Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk

mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas

serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan

kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan,

setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Upaya

kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka

kematian anak (Kemenkes RI, 2014).

Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang

biasanya disebabkan oleh bakteri-bakteri,virus-virus atau jamur. Pneumonia

adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang (Utama,2018).

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola

penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam

bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya(Nurarif,

2015). Yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Bakteri

tersering penyebab pneumonia pada balita adalah Streptococcus

pneumoniadan Haemophilus influenza (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia,2018).

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius

bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak

1
sampai 39-40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak

sangat gelisah,dispnea,pernafasan cepat dan dangkal disertai pernapasan

cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang-kadang

disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan

penyakit,tetapi setelah beberapa hari mula-mula kring kemudian menjadi

produktif(Utama,2018).

Tingginya angka kejadian pneumonia tidak terlepas dari faktor risiko

bronkopneumonia. Faktor risiko yang sudah teridentifikasi meliputi : usia,

jenis kelamin,status gizi, berat lahir rendah (kurang dari 2.500 gram saat

lahir), kurangnya pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama

kehidupan, imunisasi campak, malnutrisi dankepadatan rumah. Kemungkinan

faktor risiko lain adalah orang tua yang merokok,kekurangan zinc,

pengalaman Ibu sebagai pengasuh, penyakit penyerta misalnyadiare, penyakit

jantung, asma, pendidikan ibu,penitipan anak, kelembaban udara,udaradingin,

kekurangan vitamin A, dan polusiudara diluar rumah( Sinaga,2018)

Berdasarkan data UNICEF tahun 2018, pneumonia menjadi penyebab

utama infeksi kematian pada anak-anak di bawah lima tahun, menyebabkan

kematian sekitar 2.400 anak per hari. Penyakit ini menyumbang sekitar 16%

dari 5,6 juta kematian balita, dimana menyebabkan kematian sekitar 880.000

anak pada tahun 2016. Sebagian besar korbannya berusia kurang dari 2 tahun.

Data dari riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menunjukan prevalensi

pneumonia naik dari 1,6% pada 2013 menjadi 2% dari populasi balita yang

ada di Indonesia pada 2018. Di Indonesia, pneumonia menduduki peringkat

2
kedua tertinggi setelah diare sebagai penyakit penyebab kematian pada balita.

Berdasarkan data dan informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2016,

sekitar 500.000 anak menderita pneumonia dan 500 diantaranya meninggal

dunia.

Kasus bronchopneumonia di provinsi Sumatera Barat tahun 2016 pada

bayi yang berumur 0-12 bulan berjumlah 3.771 kasus dan pada balita yang

berumur 1-3 tahun berjumlah 10.097 kasus dan tingkat kasus kematian

bronchopeneumonia di Sumatera Barat pada Bayi yang berumur 0-12 bulan

berjumlah 22 kasus dan pada balita yang berumur 1-3 tahun berjumlah 9

kasus.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk

mengambil kasus Bronchopneumonia di RSI Ibnu Sina Payakumbuh di

Ruang Rawat Inap Az-Zahra. Karena dalam 4 bulan terakhir ini data pasien

dengan penyakit Bronchopneumonia di RSI Ibnu Sina Payakumbuh sebanyak

23 kasus.

B. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum

Penulis mampu mendeskripsikan dan melaporkan Asuhan

Keperawatan pada An.A dengan Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap

Azzahra RSI Ibnu Sina Payakumbuh dengan pendekatan proses

keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,

evaluasi dan pendokumentasian.

2. Tujuan Khusus

3
a. Mampu melakukan Pengkajian pada An.A dengan Bronkopneumonia

di Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina Payakumbuh pada tahun

2019.

b. Mampu merumuskan Dignosa keperawatan pada An.A dengan

Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina

Payakumbuh pada tahun 2019.

c. Mampu menyusun Rencana keperawatan pada An.A dengan

Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina

Payakumbuh pada tahun 2019.

d. Mampu melakukan Tindakan keperawatan pada An.A dengan

Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina

Payakumbuh pada tahun 2019.

e. Mampu Mengevaluasi seluruh asuhan keperawatan pada An.A dengan

Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina

Payakumbuh pada tahun 2019.

f. Mampu melakukan Dokumentasi terhadap tindakan yang dilakukan

pada An.A dengan Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Azzahra

RSI Ibnu Sina Payakumbuh pada tahun 2019.

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan pada penyusunan laporan ini adalah metode

deskriptif,dimana penyusun melaporkan kondisi pasien dengan apa adanya.

Untuk memperoleh data yang akurat dalam penyusunan laporan inti ini maka

penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :

4
1. Teknik wawancara : Dilakukan secara langsung pada keluarga pasien dan

perawat ruangan.

2. Observasi : Yaitu mengamati secara langsung perilaku pasien sehari-hari.

3. Study Literatur : Untuk memperkuat landasan teori,penulis mencari

informasi dari buku-buku, dan jurnal yang terkuat dengan kasus tersebut.

4. Pemeriksaan Fisik : Melakukan pemeriksaan fisik secara langsung pada

pasien dengan inspeksi,auskultasi,perkusi dan palpasi.

5. Studi dokumentasi : Dengan mempelajari dokumentasi pasien yang

terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan pasien.

D. Sistematika Laporan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini dimaksudkan untuk memberikan gamaran tentang isi secara

keseluruhan terdiri dari latar belakang masalah,tujuan penulis dan metode

penulisan

BAB II : Tinjauan Teoritis

Bab ini berisikan tentang teori yang mendukung penulisan sesuai judul yang

meliputi Konsep dasar dan Asuhan keperawatan secara teoritis.

BAB III : Tinjauan Kasus

Bab ini menjelaskan tentang studi kasus yang dilaksanakan dalam situasi yang

nyata yang disajikan dengan sistematika proses keperawatan yang terdiri :

1. Pengkajian keperawatan

2. Diagnosa keperawatan

3. Intervensi keperawatan

5
4. Implementasi keperawatan

5. Evaluasi keperawatan dan catatan perkembangan

BAB IV : Pembahasan

Bab ini berisikan ulasan naratif dari setiap tahapan keperawatan yang

dilakukan. Pada bagian ini akan tergambar secara jelas dasar ilmiah dan

rasionalisasi dari setiap tahapan proses yang dilakukan berdasarkan

pemahaman tentang konsep dasar kasus.

BAB V : Penutup

1. Kesimpulan

Merupakan isi dari pembahasan

2. Saran

Tanggapan terhadap kesenjangan kesimpulan dan alternatif pemecahan

masalah yang realitis operasional.

6
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Bronkopneumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang

biasanya di sebabkan oleh bakteri-bakteri,virus-virus atau jamur.

Pneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang

(Utama,2018).

Bronkopneumonia merupakan salah satu jenis pneumonia

(pneumonia lobularis) yang menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang

memiliki bercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan

juga mengenai bronkus. Angka kematian di Indonesia akibat

bronkopneumonia pada balita sebesar 0,16% (Nofitah,2019).

Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang

terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia

lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan

oleh bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering

ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi. Bronkopneumonia

merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun ada berbagai

kemajuan dalam bidang antibiotik. Hal ini disebakan oleh munculnya

organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik (Samuel , 2014).

2. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan


7
1. Anatomi sistem pernafasan

Sistem pernapasan terdiri dari saluran nafas bagian atas : rongga

hidung, faring, dan laring, saluran nafas bagian bawah : trachea,

bronkus, bronkuolus, alveolus, dan paru-paru(Pearce, 2011).

1) System pernafasan atas

a) Rongga hidung

Rongga hidung bagian ekternal berbentuk pyramid disertai

dengan satu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka

kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan fibrioareolar (Pearce,

2011).

b) Faring

Faring (tekak) adalah pipa berotot berukuran 12,5cm yang

berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan dengan

esophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka

letaknya dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang mulut

8
(orofaring) dan dibelakang laring (faring laryngeal). (Pearce,

2011).

c) Laring

Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring

yang memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari

faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk

kedalam trakhe bawahnya.Laring ditopang oleh Sembilan

kartilago; tiga berpasang dan tiga tidak berpasang(Pearce,

2011)

2) Sistem Pernafasan Bawah

a) Trachea

Trakea adalah tuba dengan panjang 10 cm samapai 12 cm

diameter 2,5 cm serta terletak diatas permukaan anterior

esophagus. Tuba ini berjalan dari laring sampai kira-kira

ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini

bercabang menjadi dua bronkus.Trakea dilapisi selaput lendir

yang terdiri dari epithelium bersilia dan sel cangkir.Silia ini

bergerak menuju atas ke arah laring(Pearce, 2011).

b) Bronkus

Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian

kira-kira vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa

dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-

9
bronkus itu berjalan kebawah dan kesamping ke arah tampak

paru-paru (Pearce, 2011).

c) Bronkiolus

Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang

terdapat dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang

sampai ke paru-paru. Jumlah cabang bronkiolus yang menuju

paru-paru kanan dan kiri tidak sama. Bronkiolus yang menuju

paru-paru kanan mempunyai 3 cabang, sedangkan bronkiolus

yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya 2 cabang. Ciri khas

bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan kelenjar pada

mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus hanya

memiliki sebaran sel globet dan epitel (Pearce, 2011).

d) Alveolus

Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk

berongga.Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan

ujung dari saluran pernapasan. Ukurannya bervariasi,

tergantung lokasi anatomisnya, semakin negatif tekanan

intrapleura di apeks, ukuran alveolus akan semakin besar.

(Pearce, 2011).

e) Paru-paru

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru

mengisi rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan di

tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah

10
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam

mediastrum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut

dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi

dari klavikula didalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk

diatas landai rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru

mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga,

permukaan dalam yang memuat tumpuk paru-paru, sisi

belakang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan menutupi

sebagian sisi depan jantung (Pearce, 2011).

b. Fisiologi system pernafasan

1) Sistem pernafasan atas

a) Rongga hidung

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung

(cavumnasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di

dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan

kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi

menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan.

Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang

berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama

udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler

darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.

Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra

pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut,


11
manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun

atauberbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan

bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya

akan mengalir ke faring(Syaifuddin, 2011).

b) Faring

Pada bagian belakang faring (posterior) terdapatlaring (tekak)

tempat terletaknyapita suara (pitavocalis). Masuknya udara

melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan

terdengar sebagai suara. Faring juga berfungsi untuk

menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

(Syaifuddin, 2011).

c) Laring

Laring adalah saluran pernapasan yang membawa udara

menuju ketrakea. Fungsi utama laring adalah untuk melindungi

saluran pernapasan dibawahnya dengan cara menutup secara

cepat pada stimulasi mekanik, sehingga mencegah masuknya

benda asing ke dalam saluran napas. Laring mengandungpita

suara (vocal cord). (Syaifuddin, 2011).

2) Sistem pernafasan bawah

a) Trakea

Trakea dilapisi selaput lendir yang terdiri dari epithelium

bersilia dan sel cangkir.Silia ini bergerak menuju atas ke arah

laring.maka dengan gerakan ini debu-debu dan butir-

12
butirhaluslainnya yang turu masuk bersama dengan pernapasan

dapat dikeluarkan(Pearce, 2011).

b) Bronkus

Bronkus adalah kaliber jalan udara pada sistem pernapasan

yang membawa udara ke paru-paru. Tidak terdapat pertukaran

udara yang terjadi pada bagian paru-paru ini(Syaifuddin,

2011).

c) Bronkiolus

Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang

memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus

untuk melapisi bagian dalam jalan napas(Pearce, 2011).

d) Alveolus

Kedua sisi dari alveolus merupakan tempat pertukaran udara

dengan darah. Membran alveolaris adalah permukaan tempat

terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbondioksida

dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah

alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon

dioksida dan menyerap oksigen (Syaifuddin, 2011).

e) Paru-paru

Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon

dioksida. Pada pernapasan melaluai paru-paru atau pernapasan

eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada

waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa

13
bronkhial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah

di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapis membran, yaitu

membran alveoli-kapiler, yang memisahkan oksigen dari

darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh

hemoglobin sel darah merah dan dibawah kejantung. Dari sini

dipompa ke dalam arteri ke semua bagian tubuh. Di dalam

paru-paru, salah satu hasil buangan metabolisme, menembus

membran alveoler-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan

setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar

melalui hidung dan mulut (Pearce, 2011).

3. Klasifikasi

Pada umumnya pembagian pneumonia menurut dasar anatomis menurut

( Ngastiyah,2012) ialah :

a. Pneumonia Lobaris

Biasanya gejala penyakit secara mendadak,tetapi kadang-kadang di

dahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas. Pada anak besar

sering disertai badan mengigil dan pada bayi dapat disertai kejang.

Suhu naik cepat sampai 39-40°C dan suhu ini biasanya menunjukkan

tipe febris kontinu. Napas menjadi sesak,disertai pernafasan cuping

hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut serta rasa nyeri pada

dada. Anak lebih suka tiduran pada dada yang sakit. Batuk mula-mula

kering kemudian menjadi produktif. Pada pemeriksaan fisik,kelainan

yang khas tampak setelah 1-2 hari.

14
b. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)

Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas

selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak 39-

40°C dan kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

Anak sangat gelisah,dispnea,pernafasan cepat dan dangkal disertai

pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut.

Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak

ditemukan pada permulaan penyakit,tetapi setelah beberapa hari mula-

mula kering kemudian menjadi produktif.

c. Pneumonia Interstitialis(Bronkiolitis)

Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh Respiratory

syncyial virus (50%). Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh

infeksi saluran napas bagian atas,disertai dengan batuk pilek

beberapa hari,biasanya tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya

subfebris. Anak mulai menderita sesak nafas,makin lama makin

heat,pernafasan dangkal dang cepat,disertai serangan batuk. Terlihat

anak menjadi gelisah dan sianotik. Pada pemeriksaan terdapat suara

perkusi,hipersonor,ekspirasi memanjang disertai dengan

mengi(wheezing). Ronki nyaring halus kadang-kadang terdengar

pada akhir ekspirium atau pada permulaan ekspirium. Pada keadaan

berat sekali,suara pernapasan hampir tidak terdengar karena

kemungkinan obstruksi hampir total.

4. Etiologi

15
Bronchopneumonia (penumonia lobaris) adalah suatu infeksi

saluran pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan

bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak

(patchy distribution) yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi

seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing (Samuel,2014).

Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang

biasanya di sebabkan oleh bakteri-bakteri,virus-virus atau jamur

(Utama,2018).

a. Pneumonia oleh bakteri

“S. Pneumoniae” adalah jenis bakteri penyebab pneumonia

pada anak-anak di semua umur berdasarkan komunitas

penyakit pneumonia. Sedangkan “M.Pneumoniae” dan

“Chlamydia pneumoniae”adalah penyebab utama pneumonia

pada anak di atas umur 5 tahun.

b. Pneumonia oleh virus

Sebagian besar virus-virus ini menyerang saluran pernafasan

bagian atas (terutama pada anak). Namun,sebagian besar

pneumonia jenis ini tidak berat dan dapat disembuhkan dalam

waktu singkat.

c. Pneumonia oleh Mikoplasma

Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang

menyebabkan penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa

diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri walaupun

16
memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan

biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma

menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak

pria remaja dan usia muda.

d. Pneumonia jenis lainnya

Pneumonia lain yang jarang ditemukan,yakni dibabkan oleh

masuknya makanan,cairan,gas,debu maupun jamur.

“Pneumocystitis Carinii Pneumonia(PCP)” yang di duga

disebabkan oleh jamur, adalah salah satu contoh dari

pneumonia jenis lainnya. PCP biasanya menjadi tanda awal

serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS.

5. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran

pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh,reaksi ini

menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh

menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi

peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret semakin

menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin sempit dan

pasien dapat merasa sesak.

Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret dapat

sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

17
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi

saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat

flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah

GI. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan

mikroorganisme. Keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan

paru.

Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan

daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan

mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke

dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain

inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan- bahan yang ada

dinasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat

lain, penyebaran secara hematogen ( Nurarif dan Kusuma, 2013)

18
6. WOC

Virus,Bakteri,Jamur dan
benda asing

Invasi saluran pernafasan


atas

Kuman berlebih Kuman terbawa Infeksi saluran Di rawat Reaksi


di bronkus ke saluran cerna nafas bawah di RS Imunologis

Proses Infeksi saluran Dilatasi pembuluh Peradangan


peradangan pencernaan darah

Akumulasi sekret Eksudat masuk Suhu tubuh


↑ flora normal
di bronkus ke alveoli meningkat
di usus

Dilakukan prosedur
pengobatan
Mk : Bersihan Mucus di Malabsorbsi
jalan nafas bronkus
tidak efektif
Mk : Resiko
Gg. Difusi
Diare Hiperhermi
gas
Bau mulut tdk sedap
Terpisah dari
Mk : Resiko
orang tua
ketidakseimbang-
Anoreksia Intake an elektrolit
kurang
Mk : Cemas
Mk : Gangguan
Mk : Ketidakseimbangan nutrisi Pertukaran Gas
kurang dari kebutuhan tubuh

(Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2015)

19
7. Manifestasi Klinis

Menurut (Wijayaningsih, 2013) manifestasi klinis pada anak

bronkopneumonia adalah :

a. Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas

b. Demam (39°C –40°C) kadang-kadang disertai kejang karena

demam yang tinggi.

c. Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-

tusuk, yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk.

d. Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan suping hidung

dan sianosi sekitar hisung dan mulut.

e. Kadang-kadang disertai muntah dan diare

f. Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti wheezing, ronchi.

g. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksi

serius.

h. Ventilasi akan berkurang akibat penimbunan mokus yang

menyebabkan atelektasis absorbsi.

Menurut (Amin,2013) bronchopneumonia biasanya didahului oleh

suatu infeksi di saluran pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Pada

tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala

yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada, pleuritis, batuk produktif,

hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesoris dan bisa

timbul sianosis. Terdengar adanya cracklesdiatas paru yang sakit dan

terdengar ketika konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat.)

20
8. Komplikasi

Kegawatan atau komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan

bronkopneumonia jika tidak ditangani dengan tepat dan segera bisa

mengakibatkan atelektasis, empisema, abses paru dan obtitis media

(Bradley,2011)

9. Pemeriksaan penunjang

Sebagai penegak diagnose keperawatan dapat digunakan cara (NANDA,

2015)

a. Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah

b) Pemeriksaan sputum

c) Analisa gas darah

d) Kultur darah

e) Sempel darah, sputum, dan urin

b. Pemeriksaan radiologi

a) Rontgenogram thoraks

b) Laringoskopi bronkoskop

21
10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada anak balita dengan bronkopneumonia antara lain

(Fadhila, 2013):

1. Pemberian penisilin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan

kloramfenikol 5070 mg/kg BB/hari atau diberikan obat antibiotik

yang mempunyai spektrum luas seperti obat ampisilin.

2. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol untuk mengurangi

sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat

hipersekresi mucus

3. Terapi oksigen untuk mengurangi hipoksemia, mempermudah

usaha bernapas,dan mengurangi kerja miokardium

Penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia (Samuel,2014) yaitu :

a. Terapi suportif berupa pemberian O2 1 L/menit sudah tepat.

Oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksemia, menurunkan usaha

untuk bernapas, dan mengurangi kerja miokardium. Oksigen

penting diberikan kepada anak yang menunjukkan gejala adanya

tarikan dinding dada (retraksi) bagian bawah yang dalam; SpO2

<90%; frekuensi napas 60 x/menit atau lebih; merintih setiap kali

bernapas untuk bayi muda; dan adanya head nodding (anggukan

kepala). Pemberian Oksigen melalui nasal pronge yaitu 1-2 L/menit

atau 0,5 L/menit untuk bayi muda.

b. Untuk kebutuhan cairan, sesuai dengan berat badan yaitu 7 Kg,

sehingga pasien diberikan cairan N4D5 melalui mikrodrip infus


22
dengan 25-30 tetes per menit. N4D5 terdiri dari 100 cc D5% dengan

25 cc NaCl, dimana kandungan dekstrosa 50 g (200 kkal), Na 38,5

mEq/L, Cl 38,5 mEq/L, Ca 200 mg/dL, dan total Osm 353.

c. Sedangkan untuk mengatasi demamnya pasien diberikan antipiretik

parasetamol yang diberikan selama pasien demam. Dosis yang

digunakan adalah 10-15 mg/kgBB/kali pemberian. Dapat diulang

pemberiannya setiap 4-6 jam.

