Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor hidung pada umumnya jarang ditemukan, baik yang jinak maupun yang

ganas. Di Indonesia dan di luar Negeri, kekerapan jenis yang ganas hanya sekitar 1% dari

keganasan seluruh tubuh atau 3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher. Sel tumor

pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak

cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga

terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan

sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan

dengan cara operasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang tumor hidung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Konsep Medis Tumor Hidung

b. Mengidentifikasi Konsep Keperawatan Tumor Hidung


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP MEDIS

1. Defenisi Tumor Hidung

Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yang mengenai hidung dan lesi

yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan

vestibulum nasi.

2. Etiologi Tumor Hidung

a. Kelainan Kongenital

b. Infeksi

c. Gaya hidup

d. Bahan – Bahan Karsinogenik

3. Gejala Klinis Tumpr Hidung

Gejala dini tidak khas, pada stadium lanjut tergantung asal tumor dan arah

perluasannya

a. Gejala Hidung:

1) Buntu hidung unilateral dan progresif.

2) Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.

3) Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.

4) Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan

kemungkinan keganasan.
5) Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus,

sedangkan rasa nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi

tumor ganas.

Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:

1) Pembengkakan pipi

2) Pembengkakan palatum durum

3) Geraham atas goyah, maloklusi gigi

4) Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.

4. Patofisiologi Tumor Hidung

Kelainan congenital, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus,

radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat

bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).

Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada

umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya

secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan

jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya

tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.

Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada

umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat

sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya

mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat

anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya

melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di
tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat

merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak

teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik

dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan

migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini

menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol

pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).

Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA,

berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel,

duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel

tidak melakukan pembelahan).

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto sinar X

b. WATER (untuk melihat perluasan tumor di dalam sinus maksilaris dan sinus

frontal)

c. Tengkorak lateral ( untuk melihat ekstensi ke fosa kranii anterior/medial)

d. RHEZZE (untuk melihat foramen optikum dan dinding orbita)

e. CT Scan (bila diperlukan dan fasilitas tersedia)

f. Biopsi: Biopsi dengan forsep (Blakesley) dilakukan pada tumor yang tampak.

Tumor dalam sinus maksilaris dibiopsi dengan pungsi melalui meatus nasi

inferior. Bila perlu dapat dilakukan biopsi dengan pendekatan Caldwell-Luc.

Tumor yang tidak mungkin/sulit dibiopsi langsung dilakukan operasi. Untuk


kecurigaan terhadap keganasan bila perlu dilakukan potong beku untuk diperiksa

lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai