Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus inventasi
untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan
pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan,
dengan tujuan guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang akan terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesinambungan
keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan oleh tersedianya
pedoman penyelengaraan pembanguna kesehatan. Penyalenggaraan
pembangunan kesehatan di indonesia berpedoman pada Sistem
Kesehatan Nasional (SKN), yaitu suatu tatanan yang menghimpun
berbagai upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
sebagai perwujudan kesejateraan umum seperti diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ( Ali Ghufron Mukti 2008).
Bronkopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang
paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda
asing (Sylvia Anderson, 1994).
Bronkopneumonia telah menjadi masalah kesehatan di dunia
karena angka kematiannya yang tinggi. Hal ini tidak saja terjadi di
negara berkembang, namun juga di negara maju. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat
Bronkopneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau berkisar
1,6-2,2 juta. Dimana sekitar 70% terjadi di negara-negara berkembang,
terutama Afrika dan Asia Tenggara. World Bronkopneumonia Day
(WBD) melaporkan Indonesia menjadi negara dengan kejadian
Bronkopneumonia urutan ke-6 terbesar di dunia. Di Indonesia,
Bronkopneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberkulosis. Angka kematian Bronkopneumonia
pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%. Adapun angka
kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita
setiap tahunnya. (Dinkes,2009).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record Rumah
Sakit TK.II Pelamonia Makassar bahwa jumlah penderita
Bronkopneumonia tahun 2012 sebanyak 584, tahun 2013 sebanyak
98 orang .
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis merasa tertarik
menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : Asuhan Keperawatan
Klien An. F dengan Gangguan Sistem Pernafasan: Bronkopneumonia
di Ruang Perawatan Anak Rumah Sakit TK.II Pelamonia Makassar
yang dilaksanakan pada tanggal 24 s/d 1 juli 2013.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum dan pengalaman nyata dalam
mengaplikasi asuhan keperawatan pada anak degan gangguan
sistem pernafasan : Bronkopneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata
dalam pengkajian dan analisa data pada anak dengan
gangguan sistem pernafasan : Bronkopeumonia
b. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata
dalam diagnosa keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem pernafasan : Bronkopneumonia
c. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata
dalam perencanaan tindakan intervensi keperawatan pada anak
dengan gangguan sistem pernafasan : Bronkopneumonia
d. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata
dalam pelaksanaan tindakan implementasi keperawatan pada
anak dengan gangguan sistem pernafasan : Bronkopneumonia
e. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata
dalam pelaksanaan tindakan evaluasi keperawatan pada anak
dengan gangguan sistem pernafasan : Bronkopneumonia
f. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata
dalam mendokumentasian asuhan keperawatan pada anak
dengan gangguan sistem pernafasan : Bronkopneumonia

C. Manfaat Penulisan
1. Akademik
Dengan adanya penulisan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan
sebagai sumber informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan
pada masa yang akan datang.
2. Rumah Sakit
Sebagai kerangka dan pedoman bagi perawat pelaksana di rumah
sakit untuk mengambil langkah-langkah kebijakan dalam rangka
meningkatkan keperawatan pada klien khususnya penderita
penyakit Bronkopneumonia.
3. Klien dan Keluarga
Meningkatkan pemahaman keluarga klien tentang tata cara
perawatan dan pencegahan penyakit Bronkopneumonia.
4. Penulis
Sebagai pengalaman nyata yang bersifat pembelajaran dan
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama pendidikan serta
merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
Diploma III Keperawatan Nusantara Jaya Makassar.
D. Metode dan Teknik Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya
tulis ini adalah;
1. Studi Kepustakaan
Mempelajari literatur-literatur yang berkaitan atau relevan dengan
isi karya tulis ini.
2. Studi Kasus
Pendekatan yang dilakukan dalam studi kasus ini adalah proses
keperawatan yang komprehensif yang meliputi pengkajian, analisa
data, penetapan diagnosa keperawatan dan evaluasi asuhan
keperawatan.
Untuk mengumpulkan data digunakan metode sebagai berikut:
a. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung terhadap kondisi kesehatan
klien.
b. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung kepada keluarga klien dan
perawat ruangan.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan data objektif
klien yang dapat menegakkan diagnosa melalui inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
d. Dokumentasi
Melakukan pengumpulan data melalui status klien dan
pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat mendukung
kelengkapan data yang sudah ada.
Untuk mendapatkan gambaran singkat yang menyeluruh
dari isi karya tulis ini. Penulis membagi karya tulis ini dalam 5
bab, dimana setiap bab akan diuraikan ke dalam sub-sub
dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang,tujuan
penulisan, manfaat penulis, metode penulisan dan teknik
penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Konsep/Teori yang mendasari penulisan karya tulis ilmiah
ini meliputi :
A. Konsep Medis
Pengertian, Etiologi, Insiden, Anatomi dan Fisiologi
Sistem Pernafasan, Patofisiologi, Manifestasi Klinis,Test
Diagnostik serta Penatalaksanaan Medis
B. Konsep Keperawatan
Pengkajian Bagan Patofisiologi dan Dampak
Pemenuhan KDM, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
BAB III : TINJAUAN KASUS
Bab ini membahas tentang pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori
dengan kasus yang terjadi di lapangan, mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
BAB V : PENUTUP
Bab ini membahas tentang simpulan dan saran yang dapat
diajukan sebagai masukan dapat bermanfaat bagi dunia
keperawatan khususnya perawatan klien
Bronkopneumonia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru
yang terjadi pada anak-anak dan sering terjadi pada masa bayi
(Hidayat, Aziz, Alimul A, 2006).
Bronkopneumonia adalah proses imflamatori parenkim paru
yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius
(Suzanne C, Smelizer, Branda G, Bergi Zool).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada
parenkim paru yang terjadi pada anak yang disebabkan oleh agen
infeksius dengan peradangan tinggi, gelisah, dispnoe, nafas cepat
dan dangkal, muntah, diare, batuk kering dan produktif. (Riyadi,
Sujono dan Sukarmin 2009).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing
yang ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea,
napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan
produktif. (Hidayat. A.A, 2008)
Bronkopneumonia adalah infeksi saluran nafas bawah.
Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikro
organisme, sebagian besar disebabkan oleh bakteri dan infeksi
virus (Elizabeth J. Corwin 2001).
Bronkopneumonia adalah imflamasi paru biasanya
berhubungan dengan pengisian alveoli dengan cairan.
(Doenges, Marilynn E, 1999)
Dari beberapa pengertian diatas maka penulis menyimpulkan
bahwa Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang
terjadi pada anak - anak dan sering terjadi pada masa bayi,
peradangan alveoli atau pada parenkim paru yang disebabkan oleh
agen infeksius yang ditandai dengan peradangan tinggi, gelisah,
dispnoe, nafas cepat dan dangkal, muntah, diare, batuk kering, dan
produktif.
2. Etiologi
a. Bakteri
1. Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia.
pada orang dewasa pada umumnya disebabkan oleh
penumokokus serotype 1 – 8 sedang pada anak
tipe 1, 6, dan 9.
2. Streptokokus merupakan komplikasi dari penyakit virus lain
seperti morbili dan varisela atau komplikasi penyakit kuman
lain seperti pneumonia atau pneumokkokus
3. Basil gram negatif seperti “Hemofilus Influenza”
4. Streptokokus lebih banyak pada anak-anak yang bersifat
progresif resisten terhadap pengobatan dan sering
menimbulkan komplikasi seperti abses paru, empyema,
“Tension Pneumothoraks”
b. Virus
Virus “Respiratori Sinctial” virus influenza, virus adenoma, virus
sitomegali.
c. Aspirasi
Makanan, cairan, benda asing, erosin (minyak tanah) dan cairan
amnion.
d. Jamur
Histoplasmosis kopsulatun “candida albicans”, blastomikosis,
kalsidioidmikosis, aspergilosis dan aktinomokokus, (Brunner
dan Sudarth, 2002).
3. Insiden / Angka Kejadian
a. Bronkopneumonia Pneumokokus merupakan
penyebab utama Bronkopneumonia. Angka kejadian ini sangat
tinggi yaitu 80%. Bronkopneumonia pada orang dewasa
umumnya disebabkan oleh penumokokus, serotype 1-8
sedangkan pada anak tipe 1, 6, 9 sedangkan pada bayi dan
anak kecil umumnya disebabkan oleh bronkopeneumonia
lobaris.
b. Bronkopneumonia Stafilokokus disebabkan oleh
staphylococcus aureus, tergolong Bronkopneumonia yang berat
karena dapat menjadi progressif dan resistensi terhadap
pengobatan. Pada umumnya Bronkopneumonia diderita pada
bayi yaitu 30 %, dibawah umur 3 bulan 70 % sebelum 1 tahun.
c. Bronkopneumonia Bakteri Gram Negatif yaitu
bakteri gram negatif yang biasanya menyebabkan
Bronkopneumonia adalah hemofhillis influenza hasil fridlanded
(clubsine pnuironia) dan pseudomonas aeruginosa. Angka
kejadian Bronkopneumonia ini sangat rendah (kurang dari 1 %)
akan tetapi mulai meningkat selama beberapa tahun ini karena
penggunaan antibiotic yang sangat luas dan kontaminasi alat
Rumah Sakit seperti “Humidifier”alat oksigen dan sebagainya.
(Smelthzer S.C and Bare, 2002).
4. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan

(Sumber : Smeltser, Suzanne. C, 2001)

Dimana diketahui bahwa pernafasan (respirasi) adalah


peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O 2 ke dalam
tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidari keluar dari tubuh.
Penghisap udara (inspirasi) dan menghembuskan
(ekspirasi) jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara O 2 dan
CO. O2 (oksigen) ditarik dari udara masuk kedalam darah dan CO 2
akan dikeluarkan melaui traktus respiratorius (jalan nafas) dan O 2
masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonaris,
kemudian masuk keserambi kiri jantung (vertikal sinistra)  ke aorta
 ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel). Disini terjadi
oksidasi (pembakaran) sebagai ampas (sisanya) dari pembakaran
kedua dan zat ini dikeluarkan melalui darah vena masuk ke jantung
(serambi kanan/vertikal dekstra)  ke bilik kanan (atrium dekstra)
dan dari sini keluar melaui arteri fulmonalis ke jaringan paru-paru
akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dan alveoli. Proses
pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme
sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenatalis dan kulit. Adapun guna pernafasan :
a. Mengambil O2 yang kemudian dibawah oleh darah keseluruh tubuh
(sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran.
b. Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran
kemudian dibawah oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena
tidak berguna lagi oleh tubuh.
c. Menghagatkan dari kelembapan udara.
Setelah udara dari luar diproses dalam hidung ynag masih
memerlukan perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli)
jaringan terdapat epiglottis yang berguna untuk menutup jaring
sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke dalam trachea,
sedangkan waktu pernafasan epiglotis terbuka begitu seterusnya.
Jika makanan tidak masuk kedalam jarring dan dibantu oleh adanya
bulu-bulu getar silia yaitu gunanya untuk menyaring debu, kotoran
dan benda-benda asing.
Adanya benda asing kotoran tersebut memberikan
rangsangan kepada selaput lender dan bulu-bulu getar sehingga
terjadi bersin, kadang-kadang terjadi batuk, akibatnya kotoran
tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian
tersebut diatas udara yang masuk kedalam pernafasan benar-benar
bersih.
Tapi kalau kita bernafas dengan mulut maka udara yang
masuk kedalam paru-paru tidak dapat disaring, dilembabkan atau
dihangatkan, ini bias mengakibatkan gangguan kepada tubuh, yaitu
sel-sel bersilia (bulu-bulu getar) dapat rusak apabila : adanya gas
beracun dan dalam keadaan dehidrasi. (A. Price & Welson, 1996).
5. Patofisiologi
a. Bronkopneumonia Virus
Terjadi invasi/awitan akhir jalan nafas dan alveoli, infiltrate,
biasanya sebagian, dan mempengaruhi banyak lobus. Terjadi
destruksi tanpa adanya pengelupasan sel doris ke dalam lumen.
b. Bronkopneumonia Bakteri
Alveoli terdiri dari cairan dan sel-sel, sebagian segmen atau
saluran paru biasanya terlipat. Bakteri dapat memasuki cairan
darah melalui pembuluh darah limfe paru. Kapasitas vital dan
komplan paru keduanya menurun, mungkin terjadi efusi pleura.
c. Aspirasi Benda Asing
Kebanyakan benda asing tersangkut di Bronchus, benda yang
tersangkut dijaring menyebabkan edema obstruktif. Kegagalan
untuk mengeluarkan benda asing tersebut hampir selalu
menjadi fatal, kebanyakan pertolongan dapat menyebabkan
pneumonia aspirasi dan trauma pada jalan nafas
d. Bronkopneumonia Jamur
Spora jamur yang terbawa masuk kebagian paru-paru yang
lebih sempit divagositosis dan menimbulkan reaksi alergi, maka
terjadi reaksi peradangan yang disertai pembentukan tuberkel,
kiseosa sentral jaringan parut, pengapuran (Syarifuddin, 1997).
6. Manifestasi Klinis
a. Biasanya gejala penyakitnya datang mendadak
namun kadang-kadang didahului infeksi saluran pernafasan
bagian atas
b. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana
pernafasan agak cepat dan dangkal
c. Dalam waktu singkat suhu naik dengan cepat
sampai 390 C - 400 C sehingga akan terjadi kejang
d. Anak akan merasa nyeri atau sakit pada daerah
dada sewaktu batuk akibat gesekan pleura yang meradang
e. Batuk yang disertai sputum kental, rales
(ronchi), wheezing
f. Nafsu makan menurun, sakit kepala malaise
(Donal L Wong, 2004)
7. Test Diagnostik
a. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi structural (misalnya lobar, bronchial)
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema
(Stafilococcus), infiltrate menyebar atau terlokalisasi (bacterial)
atau penyebaran atau perluasan infiltrate nodul (lebih sering
virus)
b. AGD (Analisa Gas Darah)
Tidak normal terjadi tetapi tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsy jamur, aspirasi, transtrakea,
broncoskopi fiberoptik/biopsy pembuka paru-paru mengatasi
organisme penyebab lebih dari satu tipe organisme ada bakteri
yang umum meliputi diplococcus pneumonia, stapilococcus
aureus, hemolitik streptococcus, hemofilus influenza. Kultur
sputum dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada,
kultur daerah dapat menunjukkan bakteri kimia sementara.
d. Pemeriksaan Serologi
Misalnya titer virus atau legionella, lagbutinin dingin,
membentuk membedakan diagnosis organisme khusus
e. Pemeriksaan Fungsi Paru
Volume mungkin turun (kongesti dan kolaps laveolar) tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun.
Mungkin terjadi pembesaran (Hipoksemia)
f. Elektrolit
Natrium dan clorida rendah
g. Bilirubin
Kadar bilirubin meningkat
h. Pemeriksaan LED
Pada pemeriksaan LED meningkat
i. Aspirasi Perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyebabkan intranuklear tipikal dan keterlibatan
sitoplasmik, sitomegalivirus, karakteristik sel raksasa(rubeolla)
(Doenges, Marilynn E 1999)
8. Penatalaksanaan Medik
a. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi,
karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan
1) Penicillin 80.000 unit/kg, BB/hr, ditambah dengan
kloramfenikoll 50-80 mg/kg, BB/hr. pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 1 – 5 hari.
2) Pemberian O2 dan cairan intravena biasanya
diperlukan campuran glukosa 5 % dan NaCL 0,9 dalam
perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCL 10 Meg/500
ml/botol infuse.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam
asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka
dapat diberikan koreksi sesuai dengan Analisa Gas Darah
Arteri.
b. Perawatan
1) Atur posisi anak agar bernafas lebih mudah (posisi
semi fowler)
2) Longgarkan pakaian dan beri lingkungan yang
nyaman
3) Beri minum air hangat
4) Pasang O2
5) Kompres hangat bila demam
c. Pencegahan
1) Hindari cuaca yang dingin
2) Hindari makanan yang berminyak dan pedas
3) Hindari mandi dimalam hari
4) Jaga kebersihan dan kesehatan lingkungan
5) Beri makanan yang bergizi (Betz CL and Sowden, 2002)
B. Konsep Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk pelayanan
biopsikososial dan spiritual yang ditujukan kepaa individu, keluarga
dan masyarakat.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar proses
keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung
pada kecermatan dan ketelitian dalam mengenal masalah klien
sehingga memberi arah kepada tindakan keperawatan.
Dalam pengkajian yang dilakukan adalah mengkaji data dasar
meliputi:
Biodata
Identitas klien yang terdiri dari nama, tempat tangal lahir/umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, ruangan rawat, diagnosa medis dan rencana
terapi, identitas orang tua (ayah dan ibu) yang terdiri dari nama,
usia, pendidikan, pekerjaan/sumber penghasilan, agama, alamat,
identitas saudara kandung yang terdiri dari nama, usia, hubungan,
dan status kesehatan:
a. Keluhan utama
Keluhan-keluhan yang lazim ditemukan yaitu, sesak, lemah,
panas atau demam sakit kepala dan mual
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya dirasakan pada pneumonia adalah batuk berlendir,
sesak nafas, nyeri dada diawali dengan infeksi saluran
pernafasan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Dikaji pada klien menderita sakit seperti sekarang ini,
biasanya berhubungan dengan perilaku kebiasaan hidup
sehari-hari antara lain kurang kesadaran melakukan
perlindungan perorangan untuk mencegah penyakit
pneumonia
c. Riwayat imunisasi
1) BCG, waktu pemberian umur 1 bulan reaksinya
demam
2) DPT,(I, II, III),waktu pemberian dilakukan 3x reaksi
nya demam
3) Polio (I, II, III, IV), waktu pemberian dilakukan 4x
4) Campak diberikan pada saat usia berusia 9 bulan
5) Hepatitis, diberikan sebanyak 3x
d. Riwayat nutrisi
1) Pola makanan dan minum klien
2) Kebiasaan makan dan minum klien
3) Frekwensi makan dan minum klien setiap hari
4) Makanan tambahan yang sering dikomsumsi klien
yang membantu dalam memenuhi kebutuhan nutrisis klien
e. Riwayat psikologis
Biasanya keluarga dan klien mengalami kecemasan karena
kondisi anaknya, proses keperawatan atau memikirkan biaya
perawatan perlu dikaji, cara keluarga mengatasi.
f. Riwayat Spiritual
Pengkajian klien dan keluarga tentang kepercayaan yang dianut
nilai dan budaya pandangan klien atau keluarga terhadap
penyakit, meyakinkan dan harapan serta persepsi klien atau
keluarga terhadap penyakit yang dideritanya.
g. Riwayat Hospitalisasi
1) Kehilangan control akibat pembatasan aktivitas
2) Menganggap suatu hukuman karena dipisahkan
dari lingkungan keluarga, kemandirian terhambat
3) Mengancam keutuhan integritas tubuh
h. Aktivitas sehari-hari
1) Nutrisi
a. Makanan
Mengidentifikasi data klien melliputi kehilangan nafsu
makan mual dan muntah, penempilan kaheksia (mal
nutrisi)
b. Minum
Mengidentifikasi data klien meluputi penurunan jumlah
minum klien, adanya mual dan muntah.
2) Eliminisasi
a. BAB
Mengidentifikasi data klien meliputi frekwensi BAB
menurun, konsistensi, keluhan, tempat pembuangan,
bau, warna, jumlah baik sebelum atau selama sakit dan
kegunaan obat pencahar
b. BAK
Mengidentifikasi data klien meliputi frekwensi
pengeluaran urine menurun, warna lebih pekat.
3) Istirahat
Mengidentifikasi data klien meliputi waktu tidur malam dan
tidur siang, ditandai dengan adanya kelelahan, kelemahan
dan imsomnia.
4) Personal Hygiene
Mengidentifikasi data klien meliputi mandi, gosok gigi, cuci
rambut.
5) Aktivitasi gerak
Mengidentifikasi data klien meliputi pergerakan terbatas
ditandai dengan adanya kelemahan.
i. Pemeriksaaan Fisik
1. Keadaan umum klien
Mengidentifikasi data klien meliputi tanda-tanda kelemahan,
kelelahan, penampilan kaheksia (mal nutrisi).
2. Tanda-tanda vital
Mengidentifikasi tanda-tanda vital meliputi : suhu tubuh,
tinggi, mengigil, nadi cepat dan lemah, tekanan darah, dan
nafas dangkal
3. Antropometri
Mengidentifikasi data klien meliputi terjadinya penurunan
berat badan.
4. Review of sistem pernafasan
Pada system pernafasan ditemukan adanya data berupa
batuk, demam, sesak nafas, dispnoe, pernafasan cepat dan
dangkal, pernafasan cuping hidung, retraksi dinding dada
dan menggunakan otot bantu pernafasan
5. Sistem Kardiovaskuler
Mengidentifikasi data klien meliputi : biasanya konjungtiva
anemis, bibir sianosis, akral dingin, cardiac output menurun,
bunyi jantung I dan II redup tachikardia, capillary refilling
time tiga detik, anak gelisah.
6. Gastroinstestinal
Mengidentifikasi data klien meliputi diare terjadinya kadang-
kadang, mual, muntah,
bibir kering dan pecah-pecah.
7. Sistem Urinaria
Mengidentifikasi data klien meliputi : Pada system urinaria
biasanya tidak ditemukan adanya penurunan fungsi ginjal
yang ditandai dengan produksi urine dalam batas normal,
atau terjadi penurunan pengeluaran urine.

8. Sistem Integumen
Mengidentifikasi data klien meliputi : rambut dalam keadaan
normal, kulit (kulit kering dan buruk)
9. Sistem Muskuloskeletal
Mengidentifikasi data klien meliputi : tidak ditemukannya
nyeri tulang dan sendi.
10. Sistem Endoktrin
Mengidentifikasi data klien meliputi : pembesaran kelenjar
tyroid dan lymfe, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi
11. Sistem indra
Mengidentifikasi data klien meliputi : pemeriksaan pada
mata (mata anemis), hidung (adanya secret, menghalangi
penciuman), telinga (keadaan daun telinga canal auditorius,
membrane tympani sistem pendengaran).
12. Sistem saraf
Mengidentifikasi data klien meliputi pemeriksaan
a) Fungsi cerebral (status mental, kesadaran, dan bicara)
b) Fungsi cranial (saraf cranial I – XII)
c) Fungsi motorik (massa otot, tonus otot dan kekuatan
otot)
d) Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran, posisi, dan
diskriminasi)
e) Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan)
f) Refleks (ekstremitas atas dan ekstremitas bawah)
g) Iritasi menigen (kaku kuduk, lasaque sign, kernig sign).
j. Pemeriksaan tingkat perkembangan dengan
menggunakan DDST :
1) Motorik Kasar
a) Klien dapat membungkuk dan berdirir sendiri
b) Klien mulai berjalan sendiri
c) Klien mulai belajar sendiri

2) Motorik Halus
a) Tersenyum spontan
b) Menaruh kubus kedalam cangkir
c) Mencoret-coret
d) Meraih benda
e) Sudah dapat mengenal benda
3) Bahasa
a) Berbicara 2 sampai 3 kata
b) Berteriak
4) Personal Sosial
a) Berpaling terhadap panggilan
Kesimpulan : Klien dapat melakukan perbuatan yang
tidak meragukan pada batas usia yang
dilalui, dan adapun yang tidak biasa
dilakukan melalui batas usia.
BAGAN PATOFISIOLOGI DAN DAMPAK TERHADAP PEMENUHAN KDM

Bakteri pathogen
(streptococcus &
stapilococcus)

Bakteri Masuk melalui


Penurunan O2
pathogen saluran nafas
ke paru-paru
bagian atas
Peningkatan
frekuensi Menempel pada Gangguan
pernafasan bronciolus dan pertukaran
Reaksi alveoli
antigen dan gas
antibodi Ancaman
kehidupan Infeksi pada
Atelektasis
Metabolisme bronciolus dan
tubuh untuk alveoli
Kecemasan
melawan virus orang tua
Batuk produktif Nyeri dada
Merangsang
hipotalamus
Penyumbatan Obstruksi
pada bronchial Rangsangan
saluran nafas pada RAS
Peningkatan dan alveoli
sel parental
hipotalamus Pola nafas Bersihan jalan Klien terjaga
tidak efektif nafas tidak efektif

Hipertermi Perubahan
Peregangan otot pola tidur
abdomen
Peningkatan
evaporasi
Cairan tubuh Kelelahan
Devisit
Peningkatan
yang keluar Intake
Nutrisi nutrisi
kurang
Penurunan
volume cairan
out-put
meningkat dari kurang
kebutuhan
nafsu makan
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Donal L Wong, 2004 diagnosa yang muncul pada
pasien dengan pneumonia adalah sebagai berikut
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan akumulasi sekret pada dinding bronkus dan alveoli,
inflamasi trakea broncial
- Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan gangguan pengiriman O2
- Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas
- Perubahan pola tidur berhubungan dengan
peningkatan stimulasi pusat jaga
- Kecemasan orang tua berhubungan dengan
dampak hospitalisasi
- Defisit volume cairan berhubungan dengan
demam, oenurunan masukan oral
- Hipertermi berhubungan dengan infeksi
saluran pernafasan bagian atas.
3. Perencanaan
Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sekret pada dinding bronkus dan alveoli, inflamasi
trakeabronkial
Tujuan : Jalan nafas klien efektif
Kriteria : Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
, tidak ada dispnea, tidak ada sianosis.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji frekuensi/ kedalaman Taskipnea, pernafasan dangkal,
pernafasan dan gerakan dada dan gerakan dada tidak simetris
sering terjadi ketidaknyamanan
gerak dinding dada dan/atau
cairan paru.
2 Auskultasi daerah paru, catat Bunyi nafas bronkial dapat terjadi
area penurunan bunyi nafas pada area konsolidasi, krekels,
ronki, dan mengi terdengar pada
inspirasi dan/atau ekspirasi.
3 Penghisapan sesuai indikasi Merangsang batuk atau
pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan karena batuk
tak efektif atau penurunan tingkat
kesadaran
4 Berikan cairan tambahan Cairan diperlukan untuk
misalnya intravena, oksigen, menggantikan kehilangan cairan
humidifikasi termasuk yang tidak tampak.
5 Penatalaksanaan pemberian Obat di berikan untuk
obat sesuai dengan indikasi memperbaiki batuk dengan
menurunkan ketidaknyamanan

Dignosa II : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


gangguan pengiriman oksigen
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
Kriteria: klien tidak batuk dan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji frekuensi dan kedalaman Manifestasi distres pernafasan
nafas dan kemudahan bernafas tergantung pada indikasi derajat
keterlibatan paru dan status
kesehatan umum.
Observasi warna kulit, membran Sianosis kuku menunjukkan
2
mukosa dan kuku, catat adanya vasokontriksi atau respon tubuh
sianosis perifer (kuku) atau terhadap demam/menggigil.
sianosis sentral (sirkumoral) Namun sianosis daun telinga,
membran mukosa, dan kulit
sekitar mulut menunjukkan
hipoksemia sistemik.
Gelisah, mudah merangsang,
Kaji status mental
3
bingung, dan dpt menunjukkan
hipoksemia.
Takikardia biasanya ada sebagai
Awasi frekuensi jantung/irama
4 akibat demam/dehidrasi tetapi
dapat sebagai respon terhadap
hipoksemia.
Memaksimalkan persediaan O2
Kolaborasi pemberian terapi untuk mencegah memburuknya
5 oksigen dengan benar , misalnya hipoksia.
dengan nasal prong, masker,
masker venturi.

Diagnisa III :Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi klien tidak terpenuhi
Kriteria : Selera makan klien meningkat, porsi makan klien dihabiskan
dan berat badan klien bertambah
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji kebiasaan dan pola makan Sebagai dasar untuk menentukan
klien rencana pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien.

2 Sediakan makanan dalam porsi Porsi kecil tapi sering


kecil tapi sering dan hangat memberikan toleransi yang
serta menarik berhubungan dengan adanya
epigastrium.

3 Beri makanan TKTP Mencukupi kebutuhan nutrisi,


menambah tenaga dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
4 Timbang berat badan klien Untuk mengetahui status gizi
klien.

5 Libatkan keluarga dalam Keluarga adalah seorang yang


pemenuhan nutrisi klien saat berada di dekat klien.
6 Penatalaksanaan pemberian Pemberian rangsangan pada
klien meningkatkan nafsu makan.

Diagnosa IV : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


obstruksi jalan nafas
Tujuan : Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan
kedalaman rentang normal dan paru jelas/bersih
Kriteria : Menunjukkan perilaku untuk mempertahankan fungsi
pernafasan
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji frekwensi, kedalaman Kecepatan biasanya meningkat
pernafasan,termasukpenggunaan dispnea dan terjadi peningkatan
otot Bantu atau pelebaran nasal. kerja nafas.
2 Auskultasi bunyi nafas dan catat Bunyi bafas menurun atau tak
adanya bunyi nafas adventisius, ada bila jalan nafas obstruksi
seperti krekels, mengi, gesekan sekunder terhadap perdarahan,
pleura bekuan atau kolaps jalan nafas
kecil (atelektasis).
3 Observasi pola batuk dan Kongesti alveolar
karakter secret mengakibatkan batuk kering
atau iritasi sputum berdarah
dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan.
4. Dorong atau bantu pasien dalam Dapat meningkatkan /
nafas dan latihan batuk banyaknya sputum dimana
gangguan ventilasi.
5 Bantu pasien mengatasi takut Perasaan takut dan ansietas
atau ansietas berat berhubungan dengan
ketidakmampuan bernafas atau
terjadinya hipoksemia dan dapat
secara aktual meningkatkan
komsumsi oksigen atau
kebutuhan

Diagnosa V : Perubahan pola tidur berhubungan dengan stimulasi


pusat jaga
Tujuan : Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi
Kriteria : Klien tidak sering terbangun dank lien tidak lemah
No INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji pola tidur klien Untuk mengetahui sejauh mana
perubahan pola tidur.

2 Ciptakan lingkungan yang Lingkungan yang tenang dan


tenang dan nyaman nyaman dapat memberikan
suasana yang tentram bagi klien
sehingga klien dapat istirahat.

3 Buat jadwal yang tidak Memberikan kesempatan klien


menggangu tidur klien tirur lebih lama.

4 Jelaskan pada keluarga untuk Agar keluarga klien dapat


memenuhi kecukupan tidur mengerti dan menghindari
klien terputusnya tidur klien.

5 Penatalaksanaan pemberian Dapat membuat klien tidur


obat nyenyak

Diagnosa VI : Kecemasan orang tua berhubungan dampak


hospitalisasi
Tujuan : Kecemasan orang tua hilang
Kriteria : Ekspresi wajah nampak tenang dan ceria
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji tingkat kecemasan Pemahaman bahwa perasaan
orang tua klien normal dapat membantu
orangtua klien meningkatkan
beberapa perasaan kontrol
emosi.
2 Beri kesempatan orang tua
Orang tua klien akan merasa
klien untuk mengungkapkan
diperhatikan sehingga beban
perasaannya
yang dirasakan dapat berkurang
dan kecemasan pun
menghilang.
3 Beri dorongan spiritual dan
anjurkan orangtua klien
Ibu klien akan tabah dan sabar
untuk senatiasa berdoa
dalam menghadapi cobaan.

Diagnosa VII : Defisit volume cairan berhubungan dengan demam,


penurunan masukan oral
Tujuan : Keseimbangan cairan klien terpenuhi
Kriteria : Membran mukosa klien lembab, tidak ada turgo kulit dan
TTV stabil.
No INTERVENSI RASIONAL
1 Observasi perubahan vital sign, Peningkatan suhu tubuh/demam
contoh peningkatan meningkatnya laju metabolic, dan
suhu/demam memanjang, kehilangan cairan melalui
takikardi, hypotensi ortostatik epaforasi. Tekanan darah
ortostatik dan meningkatnya
takikardia menunjukkan
kekurangan cairan sistemik.

2 Observasi turgor kulit, Untuk mengetahui keadekuatan


kelembaban membrane mukosa cairan meskipun membrancairan
(bibir, lidah) mukosa mulut mungkin kering
karena nafas mulut dan oksigen
tambahan.

3 Berikan minum sedikitnya 2500 Pemenuhan kebutuhan dasar


cc/hari atau sesuai kondisi cairan, menurunkan resiko
individual. dehidrasi.

4 Beri obat sesuai indikasi Berguna menurunkan kehilangan


misalnya antipeuretik, cairan
antiemetik

Diagnosa VIII : Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran


pernafasan bagian atas
Tujuan : Klien tidak hipertermi
Kriteria : Suhu tubuh mien normal, nadi klien dalam batas normal
dan mencegah resiko infeksi
No INTERVENSI RASIONAL
1 Monitor suhu tubuh anak setiap Peningkatan suhu tubuh tiba-tiba
1- 2 jam untuk mengetahui dapat menyebabkan kejang.
peningkatan suhu tubuh yang
tiba-tiba
2 Anjurkan klien memperbaiki Meskipun klien dapat
pengeluaran secret (misalnya : menemukan pengeluaran dan
meningkatkan pengeluaran upaya membatasi atau
daripada penelanan) dan menghindarinya, penting bahwa
melaporkan perubahan warna sputum menunjukkan perbaikan
Bronkopneumonia.
3 Berikan kompres hangat Untuk mempercepat efaporasi
dan penurunan panas tubuh.
4 Ubah posisi dengan sering Meningkatkan pengeluaran,
pembersihan infeksi.
5 Batasi pengunjung sesuai Menurunkan penyebaran
indikasi terhadap infeksi lain.
5 Lakukan isolasi pencegahan Tergantung tipe infeksi, respon
secara individual terhadap antibiotic, kesehatan
umum pasien dan terjadinya.
6 Beri obat sesuai indikasi Komplikasi teknik isolasi, mungkin
misalnya antipiretik, antiemetik diperlukan untuk pencegahan,
penyebaran/melindungi pasien
dari proses infeksi lain

4. Implementasi
Merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan dimana
perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana,
tindakan yang bersifat intelektual-interpersonal dengan teknikal
berupa berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar klien
Penatalaksanaan untuk penderita Bronkopneumonia adalah:
a. Istirahat di tempat tidur
b. Posisi yang nyaman
c. Diberi O2 bila gelisah/sianosis
d. Kompres dingin
e. Diberi cairan infus: biasanya diperlukan campuran glukosa 5%
dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl
W mEg / 500 ml / botol infus.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan merupakan pengukuran keberhasilan
rencana keperawatan yang telah disusun dalam pemenuhan
kebutuhan klien. Hasil evaluasi mengkaji pada tujuan teknik.
Evaluasi yang diharapkan pada klien dengan pneumonia :
a. Pola nafas adekuat
b. Bersihan jalan nafas efektif
c. Kebutuhan nutrisi klien yang terpenuhi, pasien
mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
diberikan
d. Kecemasan klien dan keluarga berkurang
dengan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses
penyakit klien
e. Tidak terjadi gangguan pola tidur / pola tidur
optimal
f. Tidak terjadi deficit volume cairan
g. Suhu tubuh klien normal
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Biodata