23
B. Konsep dasar asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Menurut pengkajian meliputi data saat ini dan diwaktu yang lalu. Perawat

mengkaji klien atau keluarga atau keduanya dan berfokus kepada

– Manifestasi klinik dari keluhan utama

– Kejadian yang menyebabkan kondisi saat ini

– Riwayat perawatan terdahulu

– Riwayat keluarga dan riwayat psikososial

– Riwayat kesehatan dimulai dari Biografi klien

Aspek biografi yang berhubungan dengan oksigenasi mencakup

usia, jenis kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan

dengan kondisi tempat kerja) dan tempat tinggal. Keadaan tempat

tinggal mencakup kondisi tempat tinggal serta orang lain

yangtinggal bersama yang nantinya berguna bagi perencanaan

peluang Discharge Planning(Wahid & Suprapto, 2014).

a. Keluhan utama

Keluhan utama akan menjadi penentu prioritas intervensi dan mengkaji

pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Kaji riwayat medis anak di dimasa lampau dan saat ini untuk

mengidentifikasi faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan

peningkatan keparahan pneumonia, seperti:

1) Prematuritas

24
2) Malnutrisi

3) Pajanan pasif terhadap asap rokok

4) Status sosioekonomi rendah

5) Penyakit jantung-paru, imun atau system saraf yang

mendasari(Kyle, 2014).

c. Riwayat kesehatan keluarga

Perawat menanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita

penyakit infeksi saluran pernapasan atau yang dapat menularkan kepada

anggota keluarga yang lainnya.

d. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Inspeksi berkaitan dengan sistem pernapasan yaitu melakukan

pengamatan atau observasi pada bagian dada, bentuk dada

simetris atau tidak, pergerakan dinding dada, pola napas,

frekuensi napas, irama napas, apakah terdapat proses 17

ekshalasi yang panjang, apakah terdapat otot bantu pernapasan,

gerak paradoks, retraksi antara iga dan retraksi di atas klavikula

(Djojodibroto, 2014).

2) Palpasi

Palpasi dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa

mendatar di atas dada pasien. Sewaktu palpasi, perawat menilai

adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan

meminta pasien menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang, jika

25
pasien mengikuti instruksi tersebut dengan baik, perawat akan

merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya,

fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan akan

meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu palpasi juga

dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada,

adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas

massa dan kelenjar, sirkulasiperifer, denyut nadi, pengisian

kapiler, dll (Mubarak,2015)

3) Perkusi

Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ

dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau

udara di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan

menekankan jari tengah (tangan nondominan) pemeriksaan

mendatar diatas dada pasien. Kemudian jari diketuk-ketuk

dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tangan

sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau

gaung perkusi, pada penyakit tertentu (misalnya: pneumotoraks,

emfisema), adanya udara di paru-paru menimbulkan bunyi

hipersonan atau bunyi drum. Sementara bunyi pekak atau kempis

terdengar apabila perkusi dilakukan diatas area yang mengalami

atelektasis (Mubarak,2015)

4) Auskultasi

26
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan

didalam tubuh. Auskultasi biasa dilakukan langsung atau dengan

menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan

berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Agar

mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi

sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Saat pemeriksaan fisik

paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi napas

vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronki, juga untuk

mengetahui adanya perubahan bunyi napas serta lokasi dan

waktu terjadinya (Mubarak,2015)

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan

objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan

diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir

kompleks tentang data yang dikumpulkaan dari klien, keluarga,

rekammedis, dan pemberi pelayanan kesehatan lain (Suara,dkk,2013).

Masalah keperawatan yang muncul menurut (NANDA,2015 -2017) :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

Akumulasi Sekret

2. Resiko Tinggi perubahan suhu tubuh : Hipertemi berhubungan

dengan proses inflamasi

Masalah keperawatan yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :

27
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler.

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,

ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis.

Stress, keengganan untuk makan)

3) Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,

lingkungan yang asing, ketidaknyamanan.

4) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.

2. Intervensi keperawatan (Perencanaan)

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang suatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Dermawan,2012).

Intervensi keperawatan menurut (NANDA NIC NOC 2015) :

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Intervensi
Hasil

1 Ketidak efektifan NOC NIC


bersihan jalan napas 1. Kepatenan jalan nafas Monitor pernafasan
2. TTV 1. Monitor kecepatan,
Definisi: irama, kedalaman
Ketidakmampuan Kriteria Hasil dan kesulitan
membersihkan sekresi 1. Mendemostrasikan bernafas
atau obstruksi dari batuk efektif dan suara 2. Catat pergerakan
saluran napas untuk nafas yang bersih, dada, catat

28
mempertahankan tidak ada sianosis dan ketidaksimetrisan,
bersihan jalan napas dyspneu (mampu penggunaan otot-
mengeluarkan sputum, otot bantu nafas,
Batasan Karakteristik: mampu bernafas dan retraksi pada
1. Batuk yang tidak dengan mudah, tidak otot supraclaviculas
efektif ada pursed lips) dan intercosta
2. Dispnea 2. Menunjukkan jalan 3. Monitor suara nafas
3. Gelisah nafas yang paten tambahan seperti
4. Kesulitan verbalisasi (klien tidak merasa ngorok atau mengi
5. Mata terbuka lebar tercekik, irama nafas, 4. Monitor pola nafas
6. Ortopnea frekuensi pernapasan (misalnya,
7. Penurunan bunyi dalam rentang normal, bradipnea, takipneu,
napas tidak ada suara nafas hiperventilasi,
8. Perubahan frekuensi abnormal) pernafasan kusmaul,
napas 3. Mampu pernafasan1:1,
9. Perubahan pola mengidentifikasikan apneustik, respirasi
napas dan mencegah biot dan pola ataxic)
10. Sianosis faktor yang dapat 5. Monitor saturasi
11. Sputum dalam menghambat jalan oksigen pada pasien
jumlah yang nafas yang tersedasi
berlebihan (seperti, SaO2,
12. Suara napas SvO2, SpO2) sesuai
tambahan dengan protocol
13. Tidak ada batuk yang ada
6. Pasang sensor
Faktor pemantauan oksigen
yang berhubungan: non –invasif
Lingkungan (misalnya pasang
1. Terpajan asap alat pada jari,
Obstruksi jalan hidung dan dahi)
napas dengan mengatur
2. Adanya jalan napas alarm Pada pasien
buatan berisiko tinggi
3. Benda asing dalam (misalnya., pasien
jalan napas yang obesitas,
4. Eksudat dalam melaporkan pernah
alveoli mengalami apnea
29
5. Hiperplasia pada saat tidur,
dinding bronkus mempunyai riwayat
6. Mukus berlebihan penyakit dengan
7. Penyakit paru terapi oksigen
obstruksi kronis menetap, usia
8. Sekresi yang ektrim) sesuai
tertahan dengan prosedur
9. Spasme jalan napas tetap yang ada
Fisiologis 7. Palpasi kesimetrisan
1. Asma ekspansi paru
2. Disfungsi 8. Perkusi torak
neuromuskulasr anterior dan
3. Infeksi posterior, dari apeks
4. Jalan napas alergik ke basis paru, kanan
dan kiri
9. Catat lokasi trakea
10. Monitor kelelahan
otot-otot diafragma
dengan pergerakan
parasoksika
11. Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan suara
nafas tambahan
12. Kaji perlunya
penyedotan pada
jalan nafas dengan
auskultasi suara
nafas ronki di paru
13. Auskultasi suara
nafas setelah
tindakan, untuk

30
dicatat
14. Monitor hasil
pemeriksaan
ventilasi mekanik,
catat peningkatan
tekanan inspirasi
dan penurunan
volume tidal
15. Monitor
peningkatan
kelelahan,
kecemasan dan
kekurangan udara
pada pasien
16. Catat perubahan
pada saturasi O2,
volume tidak akhir
cO2, dan perubahan
nilai analisa gas
darah dengan tepat
17. Monitor
kemampuan batuk
efektif pada pasien
18. Monitor sekresi
pernafasan pasien
19. Monitor secara ketat
pasien-paien yang
beresiko tinggi
mengalami
gangguan respirasi
(misalnya., pasien
dengan opioid, bayi
baru lahir, pasien
dengan ventilasi
mekanik, pasin
dengan luka bakar
di wajah dan dada,
31
gangguan
neuromuscular)
20. Monitor keluhan
sesak nafas pasien,
termasuk kegiatan
yang meningkatkan
atau memperburuk
sesak nafas tersebut
21. .Monitor suara serak
dan perubahan suara
tersebut setiap jam
pada pasien luka
bakar
22. Monitor suara
krepitasi pada
pasien
23. Monitor hasil foto
thoraks
24. Buka jalan nafas
dengan
menggunakan
maneuver chin lift
atau jaw thrust,
dengan tepat
25. Posisikan pasien
miring ke samping
sesuai indikasi
untuk mencegah
aspirasi, lakukan
teknik log roll, jika
pasien di duga
mengalami cedera
leher
26. Berikan bantuan
resusitasi jika di
perlukan

