Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya
dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita
dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Kegiatan pemberantasan
Penyakit Menular (P2M) baik yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif disemua aspek lingkungan kegiatan pelayanan kesehatan.Hingga
saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan istilah yang
digunakan untuk menguraikan peradangan yang terjadi pada hidung, paranasal
sinus, hulu kerongkongan, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, dan
saluran pernapasan diagnosis umum yang termasuk didalamnya adalah
rhinosinusitis virus(flu biasa), sinusitis akut, dan pharyngitis akut. Sistem
saluran pernapasan atas lain, yang lebih serius termasuk epigglotis dan
penyakit batuk yang disertai dengan sesak napas. Terjadinya ISPA karena
masuknya virus, dan bakteri. Sebab utama ISPA adalah Virus dan kemudian
diikuti oleh bakteri. Kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang akan
sembuh dengan sendirinya, tanpa pemberian obat-obat terapeutik, namun
pemberian antibiotik dapat mempercepat proses penyembuhan.
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka
kematian balita di atas 40 per 1.000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO sekitar 13 juta anak balita
di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat
di negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab
utama kematian dengan membunuh sekitar 4 juta anak balita setiap tahun.
Penyakit ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan angka
kematian yang cukup tinggi pada balita. Penyakit ini dapat berupa batuk pilek
pada balita dengan angka kesakitan di Indonesia diperkirakan sebesar 3
sampai 6 kali pertahun. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di
Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat
inap Rumah Sakit yang disebabkan oleh ISPA. Dalam satu tahun angka
kejadian ISPA yaitu tiga kali populasi balita yang terbagi atas 70% ISPA
ringan, 10% ISPA yang tergolong penyakit infeksi telinga dan tenggorokan,
14% ISPA sedang dan 6% ISPA berat (Depkes RI, 2012).
Dari uraian diatas, menunjukkan bahwa keteraturan ibu dalam melakukan
pencegahan penyakit ISPA masih sangat perlu mendapatkan perhatian serius
karena hal tersebut merupakan faktor yang terkait dengan tingginya angka
kematian dan angka kesakitan akibat penyakit ini.
Untuk mengendalikan angka kematian dan angka kesakitan dapat
dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
pemberian pendidikan kesehatan mencangkuppencegahan penyakit ISPA.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka
kematian dan angka kesakitan melalui upaya preventif, promotor, kuratif dan
rehabilitatif.
Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok tertarik membahasnya lebihi
lanjut dalam bentuk penyusunan makalah dengan judul Asuhan Keperawatan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep medis ISPA, yang meliputi : definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan
diagnostik, dan penatalaksanaan ?
2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan ISPA, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memperoleh informasi tentangkonsep asuhan
keperawatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah :
a. Mengetahui konsep medis ISPA, yang meliputi : definisi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
dan penatalaksanaan.
b. Mengetahui konsep asuhan keperawatan ISPA, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A Definisi
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat
dan terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA
merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang
terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab,
dingin atau cuaca terlalu panas. (Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian
diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung
selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari
hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang
telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang
terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi
dan berurutan (Nelsen 2000). Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah
bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi
tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Dengan
pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,
rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang
berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Dari pengertian – pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah penyakit infeksi yang
mengenai saluran pernafasan bagian atas dan bawah yang disebabkan oleh
masuknya kuman berupa virus, bakteri, atipikal (atipikal plasma) atau
aspirasi substansi asing yang menyerang organ pernafasan.