A. Identitas Klien

Nama (Inisial) : An “M”


Tempat/tanggal lahir : Sunggu Minasa,
Umur : 7 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 21 Maret 2013
Tanggal Pengkajian : 26 Maret 2013
Diagnosa Medik : Bronkpneumonia
B. Identitas Orangtua

1. Ayah

Nama : Tn “M”
Usia : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI
Agama : Islam
2. Ibu

Nama : Ny “N”
Usia : 25 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Alamat : Asmil Kostrad
C. Identitas Saudara

No Nama (Inisial) Usia Hubungan Status kesehatan


1. An.”M” 7 bln Klien Sakit
2.

II. Keluhan Utama

Demam
Riwayat keluhan utama : Anak usia 7 bulan masuk rumah sakit
dengan keluhan utama demam yang di alami sejak 1 bulan
yang lalu dan semakin memberat 10 hari yang lalu, demam
terus menerus. Ada batuk tetapi tidak berlendir sejak 7 hari yang
lalu. Tidak ada riwayat mual dan muntah. BAB terganggu - BAK
biasa.
III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien masih demam

B. Riwayat Kesehatan Dahulu

2. Pre Natal Care

a. Pemeriksaan kehamilan 4 kali

b. Keluhan selama hamil : ibu klien tidak pernah mengalami


perdarahan, infeksi, muntah dan PHS

c. Tidak ada ketergantungan obat dan alkohol

d. Kenaikan BB selama hamil 4 kg

e. Ibu klien mendapatkan suntikan tetanus (TT) 2 kali

f. Golongan darah ibu O, Golongan darah ayah AB


3. Natal/Post Natal

a. Ibu klien melahirkan di puskesmas

b. Anak lahir spontan dan anak segera menangis, persalinan


di tolong oleh bidan

c. Tidak ada trauma pada saat melahirkan

- Penyakit yang pernah di alami : orangtua klien sering


mengalami sakit kepala dan pusing

- Tidak pernah mengalami kecelakaan

- Riwayat pernah di operasi : Tidak pernah

- Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan dan


produk darah

- Konsumsi obat bebas : Orangtua klien sering minum


obat paracetamol

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Penyakit yang pernah di alami keluarga : Orangtua klien


sering sakit kepala dan pusing, kakaknya biasa demam.
b. Genogram

GI
50 4 ? ?
5

G II

2 2 2 18 26 25 2 1 1
5 2 1 5 4 2

G III 7 bln

Keterangan :
: Laki-laki : Tinggal Serumah

: Perempuan : Klien
X : Meninggal dunia ? : Umur tidak di ketahui

Penjelasan Gambar :
GI : Kakek dan nenek klien dari pihak ibu masih hidup,
kakek dan nenek klien dari pihak ayah masih hidup.
G II : Ibu klien dan saudara-saudaranya masih hidup, ayah
dan saudara-saudaranya masih hidup.
G III : Klien

IV. Riwayat Imunisasi


No Jenis Imunisasi Waktu/Usia Reaksi
Pemberian
1. BCG 30 Sep 2012 Alergi
2. DPT (I,II,III) 04 Jan 2012 Tidak Ada
3. Polio (I,II,III) 30 Sep 2012 Tidak Ada
4. Campak Usia 9 bulan Demam
5. Hepatitis 04 Jan 2012 Demam

V. Riwayat Tumbuh Kembang

A. Pertumbuhan Fisik

1. Berat badan sebelum sakit : 8,2 kg

Berat badan saat sakit : 7,2 kg


2. Tinggi badan : 45 cm

3. Lingkar kepala : 38 cm

4. Lingkar dada : 40 cm

5. Lingkar perut : 38 cm

6. Klien sudah tumbuh gigi : 7 bulan

B. Perkembangan Tiap Tahap

Usia anak saat :


1. Berguling : 4 bulan

2. Duduk : Masih dalam bantuan

3. Merangkak : Belum

4. Berdiri : Belum

5. Berjalan : Belum

6. Senyum pada orang pertama : 3 bulan

VI. Riwayat Nutrisi

Pemberian ASI : 1 bulan


Pemberian susu formula : Dari lahir sampai sekarang
Pemberian makanan tambahan berupa bubur sejak 6 bulan
Pola pemberian nutrisi :
Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian
0 _6 bulan Susu Formula 6 bulan
6_12 bulan Bubur 2 bulan
Saat ini Susu Forula + 2 bulan
Bubur

VII. Riwayat Psikososial

Tempat tinggal : Tinggal di Asmil Kostrad


Lingkungan rumah : Bersih
Hubungan antara anggota keluarga baik dan harmonis
Pengasuh anak : Orang tua klien sendiri

VIII. Riwayat Spiritual

Keluarga klien selalu berdoa untuk kesembuhan klien.

IX. Reaksi Hospitaliasi

- Pemahaman orangtua/keluarga tentang sakit dan rawat inap


di rumah sakit : Orangtua klien mengerti tentang kondisi
anaknya sehingga membawa anaknya ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang lebih baik.

- Anak belum memahami tentang sakit dan rawat inap

X. Aktivitas Sehari – hari

A. Nutrisi
No Komponen Sebelum sakit Saat sakit

1. Selera makan Baik Berkurang

2. Menu Bubur Bubur

3. Frekuensi 3 Kali sehari 1 Kali sehari

4. Makanan _ _
kesukaan

5. Pantangan _ _

6. Masalah Tidak ada Resiko


perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan

A.

B. Cairan

No Komponen Sebelum sakit Saat sakit


1. Jenis minuman Susu Formula Susu Formula
2. Frekuensi minum Tdak menentu Tdak menentu

3. Kebutuhan cairan _ _
4. Cara pemenuhan _ _
5. Masalah Tidak ada Tidak ada
masalah masalah
C. Eliminasi

No Komponen Sebelum sakit Saat sakit

BAB
1. Frekuensi 3 kali sehari Sekali

2. Konsistensi Padat Padat

3. Masalah _ _

BAK
1. Frekuensi Tdk Menentu Tdk Menentu
2. Konsistensi Bening Kuning
3. Masalah _ Resiko
kekurangan
cairan

D. Istirahat Tidur

No Komponen Sebelum sakit Saat sakit


1. Jam tidur
Siang 2 jam 1 jam
Malam 8 jam 7 jam
2. Pola tidur Tidak menentu Tidak menentu
3. Kebisaan sbelm tidur Menyusui Menyusui

E. Personal Hygiene
No Komponen Sebelum sakit Saat sakit

1. Mandi (frekuensi) 2 kali sehari Dibilas


2. Cuci rsmbut 3 kali eminggu Dibilas
3. Gunting rambut Tidak pernah Tidak pernah
4. Masalah

XI. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum Klien

1. Keadaan umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. Penampilan klien sesuai dengan umurnya

4. Ekspresi wajah : Baik

5. Kebersihan secara umum : Bersih

B. Tanda-tanda Vital

Suhu : 37,6 0C Pernafasan : 80 X/i

Nadi : 80 x/i Tekanan darah : - mmHg

C. Sistem Pernafasan

Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada pernafasan cuping


hidung, terdapat secret di jalan nafas, pernafasan cepat dan
dangkal.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,


benjolan/tumor.
Dada : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, irama jantung
regular, bunyi nafas normal bronkovesikuler, terdapat bunyi
nafas tambahan ronchi, frekuensi nafas 80 x/i, ada batuk tetapi
jarang, terdapat secret di jalan nafas.

D. Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, membrane mukosa bibir tidak
nampak sianosis saat menangis, ada arteri carotis, tekanan
vena tidak meningkat, batas jantung normal, ictus cordis tidak
nampak, bunyi jantung normal SI Lup S2 Dup, tidak ada bunyi
jantung tambahan, nadi perifer kuat.
E. Sistem Pencernaan
- Inspeksi :
Permukaan abdomen
datar, tidak nampak adanya pembuluh vena, tidak
nampak kelainan pada abdomen
- Palpasi : Tidak
ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran pada
hepar dan limfa
- Perkusi : Terdengar
bunyi timpani pada abdomen
- Auskultasi : Bising usus
terdengar

F. Sistem Penginderaan

1. Mata
Keadaan mata bersih, bulu mata dan alis mata
penyebarannya merata, teksturnya halus
2. Hidung : Klien belum dapat membedakan bau dan terdapat
secret
3. Telinga simetris kiri dan kanan, keadaannya bersih, klien
mampu mendengar suara dengan baik
G. Sistem Saraf
a. Kesadaran (GCS)
Eye :4
Movement : 6
Verbal :5

b. Fungsi cranial
- Saraf cranial I (Olfactory) :
Klien belum dapat membedakan bau dengan baik
- Saraf cranial II (Optikus) :
Klien dapat melihat dengan baik
- Saraf cranial III
(Okulomotoris) : Reaksi pupil miosis bila di beri cahaya
rangsang
- Saraf cranial IV
(Trochlearis) : Klien mampu menggerakkan bola mata
- Saraf cranial V
(Trigeminus) : Mata berkedip bila di beri sentuhan dengan
kapas
- Saraf cranial VI
(Abducens) : Dapat menggerakkan bola mata ke segala
arah
- Saraf cranial VII (Fasialis) :
Pergerakkan wajah simetris kiri dan kanan
- Saraf cranial VIII
(Akustikus) : Pendengaran baik
- Saraf cranial IX
(Glosopharingeus) : Refleks muntah baik
- Saraf cranial X (Vagus) :
Refleks menelan baik
- Saraf cranial XI
(Accecoris) : Klien belum mampu melawan tekanan
- Saraf cranial XII
(Hypoglosus) : Klien dapat menggerakan
lidah
c. Fungsi motorik
Kekuatan otot lemah, klien dapat bergerak bebas.
d. Fungsi sensorik
Klien belum mampu berespon dan membedakan dingin dan
panas, dan nyeri.
e. Fungsi cerebellum
f. Fungsi koordinasi dan keseimbangan baik.
g. Refleks : Tidak di kaji

h. Iritasi menigen
Tidak di dapatkan kaku kuduk, tidak terdapat pembengkakan
pada leher
H. Sistem musculoskletal
Bentuk kepala normal, kepala simetris kiri dan kanan dan tidak
ada kelainan, lutut simetris kiri dan kanan.
I. Sistem integument
Rambut warna hitam dan sukar dicabut, tidak ada kelainan
pada kulit, kebersihan kulit baik, turgor kulit elastis, membran
mukosa lembab.
J. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
K. Sistem perkemihan
Tidak terdapat edema, tidak ada kencing batu, keadaan
kandung kemih baik, ada terjadi retensi urin, BAK terganggu,
warna urin kuning dan tidak ada nyeri tekan.
L. Sistem reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada
genitalia.
M. Sistem imunitas
Klien rentann terhadap infeksi, demam dan peka rangsang.

XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


0 – 6 tahun ( Menggunakan DDST )
1. Motorik kasar : Anak belum bisa berjalan dan berdiri
2. Motorik halus : Anak bisa tersenyum spontan
3. Bahasa : Anak sudah bisa berbicara
4. Personal sosial : Klien mampu mengangkat tangan
XIII. Terapi Saat Ini
Tanggal 21 Maret – 26 Maret 2013
- Infus dextrose 5 % 30 tetes/menit
- Ampicillin 4 x 120 gr/IV
- Gentamicin 2 x 12 gr/IV
XIV. Tes Diagnostik
a. Laboratorium
Tanggal 20 Maret 2013
HB : 10,7 g/dL
Leukosit : 18630 mm3
Eritrosit : 4,09 – 10c
Sematokrik : 32,7 gr%
b. Foto Thorax AP
Tanggal 20 februari 2012
 Posisi simetris, inspirasi cukup, kondisi film baik
 Bercak-bercak infiltrate pada ke dua paru
 Cor membesar dengan CTT 0,64
 Kedua sinus dan diafragma baik
 Tulang-tulang intake

Kesan :
Broncophopneumonia bilateral
Cardiomegaly

KLASIFIKAS DATA

Data Subjektif Data Objektif


- Ibu klien mengatakan nafsu makan - Tanda-tanda vital
anaknya berkurang TD : - mmHg N : 80 x/i
S : 37,6 C
0
P : 80 x/i
- Porsi makan tidak dihabiskan

- Ibu klien mengatakan anaknya - Klien nampak batuk


Batuk - Terdapat secret di jalan nafas
- Terdengar bunyi nafas
tambahan ronchi

- Orangtua klien mengatakan sangat - Ekspresi wajah orangtua klien


cemas dengan keadaan anaknya nampak tegang
- Orangtua klien sering bertanya
tentang kondisi anaknya

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Bakteri patogen Gangguan
- Ibu klien mengatakan (streptococcus dan pertukaran gas
anaknya batuk stapilococcus)
DO :
- Klien nampak batuk Masuk melalui saluran
- Terdapat sekret di jalan nafas bagian atas
napas
- Terdengar bunyi nafas
menempel pada
tambahan (ronchi)
bronciolus dan alveolu

Penurunan O2 ke paru-
paru

Infeksi pada bronciolus


dan alveoli

Atelektasis

Gangguan pertukaran
gas

2. Bronkopneumonia Resiko perubahan


DS :
Proses desak ruang nutrisi kurang dari
- Ibu klien mengatakan
lambung perasaan kebutuhan
nafsu makan anaknya
cepat kenyang
berkurang Penurunan nafsu
DO : makan
- Porsi makan tidak
dihabiskan Intake tidak ade kuat
- Klien nampak lemah
- BB sebelum sakit ; 8,2 kg
- BB saat sakit; 7,2 kg Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

DS :

3. - Orangtua klien Kecemasan


mengatakan sangat Bakteri patogen orangtua
cemas dengan keadaan (streptococcus dan
anaknya stapilococcus)
DO : Masuk melalui jalan
- Ekspresi wajah orangtua nafas
klien nampak tegang Gangguan ventilasi
- Orangtua klien sering
Peningkatan frekuensi
bertanya tentang kondisi
pernafasan
anaknya
Ancaman kehidupan

Kecemasan orangtua
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi


1. Gangguan ppertukaran 26 maret 2013 Belum teratasi
gas b/d gangguan
pengiriman O2

Perubahan nutrisi
2. 26 maret 2013 27 maret 2013
kurang dari kebutuhan
b/d intake tidak ade kuat

Kecemasan orangtua
3. 26 maret 2013 27 maret 2013
berhubungan dengan
dampak hospitalisasi
RENCANA KEPERAWATAN

N Data Tujuan Intervensi Rasional


o penunjang
1. DS : Klien 1. Kaji frekuensi, 1. Manifestasi
- Ibu klien menunjukkan kedalaman distres
mengatakan perbaikan nafas dan tergantung
anaknya ventilasi dan kemudahan pada/indikasi
batuk oksigenasi bernafas derajat
DO : jaringan keterlibatan
- Klien secara paru dan
nampak adekuat status
- Terdapat dengan kriteria 2. Observasi pola kesehatan
secret di : batuk dan umum
jalan nafas  Klien tidak 2. Kongesti
karakter secret
- Terdengar batuk lagi alveolar
bunyi nafas  Pada mengakibatka
tambahan pemeriksaa
n batuk kering
(ronchi) n 3. Kolaborasi
atau iritasi
auskultasi pemberian
sputum
tidak oksigen dengan
berdarah
terdengar benar, misalnya
dapat
lagi bunyi dengan nasal
diakibatkan
tambahan prong, masker,
oleh
pernafasan masker venturi
kerusakan
sesuai indikasi
jaringan.
3. Memaksimalka
n persediaan
1. Kaji
oksigen untuk
frekuensi/kedal
mencegah
aman
DS : memburuknya
2. - Ibu klien Klien akan pernafasan dan hipoksia
1. Pernafasan
mengatakan menunjukkan gerakan dada
dangkal dan
nafsu jalan nafas
gerakan dada
makan efektif,
2. Anjurkan tidak simetris
anaknya ventilasi paru
keluarga klien sering terjadi
berkurang adekuat
untuk karena
DO : dengan kriteria
memberikan ketidaknyaman
- Tanda-tanda :
intake yg ade an.
vital  Tanda-
2. Makanan yang
- TD ; -mmHg kuat
tanda vital
- S ;37,6 disukai oleh
- N ; 80 x/i dalam
klien agar dpt
- P ; 80 x/i batas
- Porsi makan merangsang
normal
keinginan untuk
tidak  Klien dapat
makan
dihabiskan menghabis
kan porsi
makan yg
diberikan

1. Pemahaman
1. Kaji tingkat
bahwa
kecemasan
perasaan
orangtua
normal dapat
membantu
DS : Kecemasan orangtua klien
- Orangtua orangtua klien meningkatkan
3. klien teratasi beberapa
mengatakan dengan kriteria perasaan
2. Beri
sangat : kontrol emosi
kesempatan
 Ekspresi 2. Orang tua
cemas
orang tua klien
wajah klien akan
dengan
untuk
orangtua merasa
keadaan
mengungkapka
klien diperhatikan
anaknya
n perasaannya
tenang dan sehingga
DO :
ceria beban yang
- Ekspresi
 Orangtua
dirasakan
wajah klien tidak
dapat
orangtua bertanya 3. Beri dorongan
berkurang dan
klien lagi tentang spiritual dan
kecemasan
nampak penyakit anjurkan
pun
tegang anaknya orangtua klien
- Orangtua menghilang
untuk senatiasa 3. Ibu klien akan
klien sering
berdoa tabah dan
bertanya
sabar dalam
tentang
menghadapi
penyakit
cobaan
anaknya