32
27. Berikan bantuan
terapi nafas jika
diperlukan
(misalnya.,
nebulizer
2 Hipertermia NOC NIC
1. Termogulasi Perawatan demam
Definisi :Suhu inti tubuh 2. TTV 1. Pantau suhu dan
di atas kisaran normal di 3. Respon tanda-tanda vital
urnal karena kegagalan pengobatan lain
termogulasi. 2. Monitor warna kulit
KriteriaHasil dan suhu
Batasan Karakteristik: 3. Monitor asupan dan
1. Apneu 1. Suhu tubuh dalam keluaran, sadari
2. Bayi tidak dapat rentang 36,6oC– perubahan
mempertahanka 37,2oC perubahan
n menyusu 2. .Nadi 80–120 kehilangan cairan
3. Gelisah x/menit yang tidak dirasakan
4. Hipotensi 3. RR 20–30 4. Beri obat atau
5. Kejang x/menit cairan IV
6. Koma 4. Tidak ada (misalnya.,
7. Kulit perubahan warna antipiretik, agen anti
kemerahan kulit bakteri, dan agen
8. Kulit terasa anti menggigil)
hangat 5. Jangan beri aspirin
9. Latergi untuk anak-anak
10. Stupor 6. Tutup pasien
11. Takikaerdia dengan selimut atau
12. Takipnea pakaian ringan,
13. Vasodilatasi tergantung pada fase
demam (yaitu:
memberikan selimut
Faktor yang hangat untuk fase
berhubungan: dingin;
1. Ages farmaseutikal menyediakan
2. Dehidrasi pakaian atau linen
3. Pakaian yang tidak tempat tidur ringan
33
sesuai untuk demam dan
4. Peningkatan laju fase bergejolak/
metabolism flush )
5. Penyakit 7. Dorong konsumsi
Suhu lingkungan tinggi cairan
8. Fasilitasi istirahat,
terapkan
pembatasan
aktivitas: jika di
perlukan
9. Berikan oksigen,
yang sesuai
10. Mandikan (pasien)
dengan spons
hangat dengan hati-
hati (yaitu: berikan
untuk pasien dengan
suhu yang sangat
tinggi, tidak
memberikannya
selama fase dingin,
dan hindari agar
pasien tidak
menggigil)
11. Tingkatkan sirkulasi
udara
12. Pantau komplikasi-
komplikasi yang
berhubungan
dengan demam serta
tanda dan gejala
kondisi penyebab
demam (misalnya.,
kejang, penurunan
tingkat kesadaran,
status jantung, dan
perubahan
34
abnoralitas sel)
13. Pastikan tanda lain
dari infeksi yang
terpantau pada
orang tua, karena
hanya menunjukkan
demam ringan atau
tidak demam sama
sekali selama proses
infeksi
14. Pastikan langkah
keamanan pasien
yang gelisah atau
mengalamidelirium
15. Lembabkan bibir
dan mukosa hidung
yang kering

Intervensi Keperawatan menurut (Nurarif dan Kusuma, 2015) :

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Intervensi
Hasil

1 Gangguan pertukaran Tujuan : 1. Posisikan pasien


gas berhubungan Pertukaran gas efektif untuk
dengan memaksimalkan
ketidakseimbangan Kriteria hasil : ventilasi
ventilasi-perfusi, 1. mendemonstrasikan 2. Keluarkan sekret
perubahan membrane peningkatan ventilasi dengan batuk efektif
alveolus-kapiler dan oksigenasi yang atau suction
adekuat 3. Atur intake untuk
Batasan karakteristik : 2. Memelihara cairan
1. Irama pernafasan kebersihan paru-paru mengoptimalkan
tidak teratur dan bebas dari tanda- keseimbangan.
2. pH darah arteri tanda distress 4. Monitor respirasi
abnormal pernafasan dan status O2

35
3. pernafasan cuping 3. Mendemonstrasikan 5. Catat pergerakan
hidung batuk efektif dan dada,amati
4. gelisah suara nafas yang kesimetrisan,
5. takikardi bersih, tidak ada penggunaan otot
6. hiperkapnea sianosis dan dyspnea tambahan, retraksi
7. hipoksia (mampu otot supraclavicular
8. samnollen mengeluarkan dan intercostal
9. gangguan sputum, mampu 6. Monitor suara nafas,
penglihatan bernafas dengan seperti dengkur
10. sianosis (pada mudah, tidak ada 7. Monitor pola nafas :
neonates saja pursed lips) bradipena,
4. Tanda-tanda vital takipenia, kussmaul,
dalam rentang hiperventilasi,
normal cheyne stokes, biot
-N :75-160x/menit 8. Auskultasi suara
-RR :21-30x/menit nafas, catat
-T : 36-37Oc areapenurunan /
tidak adanya
ventilasi dansuara
tambahan
9. Observasi sianosis
khususnya
membrane mukosa
10. Auskultasi bunyi
jantung, jumlah,
iramadan denyut
jantung
2 Defisit nutrisi Tujuan : 1. Kaji adanya alergi
berhubungan dengan Kebutuhan nutrisi makanan
kurangnya asupan terpenuhi 2. Kolaborasi dengan
makanan, ahli gizi untuk
ketidakmampuan Kriteria hasil : menentukan jumlah
mencerna makanan, 1. Adanya peningkatan kalori dan nutrisi
faktor psikologis (mis. berat badan sesuai yang dibutuhkan
Stress, keengganan dengan tujuan pasien
untuk makan). 2. Mampu 3. Anjurkan pasien
mengidentifikasi untuk menigkatkan
36
kebutuhan nutrisi Fe
Batasan karakteristik: 3. Tidak ada tanda- 4. Anjurkan pasien
1. Diare tanda mal nutrisi untuk meningkatkan

2. Kram abdomen 4. Menujukkan protein dan vitamin


peningktan fungsi C
3. Berat badan 20%
pengecapan dari 5. Berikan substansi
atau lebih dibawah
menelan dan tidak gula
ideal
terjadi penurunan 6. Yakinkan diet yang
4. Kehilangan rambut
berat badan yang dimakan
berlebih
berarti. mengandung tinggi
5. Kurang makan
serat untuk
6. Bising usus
mencegah
hiperaktif
konstipasi
7. Membrane mukosa
7. Monitor adanya
pucat
penurunan BB dan
8. Ketidakmampuan
gula darah
menghabiskan
8. Berikan makanan
makanan
yang terpilih (sudah
9. Kekuatan otot
dikonsultasikan
menurun
dengan ahli gizi)
9. Monitor intake
nuntrisi
10. Informasikan pada
klien dan
keluargatentang
manfaat nutrisi
11. Anjurkan banyak
minum
12. Monitor turgor kulit
13. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan
kadar Ht
14. Monitor mual dan
muntah
15. Monitor pucat,
kemerahan, dan
37
kekeringan jaringan
16. Konjungtiva
17. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi dan kaji
kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
3 Cemas berhubungan Tujuan : 1. Pertahankan sikap
dengan perpisahan Rasa cemas anak dapat yang tenang dan
dengan orang tua, berkurang atau hilang meyakinkan
lingkungan yang asing, 2. Jelaskan prosedur
ketidaknyamanan Kriteria Hasil : dan aktivitas lain
1. Anak istirahat dengan sebelum memulai
Batasan karakteristik : tenang 3. Jawab pertanyaan
1. Gelisah 2. Anak mendiskusikan dan jelaskan
2. Kontak mata buruk prosedur dan aktivitas tujuan aktivitas
3. Kesedihan yang tanpa bukti kecemasan 4. Anjurkan orang
mendalam terdekat bagi anak
4. Ketakutan untuk tetap
5. Wajah tegang bersama anak
6. Menangis sebanyak mungkin
7. Peningkatan denyut 5. Melakukan terapi
nadi bermain
8. Marah bila disentuh
4 Resiko Tujuan : 1. Pertahankan
ketidakseimbangan Kebutuhan elektrolit catatan intake dan
elektrolit berhubungan terpenuhi output yang
dengan adekuat
ketidakseimbangan Kriteria hasil : 2. Monitor status
cairan (mis. Dehidrasi, 1. Input dan output hidrasi
intoksikasi air), diare. cairan seimbang (kelembaban
2. Tidak ada tanda-tanda membrane
Batasan karakteristik : dehidrasi mukosa, nadi
1. Kekurangan volume 3. Elastisitas turgor kulit adekuat, tekanan

38
cairan baik, membrane darah ortostatik)
2. Bab > 3x sehari mukosa lembab, tidak 3. Monit vital sign
3. Kelebihan volume ada rasa haus yang 4. Monitor masukan
cairan berlebihan makanan/ cairan
4. Gangguan 4. Tanda-tanda vital dan hitung intake
mekanisme regulasi dalam batas normal kalori harian
5. Muntah N :75-160x/menit 5. Kolaborasikan
RR :21-30x/menit T : pemberian cairan
36-37oC IV
6. Monitor status
nutrisi
7. Dorong masukan
oral
8. Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
9. Monitor tingkat hb
dan ht

4. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan fase dimana perawat mengimplementasikan

intervensi keperawatan. Fase implementasi memberikan tindakan keperawatan

aktual dan respon klien yang dikaji pada fase akhir, fese evaluasi. Perawat

melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi

yang disusun dalam tahap perencanaan yaitu intervensi latihan batuk efektif,

manajemen jalan napas, dan pemantauan respirasi, kemudian mengakhiri

tahap implementasi dengan mencatat tindakan keperawatan dan respons klien

terhadap tindakan tersebut (Koizer,Erb,Berman,& Snyder, 2010)

5. Evaluasi

39
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan

pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan

pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada

setiap tahap proses keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai

tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.

Jenis-jenis evaluasi menurut (Suara, dkk, 2013) :

1. Evaluasi Formatif

Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisa perawat

terhadap respon klien segera setelah tindakan. Biasanya digunakan

dalam catatan keperawatan.

2. Evaluasi Sumatif

Menggambarkan rekapitulasi dari observasi dan analisa status

kesehatan klien dalam satu periode. Evaluasi sumatif menjelaskan

perkembangan kondisi dengan menilai apakah hasil yang telah

diterapkan tercapai

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata

40
a. Identitas Klien

Nama : An. A

Tempat tgl lahir/Usia : Payakumbuh, 24-08-2018/ 9 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : -

Alamat : Koto Tuo Tj.Pati

Tgl masuk : Rabu, 01 Mei 2019

Tgl pengkajian : Kamis, 02 Mei 2019

Diagnosa medik : Bronkopneumonia

No. MR : 187572

Rencana terapi : -IVFD KaEn IB 20 tpm (mikro)/ 24 jam

-INJ. CEFTRIAXONE 2 x 250 mg (ST)

-PCT infus 4 x 50 mg (IV)

-Anjurkan Pemasangan O2 1-2L

-Captopril 2 x 1,25mg

-Ambroxol

-CTM

-Lasix 1x 5 mg

-Tremenza

-ASI/OGT 8 x 30cc (Aff OGT pada tanggal 5

mei)

b. Identitas Orang Tua


41
1. Ayah

a. Nama : Tn. B

b. Usia : 38 tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : Petani
e. Agama : Islam
f. Alamat : Koto tuo Tj.Pati

2. Ibu

a. Nama : Ny. N

b. Usia : 35 tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e. Agama : Islam

f. Alamat : Koto tuo Tj.Pati

c. Identitas Saudara Kandung

No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan


1 An. A 12 Th Saudara Kandung Sehat
2 An. L 8 Th Saudara Kandung Sehat

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang:

Keluhan utama

42
Pada tanggal 01 mei 2019 , jam 14.00 wib keluarga An. A datang ke

IGD dengan membawa anaknya dan ibu mengatakan anakya demam,

batuk, gelisah, dan sesak.

