PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial dengan intervensI fisioterapi dada di Ruang Mawar
RSUD H.Andi Sulthan Dg Radja
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang dicapai dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien
yang menderita asma bronchial di Ruang Mawar RSUD H.Andi Sulthan Dg
Radja adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
c. Mahasiswa mampu merencankan intervensi keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien
yang menderita asma bronchial
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien yang
menderita asma bronchial
f. Mahasiswa mampu melaksanakan tekhnik fisioterapi dada
g. Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung,penghambat
serta mencari solusi/alternative pemecahan masalah
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada kasus
asma bronchial.
C. Ruang lingkup
Analisis praktik klinik Keperawatan pada pasien Asma Bronchial dengan intervensi
pemberian tekhnik fisioterapi dada di Ruang Mawar RSUD H.Andi Sulthan Dg
Radja pada Tanggal 20 Januari sampai dengan 22 Januari 2022
D. Manfaat penulisan
Manfaat yang ingin dicapai melalui penulisan karya tulis ilmiah terdiri dari
1. Mahasiswa
Menjadi sumber referensi bagi mahasiswa update teori mengenai asma bronchial
dan menjadi acuan dalam penerapan asuhan keperawatannya
2. Lahan praktek
Referensi bagi institusi pelayanan kesehatan dalam pemberian asuhan
keperawatan asma bronchial dan untuk peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan
3. Institusi pendidikan keperawatan
Dapat memberikan informasi ke Penulis lain dan memberikan masukan sebagai
referensi dalam proses pembelajaran tentang asuhan keperawatan asma bronchial
serta dapat digunakan acuan bagi Mahasiswa untuk menambah wawasan dan
keterampilan khususnya tindakan keperawatan fisioterapi dada.
4. Profesi keperwatan
Sebagai sumber literatur untuk pengembangan profesi keperawatan
E. Metode penulisan
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode studi kepustakaan.
Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus untuk
mendeskripsikan proses keperawatan pada kasus asma bronchial dengan fokus
intervensi pilhan yaitu tindakan fisioterapi dada
F. Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan karya ilmiah akhir ners secara garis besar adalah
sebagai berikut:
1. Bagian awal
Merupakan bagian pertama dari KTI yang berisi hal-hal pendahuluan.
Secara umum Untuk penomoran halaman pada bagian ini adalah dengan
menggunakan angka Romawi huruf kecil dari mulai halaman judul, lembar
persetujuan, lembar pengesahan, lembar pernyataan orisinalitas, kata pengantar,
daftar isi, abstrak.
2. Bab I Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan akan dibahas tentang:
a. Latar belakang
b. Tujuan
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
c. Ruang lingkup
d. Manfaat penulisan
e. Metode penulisan
f. Sistematika penulisan
3. Bab II Tinjaun umum
Bab ini menjelaskan tentang teori yang relevan dengan judul KTI. Tinjaun
pustaka merupakan hasil telusuran bahan acuan yang berkaitan tentang kasus
yang diambil.
a. Konsep dasar
1) Pengertian
2) Etiologi
3) Patofisiologi
4) Manifetasi klinik
5) Komplikasi
6) Pemeriksaan diagnostik
7) Penatalaksanaan medis
b. Konsep keperawatan
1) Pengkajian keperawatan
2) Diagnosa keperawatan
3) Perencanaan keperawatan
4) Pelaksanaan keperawatan
5) Evaluasi keperawatan
6) Discharge planning
c. Standar operasional prosedur intervensi tindakan pilihan yang dilakukan
d. Artikel yang mendukung tindakan pilihan yang dilakukan
4. Bab III Metodologi penelitian
Bab ini terdiri dari:
a. Rancangan penelitian
b. Populasi dan sampel
c. Tempat dan waktu penelitian
5. Bab IV Pembahasan
Pada bab berisi tentang:
a. Data demografi
b. Status kesehatan sekarang
c. Status kesehatan masa lalu
d. Proses keperawatan
e. Artikel yang mendukung
6. Bab V Penutup
Pada bagian penutup terdiri dari:
a. Kesimpulan
b. Saran
7. Bagian akhir
a. Daftar pustaka
b. Lampiran-lampiran
BAB II
TINJAUAN UMUM
I. KONSEP DASAR
A. Konsep anak
1. Pengertian
adalah siapa saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang
pangan atau gizi, perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak,
kasih saying (Asih), pada tahun- tahun pertama kehidupan, hubungan yang
erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu dengan anak
mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar
lebih banyak menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar,
haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa
sebenarnya bayi dapat berespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang
misalnya menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi
pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang.
tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan
takut oada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang
akan akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan
merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu
berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini
karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan
malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa
anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah
laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak
Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak
keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam
bahagia.
harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas
jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat kesempatan
fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri, belajar bergaul
kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat terhadap
kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18 tahun adalah
menerima
keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai perempuan dan laki- laki,
menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman sebaya dan kedua jenis kelamin,
menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik terhadap diri sendiri, serta
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak dapat dihilangkan namun dapat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila itu terjadi pada saat anak dalam
tokoh kartun, dinding ruangan berwarna cerah, dan terdapat hiasan mainan
anak.
membuat suatu pilihan yang terbaik serta dapat meningkatkan pola normal
yang ada dalam kesehariannya selama anaksakit dan menjalani
pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua
(Usman, 2020).
anak, menurut Brunner and suddarth (1986) dalam Yetti, dkk (2018)
2020).
ras, etnis budaya dan juga sosial ekonomi dalam keluarga, mengakui
lengkap dan juga jelas kepada orang tua dan juga secara berkelanjutan
dengan dukungan penuh, mendorong dan juga memfasilitasi keluarga
B. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
a. Faktor Predisposisi
Genetik merupakan faktor predisposisi dari asma bronkhial.
b. Faktor Presipitasi
Ada 7 faktor Presipitasi yang dapat menyebabkan asma pada anak yaitu :
1) Alergen
Allergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak
dengan asma. Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga
merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus
tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiper
reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk
menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan
bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayi dan anak kecil sering
berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau
bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya
umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan
sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
2) Infeksi
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang
menyebabkan ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para
influenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya; pertusis dan
streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit seperti Askaris.
3) Iritan
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam
dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma.
Iritasi hidung dan batuksendiri dapat menimbulkan refleks
bronkokonstriksi.
4) Cuaca
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan
kelembaban udara berhubungan dengan percepatan dan terjadinya
serangan asma.
5) Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat
memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan
dapat merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal
amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
6) Infeksi saluran nafas
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat
memudahkan terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat
memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau refleks.
7) Faktor psikis
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan
sangat kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui
persoalan yang berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya
akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap
adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan
asma. Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus
bersamaan misalnya pada anak dengan pencetus alergen sering disertai
pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk
serangan.
Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus
memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik. Serangan
dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada
saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
3. Manifestasi Klinik
Gejala awal :
a) Batuk
b) Dispnea
c) Mengi (whezzing)
d) Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
e) Tachicardi
f) Pernafasan cepat dangkal
Gejala lain :
a) Takipnea
b) Gelisah
c) Diaphorosis
d) Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
e) Fatigue ( kelelahan)
f) Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
g) Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernafasan lambat.
h) Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
i) Sianosis sekunder
j) Gerak-gerak retensi karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan
pelebaran tekanan nadi.
4. Patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan
hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Dengan adanya
bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi
tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di
muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan
memberikan gejala asthma. Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap
immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang
dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai
dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan
udara dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan
peningkatan sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi
bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan
distres pernafasan. Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar
dalam ekshalasi karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi
pada alveoli dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang
kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02
(hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO2 tertahan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan
hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan menga dakan kompensasi dengan
meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan
hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah (hypocapnea).