CATATAN TINDAKAN

Hari/Tanggal NDX Jam Implementasi dan Hasil

Selasa, 26 I 21.30 1. Mengkaji frekuensi, kedalaman


Maret 2013 nafas dan kemudahan bernafas
Hasil :
Pernafasan 78 x/I, klien masih
batuk, pernafasan cepat dan
dangkal
2. Mengobservasi warna sekret
21.35 Hasil :
Klien masi batuk
3. Kolaborasi pemberian oksigen
dengan benar
Hasil :
Terpasang oksigen 1 liter/menit

4. Mengkaji frekuensi pernafasan


dan gerakan dada
Hasil :
Pernafasan 78 x/i, nampak
22.00
pernafasan cuping hidung
5. Mengauskultasi area paru dan
bunyi nafas tambahan
Hasil :
Bunyi nafas normal regular dan
terdengar bunyi nafas tambahan
II 21.40
ronchi
6. Memberikan cairan tambahan :
intravena, oksigen, humidifikasi
Hasil :
Infus RL dan Tridex 20
tetes/menit, oksigen 1 liter/menit
21.50 7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sesuai indikasi
Hasil :
Ampicillin 4x120 gr/IV,
Gentamicin 1x12 gr/IV
1. Mengkaji tingkat kecemasan
orangtua
Hasil :
22.15 Tingkat kecemasan orangtua
dalam tingkat kecemasan sedang
2. Memberikan kesempatan kepada
orangtua klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Hasil :
24.00
Orangtua klien bertanya tentang
keadaan anaknya
3. Memberi dorongan spiritual dan
anjurkan orangtua klien untuk
senantiasa berdoa
Hasil :
III 21.15
Orangtua klien selalu berdoa
untuk kesembuhan anaknya

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman,


dan kemudahan bernafas
Hasil :
21.20 Pernafasan 60 x/i, klien masih
batuk, pernafasan cepat dan
dangkal
2. Mengobservasi pola batuk dan
karakter secret
Hasil :
Masih terdapat sekret di jalan
21.25 nafas
3. Kolaborasi pemberian oksigen
dengan benar
Hasil :
Terpasang oksigen 1 liter/menit
1. Mengkaji frekuensi pernafasan
dan gerakan dada
Hasil :
Pernafasan 60 x/, masih nampak
Rabu, 27 Maret I 14.30 terpasang pernafasan cuping
2013 hidung
2. Mengauskultasi area paru dan
bunyi nafas tambahan
Hasil :
Bunyi nafas normal dan masih
terdengar bunyi nafas tambahan
14.35 ronchi
3. Memberikan cairan tambahan :
intravena, oksigen, humidifikasi
Hasil :
Infus RL dan Tridex 30 tetes/menit
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sesuai indikasi
Hasil :
Ampicillin 4x120 gr/IV,
Gentamicin 2x12 gr/IV
14.40
1. Mengkaji tingkat kecemasan
orangtua
Hasil :
Kecemasan orangtua sudah mulai
berkurang
II 14.45
2. Memberi kesempatan pada
orangtua klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Hasil :
Orangtua klien sudah mulai
menerima keadaan anaknya
3. Memberi dorongan spiritual dan
15.00
anjurkan orangtua klien untuk
senantiasa berdoa
Hasil :
Orangtua klien selalu berdoa
untuk kesembuhan anaknya

1. Mengkaji frekuensi, kedalaman,


15.05 dan kemudahan bernafass
Hasil :
Pernafasan 50 x/i, klien masih
batuk, pernafasan klien cepat dan
dangkal
18.00 2. Menganjurkan keluarga klien
untuk memberikan intake yang
ade kuat
Hasil :
Nafsu makan meningkat
3. Kolaborasi pemberian oksigen
III 14.50 dengan benar
Pemberian oksigen 1 liter/menit
1. Mengkaji frekuensi pernafasan
dan gerakan dada
Hasil :
Pernafasan 50 x/i, masih
terpasang pernafasan cuping
14.55
hidung
2. Mengauskultasi area paru dan
bunyi nafas tambahan
Hasil :
Masih terdengar bunyi nafas
tambahan ronchi
3. Memberikan cairan tambahan
15.10
intravena, oksigen, humudifikasai
Hasil :
Infus dextrose 5% 30 tetes/ menit,
pemberian oksigen 1 liter/menit
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat sesuai indikasi
Hasil :
Ampicillin 120 gr/IV,
Gentamicin 12 gr/IV
Kamis, 28 I 14.10 1. Mengkaji kecemasan orangtua
Hasil :
Maret 2013
Orangtua klien tidak cemas lagi
2. Memberi kesempatan pada
orangtua klien untuk
mengungkapkan perasaannya
Hasil :
Orangtua klien sudah menerima
14.15
kondisi anaknya

1. Mengkaji kebiasaan makanan


yang disukai dan tidak disukai
H : Klien menghabiskan porsi
makan yang disediakan
2. Menganjurkan keluarga klien
untuk memberi intake yang
ade kuat
H : Nafsu makan meningkat
14.20
3. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian obat sesuai
indikasi
II 15.10 Hasil :
Ampicillin 120 gr/IV,
Gentamicin 12 gr/IV

15.15

15.20

18.00

III 15.30

15.35
15.40

EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal NDX Jam Evaluasi


Selasa, 26 I 21.10 S : Ibu klien mengatakan anaknya
maret 2013 batuk
O:
- Klien nampak batuk
- Terdapat sekret di jalan nafas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3
II 21.15 S : Ibu klien mengatakan nafsu
makan anaknya berkurang
O : Porsi makan tidak dihabiskan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4

III 21.20 S : Orangtua klien mengatakan


sangat cemas dengan keadaan
anaknya
O:
- Ekspresi wajah orang tua klien
nampak tegang
- Orangtua klien sering bertanya
tentang penyakit anaknya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3

Rabu, 27 maret I 15.25 S : Ibu klien mengatakan anaknya


2013 masih batuk
O:
- Klien masih nampak batuk
- Terdapat sekret di jalan nafas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3

II 15.30 S : Ibu klien mengatakan nafsu


makan anaknya berkurang
O : Porsi makan tidak dihabiskan
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 4

III 15.35 S : Orangtua klien mengatakan


kecemasannya sedikit berkurang
O:
- Ekspresi wajah nampak sedikit
tenang dan ceria
- Orangtua klien sudah mulai
jarang menanyakan keadaan
anaknya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1, 2

Kamis, 28 I 15.40 S : Ibu klien mengatakan nafsu


Maret 2013 makan anaknya meningkat
O : porsi makan dihabiskan
-
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi

II 15.45 S : Ibu klien mengatakan anaknya


masih batuk
O:
- Tanda-tanda vital
Pernafasan 50 x/i
- Masih terdapat secret di jalan
nafas
- Masih terdengar bunyi nafas
tambahan ronchi
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi 1,2,3

III 15.50 S : Orangtua klien mengatakan tidak


cemas lagi dengan keadaan anaknya
O:
- Ekspresi wajah orangtua klien
nampak tenang dan ceria
- Orangtua klien tidak bertanya
lagi tentang keadaan anaknya
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan kasus asuhan keperawatan yang