Keluhan pada saat pengkajian

Pada tanggal 02 mei 2019 jam 10.00 wib ibu An. A mengatakan

anaknya masih ada demam dan batuk. Keluarga pasien mengatakan

anaknya batuk berdahak sejak 4 hari. Keluarga pasien mengatakan

anaknya sesak(+), dan terpasang O2. Keluarga pasien mengatakan

nafas anaknya berbunyi dan sukar bernafas. Keluarga pasien

mengatakan Bibir anaknya kering dan badan anaknya berkeringat.

b. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus Untuk Anak Usia 0-5 tahun)

1) Prenatal Care

a) Ibu An.A mengatakan memeriksakan kehamilan setiap bulan di

puskesmas

Keluhan selama hamil yang di rasakan oleh ibu : Saat hamil 8

bulan Ibu An. A mengatakan posisi kepala anaknya masih

terletak di atas.

b) Riwayat berat badan selama hamil : Ibu An.A mengatakan

Berat badan nya 89 kg saat hamil. Ibu An.A mengatakan

selama hamil berat badan nya naik 9 kg.

c) Riwayat Imunisasi TT : Ibu An.A mengatakan tidak ada

menggunakan Imunisasi TT selama hamil.

43
d) Golongan darah : Ibu An.A mengatakan golongan darahnya

“A” sedangkan golongan darah Ayah An.A “O”

2) Natal

a) Tempat Melahirkan : Ibu An.A mengatakan saat tempat

melahirkan anaknya di RSIA

b) Jenis persalinan : Ibu An.A mengatakan persalinan yang

dilakukannya adalah persalinan dengan Normal,Induksi.

c) Penolongan persalinan : Ibu An.A mengatakan penolong saat

persalinannya adalah Dokter SpOG

d) Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan

setelah melahirkan : Ibu An.A mengatakan tidak ada

komplikasi yang dialaminya saat melahirkan dan setelah

melahirkan.

3) Post natal

a) Kondisi bayi

Ibu An.A mengatakan kondisi anaknya saat bayi adalah dalam

keadaan normal dan sehat.

b) Anak pada saat lahir tidak mengalami :

Ibu anak A mengatakan saat melahirkan anaknya normal dan

sehat dan tidak ada mengalami kekurangan satu apapun.

 Klien pernah mengalami penyakit : Ibu An.A mengatakan anaknya

divonis memiliki penyakit Jantung pada saat umur 3 bulan.

44
 Riwayat kecelakan : Ibu An.A mengatakan tidak pernah

memiliki riwayat kecelakaan.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram

Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

: Tinggal serumah

3. Riwayat Imunisasi

Jenis Waktu Reaksi Setelah


No Frekuensi Frekuensi
imunisasi Pemberian Memberikan

45
Merah,dan ada
1 BCG 2 bulan 1 kali
pembengkakan
DPT ( I,II,III
2 - - - -
)
POLIO
3 - - - -
( I,II,III,IV )
4 CAMPAK - - - -
5 HEPATITIS - - -

a. Riwayat Tumbuh kembang

1) Perkembangan fisik

a) Berat badan : 4,9 kg

Berat badan normal anak perempuan usia 9 bulan : 6,5kg-

10,6kg (Tompunu & Ari,2015).

b) Tinggi badan : 62 cm

Panjang badan normal anak perempuan usia 9 bulan : 65,3cm-

75,0cm (Tompunu & Ari,20152015).

c) Waktu tumbuh gigi : Belum ada tumbuh gigi

2) Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat

a) Berguling : 8 bulan

b) Duduk :-

c) Merangkak :-

d) Berdiri :-

e) Berjalan : -

46
f) Senyum kepada orang pertama kali : 6 bulan

g) Berbicara pertama kali dengan menyebutkan : -

h) Berpakaian tampa bantuan : -

3) Riwayat Nutrisi

a) Pemberian ASI

Ibu An.A mengatakan Pemberian ASI dilakukan setiap hari pada

waktu pagi,siang,sore dan malam hari.

b) Pemberian Susu Formula

– Alasan pemberian : Ibu An.A mengatakan alasan

dirinya memberi susu formula kepada anaknya agar BB

anak nya naik. Pemberian susu formula kepada anak sudah

di berikan ibu pada anak masih berusia 5 bulan.

– Jumlah pemberian : Ibu An.A mengatakan memberikan

susu formula kepada anaknya sebanyak 3x/50cc hari.

– Cara pemberian : Ibu An.A mengatakan pemberian susu

formula dengan cara memakai botol susu

Pola Perubahan Nutrisi tiap tahap usia sampai saat sekarang Ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian

47
0 - 5 bulan ASI 5 bulan
6 – 9 bulan Bubur Tim Sampai sekarang

4. Riwayat Psikososial

a. Anak tinggal : Ibu An.A mengatakan anaknya tinggal bersama kedua

orang tua

b. Lingkungan berada di : Ibu An.A mengatakan anaknya tinggal di

lingkungan perumahan

c. Rumah dekat dengan : Ibu An.A mengatakan rumahnya dekat dengan

rumah tetangga lainnya

d. Rumah ada tangga : Ibu An.A mengatakan rumahnya tidak memiliki

tangga

e. Hubungan antar anggota keluarga : Ibu An.A mengatakan hubungan

antar keluarganya Normal-normal saja dan komunikasi yang terjalin

antar anggota keluarga baik-baik saja

f. Pengasuh anak : Ibu An.A mengatakan tidak memiliki seorang

pengasuh anak untuk mengurusi anaknya.

5. Riwayat Spiritual

a. Support sistem dalam keluarga : Ibu An.A mengatakan dalam masalah

apa pun keluarganya selalu mensupport dengan baik

b. Kegiatan Keagamaan : Ibu An.A mengatakan ada melakukan kegiatan

keagamaan seperti shalat dan mengaji dalam keluarganya.

48
6. Reaksi Hospitalisasi

a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

1) Ibu membawa anaknya ke RS karena : Ibu An.A mengatakan

membawa anaknya ke rumah sakit karena anaknya demam

2) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ibu An.A

mengatakan dokter menceritakan semua tentang kondisi anaknya.

3) Perasaan orang tua saat ini : Ibu An.A mengatakan dirinya cemas,

karena anaknya yang tidak bisa makan secara oral dan harus

memakai OGT

4) Orang tua selalu berkunjung ke RS : Ibu An.A mengatakan selalu

menemani anaknya, dan Ayah An.A selalu berkunjung ke RS

5) Yang akan tinggal dengan anak : Ibu An.A mengatakan dirinya dan

suaminya yang menemani anaknya di RS

b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap : Tampak Klien An.A

terlihat cemas ditandai dengan saat perawat maupun dokter yang

mengunjunginya,klien tampak selalu menangis dan saat pemberian

therapy nebu dan therapy lainnya anak selalu menangis.

7. Aktifitas sehari-hari

a. Nutrisi

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

49
Pada tanggal 5 mei 2019
Selera makan 2 kali sehari Aff sonde/OGT baru
pasien makan bubur instan

Jenis Makanan Bubur Tim Bubur Instan

Tidak ada pantangan Menghindarkan makanan


Pantangan Makanan
makanan yang MSG

b. Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jenis Minuman Air putih dan Susu Air putih dan susu pada
tanggal 2 sampai tanggal 5
mei An.A minum melalui
OGT 8x50 cc

Frekuensi Minuman 6-5 kali/hari dan 2


3-4 kali/hari
kali/hari

Kebutuhan Cairan 6-5 kali/hari dan 2


7-8 kali/hari
kali/hari

Pantangan Minuman Tidak ada pantangan Tidak Ada pantangan


minuman minum

50
c. Eliminasi ( BAK & BAB )

Kondisi Sebelum Saat Sakit


Sakit

Tempat pembuangan Pampres Pampres

Frekuensi 6 kali ganti 5 kali ganti pampres


pampres

Kesulitan Tidak Ada tidak ada

Obat pencahar Tidak Ada Tidak Ada

d. Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Jam tidur
6) Siang Jam 09.00 - Jam 14.00 – 15.00 WIB (selama
12.00 WIB 1 jam/hari)
(selama 3
7) Malam jam/hari) Jam 19.00 – 05.00 WIB (10
jam/hari)
Jam 22.00 -
06.00 WIB
(8jam/hari)

Pola tidur Teratur Sering terbangun

51
Kebiasaan sebelum tidur Minum ASI Tidak Ada

Kesulitan sebelum tidur Tidak Ada Sering Batuk

e. Olahraga

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

Program Olahraga Tidak Ada Tidak Ada

Jenis dan Frekuensi Tidak Ada Tidak Ada

Kondisi Setelah Olahraga Tidak Ada Tidak Ada

f. Personal Hygiene

Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

Mandi
8) Cara Dimandikan Dilap orang tua dibantu perawat
orang tua 1 kali sehari( pagi saja)
9) Frekuensi
2 kali sehari
(Pagi dan
Sore)

