Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin Segala puji dan syukur senantiasa kita

panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-

Nya, semoga kita senantiasa selalu berada dalam lindungannya. Teriring salam

dan salawat kepada junjungan Rasulullah SAW dan keluarga yang dicintainya

beserta sahabat-sahabatnya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan

segala kesederhanaanya.

Askep yang berjudul Cairan Dan Eletrolit yang diajukan untuk memenuhi

tugas yang diberikan oleh dosen.

Akhir kata hanya kepada Allah SWT, tim penyusun memohon semoga

berkah dan rahmat serta melimpah kebaikan-Nya senantiasa tercurahkan kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal

sampai akhir. Amin.

Bulukumba, 04 November 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Definisi Cairan..............................................................................................4

B. Epidemiologi.................................................................................................5

C. Etiologi..........................................................................................................6

D. Tanda dan Gejala..........................................................................................8

E. Penatalaksanaan..........................................................................................10

BAB III..................................................................................................................11

ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................11

A. Pengkajian...................................................................................................11

B. Diagnosis Keperawatan...............................................................................27

C. Intervensi Keperawatan...............................................................................30

BAB IV PENUTUP...............................................................................................42

A. Kesimpulan.................................................................................................42

B. Saran............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Cairan

Cairan dalam tubuh manusia secara garis besar dibagi menjadi dua

komponen yaitu cairan intraselular dan ekstraselular. Dua per tiga total cairan

tubuh berada pada ruang intraselular dan sepertiga cairan lainnya berada

dalam ruang ekstraseluler. Cairan ekstravaskular terdiri dari plasma dan cairan

interstisial. Perbandingan jumlahnya, cairan interstisial 4/5 dari total cairan

ekstravaskular, dan 1/5 lainnya adalah cairan plasma. Cairan di dalam tubuh

sangat diperlukan untuk menjaga agar kondisi tubuh tetap dalam keadaan

sehat. Keseimbangan cairan dalam tubuh merupakan salah satu bagian

fisiologis homeostasis yang melibatkan komposisi dan perpindahan cairan

tubuh (William, 2017).

Keseimbangan volume cairan dalam tubuh merupakan suatu kondisi

terhadap adanya peningkatan, penurunan atau pergeseran secara cepat cairan

intravascular, interstisial, dan atau cairan intraseluler lainnya. Kondisi ini

mengacu pada kesamaan antara cairan masuk (intake) dan cairan yang keluar

(output). Gangguan pada keseimbangan cairan yaitu kekurangan volume

cairan, kelebihan volume cairan atau keduanya (NANDA, 2018). Kekurangan

volume cairan adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan cairan

intravascular, interstisial, dan atau cairan intraseluler lainnya. Kondisi ini

mengacu pada dehindrasi, yaitu tanpa disertai perubahan kadar natrium.

Sedangkan kondisi kelebihan volume cairan adalah kondisi terjadinya

1
peningkatan asupan cairan dan atau retensi cairan di dalam tubuh (NANDA,

2018).

B. Epidemiologi

Gangguan keseimbangan cairan yang dapat terjadi pada tubuh antara

lain adalah dehidrasi dan kelebihan volume cairan. Salah satu penyebab

dehidrasi adalah karena diare. Penelitian yang dilakukan di sebelumnya yang

dilakukan di Australia menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja dalam

keadaan dehidrasi. Sebanyak 60% pekerja yang memulai pekerjaannya dengan

keadaan dehidrasi. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 79% pekerja di luar

ruangan mengalami dehidrasi (Andayani, 2013). Di Indonesia sendiri, angka

kejadian dehidrasi akibat diare adalah 7,19/1000 penduduk dan 23,3

diantaranya terjadi pada balita. Survei morbiditas yang dilakukan oleh

Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan tahun 2000-2010 terlihat

kecenderungan peningkatan insiden yaitu 301/1000 penduduk pada tahun

2000, 374/1000 penduduk pada tahun 2003, naik menjadi 423/1000 penduduk

pada tahun 2006, dan mencapai 411/1000 penduduk pada tahun 2010

(Kementerian Kesehatan, 2011)

C. Etiologi

a. Kekurangan volume cairan

1. Intake yang kurang

Intake cairan kurang dapat disebabkan karena kekurangan cairan per

oral atau sedang menjalankan diet tertentu.

2. Output berlebih

2
Output atau haluaran berlebihan dalam tubuh dapat disebabkan karena

beberapa keadaan diantaranya kehilangan cairan melalui diare,

perdarahan, muntah, luka bakar, penyakit tertentu, dan suhu yang

terlalu panas.

b. Kelebihan volume cairan

1. Intake berlebihan

Intake yang berlebih dalam tubuh dapat disebabkan karena kelebihan

cairan per oral maupun secara parenteral.

2. Output yang kurang

Kondisi yang dapat menyebabkan adanya tahanan output yakni

terjadinya retensi urin, sehingga menyebabkan kelebihan volume

cairan di dalam tubuh.

D. Tanda dan Gejala

Tanda gejala yang dapat muncul pada kondisi ketidakseimbangan cairan

menurut Potter & Perrry (2009) adalah:

a. Kekurangan volume cairan

Tanda gejala klinik yang muncul pada pasien hipovolemia antara lain, nadi

cepat tapi lemah, pusing, kelemahan, keletihan, frekuensi nafas cepat,

oliguria, anoreksia, mual muntah, rasa haus berlebih, kulit dan membran

mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, mata cekung.

b. Kelebihan volume cairan

Tanda gejala klinik yang ditemukan pada pasien dengan hypervolemia

antara lain, denyut nadi kuat, pernafasan cepat, peningkatan tekanan darah,

3
sesak nafas, edema anasarka, edema perifer, berat badan meningkat dalam

waktu singkat.

E. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada kekurangan volume cairan adalah

1. Rehidrasi parenteral

Cairan fisiologis (salin normal) atau ringer laktat (10-20 cc/kg) harus

diberikan dalam waktu 1 jam. Jumlah ini harus diluar jumlah kebutuhan

cairan perharinya. Keuntungan normal salin dan ringer laktat adalah untuk

mengisi ruangan intravaskuler secara cepat.

2. Rehidrasi oral

Rehidrasi oral diberikan pada dehidrasi ringan/sedang. Pemberian

rehidrasi oral diberikan sedikit demi sedikit sampai mencapai dosis

75cc/kg selama 4-6 jam untuk dehidrasi ringan/sedang. Jika sudah

membaik dilanjutkan dengan 100cc/kg perhari

Penatalaksanaan medis pada kelebihan volume cairan disesuaikan dengan

faktor-faktor penyebab, diantaranya,

1. Diet pembatasan cairan

Diet pembatasan cairan ini dilakukan untuk membatasi intake yang

masuk ke adalam tubuh sehingga tidak semakin memperparah kondisi

hipervolemik yang dialami.

2. Pemberian diuretik

4
Diuretik diberikan apabila pembatasan diet natrium tidak cukup untuk

mengurangi edema. Pemberian jenis diuretic juga berdasarkan kondisi

dan keparahan hipervolemik yang dialami pasien.

Obat diuretik yang biasa diberikan antara lain:

a. Furosemid ( dengan nama dagang Lasix, Farsix, Edemin, Diuvar)

b. Aldactone

c. Indapamide

d. Acetazolamide.

e. Mannitol

3. Modalitas pengobatan lainnya

Pengobatan lainnya yang bisa dilakukan apabila fungsi ginjal

terganggu dan obat farmakologis tidak dapat bekerja secara efisien,

maka akan dilakukan hemodialisis.

5
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas : Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku, pendidikan,

status perkawinan

b. Keluhan utama : pasien mengatakan bengkak di kaki dan tangan.

c. Riwayat penyakit sekarang

a. Pasien mengatakan sesak (ngosngosan) sejak 3 hari yang lalu bila

dibuat aktivitas kemudian dibawa ke RS karena waktunya kontrol.

Kaki dan tangan bengkak.

d. Riwayat penyakit dahulu

a. Pasien mengatakan pernah didiagnosa DM sejak 4 tahun lalu dan

hipertensi. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit

keluarga

2. Pemeriksaan Fisik

B1 (Breath) : pernafasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.

B2 (Blood) : takikardi, perubahan TD postural, hipertensi, CRT < 2

detik.

B3 (Brain) : pusing, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan

memori, reflek tendon menurun, penurunan sensasi

B4 (Bladder) : Poliuria, nocturia, ISK, urine encer, dapat menjadi

oliguria/anuria bila terjadi hipovolemia berat, glukosuria.

6
B5 (Bowel) : mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, diare,

bising usus meningkat, polifagi dan polidipsi.

B6 (Bone) : kelemahan, sulit bergerak, kulit/membran mukosa kering.