5. Komplikasi
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
b. Chronik persistent bronchitis
c. Bronchiolitis
d. Pneumonia
e. Emphysema
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
b. Foto rontgen
c. Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
d. Pemeriksaan alergi
e. Pulse oximetri
f. Analisa gas darah
7. Penatalaksanaan
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
a. Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
b. Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
2) Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
3) Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
4) Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam Efeknya tachycardia,
palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi dan insomnia.
c. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme
dan meningkatkan bersihan jalan nafas
1) Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
2) Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam Pemberian melalui intravena
jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping tachycardia, dysrhytmia,
palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala
toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.
d. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.
Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas : Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun. Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodik yang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini
frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih
jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat
mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak
perempuan dan laki-laki. Keluhan utama: Batuk-batuk dan sesak napas. Riwayat
penyakit sekarang: Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas. Riwayat
penyakit terdahulu: Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia
sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga: Penyakit ini ada hubungan dengan faktor
genetik dari ayah atau ibu, disamping faktor yang lain. Riwayat kesehatan
lingkungan: Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang
terdapat di rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap
rokok dari orang dewasa. Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma Pengkajian per
sistem :
1) Sistem Pernapasan / Respirasi Sesak, batuk kering (tidak produktif),
tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan,
Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
2) Sistem Cardiovaskuler Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
3) Sistem Persyarafan / neurologi Pada serangan yang berat dapat terjadi
gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng → apatis → sopor → coma.
4) Sistem perkemihan Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas.
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal Terdapat nyeri tekan pada abdomen,
tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
6) Sistem integument Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak
nafas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental,
peningkatan produksi mukus dan bronkospasme
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada
dan kelelahan akibat kerja pernafasan
c. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan
sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit
d. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut
e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Rencana tindakan keperawatan
a. Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental,
peningkatan produksi mucus,bronkospasme.
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan Jalan nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
a) Menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan peningkatan
pertukaran gas.
b) dapat mendemontrasikan batuk efektif
c) dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi
d) tidak ada suara nafas tambahan
2) Rencana tindakan
a) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum
b) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.
c) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi
d) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan
e) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan
fibrasi dada.
f) Dorong dan atau berikan perawatan mulut
b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada,
dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan.
1) Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif
Kriteria hasil :
- Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru
- Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor
tersebut
2) Rencana tindakan
a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
b) Posisikan klien dada posisi semi fowler
c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas
dan ajarkan cara bernafas efektif
d) Minimalkan distensi gaster
e) Kaji pernafasan selama tidur
f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea
D. FISIOTERAPI DADA
1. Pengertian
Chest Percussion adalah fisioterapi dada yang dilakukan dengan cara menepuk
Perkusi dada merupakan energi mekanik pada dada yang diteruskan pada
menggetarkan tangan pada bagian dada anterior (depan) yang bertujuan untuk
dilakukan hanya pada waktu klien ekspirasi. Dengan cara meletakkan tangan,
telapak tangan menghadap ke bawah di area yang didrainase, satu tangan di
atas tangan yang lain lalu instruksikan klien untuk napas lambat dan dalam
Lakukan vibrasi 5 kali ekspirasi. Setelah vibrasi, anjurkan klien untuk batuk
efektif dan nafas dalam. Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik
saluran napas. Fisioterapi dada merupakan salah satu cara bagi penderita
penyakit respirasi karena terapi ini merupakan upaya pengeluaran secret dan
memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu dengan
fisik dan data klinis, sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang
terdapat pada saluran nafas. Fisioterapi dada ini dapat dilakukan pada semua
kontraindikasi fisioterapi dada ada yang bersifat mutlak seperti gagal jantung,
menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam perlahan, lakukan vibrasi sambil
perkusi/clapping dan vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20 menit, cuci
Gambar. 1.1
b. Untuk paru paru kanan dan kiri bagian atas sisi belakang
Gambar. 1.2
Gambar. 1.3
Gambar. 1.4
gambar diatas.
Gambar. 1.5
Gambar. 1.6
Merupakan tepukan yang ritmis dan cepat pada area dada yang
Gambar. 1.7
ritmik, lembut dan tidak menyakitkan bahkan anak bisa tertidur saat
setelah bangun tidur dan sore hari menjelang tidur bahkan bisa
2019).
F. Tahap Kerja
1. Mencuci Tangan
2. Gunakan handscoon
3. Menjaga privasi klien.
4. Membantu membuka pakaian klien sesuai
kebutuhan
5. Ajarkan pasien teknik nafas dalam
Anjurkan pasien untuk nafas dalam melalui
hidung secara perlahan sampai dada mengembang
dan terlihat kontraksi di otot antar tulang iga serta
anjurkan pasien untuk menghembuskan nafas
melalui mulut (bentuk bibir seperti akan bersiul).
POSTURAL DRAINASE
6. Pilih area yang terdapat sekret dengan stetoskop
disemua bagian paru.
7. Dengarkan suara nafas (rales atau ronchi) untuk
menentukan lokasi penumpukan secret dengan
menganjurkan klien untuk tarik nafas dan
menghembuskannya secara perlahan-lahan
8. Baringkan klien dalam posisi untuk mendrainase
area yang tersumbat. Letakkan bantal sebagai
penyangga.
9. Minta klien untuk mempertahankan posisi selama
10 – 15 menit
Selama dalam posisi ini, lakukan perkusi dan
vibrasi dada diatas area yang di drainase
PERKUSI
10. Tutup area yang akan diperkusi dengan
menggunakan handuk
11. Anjurkan klien untuk Tarik nafas dalam dan
lambat untuk meningkatkan relaksasi
12. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi
membentuk mangkuk
13. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan secara cepat menepuk dada
14. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1–
2 menit, jangan pada area yang mudah
cedera VIBRASI
15. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke
bawah di area yang di drainase, satu tangan di
atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel
bersama dan ekstensi
16. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi
secara lambat lewat mulut (pursed lip breathing)
17. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan
dan lengan, dan gunakan hampir semua tumit
tangan, getarkan tangan, gerakkan ke arah
bawah. Hentikan getaran saat klien inspirasi
18. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada
segmen paru yang terserang
19. Setelah drainase pada posisi pertama, minta
klien duduk dan batuk efektif.
Anjurkan pasien untuk menarik nafas
panjang/teknik nafas dalam melalui hidung dan
hembuskan melalui mulut. Lakukan sebanyak 3
kali. Anjurkan pasien untuk menahan nafas
dalam pada teknik nafas dalam terakhir lalu
batukkan.
20. Tamping sekresi dalam sputum pot.jika klien
tidak dapat mengeluarkan sekretnya maka
lakukan suction
21. Membersihkan mulut klien dengan tissue
22. Istrahtkan klien, minta klien minum sedikit air
hangat
23. Ulangi pengkajian pada dada klien disemua
lapang paru.jika masih terdapat secret,maka
ulangi lagi prosedur
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan.
2. Mengucap salam dan berpamitan pada pasien.
3. Merapikan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan,
menerangkan, menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan
diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok
atau suatu kejadian.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan pengaruh
fisoterapi dada untuk untuk mengurangi akumulasi sekret pada penderita asma
bronchial metode yang digunakan adalah pendekatan proses keperawatan yang
dimulai pada tahap pengkajian sampai tahap evaluasi .
A. Identitas pasien
Pasien bernama An. I, Umur 14 Tahun, jenis kelamin Perempuan, Agama Islam,
Pendidikan SMP, Alamat Ponre Kelurahan Matekko Tanggal masuk Rumah Sakit
B. Riwayat kesehatan
1. Status kesehatan sekarang
a. Keluhan utama: sesak napas
b. Riwayat penyakit sekarang : ibu pasien mengatakan anaknya sesak, batuk
berdahak dengan sputum yang kental tidak bercampur darah dan sulit
hidung (+/+) ronkhi (+), w\\heezing (+/+), retaksi dinding dada (+/+) N :
C. Proses keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan diangkat diagnosa prioritas yang
mengacu pada SDKI yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
akumulasi sekret
2. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan yang disusun acuannya adalah SIKI. Dalam standar
intervensi keperawatan Indonesia yang komponen tindakan terdiri dari:
observasi,terapeutik, edukasi, kolaborasi. Untuk menyelesaikan masalah dari
diagnosa yang diangkat, rencana keperawatan yang dipilih yaitu tindakan
fisoterapi dada
3. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari Kamis Tanggal
20 Januari 2022 memposisikan semi-fowler dan mengatur posisi drainage
klien,
memberikan informasi tentang fisioterapi dada kepada orang tua
dan persetujuan tindakan, memberikan informasi kepada anak dan
komunikasi terapetik untuk pendekatan terhadap anak, berikutnya
melakukan teknik fisioterapi dada dengan SOP yang benar yaitu
mengajarkan kepada ibu cara fisioterapi dada dengan cara ,
mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur posisi drainage
klien, melakukan perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2
menit, menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam perlahan,
lakukan vibrasi sambil klien menghembuskan nafas perlahan
(lakukan 3-4 kali), menganjurkan pasien untuk batuk, auskultasi
adanya perubahan suara nafas, mengulangi perkusi/clapping dan
vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20 menit, cuci tangan,
dengan tujuan untuk mengeluarkan sekret, pastikan tindakan selalu
di dampingi orang tua, bekerja sama dengan orang tua dalam
tindakan, setelah itu memberikan minum hangat pada An.I dan
mengajarkan teknik batuk efektif agar sekret keluar secara optimal.
Pada hari Jum,at 21 Januari 2022 tindakan
keperawatan lanjutannya yaitu melanjutkan implementasi kemarin
yaitu memonitor pola nafas, memonitor bunyi nafas tambahan,
memonitor sputum jumlah sputum , warna, dan aroma
memposisikan An.I semi-fowler atur posisi drainage, memberikan
informasi tentang fisioterapi dada kepada orang tua dan
persetujuan tindakan, memberikan informasi kepada anak dan
komunikasi terapetik untuk pendekatan terhadap anak, selanjutnya
melakukan fisioterapi dada sesuai SOP yaitu mengajarkan kepada
ibu cara fisioterapi dada dengan cara , mencuci tangan, lakukan
auskultasi dada, atur posisi drainage klien, melakukan
perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2 menit,
yang ada dalam jalan nafas yang tidak efektif dimana tanda ini dapat dilihat
fisioterapi dada ini sangat efektif dalam membantu bersihan jalan nafas.
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dada, bersihan jalan nafas anak efektif
mengeluarkan sputum, tidak ada suara nafas tambahan, dan batuk berkurang.
2. Artikel internasional
E.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan diagnosa yang muncul pada An.I yaitu Asma
Bronchial Diagnosa keperawatan yang dipilih yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif
b/d Terdapat secret pada jalan nafas,. Dari hasil intervensi yang dilakukan pada An.I
adalah Fisioterapi dada yang dapat memaksimalkan mengeluarkan secret agar anak
dapat bernafas normal. Dari hasil implementasi yang dilakukan pada An.I yaitu
mengeluarkan secret dengan cara melakukan fisioterapi dada sesuai SOP yaitu yaitu,
mencuci tangan, lakukan auskultasi dada, atur posisi drainage klien, melakukan
perkusi/clapping pada dinding dada selama 1-2 menit, menganjurkan klien untuk tarik
nafas dlam perlahan, lakukan vibrasi sambil klien menghembuskan nafas perlahan
(lakukan 3-4 kali), menganjurkan pasien untuk batuk, auskultasi adanya perubahan
suara nafas, mengulangi perkusi/clapping dan vibrasi sesuai kondisi klien selama 15-20
menit, cuci tangan kembali . Dari hasil evaluasi dilakukan bahwa masalah keperawatan
teratasi yaitu bersihan jalan nafas meningkat. Sesuai dengan hasil yang didapat pada
pasien An.I tindakan fisioterapi dada dapat mengeluarkan sekret secara efektif hal ini
sama dengan jurnal-jurnal terkait.
B. SARAN
3. Bagi Layanan