g. Aktifitas / mobilitas fisik

52
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit

Kegiatan sehari-hari Bermain Istirahat

Pengaturan jadwal harian Tidak Ada Tidak Ada

Penggunaan alat bantu Tidak Ada Tidak Ada


aktifitas

Kesulitan pergerakan Tidak Ada Tidak Ada

8. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Sedang

b. Tingkat kesadaran :Compos Mentis 15

c. Tanda-tanda vital

1) Denyut nadi : 110 x/i

2) Suhu : 38,50 C

3) Pernafasan : 50 x/i

d. Berat badan : 4,9 kg

e. Tinggi badan : 62 cm

f. Kepala

1) Inspeksi

a) Keadaan rambut & hygiene kepala :Tampak rambut klien

bersih,dan rapi

53
b) Warna rambut :Tampak warna rambut klien berwarna

hitam

c) Penyebaran :Tampak penyebaran rambut klien merata

d) Mudah rontok :Tampak rambut klien tidak mudah rontok

e) Kebersihan rambut :Tampak rambut klien bersih

2) Palpasi

a) Benjolan :Tampak tidak Ada Benjolan

b) Nyeri tekan :Tampak tidak Ada Nyeri Tekan

c) Tekstur rambut :Tampak tekstur rambut klien halus

g. Muka

1) Inspeksi

a) Simetris/tidak : Wajah klien tampak simetris

b) Bentuk wajah : Tampak bentuk wajah klien bulat

c) Gerakan abnormal :Tampak tidak ada gerakan abnormal

pada wajah klien

2) Palpasi

a) Nyeri tekan /tidak :Tampak tidak ada nyeri tekan

h. Mata

1) Inspeksi

a) Pelpebra :Tampak tidak ada Edema dan

radang

b) Sclera :Tampak sclera klien tidak Icterus

54
c) Conjungtiva :Tampak Konjungtifa klien tidak

Anemis

d) Pupil :Tampak pupi klien Isokor

e) Posisi mata :Tampak posisi mata klien normal

f) Simetris/tidak :Tampak mata klien simetris kiri dan

kanan

g) Gerakan bola mata :Tampak gerakan bola mata klien

normal

h) Penutupan kelopak mata :Tampak penutupan kelopak mata

klien normal tidak mengalami kesulitan

i) Keadaan bulu mata :Tampak keadaan bulu mata klien

normal

j) Penglihatan :Tampak penglihatan klien normal

dan tidak mengalami gangguan seperti kabur

i. Hidung & sinus

1) Inspeksi

a) Posisi hidung :Tampak hidung klien simetris,

tampak klien terpasang O²

b) Bentuk hidung :Tampak hidung klien terlihat

mancung

c) Secret/cairan :Tampak ada cairan di hidung klien

j. Telingga

1) Inpeksi

55
a) Posisi telinga :Tampak posisi telinga klien simetris

kiri dan kanan

b) Ukuran telingga :Tampak ukuran telingan klien

normal

c) Lubang telingga :Tampak ada cerumen sedikit pada

telinga klien

d) Pemakaian alat bantu :Tampak tidak Ada Pemakaian Alat

Bantu pendengaran pada klien

2) Palpasi

a) Nyeri tekan/tidak :Tampak tidak ada Nyeri Tekan

b) Rinne :Tidak ada dilakukan

c) Waber :Tidak ada dilakukan

d) Swabach :Tidak ada dilakukan

e) Pemeriksaan vestibuler : Tidak ada dilakukan

k. Mulut

1) Inspeksi

a) Gigi :Tampak gigi klien belum ada

b) Gusi :Tampak Gusi klien berwarna merah

dan bersih

c) Lidah :Tampak lidah klien terlihat Kotor /

putih-putih

d) Bibir :Tampak bibir klien kering

l. Tenggorokan

56
1) Nyeri tekan :Tampak tidak ada nyeri tekan pada

klien

2) Nyeri menelan :Tampak tidak ada nyeri telan pada

klien

m. Leher

1) Inspeksi

a) Kelenjar thyroid :Tampak tidak ada pembesaran

kelenjer tiroid pada klien

2) Palpasi

a) Kelenjar Thyroid :Tampak tidak ada nyeri tekan

b) Kaku Kuduk :Tampak tidak Ada kaku kuduk

c) Kelenjer limfa :Tampak tidak Ada nyeri tekan

n. Thorax dan pernapasan

1) Inspeksi

a) Bentuk dada :Tampak bentuk dada klien simetris

b) Irama pernafasan :Tampak Irama pernafasan klien

cepat dan tidak teratur, pasien tampak sesak

c) Pengembangan di waktu bernapas : Tampak pengembangan

dada waktu bernafas simetris kiri kanan

2) Palpasi

a) Vokal Fremitus : Tampak Simetris bilateral

b) Massa / Nyeri : Tampak tidak Ada masa/nyeri

3) Auskultasi

57
a) Suara nafas :Tampak suara nafas klien

Bronchovesikuler

b) Suara tambahan : Terdengar suara Ronchi pada klien

4) Perkusi

a) Redup/pekak/hypersonor /tympani : Tampak Tympani

o. Jantung

1) Palpasi

a) Ictus cordis : Teraba

2) Auskultasi

a) BJ I : Murni reguler

b) BJ II : Murni reguler

p. Abdomen

1) Inspeksi

a) Membuncit : Tampak tidak ada

b) Ada luka/tidak : Tampak tidak ada luka

2) Palpasi

a) Nyeri tekan : Tampak tidak ada nyeri tekan

3) Auskutasi

a) Peristaltik : Bu (+) Normal

b) Genitalia dan Anus : Tampak tidak ada kelainan

q. Ekstremitas

Ekstremitas atas

58
1) Motorik

a) Pergerakan kanan/kiri : Normal

b) Pergerakan abnormal : Normal

c) Kekuatan otot kanan /kiri : Normal

d) Tonus otot kanan/kiri : Normal

2) Sensorik

a) Nyeri : Tampak tidak ada nyeri

b) Rangsang suhu : Tampak ada rangsangan

c) Rasa raba : Tampak ada rasa raba

Ekstremitas bawah

1) Motorik

a) Gaya berjalan : -

b) Kekuatan kanan/kiri : Tampak kekuatan motorik

kanan/kiri normal

2) Sensorik

a) Nyeri : Tampak tidak ada nyeri

b) Rangsang suhu : Tampak ada rangsangan

c) Rasa raba : Tampak ada rasa raba

s. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1) Bahasa : Bahasa Minang dan Indonesia

2) Personal sosial : Normal

t. Tes Diagnostik

1) Laboratorium

59
Tabel1.1: laboratorium pada tanggal 01 mei 2019

Pemeriksaan hasil satuan Nilai rujukan

GULA DARAH 95 Mg/ 70-180


RENDOM 12, dl 10-18
LENGKAP HB 0 Mg/ 37-43
LENGKAP 37 dl 150.00
HEMATOKRIT 574 % 0-
LENGKAP .00 /mm3 450.00
LEUKOSIT 0 /mm3 0
LEMKAP 17. 5.000-
TROMBOSIT 900 10.000

Tabel1.1: laboratorium pada tanggal 03 mei 2019

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

FESES (KONSISTENSI) Lembek


FESES ( WARNA ) Hijau kekuningan
FESES ( LENDIR ) + Negatif
FESES (DARAH ) - Negatif
FESES (ERITTROSIT) 0-1 Negatif
FESES( LEUKOSIT) - Negatif
FESES(AMOEBA) - Negatif
FESES (TELUR - Negatif
CACING) - Negatif
FESES (BAKTERI)

2) Pemeriksaan CT Scan,MRI,USG,EEG,ECG

Pasien pernah melakukan pemeriksaan ECG di RSUP Dr.M.Djamil

Padang saat umur 3 bulan.

60
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


 Keluarga pasien mengatakan anak nya  HR : 110x/I
batuk berdahak sejak 4 hari  RR : 50x/i
 Keluarga pasien mengatakan anaknya  Pasien terpasang O2
sesak (+)  Tampak batuk berdahak
 Keluarga pasien mengatakan anaknya  Suara tambahan ronchi
terpasang O2  Tampak klien terpasang OGT
 Keluarga pasien mengatakan  Tampak badan klien terlihat kurus
memberikan susu formula sebagai
 Tampak BB anak jauh dari rentang
tambahan BB anaknya
normal BB se usianya
 Keluarga pasien mengatakan BB
 BB pasien 4,9kg
anaknya 4,9kg
 Tinggi badan pasien 62cm
 Keluarga mengatakan saat ini anaknya
 Suhu : 38,5oc
hanya bisa minum susu dengan alat
 Pasien Tampak Rewel
bantu sonde
 Badan Teraba Hangat
 Keluarga Pasien Mengatakan Pasien
Demam
 Keluarga Mengatakan Bibir Anaknya
Kering
 Keluarga Mengatakan Badan Anaknya
Panas
 Keluarga Mengatakan Badan Anaknya
Berkeringat

61
B. ANALISA DATA

No. Data Fokus Masalah Keperawatan Etiologi

1. Data Subjektif : Bersihan jalan nafas Penumpukan sekret


 Keluarga pasien tidak efektif
mengatakan anak nya
batuk berdahak sejak 4
hari
 Keluarga pasien
mengatakan anaknya
sesak (+)
 Keluarga pasien
mengatakan anaknya
terpasang O2

Data Objektif :
 HR : 110x/i
 RR : 50x/i
 Pasien terpasang O2
 Pasien tampak batuk
berdahak
 Suara tambahan ronchi

2. Data Subjektif : Ketidakseimbangan BB Kurang dari


 Keluarga pasien nutrisi : Kurang dari rentang BB ideal
mengatakan kebutuhan tubuh

62
memberikan susu
formula sebagai
tambahan BB anaknya
 Keluarga pasien
mengatakan BB
anaknya 4,9kg
 Keluarga mengatakan
saat ini anaknya hanya
bisa minum susu
dengan alat bantu
sonde
Data Objektif :
 Tampak klien
terpasang OGT
 BB : 4,9kg
 Tinggi Badan : 62cm
 Tampak badan klien
terlihat kurus
 Tampak BB anak jauh
dari rentang normal BB
se usianya

63
3. Data Subjektif : Hipertermi Peningkatan suhu
tubuh
1.  Keluarga Pasien
Mengatakan Pasien
Demam
 Kelurga Mengatakan
Bibir Anaknya Kering
 Keluarga Mengatakan
Badan Anaknya Panas
 Keluarga Mengatakan
Badan Anaknya
Berkeringat

Data Objektif :

 Suhu : 38,5oc
 Pasien Tampak Rewel
 Badan Teraba Hangat

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Behubungan Dengan Akumulasi

Sekret

2. Resiko Tinggi Hipertemi Berhubungan Dengan Peningkatan Suhu Tubuh

3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan

dengan BB Kurang dari rentang BB ideal

64
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria hasil Intervensi


o
1. Bersihan Jalan NOC : NIC : Manajemen Jalan Nafas
nafas tidak 1. Posisikan pasien untuk
Respiratory Status :
efektif memaksimalkan ventilasi
Ventilation
behubungan 2. Buang sekret dengan
dengan Respiratory status : memotivasi pasien untuk
Akumulasi Airway Patency melakukan batuk atau
Sekret menyedot lendir
3. Gunakan teknik yang