Keadaan umum: pasien tampak lemah, ekspresi wajah, postur tubuh,

kebersihan diri, GCS normal 456, warna kulit sawo matang

Tanda vital :

- TD : 150/100 mm Hg

- Nadi : 88 x / menit

- RR : 28 x / menit

- Suhu : 38,70 C

Pengkajian Head to toe (IAPP)

- Kepala : simetris atau tidak, ada benjolan atau perdarahan, kebersihan

kulit kepala dan rambut

- Mata : mata terlihat cekung, edema pada bawah mata, konjungtiva

anemis, tidak ada perdarahan

- Telinga : simetris atau tidak, kebersihan telinga, kepatenan teliga

- Hidung : simetris atau tidak, kebersihan hidung, tidak ada sinusitis

- Mulut : mukosa bibir kering atau tidak, warna bibir sianosis atau tidak,

kebersihan mulut dan gigi, lesi mukosa (candidiasis)

- Leher : simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada benjolan atau

tidak

- Dada :

Jantung:

7
I: simetris, tidak ada terlihat ictus kordis, tidak ada jejas

A: suara S1 dan S2 tunggal reguler

P: tidak ada krepitasi atau nyeri tekan

P: dulnes / pekak Paru

I: pergerakan dada simetris atau tidak, tidak ada terlihat jejas

A: suara navas vesikuler

P: tidak ada nyeri tekan dan krepitasi

P: sonor

- Abdomen : tidak ada distensi, lembek (tidak keras) tidak ada nyeri

tekan

- Genetalia dan anus :pertumbuhan rambut pubis, kebersihan, elastisitas,

nyeri tekan. Ada lesi atau benjolan, pelebaran vena, kebersihan

- Ekstremitas : ekstremitas atas dan bawah bengkak tp kering, hasil lab

kemungkin bagus.

- Kulit dan kuku : kulit kering, resiko cedera, Warna kulit, tektur kulit,

elastisitas/turgor, akral, kebersihan, kelembaban, tekstur, kelainan

kulit, lesi, derajat edema, nyeri tekan, termasuk inspeksi distribusi

pertumbuhan rambut.

Warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,

panjang/pendeknya, CRT

8
A. Diagnosis Keperawatan

Berikut ini adalah beberapa diagnosa keperawatan yang bisa

muncul pada klien dengan gangguan distres spiritual [ CITATION Tim17 \l

1033 ]:

1. Defisit volume cairan

2. Hipertermi

B. Intervensi

Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi

masalah keperawatan pada klien dengan gangguan distres spiritual

[ CITATION Tim19 \l 1033 ]:

No DIGNOSIS INTERVENSI KEPERAWTAN


KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas Intervensi utama
kulit
1. Perawatan integritas kulit
Definisi:Mengidentifikasi dan merawat kulit
untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan
mencegah perkembangan mikroorganisme.
Tindakan
Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan
integritas kulit (mis, perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan
pelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Terapeutik
a. Ubah posisi taip 2 jam jika tirah
baring
b. Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan air hangat,

9
terutama selama periode diare
d. Gunakan produk berbahan petroleum
atau minyak pada kulit kering
e. Gunakan produk berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada kulit sensitive
f. Hindari produk berbahan dasar alcohol
pada kulit kering
Edukasi
a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis, lotion,
serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
f. Anjurkan mengguanakan tabir surya SPF minimal
30 saat berada di luar rumah
g. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya.
2. Perawatan luka
Definisi :Mengidentifikasi dan meningkatkan
penyembuhan luka serta mencegah terjadinya
komplikasi luka
Tindakan
Observasi
a. Monitor karakteristik luka (mis, drainase, warna
ukuran, bau)
b. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
a. Lepaskan balutan dan plaster secara perlahan
b. Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
c. Bersihan dengan cairan NaCl atau pembersihan
notoksik, sesuai kebutuhan
d. Bersihkan jaringan nekrotik
e. Berikan salep yang sesuai ke kulit/ lesi, jika perlu

10
f. Pasang balutan sesuai jenis luka
g. Pertahankan tehnik steril saat melakukan
perawatan luka
h. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
i. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
j. Berikan diet atau kalori 30-35 kklal/kg/ BB/hari
dan protein 1,25-1,5 g/kg BB/hari
k. Berikan suplemen vitamin dan mineral
(mis,vitamin A, vitamin C, zinc, asam
amino),sesuai indikasi
l. Berikan terapi TENS (stimulus saraf
transkutaneous), jika perlu
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejalah infeksi
b. Anjurkan mengkomsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
c. Anjurkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kalaborasi
a. Kalaborasi prosedur debridement (mis, enzimatik,
biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
Intervensi pendukung
1. Edukasi perawatan kulit
Definisi:Memberikan informasi untuk
memperbaiki atau meningkatkan integritas
jaringan kulit
Tindakan
Observasi
a.Identifikasikesiapan dan kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
a. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

11
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
a. Anjurakan menggunakan tabir surya saat
berada di luar rumah
b. Anjurkan minum cukup cairan
c. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya
d. Anjurkan menggunakan pelembab
e. Anjurakan melapor jika ada lesi kulit yang tidak
biasa
f. Anjurkan membersihkan dengan air hangat
bagian perianal selama periode diare
2. Hipertermi b.d Intervensi utama
a. Manajemen Hipertermina

Tindakan :
Observasi
1) Identifikasi penyebab hipertermia (mis,
dehidrasi,terpapar lingkungan
panas,penggunaan inkubator)
2) Monitor suhu tubuh
3) Monitor kadar elektrolit
4) Monitor haluaran urine
5) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeutik
1) Sediakan lingkungan yang dingin
2) Longgarkan atau lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
6) Lakukan pendinginan eksternal (mis,

12
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada,abdomen,aksila)
7) Hindari pemberian anti pirerik atau
aspirin
8) Berikan oksigen,jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan elektrolit
intravena,jika perlu.
b. Regulasi Temperatur

Tindakan :
Obseravasi
1) Monitor suhu bayi sampai stabil
(36,5°C-37,5°)
2) Monitor suhu tubuh anak tiap dua
jam,jika perlu
3) Monitor tekanan darah,frekuensi
pernapasan dan nadi
4) Monitor warna dan suhu kulit
5) Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia

Terapeutik
1) Pasang alat pemantau suhu kontinro,jika
perlu
2) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat
3) Bedong bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
4) Pertahankan kelembaban inkubator 50%
atau lebih untuk mengurangi kehilangan

13
panas karena proses evaporasi
5) Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
6) Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan
yang akan kontak dengan bayi
(mis,selimut,kain bedongan,stetoskop)
7) Gunakan matras penghangat,selimut
penghangat,dan pengahangat ruangan untuk
menaikkan suhu tubuh,jika perlu
8) Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien

Edukasi
1) Jelaskan cara pencegahan heat exahus dan
heat stroke
2) Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena
terpapar udara dingin

Kolaborasi
1) kolaborasi pemberian antipiretik,jika perlu

Intervensi pendukung
a. Manajemen Cairan

Tindakan :
Observasi
1) Monitor statu hidrasi (mis, frekuensi nadi,
kekuatan nadi, akral pengisian kapiler,
kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan
darah)
2) Monitor berat badan harian
3) Monitor berat badan sebelum dan sesudah
dialisis
4) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(mis, hematokrit, Na, K, CI, berat jenis
urine, BUN)
5) Monitor status hemodinamik (mis, MAP,

14
CVP, PCWP, jika tersedia)

Terapeutik
1) Catat intake-output dan hitung balans
cairan 24 jam
2) Berikan asupan cairan,sesuai kebutuhan
3) Berikan cairan intravena,jika perlu

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik,jika perlu

15
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cairan dalam tubuh manusia secara garis besar dibagi

menjadi dua komponen yaitu cairan intraselular dan ekstraselular.

Dua per tiga total cairan tubuh berada pada ruang intraselular dan

sepertiga cairan lainnya berada dalam ruang ekstraseluler. Cairan

ekstravaskular terdiri dari plasma dan cairan interstisial.

Perbandingan jumlahnya, cairan interstisial 4/5 dari total cairan

ekstravaskular, dan 1/5 lainnya adalah cairan plasma. Cairan di

dalam tubuh sangat diperlukan untuk menjaga agar kondisi tubuh

tetap dalam keadaan sehat. Keseimbangan cairan dalam tubuh

merupakan salah satu bagian fisiologis homeostasis yang

melibatkan komposisi dan perpindahan cairan tubuh (William,

2017).

B. Saran

Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai yang

menjadi bahasan makalah ini. Kami yakin, makalah ini masih

begitu banyak kekurangan. Maka dengan itu, kami memohon maaf

yang sebesar-besarnya dan terimakasih. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, K. 2013. Hubungan Konsumsi Cairan Dengan Status Hidrasi Pada

Pekerja Industri Laki-Laki.Semarang: Universitas Diponegoro

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba

Bulechek et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford:

Elsevier

Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. (2015).

Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. (2018). Nursing

Outcomes Classification (NOC). Edisi 6. Jakarta: EGC.

Carpenito, L. J. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Horne, M.M. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa. Jakarta:

EGC

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela

dan Info Kesehatan

Moorhead et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: Elsevier

Mupidah, P dkk. (tanpa tahun). EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO

MODIFIKASI “UNIVERSITAS HASANUDDIN’ PADA PENDERITA DIARE

AKUT. Makassar: Universitas Hassanudin

Tambayong, J. 1999. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC

William. 2017. Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan. J.Kedokt

Meditek (23): 1

17
World Health Organization. 2005. The Treatment Of Diarrhea: A Manual For Physicians

And Other Senior Health Worker. Swiss: Jenewa

World Health Organization. 2014. Global Report On Diabetes. Geneva: World

Health Organization.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus

Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai