Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pneumonia adalah : peradangan pada perenkim paru, dimana

asinus terisi cairan radang, dengan atau tanpa infiltrasi dari sel radang

kedalam dinding alveoli dan rongga investinum.

Infeksi saluran pernapasan merupakan salah satu masalah

kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini

disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian

karena penyakit saluran pernapasan khususnya pneumonia, terutama

pada bayi dan balita. Di Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6

dari semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh

penyakit infeksi. Di Spanyol angka kematian akibat pneumonia mencapai

25%, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 12% atau 25-30 per

100.000 penduduk (Heriana, et.al, 2005). Sedangkan untuk angka

kematian akibat Pneumonia pada tahun 1999 untuk negara Jepang yaitu

10%, Singapura sebesar 10,6%, Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar

3,2% dan Philipina tahun 1995 sebesar 11,1% (SEAMIC Health Statistics,

2000). Pneumonia menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan

sampai 4 tahun. Hal ini berarti dari seluruh jumlah anak umur 1 bulan

sampai 4 tahun yang meninggal, lebih dari sepertiganya meninggal karena

1
pneumonia atau di antara 10 kematian 4 diantaranya meninggal

disebabkan oleh ISPA (Depkes, 1985). Sebagian besar hasil penelitian di

negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan anak

balita disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan. Diperkirakan bahwa 2-

5 juta bayi dan balita di berbagai negara setiap tahun mati karena infeksi

saluran pernapasan (WHO,1986).

Di Indonesia, penyakit infeksi saluran pernapasan masih

merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama

terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Diperkirakan

kejadian penyakit ini pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%.

Berdasarkan hasil SKRT, penyakit tersebut pada tahun 1986 berada di

urutan ke-4 (12,4%) sebagai penyebab kematian bayi. Sedangkan pada

tahun 1992 dan 1995 menjadi penyebab kematian bayi yang utama yaitu

37,7% dan 33,5% (Depkes RI, 2001). Hasil SKRT pada tahun 1998 juga

menunjukkan bahwa penyakit penyakit saluran pernapasan merupakan

penyebab kematian utama pada bayi (36%). Dan hasil SKRT pada tahun

2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi penyakit saluran pernapasan

yaitu sebesar 39% pada bayi Dan 42% Pada Balita (Depkes RI, 2001).

Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi

penyakit infeksi saluran pernapasan tertinggi terjadi pada baduta (>35%),

penyakit ini cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan

pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah. Di Jawa

Barat kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan berada di angka

2
24,73%, untuk daerah Jawa Tengah sebesar 29,08.

Penyakit saluran pernapasan ini merupakan salah satu penyebab utama

kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit

Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70% anak yang berobat ke rumah

sakit adalah penderita penyakit saluran pernapasan (Depkes, 1985).

Sebanyak 40-60% kunjungan pasien penyakit saluran pernapasan berobat

ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien penyakit saluran

pernapasan berobat ke bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit

(Depkes RI, 2000).

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk lebih

mengenal dan lebih mengetahui tentang penyakit ini dan membahas

Asuhan Keperawatannya dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah.

B. Ruang Lingkup Penulisan

Mengingat keterbatasan waktu maka penulis hanya mengambil

satu kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. T dengan

gangguan sistem pernapasan : Pneumonia di ruang Rindu B-4 Anak

RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

3
C. Tujuan Penulisan

a. Tujuan umum

Mengetahui gambaran umum tentang Asuhan Keperawatan pada An. T

dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumonia di ruang Rindu B-4

Anak RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

b. Tujuan khusus

1. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada Anak

dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumonia

2. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada Anak dengan

gangguan sistem pernapasan : Pneumonia

3. Dapat melaksanakan perencanaan keperawatan pada Anak

dengan gangguan sistem pernapasan : Pneumonia

4. Dapat melaksanakan Tindakan perawatan pada Anak dengan

gangguan sistem pernapasan : Pneumonia).

