D. Penyebab
o Perubahan hormone
Perubahan kadar hormon selama kehamilan dan sesaat setelah melahirkan adalah
salah satu penjelasan mengapa beberapa wanita mengalami baby blues.
o Stress Ketika merawat bayi
Memiliki bayi adalah perubahan hidup yang signifikan dan dapat menyebabkan
berbagai emosi seperti khawatir, takut, dan ragu dalam kemampuannya untuk memenuhi tuntutan
peran baru ini.
o Kurang tidur
Kurang tidur selama periode postpartum juga diyakini terkait dengan mengapa
beberapa wanita mengalami baby blues.
E. Faktor Risiko
Mengalami kehamilan yang tidak diinginkan
Rendah diri
Merasa kecewa atau tidak puas dengan pasangannya
Takut melahirkan secara caesar, mengalami persalinan berisiko, atau komplikasi pascapersalinan
Mengalami kecemasan dan stres saat melahirkan sebelumnya
F. Penatalaksanaan
Untuk mengatasi dan mengendalikan baby blues dapat dilakukan beberapa penatalaksanaan seperti:
Psikoterapi, dapat diajarkan mengenai mekanisme pemecahan masalah dan merencanakan tujuan yang
realistis, terapi marital, dan terapi keluarga juga membantu.
Antidepresan, sangat dianjurkan pemberian antidepresan pada kasus yang berat.
Terapi hormonal, Pergantian hormon esterogen diharapkan dapat mengatasi penurunan esterogen yang
berkaitan dengan kelahiran secara cepat
2. Depresi Postpartum
A. Definisi
Depresi pascapersalinan adalah masalah psikologis yang
dirasakan ibu setelah melahirkan, ditandai dengan perasaan sedih,
suasana hati yang buruk, kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari,
penurunan berat badan yang signifikan, perasaan tidak berguna atau
bersalah, kelelahan, kehilangan konsentrasi dan bahkan pikiran untuk
bunuh diri
B. Gejala
Mimpi buruk
Insomnia
Phobia
Kecemasan
Meningkatnya senitivatas
C. Faktor Penyebab Depresi Postpartum
Depresi pada ibu postpartum dapat disebabkan berbagai faktor, antara lain:
Faktor Hormonal
Setelah melahirkan, ibu mengalami penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cukup drastis. . Hal
tersebut juga disertai dengan penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan
mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan.
Faktor Fisik
faktor fisik yang dapat menyebabkan depresi pada ibu postpartum. Proses melahirkan tentu menyebabkan
kelelahan pada ibu
Faktor Demografi
Umur persalinan sering dikaitkan dengan masalah depresi postpartum. Kehamilan pada usia muda (di
bawah 20 tahun) dapat menimbulkan rasa khawatir berlebih dalam membayangkan proses persalinan.
Faktor Psikososial
Kejadian depresi pada ibu postpartum tidak terlepas dari faktor psikososial yang meliputi tingkat pendidikan,
status pekerjaan, pendapatan, dan dukungan sosial.
D. Penatalaksanaan
Tindakan yang dapat dilakukan pada depresi postpartum, diantaranya:
Skrining tes, yaitu dengan menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale
(EPDS)
Dukungan psikologis dari suami, keluarga, dan pertugas kesehatan.
Istirahat cukup untuk mengurangi perubahan perasaan.
Tenaga kesehatan yang memberikan informasi mengenai proses kehamilan dan
melahirkan yang disertai dengan hal-hal sulit yang dapat timbul selama proses tersebut.
Dibutuhkan dukungan psikolog apabila keadaan ibu tampak sangat mengganggu
3. Psikosis Postpartum
A. Definisi
Psikosis Postpartum adalah gangguan mental serius yang muncul dalam beberapa minggu pada ibu
setelah melahirkan. Kondisi ini melibatkan gangguan pikiran, persepsi, dan perilaku yang mengganggu
kemampuan sehari-hari ibu untuk merawat diri sendiri dan bayinya. Psikosis postpartum ditandai dengan
timbulnya mania, agitasi, halusinasi visual, perubahan mood yang signifikan, kecemasan dan kebingungan
B. Faktor Penyebab
Psikosis postpartum bisa disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal diantaranya:
Faktor Obstetrik
Faktor psikologi dan sosial
Faktor hormon
Gangguan irama sirkadian
Faktor imunologi
C. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya Psikosis Postpartum meliputi:
Riwayat gangguan mental sebelumnya.
Stres berat selama kehamilan atau persalinan.
Gangguan tidur yang signifikan setelah melahirkan.
Riwayat psikosis postpartum dalam keluarga.
Riwayat sindrom prementsuasi
D. Gejala
Gejala Psikosis Postpartum dapat bervariasi, tetapi beberapa gejala umumnya meliputi:
Waham (keyakinan yang tidak benar, misalnya, bahwa bayi mereka adalah sesuatu yang jahat).
Halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu yang tidak ada).
Perubahan mood yang drastis, seperti perasaan sangat bahagia atau sangat sedih.
Agitasi dan kecemasan yang berlebihan.
Kesulitan tidur.
Pikiran yang tidak teratur dan sulit untuk berkonsentrasi.
mudah menangis (tearfulness), murung, sedih, cemas, reslestness, mudah marah, kurang konsentrasi, pelupa
E. Dampak Psikosis Postpartum
Psikosis Postpartum merupakan kondisi serius yang dapat memiliki dampak yang signifikan,
baik bagi ibu maupun bayi. Beberapa dampaknya meliputi:
Dampak biaya
Dampak emosi
Dampak fisik
Dampak Sosial
F. Pencegahan Dan Penatalaksanaan
Pencegahan
Psikosis Postpartum melibatkan pemantauan dan perawatan yang baik selama kehamilan dan
pasca melahirkan
Penatalaksana
Pasien mungkin akan membutuhkan terapi obat untuk jangka waktu tertentu, seperti:
o Haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan dalam dosis 2-5 mg per os 3 kali perhari.
o Anti psikotika diberikan apabila ibu mengalami agitasi dan diberikan secara IM.
o Mood stabilizer seperti lithium, valproid 5 acid, carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang
dikombinasi dengan obat anti psikotik dan benzodiapezine.
o Indikasi pemakaian ECT sama seperti psikosis tanpa persalinan tetapi dianjurkan ditunda sampai satu
bulan postpartum untuk menghindari terjadinya emboli.
4. Peran Bidan Dalam Penanganan Tanda Bahaya Masa Nifas
.
A. Nifas
Bidan memiliki Peran dan Tanggung jawab yang sangat penting dalam pemberian
asuhan kebidanan pada masa Nifas, adapun peran dan tanggung jawab bidan secara umum pada masa
Nifas antara lain:
o Memberikan dukungan yang berkesinambungan selama masa nifas sesuai kebutuhan ibu untuk
mengurangi stres fisik dan psikis pada masa nifas. Bidan dapat menjadi sahabat dan pendamping
terbaik ibu dalam menghadapi saat-saat kritis masa nifas.
o Menjadi promotor hubungan ibu dan bayi serta keluarga.
o menganjurkan ibu untuk menyusui dengan meningkatkan kenyamanan.
o Identifikasi komplikasi dan kebutuhan rujukan
o Memberikan informasi dan nasehat kepada ibu dan keluarganya tentang cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda bahaya, menjaga nutrisi yang baik dan mempraktikkan kebersihan
yang aman.
o Melaksanakan manajemen asuhan dengan mengumpulkan data, memberikan diagnosis dan
rencana tindakan, serta menerapkannya untuk mempercepat pemulihan, mencegah komplikasi,
dan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi pada masa nifas.
Thanks!