B Anatomi Fisiologi
a. Anatomi

Gambar.2.1 alat saluran pernafasan pada manusia


sumber www.psychologymania.com
Bagian-bagian saluran pernafasan :
Saluran pernafasan bagian atas :
1. Hidung
Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat
di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing–masing rongga
di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung)
anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian farings
(nasofarings). Masing–masing rongga hidung dibagi menjadi bagian
vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior dan
bagian respirasi.
2. Farings
Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar
tenggorokan, belakang dan atas palatum molle; orofarings, di belakang
rongga mulut dan permukaan belakang lidah dan laringofarings, di
belakang larings. Tuba Eustaschii bermuara pada nasofarings. Tuba ini
berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani. Bila tidak sama, telinga terasa sakit. Misalnya naik pesawat
terbang. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan.
3. Larings
Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke
saluran napas lainnya, namun juga menghasilkan besar suara yang dipakai
berbicara dan bernyanyi. Larings dutunjang oleh tulang-tulang rawan,
diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid, yang khas pada
pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan
krikoid, yang berhubungan dengan trakea.
4. Trakea
Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10–
12 cm, meluas dari laring sampai ke puncak paru, tempat bercabang
menjadi bronkus kiri dan kanan. Tetap terbukanya trakea disebabkan
tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang terbentuk tapal kuda,
dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus). Trakea dilapis
epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan
mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari
saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan
atau dibatukkan. Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.
5. Cabang Tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur yang
sama dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan kebawah dan ke samping ke arah tampuk paru – paru.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari
6-8 cincin mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2
cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkhioli). Pada bronkhioli tidak terdapat cincin lagi dan
pada ujung bronkhioli terdapat gelembung paru, gelambung hawa atau
alveoli

Saluran pernafasan bagian bawah :

1. Paru – paru
Paru – paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung – gelembung (gelembung hawa+alveoli), gelembung hawa
alveoli ini terdiri dari sel – sel epitel dan endotel, jika dibentangkan luar
permukaannya (Gibson 1995)

b. Fisiologi
Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann
udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas
dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli
memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, di
ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung di
pompakan ke seluruh tubuh.
Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan
menembus membran alveoli dan kapiler darah di keluarkan melalui
pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
C Klasifikasi
Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002)
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala
batuk pilek dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh
lebih dari 39 0 C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti
mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba,
nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis)
dan gelisah.

D. Etiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran
nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya
pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian
rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap
kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak.
Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang
ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan
merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI,
2002).Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi
dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu
dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah
melalui jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding.
Ventilasi alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan
masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan
yaitu dengan menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara
misalnya kipas angin dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak
cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Ventilasi rumah yang kurang
akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA pada bayi dan anak balita
karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga dosis pencemaran
tentunya akan lebih tinggi.

E. Patofisiologi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembusksn udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam
tubuh.
Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi
edema dan fasodilatasi pada mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai,
yang dalam 1-2 hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan
fungsional silia mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada
infeksi sedang sampai berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi
mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian mengental dan
berupa prurlen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan
atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus.
Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri
utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada
kasus tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal dari
nonbakteri. Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih, nenerapa
mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom sistem pernafasan
tertentu dari pada yang lain dan agen tertentu mempunyai kecenderungan
yang besar dari pada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat.
Beberapa virus (misalnya campak) dapat dihubungkan dengan banyak
sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari
gambaran klinis umum yang melibatkan organ lain. Virus Sinisial
Pernafasan (VSP) merupakan penyebab utama bronkhielitis. Virus para
influenza menyebabkan sindrom croup.
Adenovirus penyebab penyakit faringitis dan demam
faringokonjungtifitis dan koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit
nasofaring, sedangkan mikoplasma menyebabkan penyakit bronkhiolitis,
pnemoni, bronkitis, faringotosilitis, maningitis dan atitis media (Wong’s et
al 2001)
F. WOC

Virus Bakteri
(influenza, miksovirus, adenovirus, micoplsma) (streptococcus, staphylococcus, pneumococcus)

Masuk ke saluran pernafasan


Terjadi proses inflamasi

Terjadi proses inflamasi

Reaksi antigen-antibodi Terjadi kerusakan jaringan Nyeri


Epitel dan muskulo
Mempengruhi pelepasan pembesaran
Mediator-mediator kimia pada tongsil
Peningkatan
Aktifitas kelenjar kesulitan menelan
mukus
Pelepasan mediator histamine,
MK : Nyeri Akut
heparis, bradikidis Produksi mukus yang intake nutrisi
berlebih inadekuat
Merangsang pusat thermostat
Di hypothalamus eksudat sulit Hipersekresi mukus
dikeluarkan
Peningkatan suhu tubuh
Akumulasi nafas penurunan O2 ,peningkatan Co2
sekret dijalan Mk :
MK : Hipertermi
Nafas pertukaran alveoli Defisit Nutrisi

MK : Ketidak efektifan
Mk :
jalan nafas
Gangguanpertukaran
gas
G. Manifestasi Klinis
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul
karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena
kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung
tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat
sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat
komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi
saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).

Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :

a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam


muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu
tubuh bisa mencapai 39,50C-40,50C.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

H. Komplikasi
Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada ISPA adalah sinusitis
paranasal, penutupan tuba eusthaci dan penyebaran infeksi.

a) Sinusitis Paranasal Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar


karena pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala
umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan
nyeri tekan biasanya di dacrah sinus frontalisdan maksilaris. Proses
sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan
sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai
sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus
menerus disertai secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.
Sinusitis paranasal ini dapatdiobati dengan memberikan antibiotic.

b) Penutupan Tuba Eusthachi Tuba eusthachi yang buntu memberi gejala


tuli dan infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga tengah
dan menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak
kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi (hiperpireksia)
kadang menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah,terlihat
nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri
(pada bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan
biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui
gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare

c) Penyebaran Infeksi Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah


bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan bronkopneumonia.
Selain itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi
meningitis purulenta (Ngastiyah, 2005).

I. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan test diagnostik pada ISPA yaitu
pemeriksaaan darah lengkap (Wong, 2008):

a. Hemoglobin menurun, nilai normal lk: 13-19 gr% pr: 12-14gr%


b. Leukosit meningkat, nilai normal 500-1000/ mm3
c. Eritrosit menurun, nilai normal 4,5-5,5 juta/ mm3
d. Hematokrit dalam rentang normal, 37-41 %
e. Trombosit dalam rentang normal, 150.000-400.000 sel/mm3

J. Penatalaksanaan
a. Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan:
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
2) Immunisasi.
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek

b. Pengobatan antara lain:


Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). Mengatasi batuk dianjurkan
memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan
tiga kali sehari
K. Konsep Asuhan Keperawatan ISPA
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian dilakukan dengan cara berurutan, perawat harus
mengetahui data aktual apa yang diperoleh, faktor resiko yang penting,
keadaan yang potensial mengancam pasien dan lain-lain (Nursalam, 2001).
Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat
data dasar pasien. Pengkajian dilakukan saat pasien masuk instansi pelayanan
kesehatan. Data yang diperoleh sangat berguna untuk menentukan tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan.
Pengumpulan data pasien dapat dilakukan dengan cara :
a. Anamnesis/wawancara.
b. Observasi.
c. Pemeriksaan fisik.
d. Pemeriksaan penunjang/diagnostik.

Klasifikasi dan Analisa Data


a. Klasifikasi data adalah aktivitas pengelompokan data-data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan
atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahanya. Klasifikasi ini
dikelompokan dalam data subyektif dan data obyektif.
b. Analisa Data adalah mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam mentukan
masalah kesehatan dan keperawatan.
c. Analisa data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom : Data,
Penyebab, dan Masalah. Kolom data berisi ; data subyektif, data obyektif
dan faktor resiko.Kolom penyebab berisi : 1 (satu) kata/kalimat yang
menjadi penyebab utama dari masalah. Kolom masalah berisi : pernyataan
masalah keperawatan.

Data yang perlu dikaji pada pasien ISPA dapat berupa :


a. Identifikasi klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal MRS dan diagnose medis.
b. Riwayat penyakit meliputi : keluhan utama, biasanya klien datang dengan
keluhan batuk pilek serta panas, kesehatan sekarang, kesehatan yagn lalu,
riwayat kesehatan keluarga, riwayat nutrisi, eliminasi, personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik berfokus pada system pencarnaan meliputi : keadaan
umum (penampilan, kesadaran, tinggi badan, BB dan TTV), kulit, kepala
dan leher, mulut, abdomen.
d. Aktivitas dan isrirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, cape atau lelah, insomnia, tidak bisa tidur
pada malam hari, karena badan demam.
e. Eliminasi
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak, bau, atau berair
Tanda : kadang – kadang terjadi peningkatan bising usus.
f. Makanan atau cairan
Gejala : klien mengalami anoreksia dan muntah, terjadi penurunan BB.
Tanda : kelemahan, turgor kulit klien bisa buruk, membrane mukosa
pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifanbersihan jalan nafas, berhubungan dengan
peningkatan jumlah sekret.
b. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses
penyakit).
c. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membrane tonsil.
d. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
e. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pertukaran alveoli
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah proses kegiatan mental yang memberi pedoman atau
pengarahan secara tertulis kepada perawat atau anggota tim kesehatan lainnya
tentang intervensi/tindakan keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien.
Rencana keperawatan merupakan rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik.
Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah
atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Nursalam, 2001).

Rencana keperawatan merupakan serangkai kegiatan atau intervensi


untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan oleh
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. (Wong,D,L,
2004 ).
Tujuan yang direncanakan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti
ganda, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku
klien, dapat diukur, didengar, diraba, dirasakan, dicium. Tujuan keperawatan
harus dapat dicapai serta dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan harus
mempunyai waktu yang jelas. Pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan
“SMART”
S : Spesifik, tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
M : Measureble, tujuan keperawatan harus dapat diukur, khusunya
tentang prilaku klien, dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan
A : Achievable, tujuan harus dapat dicapai
R : Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggung jawabkan
T : Time, harus memiliki batas waktu yang sesuai
a. Kegiatan dalam tahap perencanaan, meliputi :
1) Menentukan prioritas masalah keperawatan.
2) Menetapkan tujuan dan kriteria hasil.
3) Merumuskan rencana tindakan keperawatan.
4) Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
b. Tipe rencana tindakan keperawatan, meliputi :
1) Observasi keperawatan, diawali kata kerja: kaji, monitor, pantau,
observasi, periksa, ukur, catat, amati.
2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu,
ubah, pertahankn, latih.
3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan,
sarankan, informasikan.
4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja:
rujuk, instrusikan, laporkan, delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.
Adapun intervensi keperawatan pada pasien ispa, berupa :

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Rasional


TUJUAN/KRITERIA INTERVENSI

HASIL(NOC) KEPERAWARAN

1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan NOC :Manajemen jalan 1. Memudahkan pasien untuk
tidak efektif, tindakan keperawatan nafas bernafas
berhubungan dengan selama …x24 jam
peningkatan jumlah ,diiharapkan pasien 1. Posisikan pasien 2. Untuk merileksasikan pasein
sekret. mampu menunjukkan untuk memaksimalkan
Gejalan dan tanda NOC : STATUS ventilasi 3. Mengoktimalkan kekuatan
mayor : PERNAFASAN nafas pasient
DS : (Tidak Ada)  Dipertahankan 2. Lakukan fisiotrapi
DO : pada skala : dada sebagaimana 4. Membuang sekret di dalam
- Batuk tidak  Ditingkatkan mestinya jalan nafas pasien
efektif pada :
- Tidak mampu 1. Devisiasi berat
batuk dari kisaran 3. Motivasi
- Sputum normal pasientuntuk bernafas
berlebih 2. Devisiasi yang pelan, dalam, berputar
- Mengi, cukup cukup dn batuk
wheezing berat dari kisaran
dan/atau ronkhi normal 4. Instruksi
kering 3. Devisi sedang bagaimana agar
- Meconium di dari kisaran melakukan batuk efektif
jalan nafas normal
(pada neonatus) 4. Deviasi ringan
Gejala dan tanda minor dari kisaran
DS : normal
- Dispnea 5. Tidak ada deviasi
- Sulit bicara dari kisaran
- Ortopnea normal
DO : Kriteria hasil:
- Gelisah 1. Frekuensi
- Sianosis pernafasan
- Bunyi nafass 1/2/3/4/5
menurun 2. Irama pernafasan
- Frekuensi nafas 1/2/3/4/5
berubah 3. Kedalaman
- Pola nafas inspirasi
berubah 1/2/3/4/5
4. Suara auskultasi
nafas
1/2/3/4/5
5. Kepatenan jalann
nafas
1/2/3/4/5
6. Volume tidal
1/2/3/4/5
7. Kapasial vital
1/2/3/4/5

2. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan NIC : Perawatan demam 1. untuk mengontol suhu
keperawatan selama …x dan tanda-tanda vital
berhubungan dengan 24 jam, diharapkan 1.Pantau suhu dan tanda- pasien
pasien mampu tanda vital lainnya
peningkatan suhu menunjukkan 2. untuk meliahat
NOC: Termoregulasi 2.monitor warna kulit dan terjadinya perubahan
tubuh (proses  Dipertahankan suhu suhu pada pasien
pada :
penyakit).  Ditingkatkan 3.monitor intake dan 3. mengontol masuk dan
pada : output keluarnya nutrisi dan
Gejala dan Tanda cairan dari tubuh pasien
Mayor 1. Berat 4.berikan pengobatan
DS : ( tidak ada ) 2. cukup berat untuk mengatasi penyebab 4. menurunkan suhu tubuh
DO : 3. sedang demam pada pasien
- Suhu tubuh 4. ringan
diatas normal 5. tidak ada 5.tutup pasien dengan 5. memberikan
selimut atau pakaian rangsangan pada tubuh
Gejala dan Tanda ringan tergantung pd fase agar menurunkan
Minor Dengan Kriteria hasil : demam demam
DS : ( tidak ada ) - Peningktan suhu kulit
1/2/3/4/5 6.berikan pengobatan
DO : - Perubahan warna untuk mencegah terjadinya 6. menjaga suhu tubuh
- Kulit merah kulit 1/2/3/4/5 menggil pasien agar tidak
- Kejang - Dehidrasi 1/2/3/4/5 menggigil
- Takikardi - Hipertermi 1/2/3/4/5 7.berikan
- Takipnea antipiretik,mis,ASA 7. menurunkan suhu tubuh
- Kulit hangat (aspirin). pada pasien

3. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC: Manajemen nyeri 1. Pengkajiaan nyeri
keperawatan selama …x dibutuhkan untuk
berhubungan dengan 24 jam, diharapkan 1. Lakukan mengenali karakteristik
pasien mampu pengkajiaan nyeri nyeri yang dirasakan
inflamasi pada menunjukkan
NOC: Tingkat Nyeri 2. Petunjuk non verbal
membran mukosa Dipertahankan pada dapat membantu
skala : menegakkan diagnosa
faring dan tonsil. Ditingkatkan pada : 2. Observasi masalah
6. Berat petunjuk nonn 3. Nyeri yang dirasakan
Gejala dan Tanda 7. cukup berat verbal dapat mempengaruhi
Mayor 8. sedang kualitas hidup seperti
DS : 9. ringan menurunkan nafsu
- Mengeluh nyeri 10. tidak ada makan
Dengan Kriteria hasil : 3. Tentukan akibat
DO : dari nyeri terhadap 4. Informasi yang kurang
- Tampak meringis - Nyeri yang kualitas hidup mempengaruhi presepsi
- Bersikap proaktif dilaporkan 1/2/3/4/5 dan penanganan nyeri
- Gelisah yang tepat
- Nadi meningkat
- Sulit tidur - Panjang episode nyeri 5. Lingkungan yang
1/2/3/4/5 4. Berikan informasi kurang nyaman dapat
Gejala dan Tanda mengenai nyeri meningkatkan respon
minor - Ekspresi wajah nyeri nyeri
DS : ( tidak tersedia ) 1/2/3/4/5
DO :
- TD meningkat - Mengerang dan
- Pola nafas meringis 1/2/3/4/5
berubah 5. Kendalikan faktor
- Nafsu makan lingkungan yang
berubah dapat
- Proses berfikir mempengaruhi
terganggu respon
- Menarik diri ketidaknyamanan
- Fokus pada diri
sendiri
- Diaforesis
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan NIC: Manajemen 1. Rencana asuhan yang
berhubungan dengan keperawatan selama …x makanan beragam dapat
penurunan intake 24 jam, diharapkan membantu masalah
inadekuat, penurunan pasien mampu 1. Kolaborasi dengan klien dari beberapa
nafsu makan, nyeri menunjukkan tim kesehatan bidang
menelan. NOC: Status nutrisi lainnya untuk
Gejala dan tanda Dipertahankan pada : mengembangkan 2. Konsep nutrisi yang
Mayor : Ditingkatkan ke : rencana asuhan salah akan
DS : (Tidak tersedia) memperberat masalah
DO : 1. Sangat karena kurangnya
- Berat badan menyimpag pengetahuaan
menurun dari rentan 2. Ajarkan dan
minimal 10% normal dukung konsep
dibawah rentan 2. Banyak nutrisi yang baik 3. Makanan yang disukai
ideal. menyimpang untuk klien akan meningkatkan
Gejala dan tanda dari rentan nafsu makan klien
minor: normal
DS : 3. Cukup 4. Intake yang termonitor
- Cepat kenyang menyimpang 3. Dorong pasien akan memudahkan
setelah makan dari renta untuk dalam penentuaan
- Kram/nyeri normal mendiskusikan status dan mempercepat
abdomen 4. Sedikit makanan yang penyembuhan pasien
- Nafsu makan menyimpang disukai Berat badan merupakan
menurun dari rentan salah satu indikator
DO: normal untuk asupan nutrisi
5. Tidak
- Bising usus menyimpang 4. Monitor intake
hiperaktif dari rentan
- Otot pengunyah normal
lemah - Asupan gizi
- Otot menelan 1/2/3/4/5
lemah - Asupan makanan
- Membrane 1/2/3/4/5
mukosa pucat - Asupan cairan
- Sariawan - Energy
- Serum albumin 1/2/3/4/5
turun - Rasio berat badan
- Rambut rontok tinggi badan
berlebihan 1/2/3/4/5
- diare - Hidrasi
1/2/3/4/5
5. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan asuhan NIC : monitor pernafasan 1. untuk melihat perkembangan
gas berhubungan keperawatan selama …x 1. Monitor kecepatan kesulitan bernafas pada pasien
dengan pertukaran 24 jam, diharapkan , irama, kedalaman
alveoli. pasien mampu dan kesulitan 2. melihat irama pada passion
Gejala dan tanda maor : menunjukkan bernafas
DS : Noc : Status pernafasan 2. Monitor pola nafas 3. melihat secret yang dapat
- Dispnea : Pertukaran Gas 3. Monitor dikeuarkan oleh pasien
DO : 1. Sangat berat kemampuan batuk
- PCO2 2. Berat efektif pasien 4. mengontrol perkembangan
meningkat/men 3. Cukup 4. Catat perubahan gangguan pertukaran gas pada
urun 4. Ringan satiurasi O2 pasien
- PCO2 menurun 5. Tidak ada volume tidak aktif
- Takikardia - Dispnea saat CO2 dan 5. melihat perkembangan
- pH arteri istirahat perubahan nilai pasien
meningkat/men 1/2/3/4/5 analisis gas darah
urun - Dispnea dengan dengan tepat
- Bunyi nafas aktivitas ringan 5. Monitor
tambahan 1/2/3/4/5 peningkatan
Gejala dan tanda minor - Perasaan kurang kelelahan,
DS : istirahat kecemasan dan
- Pusing 1/2/3/4/5 kekurangan udara
- Penglihatan - Sianosis pada pasien
kabur 1/2/3/4/5
DO : - Mengantukk
- Sianosis 1/2/3/4/5
- Diaforesis - Gangguan
- Gelisah kesadaran
- Nafas cuping 1/2/3/4/5
hidung
- Pola nafas
abnormal
(Cepat/lambat,
regular/ireguler,
dalam/dangkal)
- Warna kulit
abnormal
(mis.pucat,
kebiruan)
- Kesadaran
menurun
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Penyakit ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-macam, maka


timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya.
Sampai saat ini belum ada obat yang khusus antivirus. Idealnya pengobatan
bagi ISPA bakterial adalah pengobatan secara rasional. Pengobatan yang
rasional adalah apabila pasien mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai
dengan kuman penyebab. Untuk dapat melakukan hal ini , kuman penyebab
ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil material pemeriksaan
yang tepat, kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik , baru setelah
itu diberikan antimikroba yang sesuai.
2. Asuhan keperawatan klien ISPA berpusat pada peningkatan ventilasi
khususnya pada saluran pernapasan dengan mempertahankan jalan nafas
yang bersih, mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal,
meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri, pola nafas efektif,
meningkatkan masukan nutrisi, dan peningkatan pengetahuan tentang
proses penyakit dan pencegahannya.

B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Diharapkan pada semua calon perawat maupun perawat dapat memahami
tentang Asuhan Keperawatan Bronkiektasis,dimana nantinya perawat akan
mengaplikasikan apa yang dipelajari ini dalam praktek keperawatannya.
Oleh karena itu sangat perlu untuk kita semua calon-calon perawat masa
depan memahami hal tersebut.
2. Semoga makalah sederhana ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi
pembaca makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama
perawat dalam membuat asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Engram., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1,


Penerbit EGC, Jakarta.

Corwin E., 2001, Patofisiologi, Cetakan I, EGC, Jakarta

Dongoes, E. Marlyn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk


Perawatan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Hadi Nur. 2013. Penyakit Ispa.


NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa: Made
Sumarwati dan Nike Budhi Subekti . Jakarta: EGC

Nurarif, Huda Amin dan Kusuma Hardhi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Nuzulul,2013. Asuhan Keperawatan Ispa

Anda mungkin juga menyukai