dilakukan pada klien An “M” dengan penyakit Bronkopneumonia diruang
perawatan anak Rumah Sakit TK. II Pelamonia Makassar. Maka dalam
bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori yang ada
dengan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus
juga menganalisa faktor pendukung dan penghambat selama melakukan
asuhan keperawatan.
Untuk memudahkan pembahasan, maka penulis akan membahas
berdasarkan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Berdasarkan data yang diperoleh menurut Donal L Wong, 2004
sebagai berikut :
1. Biasanya gejala penyakitnya datang mendadak namun kadang-
kadang didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas
2. Pertukaran udara dan paru-paru tidak lancar dimana pernafasan
agak cepat dan dangkal dispnu, sianosis, bunyi nafas ronchi dan
pernafasan cuping hidung
3. Suhu tubuh meningkat tiba-tiba, disertai nyeri atau sakit pada
daerah dada sewaktu batuk akibat gesekan pleura yang meradang
4. Batuk yang disertai sputum, nafsu makan menurun, mual, muntah,
kelemahan, keletihan dan insomnia
Sedangkan data yang didapatkan pada kasus nyata An “M” adalah
sesak, batuk disertai sputum, sianosis, pernafasan cuping hidung, bunyi
nafas ronchi, dan pernafasan cepat dan dangkal.
Dari data diatas tidak didapatkan kesenjangan antara data dari teori
dengan data yang ada pada kasus nyata.
Adapun data yang ditemukan di teori akan tetapi tidak ada di kasus
nyata yaitu :
1. Nyeri dada disebabkan karena adanya gesekan pada pleura yang
meradang, data ini tidak diangkat pada kasus diatas karena klien
tidak menangis pada saat batuk
2. Nafsu makan menurun disebabkan karena mual, muntah dan asam
lambung meningkat. Data ini tidak diangkat karena klien tidak
mengalami mual dan muntah
3. Suhu tubuh meningkat (hipertermia) disebabkan karna adanya
proses infeksi pada bronchial dan alveoli mengeluarkan zat-zat
pirogen merangsang hipotalamus dan termoregulator tidak efektif.
Data ini tidak ditemukan karena klien tidak mengalami peningkatan
suhu tubuh.
B. Diagnosa Keperawatan
Dalam landasan teori menurut Donal L Wong, 2004, ada
beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada klien pneumonia,
yaitu :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen
2. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi secret pada
dinding bronkus dan alveoli, inflamasi trakea broncial
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan stimulasi
pusat jaga
6. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi
7. Devisit volume cairan berhubungan dengan penururnan masukan
oral
8. Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran penafasan bagian
atas
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada An “M”
yaitu :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret pada dinding bronkus dan alveoli, inflamasi trakea broncial
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Berdasarkan paparan diagnosa diatas dapat ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktek, dimana pada teori didapatkan
delapan diagnosa sedangkan pada prakteknya didapatkan hanya tiga
diagnosa. Hal ini disebabkan karena keadaan umum dari klien hanya
menunjukkan gejala-gejala yang dapat dijadikan indikator untuk
mengangkat ketiga diagnosa berdasarkan kasus tersebut.
Adapun diagnosa dalam teori yang tidak ditemukan pada kasus
sebanyak 5 diagnosa, yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus karena sesak nafas yang
dialami klien disebabkan oleh akumulasi sekret
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus karena
klien selalu minum ASI dengan teratur
3. Devisit volume cairan berhubungan dengan demam, penurunan
,masukan oral, diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus karena
keseimbangan cairan klien terpenuhi, dibuktikan dengan membrane
mukosa lembab, pada turgor kulit dan vital sign stabil
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan stimulasi
pusat jaga, diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasusu karena klien
selalu tidur nyenyak
5. Hipertermi berhubungan dengan infeksi saluran pernafasan atas,
diagnosa ini tidak ditemukan dalam kasus karena tidak adanya
peningkatan suhu tubuh yang dibuktikan dengan suhu tubuh dalam
batas normal, nadi dalam batasnormal.
Dari kesenjangan yang terjadi diatas dapat pula disebabkan
karena manusia itu unik. Dimana respon individu terhadap penyakit
berbeda-beda.
C. Perencanaan
Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan maka selanjutnya
penulis menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai serta
tindakan yang dapat mengurangi, menghilangkan atau mencegah
masalah yang lebih berat pada klien An “M”
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman O2 , penulis memberikan intervensi yaitu kaji frekuensi,
kedalaman dan kemudahan bernafas, observasi warna kulit,
membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer (kuku)
atau sianosis sentral (sirkumoral), kolaborasi pemberian oksigen
dengan benar.
Berdasarkan hal diatas antara intervensi yang ditetapka penulis
dan intervensi yang ada diteori ditemukan kesenjangan yaitu pada
teori yang terdapat kaji status mental, penulis tidak melakukan
intervensi ini karena klien tidak gelisah dan samnolen, awasi
frekuensi jantung/irama, penulis tidak melakukan intervensi ini
karena klien tidak mengalami demam/takikardia.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sekret pada dinding bronkus dan alveoli, inflamasi trakea
broncial. Penulis memberikan intervensi yaitu kaji
frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerakan dada pada klien,
auskultasi daerah paru catat area penurunan bunyi,
penatalaksanaan pemberian obat sesuai dengan indikasi, dan
berikan cairan tambahan inntavena, oksigen, humidifikasi
Berdasarkan intervensi yang ditetapkan penulis antara kasus dan
teori maka penulis menemukan kesenjangan yaitu pada teori yang
terdapat penghisapan sesuai indikasi, penulis tidak melakukan
intervensi ini karena tidak terdapat pembentukan secret yang
berlebihan.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi. Penulis memberikan intervensi yaitu kaji tingkat
kecemasan orang tua klien, memberi kesempatan orangtua klien
untuk mengungkapkan perasaannya, beri dorongan spiritual dan
anjurkan orangtua klien untuk senantiasa berdoa.
Berdasarkan intervensi yang ditetapkan penulis antara kasus dan
teori maka penulis tidak menemukan kesenjangan karena antara
teori dan kasus sama.
D. Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis melakukan tindakan keperawatan ini
berdasarkan hal-hal yang direncanakan.
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen
- Mengkaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernafas
- mengobservasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat
adanya sianosis perifer (kuku) dan sianosis sentral (sirkumoral)
- Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar.
2. Bersihan jalan nafas jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi secret pada dinding bronkus dan alveoli, inflamasi trakea
broncial
- Mengkaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan gerak dada
- Mengauskultasi daerah paru, catat area penurunan bunyi nafas
- Memberikan cairan tambahan intravena, oksigen, humidifikasi.
- Penatalaksanaan pemberian obat sesuai indikasi
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi
- Mengkaji tingkat kecemasan orangtua
- Memberi kesempatan pada orangtua klien untuk
mengungkapkan perasaannya
- Memberi dorongan spiritual dan menganjurkan orangtua klien
untuk senantiasa berdoa.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi bertujuan untuk menilai apakah keperawatan tercapai atau
tidak yang telah dilakukan selama tiga hari.
Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada klien An
“M” ada satu masalah yang teratasi yaitu kecemasan orang tua
sedangkan masalah yang belum teratasi ada dua masalah yaitu
bersihan jalan nafas tidak efektif dan gangguan perfusi jaringan.
Adapun masalah yang berhasil diatasi adalah sebagai berikut :
- Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
Dikategorikan berhasil karena setelah diberikan penjelasan tentang
penyakit yang diderita anaknya ekspresi orang tua nampak tenang
dan mengatakan sudah tidak cemas lagi
Adapun masalah yang tidak berhasil diatasi adalah sebagai berikut :
- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen.
Dikategorikan tidak berhasil karena klien masih mengalami sesak
nafas.
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
secret pada dinding broncial dan alveoli, inflamasi trakea broncial.
Dikategorikan tidak berhasil karena klien masih batuk sehingga
menggangu pernafasan klien.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang dikemukakan, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian pada klien An “M” ditemukan
keluhan demam, serta pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
sianosis, batuk, pernafasan cepat dan dangkal, ada pernafasan
cuping hidung serta bunyi nafas ronchi
2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam
kasus, dan ditemukan dalam teori adalah bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan akumulasi secret pada dinding
bronkus dan alveoli, inflamasi trakea bronchial, gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman
oksigen, dan kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi.
3. Rencana tindakan adalah rencana yang
dilakukan oleh perawat dalam membantu klien untuk hasil yang
diharapkan. Rencana tindakan keperawatan mengacuh pada
diagnosa yang ditentukan
4. Hasil pelaksanaan keperawatan pada An “M”
dengan gangguan sistem pernafasan penulis mengevaluasi 3
diagnosa keperawatan yang ditemukan, dimana hanya satu yang
teratasi yaitu kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi.
5. Proses keperawatan yang dilakukan telah
didokumentasikan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan
mengemukakan saran-saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi
peningkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
1. Untuk Institusi
Dilaksanakan pada institusi/pendidikan agar memperbanyak
litreratur/ buku terutama yang berhubungan dengan pneumonia
2. Untuk Rumah Sakit
Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan perlu ditunjang
dengan pengadaan fasilitas-fasilitas yang memadai seperti : alat-
alat instrument, tempat cuci tangan dan handuk sendiri, celemek
dan sarung tangan yang dpat dipakai perawat sebagai pelindung
bila merawat pasien pneumonia. Hendaknya perawat memberikan
asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi : bio-psiko-
sosial dan spiritual agar perawatan yang diberikan membawa hasil
yang baik serta memberi kepuasaan bagi klien, keluarga dan
perawat sendiri. Hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan untuk meningkatkan mutu pelayanan.
3. Untuk Pasien / Klien
Dalam rangka proses penyembuhan dan mencegah terjadinya
komplikasi hendaknya pasien lebih memperhatikan kebersihan
anaknya karena penyakit ini sangat berbahaya bagi anak yang
masih balita dan dapat berakibat dikemudian hari.
4. Untuk Penulis
Hendaknya penulis dalam memberikan asuhan keperawatan
dilakukan secara komprehensif yang dimulai dari pengkajian,
analisa data, penetapan diagnosa, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai