perawatan terapeutik pencegahan dapat dilakukan melalui tindakan,


penerapan diagnostik, pengobatan dan baik perwatan pada kasus akut
maupun kronis dengan mencakup intervensi pendekatan psikologis (Usman,
2020).

2) Prinsip Atraumatic Care

Menurut Hidayat (Usman, 2020) ada beberapa prinsip atraumatic care

perawatan yang harus dimiliki oleh perawat anak, yaitu:

a) Mencegah atau menurunkan dmpak perpisahan dari keluarga Dampak

perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan

psikologisseperti: kurangnya kasih sayang, kecemasan,

ketakutan, gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan

juga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

b) Meningkatkan kemampuan orangtua dalam mengontrol perawatan pada

anak Perasaan kehilangan kontrol dapat dicegah dengan menghindari


pembatasan fisik jika anak kooperatif terhadap petugas kesehatan.

c) Mencegah /mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampakpsikologis)

Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak dapat dihilangkan namun dapat

dikurangi melalui teknik farmakologi (seperti prinsip penggunaan obat

enam benar) dan teknik nonfarmakologi (seperti mempersiapkan psikologi

anak dan orang tua.

d) Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak menimbulkan gangguann psikologis yg sangat

berarti dalam kehidupan anak. Apabila itu terjadi pada saat anak dalam

proses tumbuhkembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan

terhambat,dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangattidak

dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.

e) Modifikasi lingkungan fisik

Modifikasi ruang perawatan anak dapat dilakukan dengan cara membuat

situasi ruang anak yang bernuansa anak, seperti menempelkan gambar

tokoh kartun, dinding ruangan berwarna cerah, dan terdapat hiasan mainan

anak.

b. Family Center Care

1) Pengertian Family Center Care (FCC)

Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association for the

Care of Chidren’s Health (ACCH) sebagai filosofi dimana pemberi

perawatan meningkat dan melibatkan peran penting dari keluarga,

dukungan keluarga akan membangun kekuatan, membantu umtuk

membuat suatu pilihan yang terbaik serta dapat meningkatkan pola normal
yang ada dalam kesehariannya selama anaksakit dan menjalani

penyembuhan (Usman, 2020).

Family Center Care didefinisikan menurut Hanson dalam Yetti,

dkk (2018) sebagai pendekatan inovatif dalm merencanakan, melakukan

dan juga mengevaluasi tindakan keperawatan yang diberikan berdasarkan

pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua

(Usman, 2020).

2) Tujuan Family Center Care

Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam perawatan

anak, menurut Brunner and suddarth (1986) dalam Yetti, dkk (2018)

adalah memberikan kesempatan bagi orangtua untuk merawat anak

mereka selama dalam proses hospitalisasi dengan pengawasan dari

perawat sesuai dengan aturan yang telah berlaku.

Selain itu FamilyCenterCare juga bertujuan untuk meminimalkan

trauma selama perawatan anak dirumahsakit dan juga meningkatkan

kemandirian sehingga peningkatan kualitas hidup dapattercapai (Usman,

2020).

a) Elemen Family Center Care

Terdapat beberapa elemen Family Center Care, yaitu: perawat

menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang konstan dalam

kehidupan anak, memfasilitai kerjasama antara keluarga dan perawat

disemua tingkat pelayanan kesehatan, menghormati keanekaragaman

ras, etnis budaya dan juga sosial ekonomi dalam keluarga, mengakui

kekuatan keluarga dan juga individualitas, memberikan informasi yang

lengkap dan juga jelas kepada orang tua dan juga secara berkelanjutan
dengan dukungan penuh, mendorong dan juga memfasilitasi keluarga

untuk saling mendukung, memahami dan juga menggabungkan

kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak, remaja dan

juga keluarga kedalam sistem perawatan kesehatan, menerapkan

kebijakan yang komprehensif dan juga program yang memberikan

dukungan emosional dan juga keuangan untuk memenuhi kehidupan

keluarga, dan juga merancang sistem perawatan kesehatan yang

fleksibel (Usman, 2020).

b) Prinsip Family Center Care


(1) Martabat dan Kehormatan
Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati pandangan
dan juga pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan, dan juga
latar belakang budaya pasien dan keluarga bergabung dalam
rencana dan juga intervensi keperawatan (Usman,
2020).
(2) Berbagi informasi
Praktisi keperawatan berkomunikasi dan juga memberikan
informasi yang berguna bagipasien dan keluarga dengan benar dan
tidak memihak kepada pasien dankeluarga (Usman, 2020).
(3) Partisipasi
Pasien danjuga keluarga termotivasi berpartisipasi dalam
perawatan dan juga pengambilan keputusan sesuai dengan
kesepakatan yang telah mereka buat (Usman, 2020).
(4) Kolaborasi
Pasien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen dasar

kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam

pengambilan kebijakaan dan pengembangan program, implementasi,

dan evaluasi, desain fasilitas kesehatan dan pendidikan profesional


terutama dalam pemberian keperawatan (Potter & Oerry, 2007 dalam

Yetti, dkk, 20)

B. KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas


yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa
saja dan dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb, 2011).
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai
stimulan.
2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b. Faktor Presipitasi
Ada 7 faktor Presipitasi yang dapat menyebabkan asma pada anak yaitu :
1) Alergen
Allergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak
dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga
merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus
tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiper
reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk
menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan
bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayi dan anak kecil sering
berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau
bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan
sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
2) Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para
influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan
streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
3) Iritan
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam
dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma.
Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
4) Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara berhubungan dengan percepatan dan terjadinya
serangan asma.
5) Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat
memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal
amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
6) Infeksi saluran nafas
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat
memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat
memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7) Faktor psikis
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui
persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya
akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap
adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan
asma. Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus
bersamaan misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai
pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk
serangan.
Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan
dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada
saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
3. Manifestasi Klinik
Gejala awal :
a) Batuk 
b) Dispnea 
c) Mengi (whezzing)
d) Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
e) Tachicardi
f) Pernafasan cepat dangkal 
Gejala lain :
a) Takipnea 
b) Gelisah
c) Diaphorosis
d) Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
e) Fatigue ( kelelahan)
f) Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara. 
g) Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat. 
h) Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi 
i) Sianosis sekunder 
j) Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
4. Patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan adanya
bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi
tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di
muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan
memberikan gejala asthma. Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap
immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang
dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai
dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan
udara dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi
bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan
distres pernafasan. Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi
pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang
kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02
(hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan
hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan menga dakan kompensasi dengan
meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan
hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
5. Komplikasi
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas 
b. Chronik persistent bronchitis 
c. Bronchiolitis 
d. Pneumonia
e. Emphysema
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik 
b. Foto rontgen 
c. Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum 
d. Pemeriksaan alergi 
e. Pulse oximetri 
f. Analisa gas darah
7. Penatalaksanaan
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral. 
a. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali. 

b. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
2) Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam 
3) Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam 
4) Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam Efeknya tachycardia,
palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia.
c. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme
dan meningkatkan bersihan jalan nafas
1) Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam 
2) Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Pemberian melalui intravena
jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia,
palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala
toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.
d. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.
Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian

a. Identitas : Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun. Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini
frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih
jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat
mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak
perempuan dan laki-laki. Keluhan utama: Batuk-batuk dan sesak napas. Riwayat
penyakit sekarang: Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas. Riwayat
penyakit terdahulu: Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia
sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga: Penyakit ini ada hubungan dengan faktor
genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain. Riwayat kesehatan
lingkungan: Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang
terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap
rokok dari orang dewasa. Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma Pengkajian per
sistem :
1) Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, batuk kering (tidak produktif),
tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan,
Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
2) Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3) Sistem Persyarafan / neurologi Pada serangan yang berat dapat terjadi
gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
4) Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas.
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen,
tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
6) Sistem integument Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak
nafas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental,
peningkatan produksi mukus dan bronkospasme
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada
dan kelelahan akibat kerja pernafasan
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan
sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit
d. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut
e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental,
peningkatan produksi mucus,bronkospasme.
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan Jalan nafas menjadi efektif.

Kriteria hasil :
a) Menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan peningkatan
pertukaran gas.
b) dapat mendemontrasikan batuk efektif
c) dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
d) tidak ada suara nafas tambahan
2) Rencana tindakan
a) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum
b) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.
c) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi
d) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan
e) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan
fibrasi dada.
f) Dorong dan atau berikan perawatan mulut
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada,
dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan.
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
- Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru
- Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor
tersebut
2) Rencana tindakan
a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
b) Posisikan klien dada posisi semi fowler
c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas
dan ajarkan cara bernafas efektif
d) Minimalkan distensi gaster
e) Kaji pernafasan selama tidur
f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea

c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,


peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit.
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi
adekuat.
Kriteria hasil :
a) Frekuensi nafas 16-20 kali/menit
b) Frekuensi nadi 60-120 kali/menit
c) Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas normal
2) Rencana tindakan
a) Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan dan
haluaran
b) Tempatkan klien pada posisi semi fowler
c) Berikan terapi intravena sesuai anjuran
d) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya sesuaikan
dengan hasil PaO2
e) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda –
tanda toksisitas
d. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut.
1) Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan ansietas berkurang atau hilang.
Kriteria hasil :
a) Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola fikirnya.
b) Munghubungkan peningkatan psikologi dan kenyaman fisiologis.
c) Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani
ansietas.
2) Rencana tindakan
a) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien.
b) Kaji kebiasaan keterampilan koping.
c) Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hati.
d) Implementasikan teknik relaksasi.
e) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan.
f) Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.

e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


1) Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3 x 24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan pemenuhan nutrisi
Kriteria hasil :
a) Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit
b) Tidak terjadi penurunan berat badan
2) Rencana tindakan
a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan
menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang banyak
ataupun dipsnea.
b) Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam sebelum
makan.
c) Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta palpasi untuk

mengetahui adanya masa pada saluran cerna


d) Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan
e) Bantu klien istirahat sebelum makan
f) Timbang berat badan setiap hari
Berdasarkan konsep keperawatan yang ada, Diagnosa keperawatan yang
dipilih untuk diangkat menjadi kasus kelolaan adalah ketidak efektifan
bersihan jalan napas dengan intervensi yaitu tindakan fisioterapi dada.

D. FISIOTERAPI DADA
1. Pengertian

Fisioterapi dada (Munaya, 2014) adalah sejumlah terapi yang

digunakan dalam kombinasi. Berguna dalam kombinasi mobilisasi sekresi

pulmonaria. Fisioterapi dada harus diikuti batuk efektif dan muscustion

klien/pasien mangalami penurunan kemampuan untuk batuk. Fisioterapi dada

merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami retensi

sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk

mengencerkan atau mengeluarkan sekresi (Prasetyawati, 2019).

2. Efektifitas Fisioterapi Dada

Efektifitas Fisioterapi Dada adalah tindakan terapi fisioterapi dada

yang dilakukan dengan cara memberikan atau menempatkan posisi sesuai

dengan posisi postural drainage untuk mengalirkan secret pada saluran

pernapasan. Lalu setelah postural darainage, lakukan clapping. Clapping atau

Chest Percussion adalah fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara menepuk

dengan pergelangan membentuk seperti cup pada bagian tulang dada

anterior (depan) dan posterior (belakang) dengan tujuan mengeluarkan secret.

Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada

saluran nafas paru. Perkusi dapat dilakukan dengan membentuk kedua

tangan deperti mangkok. Setelah dilakukan clapping, lakukan vibrasi pada

klien. Vibrasi adalah fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara

menggetarkan tangan pada bagian dada anterior (depan) yang bertujuan untuk

melonggarkan jalan napas.

Vibrasi merupakan kompresi dan getaran manual pada dinding dada

dengan tujuan menggerakkan secret ke jalan napas yang besar. Vibrasi

dilakukan hanya pada waktu klien ekspirasi. Dengan cara meletakkan tangan,
telapak tangan menghadap ke bawah di area yang didrainase, satu tangan di

atas tangan yang lain lalu instruksikan klien untuk napas lambat dan dalam

melalui hidung hembuskan melalui mulut dengan bibir dimonyongkan selama

proses vibrasi, tujuannya memperpanjang fase ekspirasi. Ketika klien

menghembuskan napas getarkan telapak tangan, hentikan saat klien inspirasi.

Lakukan vibrasi 5 kali ekspirasi. Setelah vibrasi, anjurkan klien untuk batuk

efektif dan nafas dalam. Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik

batuk efektif menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi.

Bertujuan untuk merangsang terbukanya system kolateral, meningkatkan

distribusi ventilasi, meningkatkan volume paru dan memfasilitasi pembersihan

saluran napas. Fisioterapi dada merupakan salah satu cara bagi penderita

penyakit respirasi karena terapi ini merupakan upaya pengeluaran secret dan

memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu dengan

memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan untuk mencegah penumpukan

secret. (Prasetyawati, 2019).

3. Indikasi Dan Kontraindikasi Indikasi Fisioterapi Dada

Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi fisioterapi dada terdapat

penumpukan secret pada saluran nafas yang dibuktikan dengan pengkajian

fisik dan data klinis, sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang

terdapat pada saluran nafas. Fisioterapi dada ini dapat dilakukan pada semua

orang, tanpa memandang umur, dari bayi hingga dewasa. Sedangkan

kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti gagal jantung,

status asmatikus, renjantan dan perdarahan (Prasetyawati, 2019)

4. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar operasional prosedur pada tindakan fisioterapi dada yaitu,


mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur posisi drainage klien,

melakukan perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2 menit,

menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam perlahan, lakukan vibrasi sambil

klien menghembuskan nafas perlahan (lakukan 3-4 kali), menganjurkan pasien

untuk batuk, auskultasi adanya perubahan suara nafas, mengulangi

perkusi/clapping dan vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20 menit, cuci

tangan (Prasetyawati, 2019) .

Berikut posisi postural draiange pada anak anak

a. Untuk paru kanan dan kiri bagian atas sisi depan.

Gambar. 1.1

Anak diposisikan tidur terlentang dan bersandar (45 derajat) pada

bantal/ dengan posisi seperti pada gambar 1.1.

b. Untuk paru paru kanan dan kiri bagian atas sisi belakang
Gambar. 1.2

Anak diposisikan duduk dengan memeluk guling/ bantal

membentuk sudut 45 derajat seperti pada contoh gambar

c. Paru kanan dan kiri bagian tengah sisi depan

Gambar. 1.3

Pada posisi ini anak cukup dengan tidur terlentang

d. Paru bagian tengah sisi belakang

Gambar. 1.4

Anak diposisikan tidur tengkurap beralaskan bantal atau guling seperti

gambar diatas.

e. Paru bagian atas sisi kanan belakang

Gambar. 1.5

Anak diposisikan tidur tengkura dengan sedikit dimiringkan kerah


kanan atau kiri dimana paru yang ada dahaknya diposisikan diatas.
Percusion/Vibrasi/Tapotemen

Gambar. 1.6

Merupakan tepukan yang ritmis dan cepat pada area dada yang

ditujukan untuk menggetarkan dahak yang ada didalam paru agar

dahak lebih cepat mengalir ke saluran paru yang lebih besar.

Gambar. 1.7

Dalam memberikan teknik ini tidak boleh terlalu keras,

ritmik, lembut dan tidak menyakitkan bahkan anak bisa tertidur saat

di lakukan tepukan ini, telapak tangan diposisikan seperti mangkuk

agar tidak sakit/panas dikulit( seperti tampak pada gamabar),jumlah

tepukan yang disarankan adalah 25 kali tiap 10 detik. Dilakukan

selama 3 sampai 5 menit perbagian paru yang akan dikeluarkan

dahaknya.Tepukan diberikan pada punggung anak atau dada depan

bersamaan dengan posisi postural drainage.

Setelah diberikan tepukan ditambahkan vibrasi/getaran pada

rongga dada dengan, dimanan vibrasi diberikan saat ekspirasi.

Membantu mengeluarkan dahak pada anak bisa dilakukan sendiri


oleh orang tua sehingga dapat dilakukan sehari dua kali pagi

setelah bangun tidur dan sore hari menjelang tidur bahkan bisa

dilakukan sewaktu waktu bila mana perlu (Dinkes Yogyakarta,

2019).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) FISIOTERAPI DADA


(CLAPPING) PADA ANAK
Sumber : Rosyidin, Kholid. 2013.

Pengertian Tindakan untuk mengeluarkan sekret yang terakumulasi


dan mengganggu di saluran nafas bagian bawah.

Tujuan 1. Membantu mengeluarkan dan membersihkan sekret


2. Mencegah penumpukan sekret
3. Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret
4. Klien dapat bernafas bebas dan tubuh mendapatkan
oksigen yang cukup
Kebijakan Klien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian
bawah.

Waktu Dilakukan 2 kali sehari, bila dilakukan pada beberapa


posisi tidak lebih dari 40 menit. Tiap satu posisi 3 – 10
menit. Dilakukan sebelum makan atau 1 – 2 jam sesudah
makan.
Petugas Perawat
Peralatan 1. Bantal 2 atau 3 buah
2. Tissue
3. Bengkok/baskom
4. SegelasAir Hangat
5. Handuk
6. Stetoskop
7. Handscoon
8. Masker
Tahap Kerja A. Tahap Pra-Interaksi
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Menyiapkan air panas
3. Membawa alat di dekat pasien dengan benar
E. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan
dilakukan kepada keluarga pasien. Menanyakan
persetujuan dan kesiapan keluarga pasien.

F. Tahap Kerja
1. Mencuci Tangan
2. Gunakan handscoon
3. Menjaga privasi klien.
4. Membantu membuka pakaian klien sesuai
kebutuhan
5. Ajarkan pasien teknik nafas dalam
Anjurkan pasien untuk nafas dalam melalui
hidung secara perlahan sampai dada mengembang
dan terlihat kontraksi di otot antar tulang iga serta
anjurkan pasien untuk menghembuskan nafas
melalui mulut (bentuk bibir seperti akan bersiul).

POSTURAL DRAINASE
6. Pilih area yang terdapat sekret dengan stetoskop
disemua bagian paru.
7. Dengarkan suara nafas (rales atau ronchi) untuk
menentukan lokasi penumpukan secret dengan
menganjurkan klien untuk tarik nafas dan
menghembuskannya secara perlahan-lahan
8. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase
area yang tersumbat. Letakkan bantal sebagai
penyangga.
9. Minta klien untuk mempertahankan posisi selama
10 – 15 menit
Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainase
PERKUSI
10. Tutup area yang akan diperkusi dengan
menggunakan handuk
11. Anjurkan klien untuk Tarik nafas dalam dan
lambat untuk meningkatkan relaksasi
12. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi
membentuk mangkuk
13. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan secara cepat menepuk dada
14. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1–
2 menit, jangan pada area yang mudah
cedera VIBRASI
15. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke
bawah di area yang di drainase, satu tangan di
atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel
bersama dan ekstensi
16. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi
secara lambat lewat mulut (pursed lip breathing)
17. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan
dan lengan, dan gunakan hampir semua tumit
tangan, getarkan tangan, gerakkan ke arah
bawah. Hentikan getaran saat klien inspirasi
18. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada
segmen paru yang terserang
19. Setelah drainase pada posisi pertama, minta
klien duduk dan batuk efektif.
Anjurkan pasien untuk menarik nafas
panjang/teknik nafas dalam melalui hidung dan
hembuskan melalui mulut. Lakukan sebanyak 3
kali. Anjurkan pasien untuk menahan nafas
dalam pada teknik nafas dalam terakhir lalu
batukkan.
20. Tamping sekresi dalam sputum pot.jika klien
tidak dapat mengeluarkan sekretnya maka
lakukan suction
21. Membersihkan mulut klien dengan tissue
22. Istrahtkan klien, minta klien minum sedikit air
hangat
23. Ulangi pengkajian pada dada klien disemua
lapang paru.jika masih terdapat secret,maka
ulangi lagi prosedur
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Mengucap salam dan berpamitan pada pasien.
3. Merapikan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan,
menerangkan, menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan
diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok
atau suatu kejadian.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan pengaruh
fisoterapi dada untuk untuk mengurangi akumulasi sekret pada penderita asma
bronchial metode yang digunakan adalah pendekatan proses keperawatan yang
dimulai pada tahap pengkajian sampai tahap evaluasi .

B. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Pasien yang dirawat di ruang perawatan Mawar RSUD H.A.Sulthan Dg Radja
Bulukumba
2. Sampel
Pasien anak yang dirawat dengan kasus asma bronchial dimana jumlah kasusnya
berjumlah 1 orang

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Penelitian dilakukan di ruang Perawatan Mawar RSUD H.A.Sulthan Dg Radja selama
3 (Tiga) hari dari tanggal 20 Januari sampai dengan 22 Januari 2022.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Identitas pasien

Pasien bernama An. I, Umur 14 Tahun, jenis kelamin Perempuan, Agama Islam,

Pendidikan SMP, Alamat Ponre Kelurahan Matekko Tanggal masuk Rumah Sakit

20 Januari 2022 diagnosa medik Asma Bronchial

B. Riwayat kesehatan
1. Status kesehatan sekarang
a. Keluhan utama: sesak napas
b. Riwayat penyakit sekarang : ibu pasien mengatakan anaknya sesak, batuk

berdahak dengan sputum yang kental tidak bercampur darah dan sulit

untuk di keluarkan. sesak disertai dengan bunyi mengi, nafas cuping

hidung (+/+) ronkhi (+), w\\heezing (+/+), retaksi dinding dada (+/+) N :

128 x/menit P : 38 x/menit S : 36.4 oc

2. Status kesehatan masa lalu


Ibu klien mengatakan anaknya sering sesak dan berobat rawat jalan di Rumah

sakit, An I mempunyai riwayat alergi debu, tidak pernah ada riwayat

kecelakaan, status imunisasi lengkap.

C. Proses keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan diangkat diagnosa prioritas yang
mengacu pada SDKI yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
akumulasi sekret
2. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang disusun acuannya adalah SIKI. Dalam standar
intervensi keperawatan Indonesia yang komponen tindakan terdiri dari:
observasi,terapeutik, edukasi, kolaborasi. Untuk menyelesaikan masalah dari
diagnosa yang diangkat, rencana keperawatan yang dipilih yaitu tindakan
fisoterapi dada

3. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari Kamis Tanggal
20 Januari 2022 memposisikan semi-fowler dan mengatur posisi drainage
klien,
memberikan informasi tentang fisioterapi dada kepada orang tua
dan persetujuan tindakan, memberikan informasi kepada anak dan
komunikasi terapetik untuk pendekatan terhadap anak, berikutnya
melakukan teknik fisioterapi dada dengan SOP yang benar yaitu
mengajarkan kepada ibu cara fisioterapi dada dengan cara ,
mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur posisi drainage
klien, melakukan perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2
menit, menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam perlahan,
lakukan vibrasi sambil klien menghembuskan nafas perlahan
(lakukan 3-4 kali), menganjurkan pasien untuk batuk, auskultasi
adanya perubahan suara nafas, mengulangi perkusi/clapping dan
vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20 menit, cuci tangan,
dengan tujuan untuk mengeluarkan sekret, pastikan tindakan selalu
di dampingi orang tua, bekerja sama dengan orang tua dalam
tindakan, setelah itu memberikan minum hangat pada An.I dan
mengajarkan teknik batuk efektif agar sekret keluar secara optimal.
Pada hari Jum,at 21 Januari 2022 tindakan
keperawatan lanjutannya yaitu melanjutkan implementasi kemarin
yaitu memonitor pola nafas, memonitor bunyi nafas tambahan,
memonitor sputum jumlah sputum , warna, dan aroma
memposisikan An.I semi-fowler atur posisi drainage, memberikan
informasi tentang fisioterapi dada kepada orang tua dan
persetujuan tindakan, memberikan informasi kepada anak dan
komunikasi terapetik untuk pendekatan terhadap anak, selanjutnya
melakukan fisioterapi dada sesuai SOP yaitu mengajarkan kepada
ibu cara fisioterapi dada dengan cara , mencuci tangan, lakukan
auskultasi dada, atur posisi drainage klien, melakukan
perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2 menit,

menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam perlahan, lakukan


vibrasi sambil klien menghembuskan nafas perlahan (lakukan 3-4
kali), menganjurkan pasien untuk batuk, auskultasi adanya
perubahan suara nafas, mengulangi perkusi/clapping dan vibrasi
sesuai kondisi klien selama 15-20 menit, cuci tangan, dengan
tujuan untuk mengeluarkan sekret, pastikan tindakan selalu di
dampingi orang tua, bekerja sama dengan orang tua dalam tindakan
dan memberikan minum hangat, berikutnya mengajarkan teknik
batuk efektif agar sekret keluar secara optimal.
Pada hari Sabtu 22 Januari 2022 tindakan
keperawatan lanjutannya yaitu melanjutkan implementasi sebelumnya yaitu
memonitor pola nafas, memonitor bunyi nafas tambahan,
memposisikan An.I semi-fowler atur posisi drainage, memberikan
informasi tentang fisioterapi dada kepada orang tua dan
persetujuan tindakan, memberikan informasi kepada anak dan
komunikasi terapetik untuk pendekatan terhadap anak, selanjutnya
melakukan fisioterapi dada sesuai SOP yaitu mengajarkan kepada
ibu cara fisioterapi dada dengan cara , mencuci tangan, lakukan
auskultasi dada, atur posisi drainage klien, melakukan
perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2 menit,
menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam perlahan, lakukan
vibrasi sambil klien menghembuskan nafas perlahan (lakukan 3-4
kali), menganjurkan pasien untuk batuk, auskultasi adanya
perubahan suara nafas, mengulangi perkusi/clapping dan vibrasi
sesuai kondisi klien selama 15-20 menit, cuci tangan, dengan
tujuan untuk mengeluarkan sekret, pastikan tindakan selalu di
dampingi orang tua, bekerja sama dengan orang tua dalam tindakan
dan memberikan minum hangat, berikutnya mengajarkan teknik
batuk efektif agar sekret keluar secara optimal.
4. Evaluasi
Pada hari Kamis tanggal 20 Januari 2022 setelah dilakukan
tindakan keperawatan didapatkan hasil Ibu klien mengatakan masih sesak,
terdapat sekret pada saat batuk, Frekuensi nafas cepat 38 x/menit,retraksi
dinding dada, TTV: Nadi : 128 x/menit Suhu: 36,4 C, pernapasan 38x/menit,
klien nyaman pada saat diposisikan semi fowler, pada saat setelah di kasih
minum air hangat kalien tampak tenang, sekret keluar pada saat fisioterapi ada
dan batuk efektif tetapi masih sedikit 3cc, warna hijau kekuningan , tidak
berbau, klien terlihat tenang dan nyaman selesai melakukan fisioterapi sambil
melihat ibunya, tambahan masih ronkhi dan wheezing bersihan jalan nafas
pada An.I cukup menurun
Pada hari Jum,at tanggal 21 Januari 2022 setelah dilakukan
tindakan keperawatan didapatkan hasil Ibu klien
mengatakan masih terdapat sekret pada saat batuk
sekret dihidung klien, Frekuensi cepat 30 x/menit, sedalaman 2cm,
usaha spontan, suara ronkhi, sputum keluar, hijau kekuningan,
tidak beraroma, klien tampak mengikuti intruksi semi fowler, klien
tampak mengikuti posisi drainage , klien minum air hangat 40cc,
klien tampak melakukan batuk efektif, klien tampak mengikuti
instruksi fisioterapi dada, sekret keluar pada saat fisioterapi 15cc,
warna hijau , tidak berbau, klien tampak tenang sambil melihat
ibunya, suara tambahan masih ada ronkhi, bersihan jalan nafas
pada An.I sedang
pada hari Sabtu tanggal 22 Januari 2022 setelah dilakukan
tindakan keperawatan didapatkan hasil Ibu klien
mengatakan masih terdapat sekret dihidung klien namun sudah
kering, Frekuensi cepat 25x/menit, sedalam 1cm, usaha spontan,
sputum basah sudah tidak ada, hanya menyisakan sisa
sputum kering di hidung, klien tampak mengikuti instruksi semi
fowler, klien tampak mengikuti posisi drainage,
frekuensi normal, terdapat sputum yang keluar banyak, dada
simetris, klien tampak tenang sambil melihat ibunya, suara
tambahan tidak ada lagi, sonor, bersihan jalan nafas An.I
meningkat
D. Artikel-artikel pendukung penelitian
1. Artikel nasional

Rafika hariyanti ( 2017) Di RS Sumberglaga h Kabupaten Mojokerto’


Menganalisis pengaruh fisioterapi dada terhadap keefektifan bersihan jalan
nafas pada pasien asma bronkhial” dengan hasil penelitian bahwa terdapat
pengaruh pemberian fisioterapi dada terhadap keefektifan bersihan jalan
nafas.
penelitian (Aryayuni dan Siregar, 2019) bertujuan untuk mengetahui
pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak di RSUD
Kota Depok Prov, Jawa Barat Indonesia, Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ada pengaruh fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada anak dengan
penyakit gangguan, artinya pengeluaran sputum sebelum fisioterapi dada lebih
kecil dibandingkan sesudah fisioterapi dada.
Hidayah Widiasningrum (2019) di RSUD Pandanaran Boyolali

“mengidentifikasi manfaat fisioterapi dada untuk meningkatkan efektifitas

bersihan jalan napas” dengan hasil penelitian bahwa Fisioterapi dada

bermanfaat meningkatkan bersihan jalan nafas pada anak

Penelitian yang dilakukan Fadilatul syam (2020) di RSUD

Bahteramas” penerapan fisioterapi dada untuk meningkatkan bersihan jalan

napas pada pasien asma bronchial” membuktikan bahwa terdapat ke efektifan

dalam tindakan fisioterapi dada dalam pengeluaran sekret ataupun gangguan

yang ada dalam jalan nafas yang tidak efektif dimana tanda ini dapat dilihat

keluarnya sekret atau sekret yang mengental pada saluran pernafasan,

perubahan frekuensi nafas responden yang sebelum diberikan mereka masih

mempunyai frekuensi nafas lebih dari 24 kali permenit, sedangkan setelah

diberikan tindakan fisoterapi dada frekuensi nafas menjadi 20 – 24 kali


permenit, dan responden sudah tidak tampak bernafas berat sehingga

fisioterapi dada ini sangat efektif dalam membantu bersihan jalan nafas.

Penelitian Nova ari Pangesti dan Riski setianingrum (2020) “

penerapan tekhnik fisioterapi dada terhadap ketidakefektifan bersihan jalan

nafas pada anak dengan penyakit sistem pernapasan” menunjukkan bahwa

Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada, bersihan jalan nafas anak efektif

dengan kriteria frekuensi pernafasan dalam batas normal, mampu

mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas tambahan, dan batuk berkurang.

Teknik fisioterapi dada secara signifikan dapat digunakan untuk mengatasi

masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

2. Artikel internasional

E.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan yang diawali dengan melakukan pengkajian secara


menyeluruh meliputi bio-psiko-sosio-kultural. Pengkajian melakukan anamneses,
pemeriksaan fisik, riwayat kesehatan. Berdasarkan pemaparan asuhan keperawatan
mengenai pelaksanaan pemberian fisioterapi dada pada anak asma bronchial dapat
disimpulkan bahwa:

Berdasarkan pengkajian yang didapatkan diagnosa yang muncul pada An.I yaitu Asma
Bronchial Diagnosa keperawatan yang dipilih yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif
b/d Terdapat secret pada jalan nafas,. Dari hasil intervensi yang dilakukan pada An.I
adalah Fisioterapi dada yang dapat memaksimalkan mengeluarkan secret agar anak
dapat bernafas normal. Dari hasil implementasi yang dilakukan pada An.I yaitu
mengeluarkan secret dengan cara melakukan fisioterapi dada sesuai SOP yaitu yaitu,
mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur posisi drainage klien, melakukan
perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2 menit, menganjurkan klien untuk tarik
nafas dlam perlahan, lakukan vibrasi sambil klien menghembuskan nafas perlahan
(lakukan 3-4 kali), menganjurkan pasien untuk batuk, auskultasi adanya perubahan
suara nafas, mengulangi perkusi/clapping dan vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20
menit, cuci tangan kembali . Dari hasil evaluasi dilakukan bahwa masalah keperawatan
teratasi yaitu bersihan jalan nafas meningkat. Sesuai dengan hasil yang didapat pada
pasien An.I tindakan fisioterapi dada dapat mengeluarkan sekret secara efektif hal ini
sama dengan jurnal-jurnal terkait.

B. SARAN

1. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
keperawatan anak kepada peserta didik yaitu penerapan fisioterapi dada pada
bersihan jalan nafas guna untuk mengeluarkan sekret, sehingga pengetahuan dan
keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan menjadi
bahan ajar di laboratorium pada keperawatan anak.
2. Bagi Perawat

Diharapkan dapat menjadi acuan dan informasi bagi perawat dalam


penambahan skil pada pelaksanaan fisioterapi dada pada anak di RSUD
H.A.sulthan Dg Radja Bulukumba.

3. Bagi Layanan

Diharapkan pihak RSUD H.A.sulthan Dg Radja Bulukumba. dapat


mengembangkan stantar oprasional prosedur dalam pemberian fisioterapi dada.

Anda mungkin juga menyukai