65
Aspiration Control menyenangkan untuk
memotivasi bernafas dalam
Kriteria hasil :
kepada anak-anak
1. Kemudahan
4. Kelola nebulizer
bernafas
ultrasonik,sebagaimana
mestinya
2. Pergerakan
5. Kelola udara atau oksigen
sputum keluar
yang dilembabkan
dari jalan nafas
6. Posisikan untuk
meringankan sesak nafas
3. Suara nafas jernih
7. Monitor status pernafasan
dan oksigenasi,sebagaimana
4. Irama frekuensi
mestinya.
pernafasan dalam
rentan normal

2 Resiko NOC : Thermoregulation NIC : Perawatan Hipertemia


Hipertemi Kriteria Hasil ; 1. Pastikan kepatenan jalan
Berhubungan 1. Pasien tidak nafas
Dengan memperlihatkan 2. Monitor TTV
Peningkatan tanda peningkatan 3. Berikan Oksigen,sesuai
Suu Tubuh suhu tubuh kebutuhan
2. Tidak menggigil 4. Longgarkan atau lepaskan
3. Nadi normal pakaian
5. Berikan cairan IV
6. Monitor suhu tubuh

3 Ketidakseimban NOC : Nutritional Status : NIC : Monitor Nutrisi


gan nutrisi : Food and Fluid Intake 1. Timbang Berat badan
Kurang dari pasien
Kriteria Hasil :
kebutuhan tubuh 2. Monitor pertumbuhan dan

1. Adanya perkembangan

peningkatan BB 3. Identifikasi adanya

sesuai dengan abnormalitas rambut

tujuan 4. Monitor adanya mual dan

2. BB ideal sesuai muntah

66
dengan Tinggi 5. Identifikasi adanya
badan ketidaknormalan dalam
3. Mampu rongga
mengidentifikasi mulut(inflamasi,ompong
kebutuhan nutrisi atau gusi berdarah,bibir
2. 4. Tidak ada tanda- kering,pecah-pecah,dll)
tanda malnutrisi
5. Tidak terjadi
penurunan BB
yang berarti

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari I
No. Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf
Perawat
1 Kamis, 02 Bersihan Jalan Jam : 16.00 wib S:
Mei 2019 Nafas Tidak 1. Menganjurkan Keluarga pasien
Efektif keluarga pasien mengatakan
Berhubungan memposisikan pasien pasien masih
Dengan dengan posisi semi batuk
Akumulasi fowler : keluarga

67
Sekret pasien memperbaiki O:
posisi pasien dengan - Tampak
posisi semi fowler kemudahan
2. Memberikan bernafas pada
informasi kepada pasien
keluarga pasien untuk - Tampak
mengajarkan anak pergerakan
teknik meniup untuk sputum keluar
memotifasi pasien dari jalan
dalam bernafas : nafas dengan
keluarga pasien batuk efektif
mengajarkan anak - RR :50x/i
teknik meniup - Suara
3. Memberikan teraphi tambahan :
nebulizer kepada ronchi
pasien : Ventolin A:
nebules 2,5mg masalah
4. Memposisikan pasien gangguan jalan
untuk meringankan nafas belum
sesak nafas : posisi teratasi
semi fowler P:
5. Memonitor Implementasi
pernafasan pasien : dilanjukan
RR 50x/i

2 Resiko Tinggi 1. Monitor TTV : S:


Hipertemi Suhu 38 C , HR :
0
keluarga pasien
Berhubungan 110x/i mengatakan
Dengan 2. Menganjurkan panas anak sudah
Peningkatan keluarga pasien mulai turun
Suhu Tubuh untuk O:
melonggarkan - Pasien tampak
pakaian pasien : tidak
keluarga memperlihatk
melonggarkan an

68
pakaian pasien peningkatan
3. Berikan PCT Suhu : 380C
infus (IV) : PCT - Tampak anak
infus 50mg tidak mengigil
Memonitor suhu tubuh : - Nadi pasien
Suhu 38 C 0
normal HR :
110x/i
A:
masalah belum
teratasi
P:
Implementasi
dilanjutkan
3 Ketidakseimba 1. Timbang Berat badan S:
ngan nutrisi : pasien : BB 4,9 Kg Keluarga pasien
Kurang dari 2. Monitor pertumbuhan mengatakan
kebutuhan dan perkembangan : anaknya hanya
tubuh anak tampak dapat bisa minum susu
berguling melalui sonde
3. Identifikasi adanya O:
abnormalitas rambut : - Tampak tidak
tidak ada ada pe-
abnormalitas pada ningkatan BB
rambut pasien pada pasien
4. Monitor adanya mual - BB ideal tidak
dan muntah : tidak sesuai dengan
ada mual dan muntah tinggi badan
pada pasien - pasien belum
5. Identifikasi adanya tumbuh gigi
ketidaknormalan - BB : 4,9kg
dalam rongga - Tampak bibir
mulut(inflamasi,omp kering
ong atau gusi A:
berdarah,bibir masalah
kering,pecah- ketidakseimbang
pecah,dll) : tampak an nutrisi belum

69
bibir pasien kering teratasi
P:
implementasi
dilanjutkan

Hari II

No. Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


(SOAP) Perawat
1 Jum’ at, 3 Bersihan jalan Jam : 10.00 S:
Mei 2019 Nafas 1. Memposisikan Keluarga pasien
Berhubungan pasien untuk mengatakan
Dengan memaksimalkan batuk pasien
Akumulasi ventilasi : posisi sudah
Sekret pasien semi fowler berkurang
2. Memberikan terapi O:
nebulizer : - Tampak
Ventolin nebules kemudahan
2,5mg bernafas pada
3. Kelola udara atau pasien
oksigen yang - Suara nafas
dilembabkan : pasien jernih
pemberian O2 ltr - Frekuensi RR
4. Memposisikan pasien normal
pasien untuk :48x/i
meringankan sesak A:
nafas : posisi Masalah
pasien semi fowler teratasi
5. Memonitor status P:
pernafasan pasien : Implementasi
RR 48x/i dihentikan

70
2 Resiko Tinggi 1. Memonitor suhu S:
Hipertemi tubuh pasien : Keluarga pasien
Berhubungan Suhu pasien mengatakan
Dengan 37.8 C
0
panas badan
Peningkatan pasien sudah
Suhu Tubuh berkurang
O:
- Pasien
tampak tidak
memperlihatk
an tanda
peningkatan
suhu tubuh
- Pasien
tampak tidak
mengigil
A:
Masalah
Resiko Tinggi
Perubahan Suhu
Tubuh teratasi
P:
implementasi
dihentikan
3 Ketidakseimba 1. Identifikasi S:
ngan nutrisi : adanya Keluarga pasien
Kurang dari abnormalitas mengatakan
kebutuhan rambut : Tidak anaknya hanya
tubuh ada tanda-tanda bisa minum
abnormalitas susu melalui
rambut pada sonde
pasien O:
2. Monitor adanya - Tampak tidak
mual dan kebutuhan
muntah : tidak nutrisi pasien
ada mual dan hanya minum

71
muntah pada susu 30cc
pasien melalui OGT
3. Identifikasi - Tampak bibir
adanya pasien kering
ketidaknormala A:
n dalam rongga masalah
mulut(inflamasi, ketidakseimban
ompong atau gan nutrisi
gusi belum teratasi
berdarah,bibir P:
kering,pecah- implementasi
pecah,dll) : dilanjutkan
Tampak bibir
pasien kering

Hari ke III

No. Hari/ tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


(SOAP) Perawat
1 Sabtu,4 Mei Ketidakseimba 1. Monitor adanya S : Keluarga
2019 ngan nutrisi : mual dan pasien
Kurang dari muntah : Tidak mengataka
kebutuhan ada mual dan anaknya tidak
tubuh muntah pada ada mengalami
pasien mual dan
2. Identifikasi muntah
adanya O:
ketidaknormala - Tampak
n dalam rongga tidak ada
mulut peningkatan
(inflamasi,ompo BB pasien :
ng atau gusi 4,9 Kg
berdarah,bibir - Tampak ada
kering,pecah- tanda-tanda
pecah,dll) :

72
Tampak bibir malnutrisi
pasien kering A:
Masalah
ketidakseimban
gan nutrisi
belum teratasi
P:
Implementasi
dilanjutkan

BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis akan membahas permasalahan tentang asuhan keperawatan An.A

dengan Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina

73
Payakumbuh tahun 2019. Penulis membagi pembahasan kasus menjadi 5 sub

bahasan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

Pembahasan akan diuraikan sesuai masalah yang ditemukan dengan

menggunakan pendekatan konsep dasar yang mendukung. Penulis akan

menguraikan tentang kesenjangan yang muncul pada asuhan keperawatan antara

teori dengan kasus yang penulis kelola.

A. Pengkajian

Penulis tidak menemukan kesenjangan dalam melakukan pengkajian pada

saat membandingkan data yang diperoleh dari pengkajian pada pasien dengan

yang ada dalam teori. Sehinggga penulis dapat menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan tanda dan gejala khas yang ada dalam teori,seperti

nafas sesak(dispnea),batuk,demam,adanya suara tambahan seperti ronchi atau

wheezing.

Penulis menemukan semua tanda dan gejala khas tersebut pada pasien. Data

tersebut antara lain, Pada tanggal 01 mei 2019 , jam 14.00 wib keluarga An.

A datang ke IGD dengan membawa anaknya dan ibu mengatakan anakya

demam, batuk, gelisah, dan sesak.

Pada saat pengkajian dari tanggal 02 – 04 mei 2019 di dapatkan An.A batuk

sudah berkurang,suara nafas tambahan sudah berkurang,sudah tidak sesak

lagi dengan RR : 38x/i dan tidak ada demam lagi. Dan ibu pasien juga

mengatakan An.A berusia 9 bulan dengan BB An.A saat ini 4,9 kg dengan

74
TB 62 cm. Sehingga tegaknya diagnosa keperawatan penulis berdasarkan

ilmu teoritis dan keadaan pasien yang penulis temukan di lapangan.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada teori sebanyak 6 diagnosa,yaitu:

Menurut (NANDA,2015) ada 2 diagnosa antara lain :

1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Akumulasi

Sekret

2) Resiko Tinggi perubahan suhu tubuh : Hipertemi berhubungan dengan

proses inflamasi

Masalah keperawatan yang muncul menurut (Nurarif dan Kusuma,2015) ada

4 diagnosa antara lain:

1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler.

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,

ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress,

keengganan untuk makan)

3) Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan

yang asing, ketidaknyamanan.

4) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.

Diagnosa keperawatan yang penulis temukan di kasus sebanyak 3

diagnosa,yaitu :

75
1) Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Behubungan Dengan Akumulasi

Sekret

2) Resiko Tinggi Hipertemi Berhubungan Dengan Peningkatan Suhu

Tubuh

3) Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan BB Kurang dari rentang BB ideal

Penulis akan membahas diagnosa keperawatan yang tidak muncul di kasus

namun ada dalam tinjauan teoritis :

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membrane alveolus-kapiler (Nurarif dan

Kusuma,2015)

Diagnosa tersebut dapat ditegakkan dengan adanya batasan

karakteristik sebagai berikut : Irama pernafasan tidak teratur,pH

darah arteri abnormal, pernafasan cuping hidung , gelisah ,

takikardi ,Hiperkapnea, hipoksia, samnollen, gangguan penglihatan,

sianosis (pada neonates saja). Akan tetapi pada saat pengkajian

penulis tidak menemukan data pendukung pada pasien seperti diatas

sehingga diagnosa tersebut tidak ditegakkan.

2. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,

lingkungan yang asing, ketidaknyamanan (Nurarif dan Kusuma,2015)

Diagnosa tersebut dapat ditegakkan dengan adanya batasan

karakteristik sebagai berikut : Gelisah , Kontak mata buruk,

76
Kesedihan yang mendalam, Ketakutan, Wajah tegang, Menangis,

Peningkatan denyut nadi, Marah bila disentuh. Akan tetapi pada saat

pengkajian penulis tidak menemukan data pendukung pada pasien

seperti diatas sehingga diagnosa tersebut tidak ditegakkan.

3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare

(Nurarif dan Kusuma,2015)

Diagnosa tersebut dapat ditegakkan dengan adanya batasan

karakteristik sebagai berikut : Kekurangan volume cairan, Bab > 3x

sehari,Kelebihan volume cairan,Gangguan mekanisme

regulasi,Muntah. Akan tetapi pada saat pengkajian penulis tidak

menemukan data pendukung pada pasien seperti diatas sehingga

diagnosa tersebut tidak ditegakkan.

C. Intervensi Keperawatan
Dari diagnosa yang penulis tegakkan maka penulis membuat rencana tindakan

sebagai berikut :

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Behubungan Dengan Akumulasi

Sekret

Tidak semua intervensi yang ada pada teoritis bisa di aplikasikan di

kasus ini,hal ini dikarenakan ada beberapa yang tidak dibutuhkan oleh

pasien

2. Resiko Tinggi Hipertemi Berhubungan Dengan Peningkatan Suhu Tubuh


77
Tidak semua intervensi yang ada pada teoritis bisa di aplikasikan di

kasus ini,hal ini dikarenakan ada beberapa yang tidak dibutuhkan oleh

pasien.

3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan

dengan BB Kurang dari rentang BB ideal

Semua intervensi di aplikasikan kepada pasien karena semua

intervensi tersebut dibutuhkan oleh pasien.

D. Implementasi

Dalam tahap Implementasi merupakan penerapan rencana dalam tindakan

nyata untuk memenuhi kebutuhan pasien dan menyelesaikan masalah yang

ada. Semua rencana yang diterapkan dapat dilaksanakan dalam tindakan yang

nyata selama penulis memberikan asuhan keperawatan. Dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan terhadap pasien,penulis tidak mendapatkan kesulitan

karena adanya faktor pendukung,antara lain :

1. Perencanaan yang baik dan sistematik sehingga memudahkan penulis

dalam melaksanakan asuhan keperawatan

2. Adanya kerjasama yang baik antara penulis dengan keluarga

pasien,perawat ruangan,serta tim kesehatan lainnya dalam mengatasi

pasien.

3. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan sudah tersedia di RS.

78
4. Tenaga kesehatan yang memadai antara lain,perawat ruangan,dokter

spesialis anak,petugas laboratorium dan ahli gizi.

E. Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini perkembangan kondisi akan menggambarkan mutu

atau langkah rencana asuhan keperawatan.

Penulis meneggakkan 3 diagnosa keperawatan sesuai data yang ditemukan

pada saat pengkajian,yaitu :

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Behubungan Dengan Akumulasi

Sekret

a) Hari I Kamis,02 Mei 2019, Masalah gangguan jalan nafas pada An.A

belum teratasi karena keluarga pasien mengatakan pasien masih batuk,

tampak masih adanya suara tambahan ronchi pada pasien, sehingga

masalah gangguan jalan nafas pada hari pertama belum teratasi.

b) Hari II Jumat,03 Mei 2019, Masalah gangguan jalan nafas pada An.A

telah teratasi karena keluarga pasien mengatakan batuk pasien sudah

berkurang,tampak kemudahan bernafas pada pasien,tampak suara

nafas pasien telah jernih dan frekuensi pernafasan pasien telah normal

dengan RR : 48x/i , sehingga masalah gangguan jalan nafas pada hari

ke dua telah teratasi.

2. Resiko Tinggi Hipertemi Berhubungan Dengan Peningkatan Suhu Tubuh

a) Hari I Kamis,02 Mei 2019, Masalah Resiko tinggi hipertermi belum

teratasi karena tampak pada pasien suhu tubuh sebelum dan sesudah

79
diberikan terapi masih tetap dengan suhu sebelumnya yaitu suhu 38°C,

Sehingga masalah resiko tinggi hipertermi pada hari pertama belum

teratasi.

b) Hari II Jumat,03 Mei 2019 Masalah Resiko tinggi hipertermi sudah

teratasi karena tampak pada pasien tidak ada memperlihatkan tanda-

tanda peningkatan suhu tubuh, Suhu : 37.8°C sehingga masalah resiko

tingga hipertermi pada hari ketiga teratasi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh Berhubungan

dengan BB Kurang dari rentang BB ideal

a) Hari I Kamis,02 Mei 2019, Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum

teratasi karena tidak ada peningkatan BB pada pasien pada hari

sebelumya, sehingga masalah ketidakseimbangan nutrisi pada hari

pertama belum teratasi.

b) Hari II Jumat,03 Mei 2019, Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum

teratasi karena tampak kebutuhan nutrisi pasien hanya bisa minum

susu 30 cc melalui OGT, sehingga masalah ketidakseimbangan nutrisi

pada hari kedua belum teratasi.

c) Hari III Sabtu,04 Mei 2019, Masalah ketidakseimbangan nutrisi belum

teratasi karena tampak tidak ada peningkatan BB pasien dari hari

sebelumnya BB : 4,9 Kg, tampak adanya tanda-tanda malnutrisi pada

pasien, sehingga pada hari ke tiga masalah ketidakseimbangan nutrisi

masih belum bisa teratasi.

80
Selama 3 hari memberikan asuhan keperawatan terhadap An.A dari 3

diagnosa yang ditegakkan, 2 Diagnosa keperawatan teratasi dan 1 Diagnosa

keperawatan yang belum teratasi,oleh karena itu Asuhan keperawatan untuk

Masalah keperawatan yang belum teratasi yang akan dilanjutkan oleh perawat

ruangan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

81
Dari hasil penerapan proses keperawatan yang penulis lakukan pada klien

bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina Payakumbuh

dalam tahun 2019,maka diambil kesimpulan mengenai gambaran sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian penulis tidak banyak menemukan

hambatan,hal ini disebabkan karena sikap partisipasif dari keluarga

klien yang terbuka serta adanya status klien,semua data yang penulis

sajikan dalam pembahasan dapat ditemukan pada asuhan keperawatan

yang penulis terapkan.

2. Diagnosa keperawatan

Setelah dilakukan pengkajian,data dikelompokkan dan di

analisa. Maka di temukan diagnosa keperawatan antara lain :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

akumulasi sekret

2. Resiko tinggi Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu

tubuh

3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan BB kurang dari rentang BB Ideal

3. Intervensi Keperawatan

Penyusunan rencana tindakan sesuai dengan masalah yang

ditemukan pada pengkajian,perencanaan keperawatan terhadap

masalah aktual adalah mengurangi gejala dan keluhan,sasarannya


82
adalah untuk meningkatkan kesehatan,pemulihan dan pemeliharaan

serta rehabilitas terhadap klien

4. Implementasi Keperawatan

Dalam implementasi dapat penulis lakukan tindakan keperawatan

secara nyata pada klien,harus sesuai dengan masalah yang dihadapi

klien dengan bronkopneumonia adalah anak,yang menganjurkan

orang tua untuk menanggapi terjadinya bronkopneumonia,untuk

mengetahui ketika anak tiba-tiba sesak nafas,menganjurkan kepada

orang tua untuk memberikan nutrisi yang cukup kepada anak.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan terhadap klien bronkopneumonia dilakukan

dengan membandingkan hasil keperawatan yang telah dilakukan di

Ruang Rawat Inap Azzahra RSI Ibnu Sina Payakumbuh dengan tujuan

dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dalam perencanaan

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan di atas maka kesempatan ini penulis

memberikan beberapa saran kepada masyarakat umumnya pada pembaca

khususnya,mengenai masalah penyakit bronkopneumonia

1. Bagi klien

a. Untuk menghindari diri sendiri dari penyakit penulis menyarankan

untuk meningkatkan gizi karena daya tahan tubuh yang lemah dapat

menyebabkan kuman penyakit masuk ke dalam tubuh

83
b. Sebaiknya sewaktu kecil mendapatkan imunisasi yang lengkap,karena

imunisasi yang lengkap dapat meningkatkan imunitas tubuh

c. Ketika sedang mengkonsumsi obat,usahakan minum obat yang teratur

dan sesuai petunjuk dokter

2. Mahasiswa

Dalam melakukan pengkajian pada pasien bronkopneumonia diharapkan

mahasiswa untuk lebih sistematis dalam mengkaji

3. Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas dari studi kasus ini

untuk menghasilkan perawat yang profesional dan juga mengembangkan

kemampuan serta keterampilan mahasiswa STIKes Yarsi Sumbar

Bukittinggi.

4. Lahan Praktek

Untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi lainnya hendaklah

perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara

komprehensif

84

Anda mungkin juga menyukai