5. Dapat melaksanakan evaluasi atas tindakan keperawatan yang

dilakukan pada Anak dengan gangguan sistem pernapasan :

Pneumonia

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis studi kasus yang

dilaksanan dengan pendekatan proses keperawatan di ruang Rindu B-4

Anak RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010.

4
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penulisan karya tulis ini adalah:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek

dengan menggunakan seluruh alat indera yang dapat dilakukan

melalui penglihatan dan pendengaran.

2. Wawancara

Penulis melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pasien,

keluarga, perawat, dokter yang menanganinya dan petugas kesehatan

lainnya sehingga diperoleh informasi dari data yang diperlukan.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan langsung kepada klien dengan

menggunakan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Data

yang diambil secara pemeriksaan fisik yaitu mulai dari kepala sampai

ke telapak kaki.

4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melalui catatan / arsip di Ruangan yang

berhubungan dengan kesehatan klien yang diperoleh melalui petugas

kesehatan.

5. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari buku-buku dan tulisan ilmiah untuk

mendapatkan teori-teori yang relevan dengan judul dan masalah yang

dibahas dalam Karya Tulis Ilmiah Ini.

5
E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam karya tulis ini meliputi :

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, ruang lingkup

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis, yang terdiri dari konsep dasar

keperawatan, dan asuhan keperawatan

BAB III : Laporan kasus, yang terdiri dari pengkajian, analisa data

dan Proses keperawatan.

BAB IV : Pembahasan, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.

Daftar Pustaka

Lampiran

6
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Defenisi

Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru

yang terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi.

(Aziz Alimul Hidayat, 2008)

Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada

parenchyma paru yang terjadi pada anak.

(Suriadi & Rita Yulianni, 2006)

Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda

asing.

(Ngastiyah, 2005)

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian

bawah yang mengenai parenkim paru.

(Arif Mansjoer,2000 ).

2. Anatomi dan Fisiologi Paru

 Anatomi Paru – Paru

Paru adalah struktur elastis yang dibungkus dalam

sangkar toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan

7
dinding yang dapat menahan tekanan. Paru – paru merupakan

sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung –

gelembung ( gelembung hawa = alveoli ). Gelembung – gelembung

alveoli ini terdiri dari sel – sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
2.
luas permukaannya lebih kurang 90 m Banyaknya gelembung

paru – paru ini kurang lebih 700.000.000 buah ( Paru – paru kiri

dan kanan ). Paru – paru terletak pada rongga dada datarannya

menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum. Pada

bagian tengah itu terdapat tampuk paru – paru atau hilus. Pada

mediastinum depan terletak jantung.

8
 Fisiologi

Paru – paru dibagi dua, yaitu :

a. Paru-paru Kanan

Terdiri dari 3 lobus ( belah paru ), Lobus Pulmo dekstra

superior, Lobus media, dan Lobus inferior. Tiap lobus tersusun

oleh lobulus. Paru – paru kanan mempunyai 10 segment yaitu :

lima buah segment pada lobus superior, 2 buah segment pada

lobus medialis, dan 3 buah segment pada lobus inferior.

b. Paru-paru Kiri

Terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan Lobus

inferior. Tiap – tiap lobus terdiri dari belahan – belahan yang lebih

kecil bernama segment. Paru – paru kiri mempunyai 10 segment,

yaitu : lima buah segment pada lobus superior dan lima buah

segment pada inferior.

Tiap – tiap segment yang ada pada lobus masih terbagi lagi

menjadi belahan – belahan yang bernama lobulus. Diantara

lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang

berisi pembuluh – pembuluh darah getah bening dan saraf – saraf,

dalam tiap – tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Didalam

lobulus, bronkiolus ini bercabang – cabang banyak sekali, cabang-

cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap – tiap duktus alveolus

berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm.

9
Paru – paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura

dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Pleura viseral ( selaput dada pembungkus ) yaitu selaput paru

yang langsung membungkus paru – paru

2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah

dalam

Antara kedua pleura ini terdapat rongga ( kavum ) yang

disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini

vakum / hampa udara sehingga paru – paru dapat berkembang

kempis dan juga terdapat sedikit cairan ( eksudat ) yang berguna

untuk meminyaki permukaannya ( pleura ), menghindarkan

gesekan antara paru – paru dan dinding dada dimana sewaktu

bernafas bergerak.

Pembuluh Darah Paru

Sirkulasi pulmonar berasal dari ventrikel kanan yang tebal

dinding 1/3 dari tebal ventrikel kiri. Perbadaan ini menyebabkan

kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan jauh lebih kecil

dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi

ventrikel kiri.

Selain aliran melalui arteri pulmonary ada darah yang

langsung mengalir ke paru – paru dari aorta melalui arteri bronkialis.

10
Darah ini adalah darah “ kaya oksigen “ ( Oxygenated ) dibandingkan

dengan darah pulmonal yang relative kekurangan oksigen. Darah ini

kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis

membawa darah yang sudah tidak mengandung udara dari ventrikel

kanan ke paru – paru. Cabang – cabangnya menyentuh saluran –

saluran bronchial, sampai ke alveoli halus.

Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan

jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli ( gelembung udara ).

Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler.

Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu sampai

menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorokkan

yang keluar melalui tampuk paru – peru ke serambi jantung kiri ( darah

mengandung O2 ), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap

paru – paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava

inferior, maka dengan demikian paru – paru mempunyai persediaan

darah ganda.

Kapasitas Paru – paru

Merupakan kesanggupan paru – paru dalam menampung

udara di dalamnya. Kapasitas paru – paru dapat dibedakan sebagi

berikut :

11
1) Kapasitas total

Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru – paru pada inspirasi

sedalam – dalamnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat

tergantung pada beberapa hal : Kondisi paru – paru, umur, sikap

dan bentuk seseorang.

2) Kapasitas vital

Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi

maksimal. Dalam keadaan yang normal kedua paru – paru dapat

menampung udara sebanyak lebih kurang 5 liter.

Waktu ekspirasi, didalam paru – peru masih tertinggal lebih

kurang 3 liter udara. Pada waktu kita bernafas biasa udara yang

masuk ke dalam paru – paru 2.600 cm 3 ( 2 ½ liter ). Jumlah

pernafasan. Dalam keadaan yang normal :

- Orang dewasa : 16 – 18 x / menit

- Anak – anak kira – kira : 24 x / menit

- Bayi kira – kira : 30 x/ menit

Dalam keadaan tertentu keadaan tersebut akan berubah,

misalnya akibat dari suatu penyakit, pernafasan bisa bertambah cepat

atau sebaliknya. Beberapa hal yang sehubungan dengan pernafasan ;

Batuk, menghembuskan nafas dengan tiba – tiba yang kekuatannya

luar biasa, akibat dari salah satu rangsangan baik yang berasal dari

luar maupun dari dalam misalnya dari luar bahan – bahan kimia yang

12
merangsang selaput lendir di jalan pernafasan. Bersin, pengeluaran

nafas dengan tiba – tiba akibat dari terangsangnya selaput lendir

hidung, dalam hal ini udara keluar dari hidung dan mulut.

Proses Terjadinya Pernafasan

Terbagi dalam dua bagian, yaitu :

- Inspirasi ( menarik nafas )

- Ekspirasi ( menghembuskan nafas )

Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi secara

bergantian, teratur, berirama dan terus menerus. Bernafas merupakan

gerak reflek yang terjadi pada otot – otot pernafasan. Reflek bernafas

ini diatur oleh pusat pernafasan yang terletak di dalam sumsum

penyambung ( medula oblongata ).

Pernafasan Paru – paru ( Pernafasan Pulmoner )

Merupakan perrtukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi pada paru – paru. Pernafasan melalui paru – paru atau

pernafasan eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada

waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke

alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli

memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran,

13
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung

dipompakan ke seluruh tubuh.

Didalam paru – paru karbondioksida merupakan hasil

buangan menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan

melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.

Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :

1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru – paru, darah mengandung oksigen masuk

ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru

– paru

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan

jumlah yang tepat yang bisa dicapai untuk semua bagian

4) Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler

karbondioksida lebih muda berdifusi dari pada oksigen

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida, konsentrasi

dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan

terdapat dalam otak untuk memperbasar kecepatan dalam pernafasan

sehingga terjadi pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih banyak.

14
Pernafasan Jaringan ( Pernafasan Interna )

Darah merah ( hemoglobin ) yang banyak mengandung

oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan akhirnya

mencapai kapiler, darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan,

mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru – paru dan di paru –

paru terjadi pernafasan eksterna.

Daya Muat Paru – Paru

Besarnya daya muat udara dalam paru – paru 4.500 ml – 5.000

ml ( 4,5 – 5 liter ). Udara yang diproses dalam paru – paru ( inspirasi

dan ekspirasi ) hanya 10 %, lebih kurang 500 ml disebut juga udara

pasang surut ( tidal air ) yaitu yang dihirup dan yang dihembuskan

pada pernafasan biasa.

(Syaifuddin,1997)

3. Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :

1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter

2. Virus: virus influenza, adenovirus

3. Micoplasma pneumonia

4. Jamur: candida albicans

5. Aspirasi: lambung

15
4. Patofisiologi

- Adanya gangguan pada terminal jalan nafas dan alveoli oleh

mikroorganisme pathogen yaitu virus dan staphylococcus aurens,

H. Influezue dan streptococcus pneumonae bakteri

- Terdapat infiltrate yang biasanya mengenai pada multiple lobus.

Terjadinya destruksi sel dengan menanggalkan debris cellular ke

dalam lumen yang mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan

jalan nafas.

- Pada anak kondisi ini dapat akut dan kronik misalnya :AIDS, Cystic

Fibrosis, aspirasi benda asing dan congenital yang dapat

meningkatkan resiko pneumonia.

(Suriadi & Rita Yulianni, 2006)

16
Bakteri Bronkhopenumonia
(Penumokokus,
Streptokokus,
Haemolitikus,
Staflokokus) Virus
Apirasi

Infeksi pada
Parenkim paru
(Alveoli dan
Bronkus)

Eksudat Intra-alveolus

Retensi Mukus

Gangguan Pertukaran gas Bersihan Jalan Nafas


tidak efektif

Oksigen Berkurang

Hiperventilasi

(Aziz Alimul Hidayat, 2008)

17
5. Manifestasi Klinis

- Serangan akut dan membahayakan

- Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)

- Batuk

- Rales (ronki)

- Wheezing

- Sakit kepala, malaise, myalgia (pada anak)

- Nyeri abdomen

(Suriadi & Rita Yulianni, 2006)

6. Komplikasi

- Gangguan pertukaran gas

- Obstruksi jalan nafas

- Gagal pernafasan

- Pleural effusion (bacterial pneumonia)

(Suriadi & Rita Yulianni, 2006)

7. Pemeriksaan Diagnostik

- Sinar X : mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar,

bronchial); dapat juga menyatakan abses)

- Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat

mengidentifikasi semua organisme yang ada.

18
- Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis

organisme khusus.

- Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru,

menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis

keadaan.

- Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis

- Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.

- Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda

asing.

(mediailmukeperawatan.com)

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis Pneumonia:

Pengobatan diberikan berdasarakan etiologi dan uji resistensi. Akan

tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya

maka biasanya diberikan :

- Penisilin 50.000 U/Kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-

70mg/Kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang mempunyai

spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai

bebas demam 4-5 hari.

- Pemberian oksigen dan cairan intra vena; biasanya diperlukan

campuran glucose 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3:1

ditambah larutan KCl 10mEq/500ml/botol infus.

19
- Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolic

akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi

sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.

- Pasien bronkopneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.

(Ngastiyah, 2005)

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan :

- Adanya riwayat infeksi saluran pernafasan sebelumnya/batuk,

pilek, takhipnea, demam.

- Anoreksia, sukar menelan, muntah.

- Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ;

morbili, pertusis, malnutrisi, imunosupresi.

- Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran

pernafasan.

- Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat

dan dangkal, gelisah, sianosis

b. Pemeriksaan Fisik :

- Demam, takhipnea, sianosis, cuping hidung.

- Auskultasi paru à ronchi basah, stridor.

- Laboratorium à lekositosis, AGD abnormal, LED meningkat.

20
- Roentgen dada à abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar

pada kedua paru)

c. Faktor Psikososial/Perkembangan :

- Usia, tingkat perkembangan.

- Toleransi/kemampuan memahami tindakan.

- Koping.

- Pengalaman berpisah dengan keluarga/orang tua.

- Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya.

d. Pengetahuan Keluarga, Psikososial :

- Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit

bronchopneumonia.

- Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran

pernafasan.

- Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.

- Koping keluarga.

- Tingkat kecemasan.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan

meningkatnya secret.

b. Tidak efektif pola nafas berhubungan dengan obstruksi brochial.

c. Gangguan pertuakaran gas berhubungan dengan meningkatnya

sekresi dan akumulasi eksudat.

21
d. Kecemasan berhubungan dengan dyspnea dan hospitalisasi.

e. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit

dan perawatan di rumah.

3. Intervensi

 Pertahankan kepatenan jalan nafas dan meningkatkan pertukaran

gas yang adekuat.

- Kaji status pernafasan setiap 2 jam; suara nafas, teratur atau

tidak teratur, rhytihm, penggunaan otot-otot aksesoris, warna

kulit, tanda-tanda vital, dan tingkat kegelisahan.

- Buat jadwal fifioterapi dada sebelum makan dan istirahat

- Tinggikan posisi kepala di atas tempat tidur (hindari

menggunakan posisi duduk pada bayi karena dapat

meningkatkan tekanan diafragma)

- Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi

- Bila anak toleran, berikan kebebasan untuk memilih posisi yang

nyaman.

- Kaji batuk dn kedalaman pernafasan

- Berikan oksigen sesuai program dan monitor ‘pulse oximetry”

- Rencanankan dan buat jadwal secara periodic untuk istirahat.

- Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi (buku-buku,

puzzles, video games, dan lain-lain)

22
 Pertahankan hidrasi yang adekuat

- Kaji turgor kulit dan membrane mukosa

- Berikan cairan per oral atau intra vena terapi

- Monitor intake dan output

- Kaji tanda-tanda dehidrasi (oliguria, ubun-ubun cekung, berat

badan menurun)

- Timbang berat badan

- Kaji demam setiap 4 jam dan berikan antipiretik, analgetik dan

antibiotic sesuai program

 Berikan support psikososial untuk mengurangi kecemasan anak

dan orang tua.

- Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dengan bahasa

yang mudah dimengerti

- Anjurkan orangtua untuk menemani anak

- Ajarkan orangtua dan anak untuk mengekspresiakn perasaan

secra verbal dan perhatian serta respon yang empati.

 Tingkatkan pengetahuan orang tua

- Jelaskan tentang proses penyakit, pengobatan dan

perawatannya

- Lihat perencanaan pemulangan

23
4. Kriteria Hasil

a. Jalan nafas bersih yang ditandai dengan tidak ada bising suara

nafas (rales atau ronki)

b. Pola nafas efektif yang ditandai dengan anak tidak gelisah, dan

tidak ada cyanosis.

c. Cairan seimbang yang ditandai dengan turgor kulit normal, urine

output sesuai, membrane mukosa lembab, dan berat badan dapat

dipertahankan.

d. Kecemasan menurun yang ditandai dengan anak tidak labil,

meningkatnya istirahat, tanda vital dalam batas normal, dan postur

tubuh relaks.

e. Orangtua secara verbal memahami proses penyakit dan perawatan

anak.

(Suriadi & Rita Yulianni, 2006)

24
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. Identitas Anak

Nama Anak : An. T

Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara

Tempat dan Tanggal Lahir : Sidikalang, 9 Agustus 2010

Nama Ayah : Tn.D

Nama Ibu : Ny. H

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Sidikalang

No Telp. :-

Suku Bangsa : Batak/Indonesia

Pendidikan Ayah : SMA

Pendidikan Ibu : SMP

25
II. Kedudukan dalam Keluarga

Anak Lahir Lahir Jenis Keadaan Ditolong


Umur
Ke Mati Hidup Kelamin Sekarang Oleh
1 - √ 4 Tahun Laki-laki Sehat Bidan

2 - √ 2 Tahun Perempuan Sehat Bidan

3 - √ 3 Bulan Laki-Laki Sakit sekarang Bidan

III. Alasan Masuk Rumah Sakit

A. Keluhan Utama : Pasien masuk ke Rumah Sakit H. Adam

Malik Medan pada tanggal 28 Oktober

2010 pukul 10.30 WIB dengan keluhan

batuk, demam, Berat Badan menurun

(BB: 4 Kg)

B. Factor Pencetus : Keadaan lingkungan yang kurang bersih

Lamanya Sakit : 2 minggu

C. Riwayat Kesehatan Masa lalu

Sejak 2 minggu yang lalu klien batuk-batuk, demam, masih

mau menetek atau minum setelah beberapakali di bawa ke

Puskesmas terdekat tidak ada perubahan. Klien masih batuk-

batuk, demam naik turun tapi tidak mencapai normal, tidak mau

menetek dan minum selanjutnya tanggal 2 november 2010

pasien dibawa oleh orangtua ke IGD Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan dan dianjurkan untuk rawat inap.

26
Keluhan utama pasien yaitu : Batuk, Demam, Berat Badan

menurun.

D. Riwayat kesehatan sekarang

Tanggal Pengkajian : 2 November 2010

Pada saat pengkajian anak memiliki keluhan utama yaitu demam

disertai batuk dan berat badan menurun.

E. Riwayat kelahiran dan kehamilan

1. Riwayat kelahiran

- Selama ibu hamil belum pernah mengalami suatu penyakit

- Pada saat kelahiran tidak ada keluhan misalnya

perdarahan.

- Berat badan waktu lahir 2500gr, panjang badan 40cm

- Bayi menangis pada saat lahir

2. Riwayat persalinan

Bayi lahir normal ditolong oleh Bidan di Puskesmas, tidak ada

kelainan posisi janin waktu lahir letak kepala.

3. Riwayat sesudah melahirkan

- Keadaan ibu sesudah melahirkan baik tidak ada kelainan,

kesehatan bayi belum pernah sakit seperti sekarang.

F. Riwayat Tumbuh Kembang

1. TB : 49 cm

2. BB : 3,6 Kg

IV. Kebutuhan Dasar

27
a. Pola Pemenuhan Nutrisi

Sebelum Masuk RS Sesudah masuk RS


ASIdiberikan semaunya anak Setelah masuk rumah sakit

ASI diberikan 12x/hari 30

cc.

b. Pola Tidur

Sebelum Masuk RS Sesudah masuk RS


Sebelum masuk rumah sakit Sesudah masuk rumah

anak tidur siang selama 1-2 sakit anak tidur pada malam

jam dan 7-9 jam pada malam hari dari jam 22.00-07.30,

hari kadang-kadang bangun

tengah malam karena rewel

dan gelisah.

c. Mandi

Sebelum Masuk RS Sesudah masuk RS


Sebelum masuk rumah sakit Sesudah masuk rumah

anak dimandikan oleh ibunya sakit anak dimandikan oleh

2x/hari. ibunya 2x/hari

d. Eliminasi BAB

28
Sebelum Masuk RS Sesudah masuk RS
Frekwensi 2-3 x/hari 2-3 x/hari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning Kuning kecoklatan
Dibantu/tidak Dibantu Dibantu oleh ibunya

e. Eliminasi BAK

Sebelum Masuk RS Sesudah masuk RS


Sebelum masuk rumah sakit Setelah masuk rumah sakit

anak BAK 7-8x/hari anak BAK 7-8 x/hari dengan

Dengan warna Kuning warna Kuning kecoklatan

f. Aktivitas Bermain

Sebelum Masuk RS Sesudah masuk RS


Sebelum masuk rumah sakit Sebelum masuk rumah sakit
anak masih belum bisa bermain
anak masih belum bisa
karena masih berumur 3 bulan
bermain karena masih
dan masih menderita penyakit
berumur 3 bulan pneumonia

- Orang yang Paling Disenangi : Ibu

- Kemandirian Bergaul :-

V. Riwayat Imunisasi

klIen sudah pernah mendapat imunisasi BCG dan Polio 1

29
VI. Pengetahuan Orangtua Tentang Kesehatan Anak

Ibu kurang mengerti tentang keadaan penyakit anaknya serta

bagimana pengobatannya. Sebelumnya bila anak sakit Ibu selalu

membawa anak ke Puskesmas. Ibu mengatakan bahwa anak sulit

bernafas, batuk pada malam hari disertai demam dan tidak mau

minum ASI setelah sakit.

VII. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

- Kesadaran : Compos Mentis

- Keadaan Gizi : Kurang, BB : 3,6 Kg

- Nadi : 132 x/i

- Pernafasan : 44 x/i

- Suhu : 38oC

- Pergerakan : Lemah

2. Kulit

- Warna : Kuning langsat

- Kebersihan : Baik

- Turgor : Turgor kulit baik

- Kelembaban : kelembaban kurang

30
- Kelainan : lesi (-), peradangan (-), alergi (-)

3. Kepala

- Bentuk : Bulat simetris

- Keadaan Kulit Kepala : Bersih

- Lingkar Kepala : Normal, 40 cm

- Sutura Menutup/Tidak : Molage

4. Rambut

- Distribusi : Merata

- Warna : Hitam

- Tekstur : Halus

- Kualitas Rambut : Tipis

- Kebersihan : Bersih

5. Mata

- Bola Mata : Bulat, simetris kiri dan kanan

- Congjungtiva : tidak anemis

- Cornea : Tidak ada pengapuran/kekeruhan

- Sclera : Tidak ikterik

- Bulu Mata : Ada, penyebaran merata

6. Hidung

- Bentuk : Normal, simetris kiri dan kanan.

- Keadaan : Bersih

- Kelainan : Normal

- Pernafasan cuping hidung : Ada

31
7. Telinga

- Bentuk : Normal, simetris kiri dan kanan

- Pendengaran : Anak dapat terbangun bila

mendengar suara yang agak kuat.

- Kelainan : Normal, tidak ada kelainan

- Serumen : Tidak ada serumen

8. Mulut

- Bentuk Bibir : Simetris atas bawah, mukosa bibir

kering

- Keadaan Lidah : Agak kotor,

- Bau Nafas : Tidak berbau

9. Gigi

- Kebersihan :-

- Jenis Gigi :-

- Jumlah Gigi :-

- Gigi Pertama Tumbuh : -

- Kelainan :-

10. Tenggorokan

- Keadaan Tonsil : Tidak ada peradangan

11. Leher

- Pembesaran Kelenjar Tyroid : tidak ada pembesaran

kelenjar tyroid

32
12. Thorax

- Bentuk Dada : Asimetris (funnel chest)

13. Paru-paru

- Jumlah Pernafasan : 44x/i

- Dispnoe : Ada

- Suara nafas : Ronki

- Pernafasan Cuping hidung : Ada

- Pernafasan cepat dangkal : Ada

14. Jantung

- Nadi Kuat/Lemah : kuat

- Irama : Teratur

- Tempat : Arteri radialis

15. Abdomen

- Bentuk : Normal, simetris.

- Bising Usus : 8x/i

- Umbilicus : Normal, tidak ada penonjolan

16. Genitalia

- Bentuk : Simetris

- Kelainan : tidak ada kelainan

17. Anus

- Bentuk : Normal

- Kelainan : Tidak ada kelainan, atresia ani (-),

massa (-), lesi (-)

33
18. Ekstremitas Superior

- Bentuk : Normal, Clubing finger (-)

- Jumlah Jari Tangan : 5 kiri dan 5 kanan

- Pergerakan : Lemah

- Warna Kuku : Putih pucat, sianosis (-)

- Keadaan Kuku : Bersih

19. Ekstremitas Inferior

- Bentuk : Normal

- Jumlah Jari Kaki : 5 kiri dan 5 kanan

- Pergerakan : Lemah

- Warna Kuku : Putih pucat, sianosis (-)

- Keadaan Kuku : Bersih

VIII. Ringkasan Riwayat Keperawatan

Lab

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

34
Hematologi

Hemoglobin 9 g% 12.0-14,4

Leukosit 5,65 103/mm3 4,5-11,0

Pengobatan :

- IVFD : Dextrose 5 %, Nacl 0,225 % 8 tts/I micro

- Amcillin inj. 125gr/12 Jam/ I.V

- Gentamerd inj. 7.5 gr/12 Jam/ I.V

- Parasetamol syrup 3 x 1/2 cth

Perawatan :

- Tirah Baring

- Diet : PASI + ASI 12 x 30 cc

Data Fokus

Data Subjektif

- Ibu anak mengatakan anak nya sulit bernafas, batuk pada malam hari

35
- Ibu mengatakan anaknya tidak mau minum ASI, anak sukar menetek

- Ibu mengatakan badan anaknya terasa panas, sering rewel dan gelisah

- Ibu mengatakan tidak tahu proses penyakit anaknya

Data Objektif

- Frekwensi pernafasan : 44x/i

- Batuk, Ronchi

- Pernafasan cuping hidung

- Retraksi dinding dada saat bernafas

- Sekret

- KU lemah.

- BB : 3,6 Kg

- Temp 380C

- Badan anak teraba panas

- Mukosa mulut kering

- Ibu sering bertanya tentang penyakit anak.

B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

36
1 Data subjektif : Infeksi parenkim Tidak
paru efektifnya
Ibu anak mengatakan anak
bersihan
nya sulit bernafas, batuk (Alveoli dan
jalan nafas
pada malam hari bronkus)

Data objektif : ↓

- Frekwensi pernafasan : Eksudat intra


44x/i venolus
- Pernafasan cuping hidung

- Retraksi dinding dada saat
Retensi mukus
bernafas

- Batuk
- Ronchi
- Sekret

2 Data subjektif : Anoreksia Gangguan


pemenuhan
Ibu mengatakan anaknya ↓
nutrisi
tidak mau minum ASI, anak
Tidak mau menteek
sukar menetek

Data objektif :

- KU lemah.
- BB : 3,6 Kg

3 Data subjektif : Proses Infeksi pada Peningkatan


Bronchus oleh suhu tubuh
Ibu mengatakan badan
bakteri
anaknya terasa panas, sering
pneumokokus
rewel dan gelisah

37
Data objektif :

- Temp 380C
- Badan anak teraba panas
- Mukosa mulut kering

4 Data Subjektif : Kurangnya Kurang


Ibu mengatakan tidak tahu informasi pengetahuan
proses penyakit anaknya

Data Objektif :
- Ibu sering bertanya
tentang penyakit anak.

Prioritas Masalah

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi

3. Peningkatan suhu tubuh

4. Kurang pengetahuan keluarga.

C. Diagnosa Keperawatan

38
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b/d Retensi muckus d/d

frekwensi pernafasan 44x/I, pernafasan cuping hidung, retraksi

dinding dada saat bernafas, batuk bersekret, suara nafas ronki.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d anoreksia d/d keadaan umum

lemah, BB=3,6 Kg dan anak sukar menetek.

3. Peningkatan suhu tubuh b/d infeksi pada bronkus d/d suhu tubuh

38oC dan tubuh anak teraba panas.

4. Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi d/d ibu sering

bertanya tentang penyakit anak.

39

Anda mungkin juga menyukai